Anda di halaman 1dari 24

BAB VI

PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN


INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM
6.1 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan ekstrak bahan
alam terhadap proses korosi.
2. Mengetahui dan memahami mekanisme pengendalian korosi dengan
penambahan inhibitor ekstrak bahan alam.
3. Menghitung laju korosi dari logam dengan lingkungan yang ditambah
inhibitor.
4. Mengetahui tahapan dan proses pengendalian korosi dengan
penambahan inhibitor ekstrak bahan alam.
6.2 Teori Dasar
Inhibitor adalah suatu zat yang bereaksi dengan permukaan logam,
atau lingkungan yang terpapar permukaan ini, memberikan permukaan
tingkat perlindungan tertentu. Inhibitor sering bekerja dengan menyerap diri
pada permukaan logam, melindungi permukaan logam . [1] Inhibitor
biasanya didistribusikan dari larutan atau dispersi. Beberapa termasuk dalam
formulasi lapisan pelindung. Inhibitor memperlambat proses korosi oleh
Meningkatkan perilaku polarisasi anodik atau katodik (lereng Tafel)
Mengurangi gerakan atau difusi ion ke permukaan metalik Meningkatkan
ketahanan listrik dari permukaan metalik. Inhibitor telah diklasifikasikan
secara berbeda oleh berbagai penulis. Beberapa penulis lebih memilih untuk
mengelompokkan inhibitor berdasarkan fungsi kimianya, Inorganic
inhibitors. Biasanya garam kristal seperti natrium kromat, fosfat, atau
molibdat. Hanya anion negatif dari senyawa ini yang terlibat dalam
mengurangi korosi logam. Ketika seng digunakan sebagai pengganti
natrium, kation seng dapat menambahkan beberapa efek yang
menguntungkan. Senyawa-senyawa yang ditambahkan seng ini disebut
inhibitor campuran-campuran. Anion organik. Sodium sulfonat, fosfonat,
atau mercaptobenzotriazole (MBT) digunakan secara umum dalam air
pendingin dan larutan antibeku. Kationik organik. Dalam bentuk

106
BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

konsentrasinya, ini adalah cairan atau padatan seperti lilin. Bagian aktif
mereka umumnya besar alifatik atau senyawa aromatik dengan kelompok
amina bermuatan positif.

Gambar 6.1 Contoh inhibitor bahan kimia


“Back to Nature” (kembali ke alam)" merupakan istilah yang
digunakan oleh banyak orang, agar masyarakat kembali memanfaatkan
bahan-bahan kimia yang telah disediakan oleh alam dan bukan bahan
sintetis. Tren back to nature ini didasarkan oleh berbagai kekurangan,
keamanan, dan bahaya kesehatan dari penggunaan yang terus menerus dari
bahan kimia sintetis. Contoh sederhananya adalah dalam bidang pertanian,
dimana banyak petani dan konsumen lebih memilih hasil pertanian yang
dipupuk dengan mengunakan pupuk alami (kompos/kotoran ternak)
dibandingkan dengan pupuk sintetis. Contoh-contoh lainnya adalah
penggunaan plastik, dimana sekarang sedang digalakkan pencarian bahan

