Anda di halaman 1dari 29

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman

pangan yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini

mempunyai arti penting untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam rangka

perbaikan gizi masyarakat, karena merupakan sumber protein nabati yang relatif

murah bila dibandingkan sumber protein lainnya seperti daging, susu, dan ikan

(Mapegau, 2006).

Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat

digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah

salah satu tanaman jenis polong-polongan yang menjadi bahan dasar makanan

seperti kecap, tahu dan tempe. Ditinjau dari segi harga, kedelai merupakan sumber

protein nabati yang murah. Kedelai merupakan sumber gizi yang baik bagi

manusia. Kedelai utuh mengandung 35 sampai 38% protein tertinggi dari kacang-

kacangan lainnya. Sebagian besar kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dari

kacang kedelai, salah satu produk olahan kedelai adalah tempe (Adisarwanto,

2005).

Tanaman kedelai sering ditanam pada musim kemarau setelah panen padi

pada saat kondisi lahan kering dan miskin air. Perubahan iklim yang tidak

menentu dan meningkatnya suhu bumi akibat pemanasan global menjadi salah

satu penyebab lahan kering dan musim kemarau yang lebih lama dari biasanya.

Peningkatan suhu udara atmosfir diduga akan sangat mempengaruhi iklim global

dunia, seperti kemungkinan meningkatnya frekuensi dan tingkat kekeringan di

beberapa belahan bumi khususnya Asia dan Afrika (Pitelka, 2001).


2

Pemanfaatan kedelai dalam memenuhi kebutuhan protein masyarakat

banyak dikonsumsi dalam bentuk olahan makanan seperti tempe, tahu, kecap,

tauco, susu kedelai dan sebagainya, disamping sebagai bahan baku industri dan

pakan ternak. Hal ini menyebabkan masyarakat Indonesia memiliki

ketergantungan terhadap pengkonsumsian kedelai. Namun kebutuhan ini belum

dapat dipenuhi dari produksi kedelai Indonesia yang masih relatif rendah,

sehingga pemerintah membuat kebijakan impor kedelai dari negara Amerika

Serikat dan Cina (Ayu, et al., 2013).

Sedangkan peluang untuk ekstensifikasi yaitu dengan memanfaatkan

lahan-lahan kering dan marginal yang luasnya cukup signifikan. Namun

pengembangan kedelai di lahan kering marginal menghadapi berbagai kendala

antara lain rendahnya sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Keterbatasan sifat-sifat

tersebut merupakan faktor pembatas yang paling utama di lahan kering marginal.

Varietas berperan penting dalam menentukan produksi kedelai, karena untuk

mencapai hasil yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi genetic (Sudaryono,

2012).

Terdapat berbagai kendala untuk meningkatkan produksi kedelai di

Indonesia, antara lain: (a) faktor fisik, seperti tanah dan iklim terutama curah

hujan, sebaran hujan, dan suhu udara; (b) faktor biologis, terutama hama,

penyakit, dan gulma; (c) faktor sosial yang meliputi rendahnya adopsi teknologi

oleh petani yang berakibat beragamnya pengelolaan tanaman kedelai di lapang;

(d) faktor ekonomi yang mencakup rendahnya keuntungan (profitabilitas)

usahatani dan lemahnya daya saing kedelai terhadap komoditas pertanian lainnya;

dan (e) kurang berkembangnya kelembagaan penunjang usahatani kedelai,


3

diantaranya sistem perbenihan, kurang tersedianya sarana produksi penting

lainnya seperti penyediaan inokulum rhizobium bagi daerah-daerah

pengembangan (Partohardjono, 2005)

Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada

bunga yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau

klon yang sama. Prinsipyang memungkinkan terjadinya penyerbukan

penyerbukan sendiri adalah kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan

bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya pada kedelai, padi,

tembakau dan lain-lain (Nasir, 2001).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui teknik persilangan

pada tanaman kedelai (Glycine max L. Merr).

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan adalah sebagai salah satu syarat untuk

memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ,

Medan .
4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Berdasarkan taksonominya, tanaman kedelai dapat diklasifikasikan

sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Klas: Dicotyledonae,

Ordo: Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.)

Merrill (Adisarwanto, 2008).

Sistem perakaran tanaman kedelai terdiri dari akar tunggang, akar

sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

tumbuh dari akar sekunder. Akar tunggang merupakan perkembangan dari akar

radikal yang sudah mulai muncul sejak masa perkecambahan. Akar ini

mempunyai akar-akar cabang yang lurus. Akar serabut merupakan akar yang

tumbuh ke bawah sepanjang 20 cm. Tanaman ini juga memiliki akar-akar lateral

(cabang) yang tumbuh ke samping sepanjang 5-25 cm. Pada akar lateral terdapat

akar serabut, fungsinya untuk menghisap air dan unsur hara, pada akar ini juga

terdapat bintil akar (nodule) yang mengandung bakteri Rhizobium, kegunaannya

sebagai pengikat zat nitrogen dari udara (Departemen Pertanian, 2006).

