Anda di halaman 1dari 18

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI


JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

Zat aktif : Furosemide


Jumlah Tablet : 50.000 tablet
Dosis dan alasan pemilihan dosis : 40 mg, karena biasanya digunakan untuk diuretic
dan hipertensi.
Metode pembuatan : Kempa Langsung

1. PREFORMULASI
1.1 ZAT AKTIF
Nama : Furosemide

Struktur :

Berat Molekul : 330,74


Pemerian : Kristal putih hampir kuning, tidak berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam
aseton, dalam dimetil formamida dan dalam larutan
alkali hidroksida. Larut dalam metanol, sukar larut
dalam eter dan sangat larut dalam kloroform.
Titik Leleh : 2080C
Aliran : 0.017g/second
: pKa 1= 3,8
pH
pka 2 = 7,5
(O’Neil
Penggunaan Terapi : Diuretikum
STABILITAS ZAT : Tidak stabil cahaya tetapi stabil udara

( Farmakope Indonesia Ed IV halaman 402 dan HOPE halama 875, European


Pharmacopeia, 5th ed, 2005, halaman 761-762)
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

1.2 ZAT TAMBAHAN


1.2.1 STARCH 1500
: (C6H10O5)n di mana n = 300–1000
Rumus Kimia

: Serbuk agak kasar sampai halus; serbuk berwarna putih


Pemerian
sampai agak putih; tidak berbau; memiliki rasa lemah
yang khas.
: Pengisi (kapsul gelatin keras) 5 – 75%; pengikat tablet
Kegunaan
(kempa langsung) 5 – 20%; pengikat tablet (granulasi
basa) 5 – 10%; penghancur tablet 5 – 10%
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik; sedikit larut
dalam air dingin tergantung derajat pregelatinasinya
pH : 4,5 – 7,0
Densitas : 1,516 g/cm3
Aliran : 18 – 23%
1.2.2 Kelembaban : higroskopis
AEROSIL Stabilitas : Stabil
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk
200
dan kering (Rowe, Raymond C., 2006, 371 – 373).
Berat Molekul : 60,08
Rumus molekul : SiO2
Pemerian : sub microdcopic fumed silica dengan ukuran
partikel sekitar 15nm. Serbuk amorf (tidak
berbentuk); ringan; meruah; putih kebiru-biruan;
tidak berbau; tidak berasa.
pH : 3,8-4,2
Densitas : 0.029–0.042 g/cm3
Titik leleh : 1600℃
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, pelarut organik dan
asam, kecuali asam hidrofluorat; Larut dalam
larutan panas alkali hidroksida. Membentuk
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

disperse koloidal dalam air.


Stabilitas : Higroskopis, dapat menyerap air dalam jumlah
besar tanpa menjadi cair. Ketika digunakan
dalam suatu sistem larutan pada pH 0-7.5, koloid
silikon dioksida dapat meningkatkan viskositas.
Harus disimpan dalam wadah tertutup baik pada
tempat kering dan sejuk.
OTT : dietilstilbestrol
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Fungsi : glidan konsentrasi 0,1-1,0%
Alasan penambahan : Ukuran partikelnya kecil dan luas permukaan
spesifik yang besar memberikan karakteristik
aliran yang diinginkan yang dimanfaatkan untuk
memperbaiki sifat aliran serbuk kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th ed, 2009,185-188)

1.2.3 PEG 600


: HOCH2(CH2OCH2)mCH2OH
Rumus Kimia

: serbuk putih atau hampir putih, berbau lemah


Pemerian
dan manis
Kegunaan : lubrikan tablet dan kapsul
: larut dalam aseton, diklorometan, etanol (95%),
Kelarutan
dan methanol; sedikit larut dalam hidrokarbon
alifatik, dan eter; tapi tidak larut dalam lemak,
campuran minyak, dan minyak mineral
pH : 4,0 – 7,0
Densitas :
1,080 g/cm3
Aliran :-
Kelembaban : tidak higroskopis
Stabilitas : stabil terhadap udara dan dalam pelarut,
Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat
sejuk yang (Rowe, Raymond C., 2009: 517-
521).
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