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 107


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

baku plastik alami (biopolimer) yang diharapkan dapat menggantikan


peranan plastik sintetis yang bersifat nonbiodegradable dan tidak ramah
lingkungan. Istilah back to nature juga berlaku dalam aplikasinya dibidang
kimia korosi. Tetapi sebelum meninjau lebih jauh aplikasinya, mungkin
penulis akan menjelaskan terlebih dahulu apa itu korosi dan inhibitor.
Korosi atau secara awam dikenal sebagai pengkaratan merupakan suatu
peristiwa kerusakan atau penurunan kualitas suatu bahan logam yang
disebabkan oleh terjadi reaksi dengan lingkungan. Biasanya proses korosi
logam berlangsung secara elektrokimia yang terjadi secara simultan pada
daerah anoda dan katoda yang membentuk rangkaian arus listrik tertutup.
Proses pencegahan korosi dapat dilakukan, diantaranya dengan pelapisan
pada permukaan logam, perlindungan katodik, penambahan inhibitor korosi
dan lain-lain. Sejauh ini, penggunaan inhibitor merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk mencegah korosi. Inhibitor korosi sendiri
didefinisikan sebagai suatu zat yang apabila ditambahkan dalam jumlah
sedikit ke dalam lingkungan akan menurunkan serangan korosi lingkungan
terhadap logam. Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa
organik dan anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki
pasangan elektron bebas, seperti nitrit, kromat, fospat, urea, fenilalanin,
imidazolin, dan senyawa-senyawa amina. Namun demikian, pada
kenyataannya bahwa bahan kimia sintesis ini merupakan bahan kimia yang
berbahaya, harganya lumayan mahal, dan tidak ramah lingkungan, maka
sering industri-industri kecil dan menengah jarang menggunakan inhibitor
pada sistem pendingin, sistem pemipaan, dan sistem pengolahan air
produksi mereka, untuk melindungi besi/baja dari serangan korosi. Untuk
itu penggunaan inhibitor yang aman, mudah didapatkan, bersifat
biodegradable, biaya murah, dan ramah lingkungan sangatlah diperlukan.
Bahan alam sebagai alternatif inhibitor salah satu alternatifnya adalah
ekstrak bahan alam khususnya senyawa yang mengandung atom N, O, P, S,
dan atom-atom yang memiliki pasangan elektron bebas. Unsur-unsur yang
mengandung pasangan elektron bebas ini nantinya dapat berfungsi sebagai
ligan yang akan membentuk senyawa kompleks dengan logam. Dari

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 108


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

beberapa hasil penelitian seperti penelitian oleh Fraunhofer (1996),


diketahui bahwa ekstrak daun tembakau, teh dan kopi dapat efektif sebagai
inhibitor pada sampel logam besi, tembaga, dan alumunium dalam medium
larutan garam.Keefektifan ini diduga karena ekstrak daun tembakau, teh,
dan kopi memiliki unsur nitrogen yang berfungsi sebagai pendonor elektron
terhadap logam Fe2+ untuk membentuk senyawa kompleks. Sudrajat dan
Ilim (2006) juga mengemukakan bahwa ekstrak daun tembakau, lidah
buaya, daun pepaya, daun teh, dan kopi dapat efektif menurunkan laju
korosi mild steel dalam medium air laut buatan yang jenuh CO2 .Efektivitas
ekstrak bahan alam sebagai inhibitor korosi tidak terlepas dari kandungan
nitrogen yang terdapat dalam senyawaan kimianya seperti daun tembakau
yang mengandung senyawa-senyawa kimia antara lain nikotin, hidrazin,
alanin, quinolin, anilin, piridin, amina, dan lain-lain. Lidah buaya
mengandung aloin, aloenin, aloesin dan asam amino. Daun pepaya
mengandung N-asetil-glukosaminida, benzil isotiosianat, asam
amino.Sedangkan daun teh dan kopi banyak mengandung senyawa kafein
dimana kafein dari daun teh lebih banyak dibandingkan kopi. Mekanisme
proteksi ekstrak bahan alam terhadap besi/baja dari serangan korosi
diperkirakan hampir sama dengan mekanisme proteksi oleh inhibitor
organik. Reaksi yang terjadi antara logam Fe2+ dengan medium korosif
seperti CO2 diperkirakan menghasilkan FeCO3, oksidasi lanjutan
menghasilkan Fe2(CO3)3 dan reaksi antara Fe2+ dengan inhibitor ekstrak
bahan alam menghasilkan senyawa kompleks. Inhibitor ekstrak bahan alam
yang mengandung nitrogen mendonorkan sepasang elektronnya pada
permukaan logam mild steel ketika ion Fe2+ terdifusi ke dalam larutan
elektrolit, reaksinya adalah Fe -> Fe2+ + 2e- (melepaskan elektron) dan Fe2+
+ 2e- -> Fe (menerima elektron). Inhibitor korosi sendiri didefinisikan
sebagai suatu zat yang apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit ke dalam
lingkungan akan menurunkan serangan korosi lingkungan terhadap logam.
Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses korosi antara
lain, yaitu : Suhu Kenaikan suhu akan menyebabkan bertambahnya
kecepatan reaksi korosi. Hal ini terjadi karena makin tinggi suhu maka