Buah kedelai berbentuk polong, banyaknya polong tergantung pada jenis

atau varietasnya. Dalam satu polong biasanya berisi 1-4 biji. Bentuk biji kedelai

tidak sama tergantung varietas, ada yang berbentuk bulat, agak gepeng, atau bulat

telur. Namun, sebagian besar biji kedelai berbentuk bulat telur. Ukuran dan warna

biji kedelai juga tidak sama, tetapi sebagian besar berwarna kuning dengan ukuran

biji kedelai yang dapat digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu berbiji kecil (<10

g/100biji), berbiji sedang (10-12 g/100 biji), dan berbiji besar (13-18 g/100 biji).
5

Polong kedelai pertama kali muncul sekitar 10-14 hari setelah bunga pertama

muncul. Warna polong yang baru tumbuh berwarna hijau dan selanjutnya akan

berubah menjadi kuning atau cokelat pada saat dipanen (Fachrudin, 2000).

Tanaman kedelai mempunyai daun majemuk bersirip genap. Setiap helai

daun terdiri dari tiga helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu,

berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu. Di indonesia, kedelai berdaun

sempit lebih banyak ditanam oleh petani dibandingkan tanaman kedelai berdaun

lebar, walaupun dari aspek penyinaran sinar matahari, tanaman kedelai berdaun

lebar menyerap sinar matahari lebih banyak daripada yang berdaun sempit.

Namun, keunggulan tanaman kedelai berdaun sempit adalah sinar matahari akan

lebih mudah menerobos di antara kanopi daun sehingga memacu pembentukan

bunga

(Irwan, 2006).

Kedelai mulai berbunga kira-kira pada umur 4-5 minggu. Bunga pada

tanaman kedelai umumnya muncul atau tumbuh pada ketiak daun, tetapi kadang

bunga dapat pula terbentuk pada cabang tanaman yang mempunyai daun. Hal ini

karena sifat morfologi cabang tanaman kedelai serupa atau sama dengan

morfologi batang utama. Pada kondisi lingkungan tumbuh dan populasi tanaman

optimal, bunga akan terbentuk mulai dari tangkai daun yang paling bawah. Dalam

satu kelompok bunga, pada ketiak daunnya akan berisi 1-7 bunga, tergantung

karakter dari varietas kedelai yang ditanam (Adisarwanto, 2008).

Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji

masak. Hipokotil merupakan bagian terpenting pada poros embrio, yang

berbatasan dengan bagian ujung bawah permulaan akar yang menyusun bagian
6

kecil dari poros bakal akar hipokotil. Bagian atas poros embrio berakhir pada

epikotil yang terdiri dari dua daun sederhana yaitu primordia daun bertiga pertama

dan ujung batang (Sumarno et al., 2007).

Syarat Tumbuh
Iklim

Kedelai adalah tanaman beriklim tropik. Dia akan tumbuh subur di daerah

yang berhawa panas, apalagi di tempat yang terbuka tidak terlindung oleh

tanaman lain (Sugeng, 1983).

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis

dan subtropis. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah

hujan sekitar 100 - 400 mm/bulan. Untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman

kedelai membutuhkan curah hujan antara 100 - 200 mm/bulan. Suhu yang

dikehendaki tanaman kedelai antara 21 – 34 ˚C, akan tetapi suhu optimum bagi

pertumbuhan tanaman kedelai 23 – 27 ˚C. Pada proses perkecambahan benih

kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 ˚C. Varietas kedelai berbiji kecil,

sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 50 - 300 m dpl. Varietas kedelai

berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300 - 500 m dpl. 12

Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl

(Prihatman, 2000).

Kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang

optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30oC, bila tumbuh pada suhu yang

rendah (< 15o C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat bisa mencapai 2

minggu.Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi

kelembapan tanah tinggi, banyaknya biji yang mati akibat respirasi air dari dalam

biji yang terlalu cepat. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 o C,
7

akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 oC. Pada

proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30o C

(Adisarwanto, 2005).

Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungisi

sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis, karena

kekurangan suplai air di daerah perakaran dan atau laju transpirasi melebihi laju

absorbs air oleh tanaman. Cekaman kekeringan yang terjadi pada saat

pertumbuhan generative, akan menurunkan produksi. Kekeringan menurunkan

bobot biji, sebab bobot biji sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan

pada musim tanam (Agung dan Rahayu, 2004).

Kedelai dapat tumbuh baik di tempat pada daerah berhawa panas, di

tempat terbuka dengan curah hujan 100 – 400 mm³ per bulan. Oleh karena itu,

kedelai kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas

permukaan laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di daerah

beriklim kering (Andrianto dan Indarto, 2004).

Tanah

Kemasaman tanah yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8–7,

namun pada tanah dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik. Tanah

yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Tanah podzolik

merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa menyebabkan

pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik

atau kompos dalam jumlah yang cukup (Andrianto dan Indarto, 2004).

Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus untuk persyaratan

tumbuhnya. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun
8

kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan enyebabkan

busuknya akar. (Sugeng, 2008).

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada tanah yang hampir jenuh (kapasitas

lapang) asal tidak terjadi penggenangan, terutama pada awal stadia vegetatif. Pada

15 dasarnya kedelai adalah tanaman aerobik, yang lebih sesuai pada tanah yang

agak lembab dengan kadar kelembaban 70-80% kapasitas lapang, tanah

berdrainase baik tetapi memiliki daya pengikat air yang baik, oleh karena itu,

tanah dengan tekstur berliat dan berdrainase baik, atau tanah lempung berpasir

yang kaya bahan organik, sangat sesuai untuk tanaman kedelai (Sumarno dan

Manshuri, 2007).

Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8–7, namun

pada tanah dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik. Tanah – tanah

yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah –

tanah podzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa,

pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik

atau kompos dalam jumlah yang cukup (Andrianto dan Indarto, 2004).

Kedelai sebenarnya bisa ditanam pada berbagai macam jenis tanah.

Tetapi ,yang paling baik adalah tanah yang cukup mengandung kapur dan

memiliki sistem drainase yang baik. Perlu diperhatikan, kedelai tidak tahan

terhadap genangan air. Kedelai bisa tumbuh baik pada tanah yang struktur

keasamannya (PH) antara 5,8 – 7. Tanah yang baru pertama kali ditanam kedelai

sebaiknya diberi bakteri Rhizobium. Kedelai akan tumbuh dengan subur dan

memuaskan jika ditanam pada tanah yang mengandung kapur dan tanah bekas

ditanami padi. Kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase dan
9

aerasi tanahnya cukup baik. Tanah–tanah yang cocok yaitu, alluvial, regosol,

grumusol, latotosol, dan andosol (Suhaeni, 2007).

Teknik Persilangan Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merr)


Persilangan merupakan salah satu cara untuk memperluas keragaman

genetik, dan atau menggabungkan karakter-karakter yang diinginkan dari para

tetua sehingga diperoleh populasi-populasi baru sebagai bahan seleksi dalam

program perakitan varietas unggul baru persilangan, harus dipastikan dulu tujuan

pemuliaan atau karakter apa yang ingin diperoleh untuk menentukan calon tetua

yang akan digunakan (Biswal. 2008).

Persilangan buatan merupakan kegiatan persilangan yang terarah yang

dilakukan terhadap tetua-tetua yang dapat diinginkan. Persilangan buatan ini

diharapkan menghasilkan suatu populasi dengan variabilitas genetik yang luas

sehingga seleksi dapat dilakukan dengan leluasa dan dapat memberikan kemajuan

genetik yang besar sebagaimana yang diharapkan. Suksesnya suatu persilangan

buatan pada kedelai ditentukan oleh tingkat keberhasilan persilangan dan

banyaknya biji hasil persilangan varietas-varitas tetua (Alia & Wilia, 2010).

Pada garis besamya persilangan mencakup kegiatan (1) persiapan, (2)

kastrasi, (3) emaskulasi, (4) Isolasi, (5) pengumpulan serbuk sari, (6)penyerbukan

dan (7) pelabelan. Sebagai persiapan untuk melakukan kastrasi dan penyerbukan

silang perIu disediakan alat-alat antara lain: pisau keeil yang tajam, gunting keeil,

pinset dengan ujung yang runeing, jarum yang panjang dan lurus, alkohol

(75-85%) atau spiritus dalam botol keeil untuk mensterilkan alat-alat tersebut

(Syukur,2009).

Persiapan bunga tetua jantan dilakukan pada pagi hari saat akan

melakukan persilangan. Pada tanaman tetua jantan, bunga yang akan digunakan
10

serbuk sarinya dipetik dengan pinset/gunting, lalu diletakkan pada cawan petri.

Bunga yang dipilih adalah yang baru mekar, kepala sarinya belum pecah, tumbuh

normal, serta bebas hama dan penyakit. Selanjutnya, bunga dijemur pada sinar

matahari pagi. Jika kepala sari sudah mulai pecah berarti penyerbukan ke tetua

betina dapat dilakukan. Kepala sari yang telah pecah akan mengeluarkan serbuk

sari berwarna kuning (Sukarmin dan Farihul, 2008).

Kastrasi atau emaskulasi adalah membuang bagian tanaman yang tidak

diperlukan. Kegiatan ini biasa disebut dengan pengebirian. Kastrasi dilakukan

sehari sebelum penyerbukan agar putik menjadi masak sempurna saat

penyerbukan sehingga keberhasilan penyilangan lebih tinggi (Supartopo, 2006).

Setelah kastrasi selesai buka penutup putik. Ambillah serbuk sari dari

bunga tanaman lain (tanaman asal serbuk sari kita katakan sebagai tetua jantan)

dan oleskan serbuk sari tersebut hingga putik terlihat penuh dengan serbuk sari.

Tutuplah putik kembali untuk menjaga agar putik tidak lagi diserbuki oleh bunga

lain. Amati bunga yang disilangkan selama 7 hari. Jika dasar bunga

(receptaculum) masih terlihat segar 7 hari setelah persilangan maka persilangan

bisa dikatakan berhasil (Mangoendidjojo, 2008).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Persilangan

Persilangan merupakan tahap penting dalam hal perluasan keragaman

genetik. Pemilihan tetua dalam tahap hibridisasi dapat menentukan kesuksesan

dari suatu program pemuliaan. Kegiatan hibridisasi buatan harus efisien dengan

tujuan mendapatkan populasi dalam jumlah banyak. Pada hibridisasi buatan,

manusia hanya membantu kegiatan penyerbukan secara terarah, yaitu

mempertemukan tepung sari dengan kepala putik pada pasangan-pasangan yang


11

dikehendaki. Faktor – faktor yang mempengaruhi suatu hibridisasi efektif dan

efisien antara lain ketepatan waktu berbunga, waktu emaskulasi, dan waktu

penyerbukan (Kasno, 2004).