1.2.4 CALCIUM PHOSPHATE DIHIDRAT


: CaHPO4.2H2O
Rumus Kimia

Pemerian : Putih, tidak berbau , tidak berasa, serbuk atau


kristal padat .
Kegunaan : Pengisi tablet
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol , eter , dan air
;larut dalam asam encer
pH : 5,6
1.2.5
Densitas : 2.389 g/cm3
Aliran : 27.3 g/s
Kelembaban : Non higroskopis
Stabilitas : Stabil
Inkompatibilitas : Sensitif terhadap obat-obatan pH alkali
: Penyimpanan dengan wadah tertutup baik
Stabil
dalam tempat sejuk pada suhu 8 - 15˚C, tempat
kering (Rowe, Raymond C, 2009 : 96-99)
AMILUM

Rumus Kimia : (C6H10O5)n


: tidak berbau dan berasa, serbuk bewarna putih
Pemerian
dan sangat halus.
Fungsi : Penghancur 3 -15%
: praktis tidak larut dalam etanol 95% dan air
Kelarutan dingin.
pH : 5,5 – 6,5.
: Pati tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi
OTT
kuat. Berwarna senyawa inklusi terbentuk
dengan yodium.
Densitas : 1.48 g/cm3
: Bagus untuk granulasi kering dan kempa
Aliran
langsung.
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

Kelembaban : 10 – 15%
: Pati kering dan tanpa pemanasan stabil jika
dilindungi dari kelembaban yang tinggi. Jika
digunakan sebagai penghancur pada tablet
Stabilitas
dibawah kondisi normal pati biasanya inert.
Larutan pati panas atau pasta secara fisik tidak
stabil dan mudah ditumbuhi mikroorganisme
sehingga menghasilkan turunan pati dan
modifikasinya yang berbentuk unik,
(Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th ed, 2009, page:685)

1.2.6 AMPROTAB

Rumus Kimia : C6H10O5)n, dengan n = 300 - 1000


Tidak berbau dan berasa, serbuk bewarna
putih berupa granul – granul kecil
: berbentuk sferik atau oval dengan ukuran
dan bentuk yang berbeda untuk setiap
Pemerian varietas tanaman.
Fungsi : Penghancur 3 -15%
Praktis tidak larut dalam etanol dingin
:
Kelarutan 95% dan air dingin.
pH : 5,5 – 6,5.
Distribusi Ukuran : 2 – 32 mikrometer.
Partikel
Densitas : 1,478 g/cm3
Aliran : -
Kelembaban : 10,8 – 11,7g/det.
Stabilitas : Stabil jiaka dilindungi dari kelembapan
yang tinggi.
(Handbook of pharmaceutical Excipien,2nd ed, 1994, hal.483 - 487

1.2.7 AIR
Rumus kimia : H2O
Pemerian : Larutan bening
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

Kegunaan : Pembasah (pelarut)


Alasan : Karena memakai metode granulasi basah maka
dibutuhkan pembasah agar campuran zat menjadi
granul. Digunakan air karena zat aktif dan beberapa
zat tambahan lain tuda larut air walaupun larut
hanya sedikit.
Kelarutan : Dapat rusak dengan pelarut polar.
pH : 7,0
Stabilitas : Air stabil secara kimiawi di semua keadaan fisik (es,
cair, dan uap air)
(Handbook Of Pharmaceutical Exipients ed 6, hal 766)

2. FORMULASI ATAU TEKNIK PEMBUATAN


2.1. Formula Yang Akan Dibuat
R/ Furosemide 40 mg
Amprotab 5%
Calcium Phosphat q.s
Pasta Amilum (5%) q.s
Aerosil 200 1%
PEG 600 2%
Starch 1500 5%