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 109


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

energi kinetik dari partikel-partikel yang bereaksi akan meningkat sehingga


melampaui besarnya harga energi aktivasi dan akibatnya laju kecepatan
reaksi (korosi) juga akan makin cepat, begitu juga sebaliknya. Kecepatan
alir fluida atau kecepatan pengadukan Laju korosi cenderung bertambah jika
laju atau kecepatan aliran fluida bertambah besar. Hal ini karena kontak
antara zat pereaksi dan logam akan semakin besar sehingga ion-ion logam
akan makin banyak yang lepas sehingga logam akan mengalami kerapuhan
(korosi). Konsentrasi bahan korosif Hal ini berhubungan dengan pH atau
keasaman dan kebasaan suatu larutan. Larutan yang bersifat asam sangat
korosif terhadap logam dimana logam yang berada didalam media larutan
asam akan lebih cepat terkorosi karena karena merupakan reaksi anoda.
Sedangkan larutan yang bersifat basa dapat menyebabkan korosi pada reaksi
katodanya karena reaksi katoda selalu serentak dengan reaksi anoda.
Oksigen adanya oksigen yang terdapat di dalam udara dapat bersentuhan
dengan permukaan logam yang lembab. Sehingga kemungkinan menjadi
korosi lebih besar. Di dalam air (lingkungan terbuka), adanya oksigen
menyebabkan korosi. Waktu kontak aksi inhibitor diharapkan dapat
membuat ketahanan logam terhadap korosi lebih besar. Dengan adanya
penambahan inhibitor kedalam larutan, maka akan menyebabkan laju reaksi
menjadi lebih rendah, sehingga waktu kerja inhibitor untuk melindungi
logam menjadi lebih lama. Kemampuan inhibitor untuk melindungi logam
dari korosi akan hilang atau habis pada waktu tertentu, hal itu dikarenakan
semakin lama waktunya maka inhibitor akan semakin habis terserang oleh
larutan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 110


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

Gambar 6.2 Contoh senyawa kompleks pada proses inhibitor


Produk yang terbentuk di atas mempunyai kestabilan yang tinggi
dibanding dengan Fe saja, sehingga sampel besi/baja yang diberikan
inhibitor ekstrak bahan alam akan lebih tahan (ter-proteksi) terhadap korosi.
Contoh lainnya, dapat juga dilihat dari struktur senyawa nikotin dan kafein
yang terdapat dalam ekstrak daun tembakau, teh, dan kopi, dimana kafein
dan nikotin yang mengandung gugus atom nitrogen akan menyumbangkan
pasangan elektron bebasnya untuk mendonorkan elektron pada logam Fe2+
sehingga terbentuk senyawa kompleks dengan mekanisme yang sama
seperti diatas. Muatan permukaan pada logam. Adsorpsi mungkin karena
gaya tarik elektrostatik antara muatan ion atau dipol pada spesies teradsorpsi
dan muatan listrik pada logam pada antarmuka logam-solusi. Dalam larutan,
muatan pada logam dapat dinyatakan dengan potensinya sehubungan
dengan potensi muatan nol. Potensi ini relatif terhadap potensi nol-muatan,
sering disebut sebagai (-potential, lebih penting sehubungan dengan
adsorpsi dari potensi pada skala hidrogen, dan memang tanda-tanda dari dua
potensi ini mungkin berbeda. Sebagai potensi permukaan metalik menjadi
lebih positif, adsorpsi anion disukai, dan sebagai -potential menjadi lebih
negatif, adsorpsi kation lebih disukai.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 111


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

6.3 Metodologi Praktikum


6.3.1 Skema Proses
Siapkan alat dan bahan

Bersihkan spesimen logam

Timbang dan ukur dimensi

Masukkan spesimen logam pada larutan

Ukur pH dan potensial larutan

Amati perubahan

Bersihkan dan keringkan spesimen

Timbang dan ukur spesimen

Hitung laju korosi

Plotkan pada diagram pourbaix

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 6.3 Skema proses pengendalian korosi dengan penambahan inhibitor


6.3.2 Penjelasan Skema Proses
1. Disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu
2. Dibersihkan spesimen logam dengan amplas 80 mesh dan 240
mesh lalu semprot dengan alkohol
3. Ditimbang dan ukur dimensi spesimen logam dengan
menggunakan neraca digital dan jangka sorong
4. Dimasukkan spesimen logam ke dalam larutan NaCl dan beserta
ekstrak bahan alam ( daun kelor , daun jambu , dan kulit manggis)
dengan gelas kimia yang berbeda-beda.
5. Diukur pH dan potensial larutan mula-mula dengan menggunakan
pH meter dan potensiometer.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 112