Keberhasilan dalam pelaksanaan persilangan ditentukan oleh faktor

manusia, alat yang digunakan serta faktor lingkungan. Peran pelaksana (manusia)

dalam memperbesar keberhasilan persilangan terutama ditentukan oleh

keterampilan dan pengetahuan. Faktor alat lebih berhubungan pada kebersihan

alat, sedangkan faktor lingkungan adalah seperti adanya serangan hama dan

penyakit serta sifat genetik dari tanaman yang akan disilangkan. Fluktuasi musim

dan suhu seringkali juga memiliki peran penting dalam kegiatan persilangan.

Disamping itu perlu penetapan tujuan dari persilangan. (Supeno, 2004).

Keberhasilan penyerbukan buatan yang kemudian diikuti oleh pembuahan

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kompatibilitas tetua,

ketepatan waktu reseptif betina dan antesis jantan, kesuburantanaman serta faktor

lingkungan. Kompatibilitas tetua terkait dengan gen-gen yang terkandung pada

tetua jantan dan betina. Waktu reseptif betina dan antesis jantan dapat dilihat ciri

morfologi bunga. Bunga yang terbaik adalah bunga yang akan mekar pada hari

tersebut. Sementara itu, faktor lingkungan yang berpengaruh pada keberhasilan

persilangan buatan adalah curah hujan, cahaya mahatari, kelembaban dan suhu.

Curah hujan dan suhu tinggi akan menyebabkan rendahnya keberhasilan

persiangan buatan (Syukur, 2009).

Ketika menyilangkan tanaman ada beberapa hal yang harus diperhatikan

seperti pemilihan tetua dalam hubungannya dengan tujuan dilakukannya

persilangan, pengetahuan tentang morfologi dan metode reproduksi tanaman,


12

waktu tanaman bunga (waktu bunga mekar/tanaman berbunga), dan keadaan

cuaca saat penyerbukan. Tetua dipilih sesuai dengan persilangan yang akan

dilakukan. Pemilihan bunga dalam persilangan tanaman juga penting. Bunga yang

akan berperan sebagai betina maupun jantan harus sudah mencapai tahap siap

kawin (siap dilakukan penyerbukan) pada saat yang bersamaan. Bunga betina

yang akan diserbuki harus belum terkontaminasi oleh serbuk sari yang lain (masih

steril). Pada tanaman jagung yang akan digunakan untuk persilangan, bunga

betina di bungkus menggunakan kantong kertas untuk mencegah tongkol

terkontaminasi (terserbuki) oleh serbuk sari malai lain. Begitu juga dengan malai

atau bunga jantan yang belum pecah dibungkus menggunakan kantong kertas agar

nantinya ketika malai sudah siap menyerbuki, serbuk sarinya dapat tertampung di

kantong kertas tersebut. Keadaan cuaca saat penyerbukan juga penting, apabila

penyerbukan dilakukan pada saat kecepatan angin cukup kencang maka

dimungkinkan akan banyak serbuk sari yang hilang terbawa angin, sehingga

penyerbukan tidak terjadi secara maksimal (Hasan, 2014).

Faktor lingkungan adalah faktor yang ada di sekeliling tanaman. Ada

beberapa ilmuwan yang mengelompokkan faktor lingkungan ini menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok abiotik (iklim, tanah) dan kelompok biotik (makluk

hidup) yaitu biotis (tanaman dan hewan) dan anthrofis (manusia)

(Budiarti, 2006).

Angin sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, terutama angin yang

tidak terlalu kencang karena angin atau udara yang bergerak merupakan penyedia

gas CO2 yang sangat dibutuhkan tanaman dalam proses fotosintesis. Dalam

budidaya tanaman, pengaturan arah barisan tanaman hams memperhatikan arah


13

angin. Apabila arah barisan tegak lurus dengan arah datangnya angin, akan terjadi

turbulensi udara sehingga pucuk tanaman terombang-ambing dan akhimya dapat

merusakkan tanaman. Pengaruh angin terhadap pertumbuhan tanaman dapat

terjadi secara langsung dan tidak langsung (Hadi, 2006).

Kelebihan dan Kekurangan Teknik Persilangan

Pada umumnya proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (i) usaha

koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (ii) identifikasi dan

karakterisasi, (iii) induksi keragaman, misalnya melalui persilangan atau pun

dengan transfer gen, yang diikuti dengan (iv) proses seleksi, (v) pengujian dan

evaluasi, (vi) pelepasan, distribusi dan komersialisasi varietas. Teknik persilangan

yang diikutidengan proses seleksi merupakan teknik yang paling banyak dipakai

dalam inovasi perakitan kultivar unggul baru, selanjutnya, diikuti oleh kultivar

introduksi, teknik induksi mutasi dan mutasi spontan yang juga menghasilkan

beberapa kultivar baru (Carsono, 2011).