2.2. Metode Yang Digunakan


Granulasi Basah
2.3. Alasan Pemilihan Metode
Karena: Furosemide memiliki daya alir yang buruk sehingga menggunakan
metode granulasi, dan karena furosemide stabil terhadap udara (nonhigroskopis)
sehingga digunakan granulasi basah.
2.4. Alasan Pertimbangan Konsentrasi Yang Ditambahkan
2.4.1. Amprotab
Amprotab digunakan sebagai penghancur dengan konsentrasi 3 –
15%, karena mempunyai kekuatan pada aksi kapiler yang akan membentuk suatu
cairan yang masuk ke dalam tablet, sehingga aksi ini akan membantu
pengembangan dari beberapa komponen yang akan membantu hancurnya tablet
(Voigt, R., 1971. Buku Pengantar Teknologi Farmasi . Edisi V. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. Halaman 558-564, 570). Kemudian konsentrasi
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

bahan penghancur sangat memmpengaruhi sifat fisik tablet , kenaikan


konsentrasi bahan penghancur akan mempercepat waktu hancur tablet setelah
kontak dengan cairan pencernaan (Sulaiman, T.N.S., 2007 . Teknologi &
Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka Labolatorium Teknologi Farmasi. Fakultas
Farmasi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Halaman 56-59, 198-215).
Kenaikan konsentrasi bahan penghancur juga akan meningkatkan kerapuhan
tablet dan menurunkan kekerasan tablet.
2.4.2. Amilum
Amilum digunakan sebagai penghancur dengan konsentrasi 5 – 15%,
karena berupa eksipien serbaguna terutama digunakan dalam dosis oral. Apabila
digunakan amilum kering maka bertujan untuk memperbaiki aliran (Handbook of
Pharmaceutical Excipient, 6th ed, 2009, halaman 688).
2.4.3. PEG 6000
Karena PEG 6000 memiliki berat molekul yang lebih besar dan
viskositas yang lebih besar sehingga daya alirnya pun dapat lebih baik.
2.4.4. Aerosil 200
Digunakan karena aerosil memiliki aliran yang baik dengan
konsentrasi tersebut dapat meningkatkan aliran pada granul.
2.4.5. Starch 1500
Digunakan starch karena starch dapat bertindak sebagai penghancur
sekaligus pengikat sehingga akan mengurangi zat tambahan yang digunakan
dalam pembuatan tablet. Konsentrasi 5% merupakan konsentrasi starch 1500
sebagai penghancur dan pengikat yang tidak berlebihan.
2.4.6. Calcium Phospat
Digunakan sebagai pengisi karena tidak OTT dengan zat aktif dan
konsentrasinya tidak terlalu tinggi sehingga dalam obat tidak terlalu banyak zat
tambahan dibandingkan zat aktif.

3. PERHITUNGAN
Setiap Tablet Mengandung : Furosemide 40 mg
Bobot Tablet : 150 mg
Jumlah Tablet : 50.000
3.1. Untuk Tiap tablet
Fasa Dalam
Furosemide : 40 mg
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

Amprotab : 5% x 150 = 7,5 mg


Calcium Phosphat : 139,5-40-7,5 = 92 mg
Amilum : 5%
3.2. Untuk 1 Batch
3.1.1. Fasa Dalam
Furosemide : 40 mg x 50.000 = 2.000.000 mg
Amprotab : 7,5 mg x 50.000 = 375.000 mg
Calcium Phosphat : 92 mg x 50.000 = 4.600.000 mg

Pasta Amilum : 5 / 100 x 150 mg = 7,5 mg


3.1.2. Fasa Luar
Aerosil 200 : 1%/93% x 6.975.000 mg = 75.000 mg
PEG 600 : 2%/93% x 6.975.000 mg = 150.000 mg
Starch 1500 : 5%/93% x 6.975.000 mg = 1.875.000 mg
3.1.3. Perhitungan Pengikat Amilum
Pasta amylum maydis yang digunakan 3,75 L
Amylum maydis : 10/100 x 3,75 = 0,375 kg
Air : 3,75 – 0,375 = 3,375 L
3.3. Bobot Granul Teoritis (Fasa Dalam dan Fasa Luar)
6.975 g + 2,985 g = 6.977,985 g
3.4. Penimbangan
Furosemide : 2.000 g x 1,1 = 2.200 g
Amprotab : 375 g x 1,1 = 412,5 g
Calcium Phosphat : 4.600 g x 1,1 = 5.060 g
Amilum : 375 g / 0,375 kg
Air : 3,75L
Aerosil 200 : 75 g x 1,1 = 82.5 g
PEG 600 : 150 g x 1,1 = 165 g
Starch 1500 : 1.875 g x 1,1 = 2.062,5 g