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

6. Diamati perubahan yang terjadi , serta ukur pH dan potensial tiap


1x 24 jam selama 7 hari menggunakan pH meter dan
potensiometer.
7. Dibersihkan dan keringkan setiap gelas kimia 250 ml yang sudah
dipakai sebelumnya.
8. Ditimbang dan ukur dimensi spesimen logam setelah pengujian
menggunakan pH meter dan potensiometer.
9. Dihitung laju korosi berdasarkan dari data yang didapat.
10. Diplotkan pada diagram pourbaix berdasarkan dari data yang
didapat
11. Membuat analisa dari data yang didapat
12. Membuat kesimpulan dari seluruh proses praktikum.
6.3.3 Gambar proses

Siapkan alat dan bahan Pengamplasan

Pengukuran Pengukuran awal Pencelupan

--
--

Pembersihan Pengukuran Hitung laju korosi

-- - ----
-- - ----
Kesimpulan Analisa plot pada diagram
Gambar 6.4 Proses pengendalian korosi dengan penambahan inhibitor ekstrak bahan alam

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 113


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

6.4 Alat dan Bahan


6.4.1 Alat
1. Neraca digital : 1 buah
2. pH meter : 1 buah
3. Potensiometer : 1 buah
4. Refference electrode : 1 buah
5. Gelas kimia : 1 buah
6. Batang pengaduk : 1 buah
7. Kaca arloji : secukupnya
8. Alat tulis : 1 set
6.4.2 Bahan
1. Aqua dm : secukupnya
2. NaCl 0,2 M : 2,925 gr
3. Ekstrak daun jambu : 0,004 gr
4. Ekstrak daun jambu biji : 0,004 gr
5. Ekstrak kulit manggis : 0,004 gr
6. Spesimen logam : 1 buah
7. Amplas : 2 buah
8. Alkohol : secukupnya
9. Baja ST 37 : 1 buah

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 114


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

6.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


6.5.1 Pengumpulan Data
1. Data Awal Pengamatan
Tabel 6.1 Data awal pengamatan.
NaCl + NaCl + NaCl +
No Jenis Data ekstrak kulit ekstrak daun ekstrak daun
manggis jambu biji kelor
Inhibitor yang
1 16 16 16
dibutuhkan (ppm)
2 Berat awal (mg) 21520 21300 21900
3 Berat akhir (mg) 21280 21300 21460
4 Panjang awal (mm) 60 60,2 60,3
5 Lebar awal (mm) 39,8 40,5 40,5
6 Tebal awal (mm) 1,1 1,1 1,1
7 Waktu Pengamatan (jam) 7 x 24 7 x 24 7 x 24

2. Data Pengamatan Pengukuran Dimensi dan Berat


Tabel 6.2 Data pengamatan pengukuran dimensi dan berat.
Panjang Tebal
Lebar (mm) Luas (mm2)
No Larutan (mm) (mm)
p0 p1 l0 l1 t0 t1 A0 A1
NaCl +
1 ekstrak kulit 60 60 39,8 39,8 1,1 1,1 4995,56 4995,56
manggis
NaCl +
2 ekstrak daun 60,2 60,2 40,5 40,2 1,1 1,1 5097,74 5060,96
jambu biji
NaCl +
3 ekstrak daun 60,2 60 40,5 40,5 1,1 1,1 5106,06 5097,74
kelor

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 115


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

Tabel 6.2 Data pengamatan pengukuran dimensi dan berat (sambungan).