Prinsip persilangan pada tanaman kedelai adalah membuang kepala sari

tetua betina, kemudian kepala putiknya diserbuki dengan serbuk sari viable dari

tetua jantan yang telah disiapkan. Persilangan dilakukan saat tanaman mulai

berbunga (30-50 HST), sampai bunga habis. Pada tanaman tetua betina diberikan

label yang menyatakan kombinasi persilangan (Alia, 2011)

Persilangan merupakan salah satu cara untuk memperluas keragaman

genetik, dan atau menggabungkan karakter-karakter yang diinginkan dari para

tetua sehingga diperoleh populasi-populasi baru sebagai bahan seleksi dalam

program perakitan varietas unggul baru. Oleh karena itu, sebelum melakukan
14

persilangan, harus dipastikan dulu tujuan pemuliaan atau karakter apa yang ingin

diperoleh untuk menentukan calon tetua yang akan digunakan (Handayani, 2014).

Persilangan buatan merupakan kegiatan persilangan yang terarah yang

dilakukan terhadap tetua-tetua yang dapat diinginkan. Persilangan buatan ini

diharapkan menghasilkan suatu populasi dengan variabilitas genetik yang luas

sehingga seleksi dapat dilakukan dengan leluasa dan dapat memberikan kemajuan

genetik yang besar sebagaimana yang diharapkan. Suksesnya suatu persilangan

buatan pada kedelai ditentukan oleh tingkat keber hasilan persilangan dan

banyaknya biji hasil persilangan varietas-varitas tetua (Wilia, 2010).

Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi kedelai Indonesia adalah

perluasan areal penanaman kedelai dan penggunaan varietas unggul. Perluasan

penanaman kedelai mengalami kendala, di mana masih banyak tanah di Indonesia

belum dimanfaatkan akibat keterbatasan teknik budidaya. Ekstensifikasi

pertanaman untuk mendukung peningkatan produksi kedelai antara lain dapat

dilakukan melalui perluasan areal tanam. Perluasan areal tanam tidak hanya

dilakukan pada daerah-daerah yang sebelumnya menjadi sentra produksi kedelai

tetapi juga membuka daerah-daerah pertumbuhan baru (Atman, 2009).

Tanaman Menyerbuk Sendiri

Persilangan merupakan salah satu teknik untuk memperbanyak

variasi/kera gaman genetik dari suatu populasi tanaman. Keragaman genetik tentu

sangat penting sebagai salah satu upaya untuk mempermudah seleksi yang akan

dilakukan oleh para pemulia tanaman. Ketika persilangan dilakukan maka terjadi

segregasi pada gamet tetua jantan dan betina. Tanaman menyerbuk sendiri
15

(autogami) yang memiliki bunga sempurna (hermaprhodit/banci) karena putik dan

benangsari terletak dalam satu bunga (Sumarni, 2011).

Dikenal dua macam persilangan, yaitu perkawinan sendiri (selfing) dan

perkawinan silang (crossing). Perkawinan sendiri (selfing) adalah perkawinan

dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu

tanaman, tetapi masih dalam satu spesies. Perkawinan silang (crossing) adalah

perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal dari dua jenis

bunga yang berbeda pada spesies yang sama baik. Jika persilangan dilakukan

siang hari, putik mengering sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun

terjadi pembuahan kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari

setelah mekar hingga lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008).

Salah satu upaya yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan hasil

pertanian adalah dengan penggunaan bibit unggul. Sifat bibit unggul pada

tanaman dapat timbul secara alami karena adanya seleksi alam dan dapat juga

timbul karena adanya campur tangan manusia. Persilangan merupakan salah satu

cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan

dengan cara memindahkan tepung sari kekepala putik pada tanaman yang

diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self

polination crop) maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination

crop) (Wiwik, 2003).

Persilangan buatan merupakan kegiatan persilangan yang terarah yang dilakukan

terhadap tetua-tetua yang dapat diinginkan. Persilangan buatan ini diharapkan

menghasilkan suatu populasi dengan variabilitas genetik yang luas sehingga

seleksi dapat dilakukan dengan leluasa dan dapat memberikan kemajuan genetik
16

yang besar sebagaimana yang diharapkan. Suksesnya suatu persilangan buatan

pada kedelai ditentukan oleh tingkat keberhasilan persilangan dan banyaknya biji

hasil persilangan varietas-varitas tetua (Alia & Wilia, 2010).

Genotipe-genotipe tanaman kedelai turunan dari varietas grobogan yang

beradaptasi padalahan salin, genotipe-genotipe tanaman tersebut merupakan hasil

seleksi generasi F4. Hasil seleksi turunan dari varietas grobogan telah dilakukan

di lahan salin Kecamatan Percut. Dari hasil seleksi yang telah dilakukan sampai

turunan ke empat diperoleh 20 genotipe tanaman yang tahan salinitas. Diantara 20

genotipe tanaman yang telah di seleksi, terdapat 5 genotipe tanaman yang

memiliki produksi lebih baik dibandingkan dengan genotipe-genotipe kedelai

yang lain diantaranya 1309.2.15.21, 958.3.31.8, 514.1.1.26, 514.1.2.16 dan

1298.5.2.26. Hasil seleksi ini berdasarkan bobot biji per tanaman diantaranya

kedelai genotipe 1309.2.15.21 memiliki bobot sebesar 10,98 g, genotipe

958.3.31.8 sebesar 10,99 g, genotipe 514.1.1.26 sebesar 11,02 g, genotipe

514.1.2.16 sebesar 11,03 g, dan genotipe 1298.5.2.26 sebesar 11,1 g

(Ardiansyah, 2014)