4. ALUR PROSEDUR PEMBUATAN


Pertama-tama, semua bahan ditimbang sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya, semua
fase dalam dicampurkan dalam suatu wadah hingga homogen, disamping itu dibuat pasta
amilum untuk pembasah dengan melarutkan amilum kedalam air. Sebelum mencampur fase
dalam dan pembasah, dilakukan evaluasi serbuk (kompresibilitas, laju alir, dan sudut
istirahat) pada fase dalam ini. Kemudian, pasta amilum yang telah jadi dicampurkan dengan
fase dalam sedikit demi sedikit hingga massa fase dalam basah (dapat dikepal). Setelah itu,
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

fase dalam yang sudah basah ini diayak dengan mesh untuk didapatkan ukuran granul yang
diinginkan.
Setelah diayak, fase dalam ini dikeringkan dalam oven dengan suhu 50-60℃, lalu
dilakukan uji LOD (Lost of Dry) untuk memeriksa kadar airnya. Kemudian, diayak lagi
dengan mesh yang sedikit lebih besar dari mesh pertama. Kemudian massa ini ditambahkan
dengan fase luar, dan dilakukan kembali evaluasi serbuk (massa siap cetak). Setelah uji
tersebut dilakukan pencetakan tablet, lalu dilakukan evaluasi tablet (uji kekerasan, waktu
hancur, friabilitas, friksibilitas, uji keseragaman bobot dan ukuran), dan dikemas.

5. EVALUASI YANG DILAKUKAN


5.1 SERBUK
5.1.1 Kompresibilitas (Agoes, 2012 : 284)
A. Tujuan Pengujian
Untuk mengetahui bagaimana kekompakan partikel serbuk terhadap
tekanan yang diberikan.
B. Alat yang digunakan
Gelas ukur
C. Prosedur Pengujian
Ditimbang granul 27 gram, dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml.
Diukur volume awal granul. Selanjutnya dimampatkan dengan cara
diketuk-ketuk. Diukur volume akhir dan dihitung kompressibilitasnya.
D. Perhitungan

I = indeks kompresibilitas (%);


Vcurah = volume granul sebelum dimampatkan (mL)
Vmampat = volume granul setelah dimampatkan (mL)

Rasio Hausner

E. Parameter / Syarat pengujian


Tabel 5.1.1 Persyaratan Uji sifat alir granul
Indeks kompresibilitas (%) Sifat aliran Rasio Haunser
< 10 Bagus sekali 1,00-1,11
11 – 5 Baik 1,12-1,18
16 – 20 Cukup 1,19-1,25
21 – 25 Lewat 1,25-1,34
26 – 31 Buruk 1,35-1,45
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

32 – 37 Sangat buruk 1,46-1,59


> 38 Buruk sekali > 1,60

5.1.2 Laju Alir dan Sudut Istirahat (Agoes, 2012 : 281-282)


A. Tujuan Pengujian
Untuk mengetahui sifat aliran serbuk dan mengetahui kemampuan
serbuk dalam mengisi punch dan die.
B. Alat yang Digunakan
Corong uji waktu alir, penggaris.
C. Prosedur Pengujian
Serbuk dimasukkan kedalam corong uji waktu alir. Penutup corong
dibuka sehingga serbuk keluar dan ditampung pada bidang datar.
Waktu alir serbuk dicatat dan sudut diamnya dihitung dengan
mengukur diameter dan tinggi tumpukan serbuk yang keluar dari
mulut corong.
D. Perhitungan

Laju alir :

E. Parameter / syarat pengujian


Laju alir = 4-10 gram/detik.
Sudut istirahat: 25º-30º sangat mudah mengalir
30º-40º mudah mengalir
40º-45º mengalir
>45º kurang mengalir
5.1.3 Kerapatan Sejati (Agoes, 2012: 282-283)
A. Tujuan Pengujian
Untuk mengetahui kerapatan sejati (bobot jenis) dari serbuk.
B. Alat yang Digunakan
Piknometer
C. Prosedur Pengujian
Ditimbang piknometer kosong beserta tutupnya (W1). Ditimbang
piknometer yang telah diisi paraffin cair hingga penuh beserta tutupnya
(W2). Dikalibrasi piknometer, dimasukkan serbuk hingga 2/3 bagian
piknometer. Ditimbang piknometer berisi serbuk beserta tutupnya
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