Berat
W0 (mg) W1 (mg) W (mg)
21520 21280 240
21300 21300 0
21900 21460 440

3. NaCl 0.2M + Ekstrak Kulit Manggis


Tabel 6.3 Data awal pengamatan visual, potensial dan pH NaCl 0.2M + ekstrak kulit manggis
Gambar Intensitas Korosi Dalam
Potensial Pengamatan
No Tanggal Larutan pH
(V) Visual
Depan Belakang
Tanggal:
1. Tidak ada
2-12-18
gelembung
2. Tidak ada
Hari:
endapan
1 Minggu -0.689 7.35
3. Belum
terkorosi
Waktu:
4. Jernih
14.30
5. Perak
WIB
Tanggal:
3-12-18 1. Tidak ada
gelembung
Hari: 2. Ada endapan
2 Senin -0.807 7.36 3. Belum
terkorosi
Waktu: 4. Kekuningan
14.30 5. Kecoklatan
WIB
Tanggal:
4-12-18 1. Tidak ada
gelembung
Hari: 2. Ada endapan
3 Selasa -0.805 7.44 3. Belum
terkorosi
Waktu: 4. Kekuningan
14.30 5. Kecoklatan
WIB
Tanggal:
1. Tidak ada
5-12-18
gelembung
2. Ada endapan
Hari:
4 -0.823 7.55 3. Belum
Rabu
terkorosi
4. Keruh
Waktu:
5. Gelap
14.30

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 116


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

WIB
Tanggal:
6-12-18 1. Tidak ada
gelembung
Hari: 2. Ada endapan
5 Kamis -0.713 7.39 3. Belum
terkorosi
Waktu: 4. Keruh
14.30 5. Gelap
WIB
Tanggal:
7-12-18 1. Tidak ada
gelembung
Hari: 2. Ada endapan
6 Jum’at -0.595 7.55 3. Belum
terkorosi
Waktu: 4. Keruh
14.30 5. Gelap
WIB
Tanggal:
1. Ada
8-12-18
gelembung
2. Tidak ada
Hari:
endapan
7 Sabtu -0.656 7.62
3. Tidak
terkorosi
Waktu:
4. Keruh
14.30
5. Gelap
WIB
4. NaCl 0.2M + Ekstra jambu biji
Tabel 6.4 Data awal pengamatan NaCl 0.2M + ekstrak jambu biji
Gambar Intensitas Korosi Dalam
Potensial Pengamatan
No Tanggal Larutan pH
(V) Visual
Depan Belakang
Tanggal:
1. Tidak ada
2-12-18
gelembung
2. Tidak ada
Hari:
endapan
1 Minggu -0.573 7.25
3. Belum
terkorosi
Waktu:
4. Jernih
14.30
5. Perak
WIB
Tanggal:
3-12-18 1. Tidak ada
gelembung
Hari: 2. Ada endapan
2 Senin -0.347 7.49 3. Belum
terkorosi
Waktu: 4. Kekuningan
14.30 5. Kecoklatan
WIB

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 117


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

Tanggal:
4-12-18 1. Tidak ada
gelembung
Hari: 2. Ada endapan
3 Selasa -0.546 7.30 3. Belum
terkorosi
Waktu: 4. Kekuningan
14.30 5. Kecoklatan
WIB
Tanggal:
5-12-18 1. Tidak ada
gelembung
Hari: 2. Ada endapan
4 Rabu -0.823 7.53 3. Belum
terkorosi
Waktu: 4. Keruh
14.30 5. Gelap
WIB
Tanggal:
6-12-18 1. Tidak ada
gelembung
Hari: 2. Ada endapan
5 Kamis -0.702 7.41 3. Belum
terkorosi
Waktu: 4. Keruh
14.30 5. Gelap
WIB
Tanggal:
7-12-18 1. Tidak ada
gelembung
Hari: 2. Ada endapan
6 Jum’at -0.701 7.70 3. Belum
terkorosi
Waktu: 4. Keruh
14.30 5. Gelap
WIB
Tanggal:
1. Ada
8-12-18
gelembung
2. Tidak ada
Hari:
endapan
7 Sabtu -0.572 7.68
3. Tidak
terkorosi
Waktu:
4. Keruh
14.30
5. Gelap
WIB