Varietas Kedelai

Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat penting, karena

memiliki multi guna, dapat dikonsumsi langsung, dan dapat juga digunakan

sebagai bahan baku agroindustri. Permintaan pasar terhadap kedelai yang terus

meningkat perlu diimbangi dengan peningkatan hasil, salah satu caranya dengan

persilangan antar varietas. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui nilai daya

gabung umum, daya gabung khusus, dan nilai heterosis dalam persilangan dialel

enam varietas kedelai high parent (Fransiska, 2011).


17

Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya

bunga pertama. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan

semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk

polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini

kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning

kecoklatan pada saat masak. Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3

biji. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9

g/100 biji), sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (>13g/100 biji). Bentuk biji

bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat

telur. Namun demikian, sebagian besar biji berbentuk bulat telur (Setyaningsih,

2011).

Parameter umur tanaman merupakan parameter yang sangat penting, umur

tanaman yang semakin lama menyebabkan masa pertumbuhan vegetatif semakin

lama pula sehingga mempengaruhi pertumbuhan daun, batang, cabang, dan

kesemuanya mempengaruhi berat brangkasan. Pengamatan umur panen dilakukan

karena informasi umur panen sangat terkait dengan kualitas buah pada saat

dipanen. Umur panen tiap varietas berbeda-beda sangat dipengaruhi oleh faktor

genetik tanaman. Beberapa varietas kedelai dapat dipanen pada umur sekitar 75

hari.umur panen tanaman kedelai dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan

tumbuhnya. Tanda-tanda kedelai sudah bisa dipanen dapat dikenali dari daun yang

telah menguning dan sebagian sudah rontok, batang berwarna kuning-cokelat

(Setyaningsih, 2011).

Banyaknya jumlah polong sangat dipengaruhi keberhasilan penyerbukan

dan pembuahan. Penyerbukan merupakan isyarat untuk pertumbuhan buah, dan


18

fertilisasi memicu pertumbuhan bakal biji dan pembentukan biji, pertumbuhan

buah sangat dipengaruhi banyaknya butir-butir tepungsari yang jatuh ke kepala

putik. Adanya polong yang berhasil membentuk polong namun tidak

menghasilkan biji atau hampa dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya

kurangnya fertilisasi yaitu dimana pada saat dilakukan penyerbukan secara

buatan, serbuk sari yang diberikan terlalu sedikit dan lemah sehingga tidak dapat

membentuk biji, selain itu polong hampa juga dapat terjadi karena serangan hama

dan faktor lingkungan (Aini, 2015).

Hasil merupakan suatu sifat yang dikendalikan oleh banyak gen dan

banyak dipengaruhi oleh keragaman lingkungan. Hasil dari tanaman kedelai dapat

dilihat dari jumlah biji per unit area dan berat biji per tanaman, jumlah biji

terbesar tergantung atas jumlah bunga yang menjadi biji dan telah masak, hasil

kedelai juga dipengaruhi oleh jumlah cabang yang nantinya akan menghasilkan

bunga. Umur matang panen merupakan komponen penting dalam menentukan

kualitas biji yang dihasilkan. Selain itu tinggi tanaman merupakan komponen

yang menentukan hasil kedelai (Prasetyo, 2011).


19

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

pada tanggal Maret 2019 sampai dengan Mei 2019 pada ketinggian 26 mdpl.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman kedelai

varietas anjasmoro sebagai objek persilangan, tusuk gigi untuk memindahkan

serbuk sari ke putik, tissu sebagai tempat sementara peletekan stamen, label

persilangan digunakan sebagai penanda.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pinset untuk

pengambilan serbuk sari, tusuk gigi untuk mengkastrasi, gunting untuk memotong

kertas dan selotip, pulpen untuk membuat label.

Prosedur Kerja

- Setelah tanaman sudah mulai berbunga ,penyilangan dapat dilakukan pada

siang hari maupun sore hari


20

- Dipilih bunga yang kincup bunga membengkan dengan corolla kelihatan

muncul sedikit pada kelopaknya, kelopak bunga dibelah dengan cara

perlahanlahan
- Dihilangkan seluruh statement dengan tanagan menggunakan pinset

sehingga tertinggal kepala putik


- Dipilih bunga yang mekar sebagai pejantan. Lalu mahkota dibuka dan

diambil antara yang sudah siap untuk diserbuk kepala putik


- Dilakukan pemindahan kepala putik, serbuk sari
- Diberi label sebagai penanda
- Apabila seminggu bunga disilangkan masih segar dan hijau berarti

persilangan berhasil.
21

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Lahan

Pada areal penanaman kedelai dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu.