(W3). Dimasukkan paraffin cair kedalam piknometer yang berisi


serbuk. Ditimbang piknometer berisi serbuk, paraffin cair beserta
tutupnya (W4).Dihitung kerapatan sejati serbuk.
D. Perhitungan

Keterangan : W1 = Bobot Piknometer kosong


W2 = Bobot piknometer dan serbuk
W3 = Bobot piknometer dan paraffin cair
W4 = Bobot piknometer + serbuk + paraffin cair
5.2 TABLET
5.2.1 Kekerasan ( Kemenkes RI, 2014 : 324)
A. TujuanPengujian
Untuk mengetahui ketahanan tablet dari goncangan mekanik pada saat
pembuatan, pengepakan, dan transportasi.
B. Alat yang digunakan
Hardness tester
C. Prosedurpengujian
Diambil 10 tablet dari tiap batch, diukur satu per satu kekerasannya
dengan hardness tester.
D. Parameter / syarat pengujian
Persyaratan kekerasan tablet>300 mg tidak bersalut adalah 4 – 7 kg/cm2.
5.2.2 Keseragaman Ukuran (Kemenkes RI, 2014 : 322)
A. Tujuan Pengujian
Untuk mengetahui keseragaman ukuran diameter dan ketebalan tablet.
B. Alat yang digunakan
Jangka sorong
C. Prosedur pengujian
Diambil 20 tablet, diukur diameter dan ketebalan tablet satu per satu
menggunakan jangka sorong.
D. Parameter / syarat pengujian
Diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3
kali tebal tablet.
5.2.3 Keseragaman Bobot (Kemenkes RI, 2014 : 322)
A. Tujuan Pengujian
Untuk menjamin keseragaman bobot dari tablet yang dibuat.
B. Alat yang digunakan

HARUS DENGAN RESEP DOKTER


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

Timbang analitik
C. Prosedur pengujian
Ditimbang 20 tablet, lalu dari 20 tablet tersebut ditimbang satu persatu.
Selanjutnya dicocokan dengan kolom A dan B.
D. Parameter / syarat pengujian
Keseragaman bobot tidak tercapai jika >2 tablet mempunyai
penyimpangan bobot dari bobot rata-rata pada kolom A dan >1 tablet
mempunyai penyimpangan bobot dari bobot rata-rata pada kolom B.
5.2.4 Waktu Hancur (Kemenkes RI, 2014 : 324)
A. Tujuan Pengujian
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam
masing- masing monografi .
B. Alat yang digunakan
Disintegration tester
C. Prosedur pengujian
Disiapkan 6 tablet, dimasukkan dalam keranjang desintergration tester.
Dinyalakan alat dan ditunggu sampai tablet hancur pertama kali. Dicatat
waktu yang dibutuhkan tablet untuk pertama kali hancur dan waktu
tablet yang terakhir hancur.
D. Parameter / syarat pengujian
Tablet biasa harus hancur kurang dari 15 menit, tablet bersalut kurang
dari 30 menit.
5.2.5 Friabilitas dan Friksibilitas (Kemenkes RI, 2014 : 323)
A. Tujuan Pengujian
Friabilitas : untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami antara tablet dengan kemasan sewaktu
pengemasan dan pengiriman.
Friksibilitas : untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami antar tablet sewaktu pembuatan maupun
pengemasan.
B. Alat yang digunakan
Friabilator, friksibility tester
C. Prosedur pengujian
Diambil 20 tablet, bersihkan debunya lalu ditimbang seluruh tablet.
Dimasukkan dalam friabilator, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran
per menit dan waktu yang digunakana dalah 4 menit. Jadi ada 100
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

putaran. Dikeluarkan tablet dari alat, dibersihkan dari debu dan


ditimbang berat akhirnya dengan seksama.
D. Perhitungan

E. Parameter / Syarat pengujian


Bobot yang hilang tidak boleh lebih dari 1 %.