Tanah dicangkul sedalam 10 cm - 15 cm, disekeliling lahan dibuat parit selebar 40

cm dengan kedalam 30 cm. Dibuat plot/petakan sebanyak 3 dengan ukuran 1,2 m

x 2 m. Antara petakan satu dengan petakan yang lain dibuat parit selebar 30 cm

dengan kedalaman 25 cm. Setelah itu tanah digemburkan dan dibersihkan dari

gulma. Sebelum dilakukan kegiatan penanaman sebaiknya diberi kompos terlebih

dahulu.

Penempatan arah tanam di daerah tropik tidak menunjukkan perbedaan

antara ditanam arah timur-barat dengan utara-selatan. Hal yang terpenting yaitu

arah tanam harus sejajar dengan arah saluran irigasi atau pematusan sehingga air

tidak menggenang dalam petakan.

Pembentukan Plot

Dibuat plot/petakan sebanyak 3 dengan ukuran 1,2 m x 2 m. Antara

petakan satu dengan petakan yang lain dibuat parit selebar 30 cm dengan

kedalaman 25 cm. Setelah itu tanah digemburkan dan dibersihkan dari gulma.

Sebelum dilakukan kegiatan penanaman sebaiknya diberi kompos terlebih dahulu.

Penanaman Benih
22

Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam dengan

kedalaman 2 cm. Setiap lubang tanam di isi sebanyak 2 benih. Kemudian setelah

tumbuh diambil satu tanaman untuk ditumbuhkan. Penanaman ini dilakukan

dengan jarak tanam kedelai 30 cm x 40 cm.

Pemeliharaan
Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari terutama pada saat

perkecambahan dan pembentukan polong. Penyiraman tidak dilakukan saat hujan

turun di lapangan.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat tanam. Dosisi pupuk untuk kedelai adalah

Aplikasi pupuk urea, TSP, dan KCl pada tanaman kedelai adalah dengan cara

larikan di samping tanaman yang sudah ditutup dengan tanah.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi gulma dilahan, dan

penyiangan pertama diakukan pada saat tanaman berumur 14 HST. Penyiangan

dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut seluruh gulma yang tumbuh di

areal pertanaman dengan menggunakan tangan dan membersihkan gulma-gulma

disekitar parit drainase dengan cangkul.

Pembumbunan

Pembumbunan biasa dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk

membersihkan gulma yang dapat mengganggu tanaman pokok. Bibit yang masih

sangat muda menghendaki perlindungan tumbuhan pengganggu antara lain gulma.

Gulma perlu disiangi karena akan berkompetisi dengan tanaman untuk


23

memperoleh air, hara, dan cahaya. Apabila terjadi kompetisi air maka tanaman

akan kekurangan suplai air sehingga tanaman mudah layu, unsur hara yang ada

dalam tanah tidak tersedia bagi tanaman sehingga akar tanaman tidak dapat

mengabsorbsi hara tersebut maka akan terjadi defisiensi hara. Kompetisi hara

menyebabkan defisiensi hara karena suplai hara bagi tanaman pokok digunakan

juga oleh gulma, akibatnya gulma semakin tumbuh dengan baik karena

mendapatkan makanan. Makanan yang tersedia di dalam tanah terutama di sekitar

perakaran tanaman dibutuhkan untuk pertumbuhan. Kompetisi cahaya oleh gulma

disebabkan karena petumbuhan gulma biasanya lebih cepat dari pada tanaman

pokok sehingga tanaman pokok akan ternaungi (Aini, 2008).

Tahapan Persilangan Tanaman Kedelai

Persiapan

Sebagai persiapan untuk melakukan kastrasi dan penyerbukan silang perIu

disediakan alat-alat antara lain: pisau keeil yang tajam, gunting keeil, pinset

dengan ujung yang runcing.

Kastrasi

Kastrasi adalah kegiatanmembersihkan bagian tanaman yang ada di sekitar

bunga yang akan diemaskulasi dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang

dipakai serta organ tanaman lain yang mengganggu kegiatan persilangan.

Emaskulasi

Emaskulasi adalah kegiatan membuang alat kelaminjantan (stamen) pada

tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri.

Penyerbukan
24

Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen (serbuk sari) yang viabel

atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian menyerbukannya ke

stigma tetua betina yang telah dilakukan emaskulasi.

Pelabelan

Pada label antara lain tertulis informasi tentang: (1) Nomor yang berhubungan

dengan lapangan, (2) Waktu emaskulasi, (3) waktu penyerbukan, (4) Nama tetua

jantan dan betina, (5) Kode pemulia/penyilang.

Panen

Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning,

tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah

warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retakretak, atau polong sudah

kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang

terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering,

sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan.

Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari

cabangnya.

Pemanenan kedelai dilakukan sekitar umur 70 -110 hari atau bila kadar air

benih mencapai 18-20%. Tanda-tanda kedelai sudah adapt dipanen dapat dikenali

dari daun yang telah menguning dan sebagian sudah rontok, batang berwarna

kuning sampai coklat, serta polong berwarna kuning sampai coklat. Masak

fisiologi terjadi jika lebih dari 60% populasi tanaman telah menunjukkan polong

yang berwarna cokelat.

Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman (cm)
25

Tinggi Tanaman diukur dengan menggunakan meteran dari pangkal batang

sampai ujung tunas daun tertinggi. Pengukuran tanaman dilakukan dengan

menggunakan penggaris/meteran. Pengamatan dilakukan setelah tanaman

berumur 1 MST selama satu minggu sekali.

Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung setelah daun berumur 1 MST, dan penghitungan

dilakukan secara manual. Perhitungan dilakukan dengan cara meghitung 1 daun

dalam satu tangkai yang berisi 3 helaian daun, karena daun tanaman kedelai

termasuk daun majemuk.

Diameter Batang (mm)

Pengukuran diameter batang dilakukan pada saat tanaman berusia 2 MST.

Pengukuran dilakukan pada batang tanaman kedelai (Glycine maxx L.merr) dan

menggunakan jangka sorong.

Umur Berbunga
Umur berbunga pada tanaman kedelai (Glycine maxx L.merr) berkisar 35-

49 hari setelah tanam. Bunga tanaman kedelai termasuk bunga sempurna, karena

memiliki alat kelamin jantan dan alat kelamin betina.

Persentase Keberhasilan Persilangan

Pengamatan keberhasilan silang dilakukan dengan menghitung presentase

keberhasilan persilangan dari bunga yang disilangkan berhasil menjadi buah.

Persentase keberhasilan menunjukkan kemampuan silang bunga. Persentase silang

diukur dengan menggunakan rumus:


26

Keberhasilan Persilangan

Jumlah polong rata-rata

Jumlah polong rata-rata kedelai setelah panen yaitu 144, 8

Jumlah biji rata-rata

Jumlah biji rata-rata kedelai dihitung setelah dibuka polongnya dibuka

yaitu 324,8.
27

DAFTAR PUSTAKA

Aini, H. 2008. Kedelai (Glycine max L Merr). Badan Penilitian Purwokerto.


Alia, D. 2011. Genetika. Balai penilitian: Jawa Timur.

Ardi, 2013. Kajian Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kedelai di Tanah


Gambut. Universitas Muhammadiyah: Yogyakarta.

Carsono, C. 2011. Budidaya dan Pasca Panen Kedelai. Eska Media:


Jakarta.

Fachruddin, Lisdiana, Ir. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbit


Kanisius.
Yogyakarta.

Gani, 2008. Budidaya Tanaman Kedelai. Balai Penelitian:


Surabaya

Ginting, S. 2003.Respon Tanaman Kedelai dan Jagung Terhadap Pemberian


Pupuk Biologi.USU: Medan

Gurning JF; EH Kardhinata & ES Bayu. 2013. Evaluasi Toleransi Tanaman


Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Regeneran M4 Hasil Radiasi Sinar
Gamma Terhadap Salinitas. J. Online Agroekoteknologi 1(2): 158-170

Handayani, 2014. Budidaya Kedelai Di Lahan Basah. Jurusan Budidaya


Pertanian. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Hartati, 2011. Dasar – Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.


Yogyakarta.

Hidayat, O. D. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Hal 73-86. Dalam S.


Somaatmadja et al. (Eds.). Puslitbangtan. Bogor.

Herman, H. 2013. Diktat Bioteknologi.Universitas Negeri Yogyakarta:


Yogyakarta.

Krisnawati, 2010. Respon Tanaman Kedelai terhadap Pemberian


Mulsa.Universitas lampung. Bandar Lampung.

Maliki, 2011. Uji Ketahanan Tanaman Kedelai Hasil


Persilangan Pada Kondisi Lingkungan Cekaman
Garam (NaCl). Program Studi Biologi. Institut Teknologi Sepuluh
November. Surabaya.
28

Mulya, 2011. Hama Penting Pada Tanaman Kedelai. Jurusan


Agroekoteknologi. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Medan.

Nurcahyo, 2011. Keragaman Genteika.Universitas Brawijaya: Malang.

Pebriani, L.2013.Pengaruh Konsentrasi Dan Waktu Penyemprotan Ga3 Terhadap


Pertumbuhan Dan Produksi Benih Kedelai (Glycine Max [L.] Merril).
Universitas Lampung :Bandar Lampung.

Pertiwi, P, D.2013. Pengaruh Konsentrasi Dan Waktu Penyemprotan Ga3


Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Benih Kedelai (Glycine Max [L.] Merril).

Riskanita, W, H. 2011. Pengaruh Waktu Dan Suhu Penggorengan Terhadap


Komposisi Proksimat Pada Tempe Kedelai. Universitas Muhammadiyah
Surakarta:Surakarta.

Setiawan, W. 2014.Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Kedelai


(Glycine Max [L] Merr.) Pada Beberapa Fraksi Penipisan Air. Universitas
Lampung: Bandar Lampung.

Sorga,S.2013.AnalisisKomparasiNilaiTambahDalamBerbagaiProdukOlahanKedel
aiPadaIndustriRumahTangga Di Kota Medan. USU, Medan

Suwahyono, U. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik secara


Efektif dan Efisien. Penebar Swadaya. Jakarta

Ulfa, N, R. 2009.Uji Ekstrak Biji Kedelai Menggunakan Basic HMPC pada kulit
manusia.Universitas Muhammadiah Surakarta: Surakarta.

Verdiana, 2010..Peran Silikon Sebagai Unsur Bermanfaat Pada Tanaman kedelai.


Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 7(2):103-116.
Jurusan Tanah. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
29

Anda mungkin juga menyukai