6. KEMASAN / LABEL
Label : Label NI dan Lingkaran merah garis tepi hitam pada tengah
lingkaran
Kemasan Primer : Botol (lampiran)
Kemasan Sekunder : Dus (lampiran)
Penjelasan Yang Terdapat Pada Kemasan Dan Brodur Produk
No. Batch : 710012
No, Registrasi : DKL 1711901210A1
Logo yang digunakan : (lampiran)
A. Brosur

FUROSHIN®
Furosemide Tablet

Tiap tablet mengandung:


Furoshin…….………………….……. 400 mg

FARMAKOLOGI
Furosemid adalah diuretik kuat yang digunakan untuk
menghilangkan air dan garam dari tubuh. Di ginjal, garam (terdiri
dari natrium dan klorida), air, dan molekul kecil lainnya yang
biasanya akan disaring keluar dari darah dan masuk ke dalam tubulus
ginjal. Akhirnya cairan yang disaring menjadi air seni. Sebagian
besar natrium, klorida dan air yang disaring dari darah diserap ke
dalam darah sebelum cairan disaring menjadi air kencing dan
dihilangkan dari tubuh. Furosemide bekerja dengan menghalangi
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

penyerapan natrium, klorida, dan air dari cairan yang disaring dalam
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan yang mendalam output
urin (diuresis).

INDIKASI
1. Pengobatan edema yang menyertai payah jantung kongestif,
sirosis hati dan gangguan ginjal termasuk sindrom nefrotik.
2. Pengobatan hipertensi, baik diberikan tunggal atau kombinasi
dengan obat antihipertensi.
3. Furosemida sangat berguna untuk keadaan-keadaan yang
membutuhkan diuretik kuat.
4. Pendukung diuresis yang dipaksakan pada keracunan.

KONTRA-INDIKASI
1. Pasien dengan gangguan defisiensi kalium, glomerulonefritis
akut, insufisiensi ginjal akut, wanita hamil dan pasien yang
hipersensitif terhadap furosemida.
2. Anuria.
3. Ibu menyusui.
4. Interaksi Obat.
5. Furosemida dapat meningkatkan toksisitas antibiotika golongan
aminoglikosida, terutama pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI


Dewasa :
1. Sehari 1 - 2 kali, 1 - 2 tablet.
2. Dosis pemeliharaan, sehari 1 tablet.
3. Dosis maksimum, sehari 5 tablet.
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

EFEK SAMPING
Efek samping jarang terjadi dan relatif ringan seperti : mual, muntah,
diare, rash kulit, pruritus dan penglihatan kabur. Pemakaian
furosemida dengan dosis tinggi atau pemberian dengan jangka waktu
lama dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan elektrolit.
Hiperglikemia. Reaksi dermatologik seperti : urtikaria dan eritema
multiform. Gangguan hematologik seperti : agranulositosis, anemia,
thrombositopenia.

PERHATIAN & PERINGATAN


Pemberian furosemida pada pasien diabetes melitus, gula darah dan
urin harus diperiksa secara teratur. Pemberian perlu pengawasan
ketat dan dosis harus di sesuaikan dengan kebutuhan. Dianjurkan
untuk memulai dengan dosis kecil. Perlu dilakukan pemeriksaan
berkala terhadap susunan elektrolit untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya ketidakseimbangan. Pasien diharuskan berkonsultasi
dengan dokter bila terjadi gejala penurunan level serum kalium
(diare, muntah, anoreksia). Penderita yang diketahui sensitif terhadap
sulfonamida dapat menunjukkan reaksi alergi dengan furosemida.

PENYIMPANAN
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk dan kering.

PT.BRINGAS
Bandung – Indonesia

7. DAFTAR PUSTAKA
Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition.
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

USA : Pharmaceutical Press and the American Pharmacists Association.


Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat. Bandung : ITB.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi 5. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

LAMPIRAN
A. Kemasan
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

Gambar 1.1 Kemasan Sekunder


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
LABOLATORIUM TEKNOLOGI FAMASI
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV - 2017

Gambar 1.2 Kemasan Primer


B. Label

TIDAK BOLEH DIULANG


TANPA RESEP DARI DOKTER

2.1 Label NI 2.2 Logo Keras

Anda mungkin juga menyukai