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 118


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

5. NaCl 0.2M + Ekstrak Daun Kelor


Tabel 6.5 Data awal pengamatan visual, potensial dan pH NaCl 0.2M + ekstrak daun kelor
Gambar Intensitas Korosi Dalam
Potensial Pengamatan
No Tanggal Larutan pH
(V) Visual
Depan Belakang
Tanggal:
1. Tidak ada
2-12-18
gelembung
2. Tidak ada
Hari:
endapan
1 Minggu -0.547 7.5
3. Belum
terkorosi
Waktu:
4. Jernih
14.30
5. Perak
WIB
Tanggal:
3-12-18 1. Tidak ada
gelembung
Hari: 2. Ada endapan
2 Senin -0.803 7.32 3. Belum
terkorosi
Waktu: 4. Kekuningan
14.30 5. Kecoklatan
WIB
Tanggal:
4-12-18 1. Tidak ada
gelembung
Hari: 2. Ada endapan
3 Selasa -0.716 7.40 3. Belum
terkorosi
Waktu: 4. Kekuningan
14.30 5. Kecoklatan
WIB
Tanggal:
5-12-18 1. Tidak ada
gelembung
Hari: 2. Ada endapan
4 Rabu -0.823 7.52 3. Belum
terkorosi
Waktu: 4. Keruh
14.30 5. Gelap
WIB
Tanggal:
6-12-18 1. Tidak ada
gelembung
Hari: 2. Ada endapan
5 Kamis -0.74 7.44 3. Belum
terkorosi
Waktu: 4. Keruh
14.30 5. Gelap
WIB

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 119


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

Tanggal:
7-12-18 1. Tidak ada
gelembung
Hari: 2. Ada endapan
6 Jum’at -0.638 7.43 3. Belum
terkorosi
Waktu: 4. Keruh
14.30 5. Gelap
WIB
Tanggal:
1. Ada
8-12-18
gelembung
2. Tidak ada
Hari:
endapan
7 Sabtu -0.76 7.43
3. Tidak
terkorosi
Waktu:
4. Keruh
14.30
5. Gelap
WIB

6.5.2 Pengolahan Data


1. Pembuatan Larutan (250 mL NaCl 0,2 M)
g 1000
M = x
Mr 250

250
g = M x Mr x
1000

250
= 0,2 x 58,5 x
1000

= 2,925 gram

2. Luas Permukaan Awal dan Akhir


1. Spesimen Inhibitor Ekstrak Kulit Manggis

Aawal = 2 x (p x l + p x t + l x t )

= 2 x (60 mm x 39,8 mm + 60 mm x 1,1 mm + 39,8 mm x 1,1 mm )


2
= 4995,56 mm
2
= 7,74 inch

Aakhir = 2 x (p x l + p x t + l x t )

= 2 x (124 mm x 39 mm + 124 mm x 4,1 mm + 39 mm x 4,1 mm )

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 120


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

2
= 4995,56 mm
2
= 7,74 inch

2. Spesimen Inhibitor Daun Jambu Biji

Aawal = 2 x (p x l + p x t + l x t )

= 2x(60,2 mm x 40,5 mm + 60,2 mm x 1,1 mm + 40,5 mm x 1,1 mm )


2
= 5067,74 mm
2
= 7,85 inch

Aakhir = 2 x (p x l + p x t + l x t )

= 2x(60,2 mm x 40,2 mm + 60,2 mm x 1,1 mm + 40,2 mm x 1,1 mm )


2
= 5060,96 mm
2
= 7,84 inch

3. Spesimen Inhibitor Daun Kelor

Aawal = 2 x (p x l + p x t + l x t )

= 2x(60,3 mm x 40,5 mm + 60,3 mm x 1,1 mm + 40,5 mm x 1,1 mm )


2
= 5106,06 mm
2
= 7,91 inch

Aakhir = 2 x (p x l + p x t + l x t )

= 2x(60,2 mm x 40,5 mm + 60,2 mm x 1,1 mm + 40,5 mm x 1,1 mm)


2
= 5097,74 mm
2
= 7,90 inch

3. Perhitungan Inhibitor ( 16 ppm )


Berat zat terlarut (mg)
Ppm = Volume larutan (L)

Berat zat terlarut = ppm x Volume larutan

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 121


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

= 16 ppm x 0,25 L

= 4 mg

4. Laju Korosi (mpy)


1. Inhibitor Ekstrak Kulit Manggis
534 x W
CR = ρxAxt

534 x 240 gram


= 7800 g/cm3 x 7,74 inch2 x 7 x 24 jam

= 12,64 mpy

2. Spesimen Inhibitor Daun Jambu Biji


534 x W
CR = ρxAxt

534 x 0 gram
= 7,8 g/cm3 x 7,85 inch2 x 7 x 24 jam

= 0 mpy

3. Spesimen Inhibitor Daun Kelor


534 x W
CR = ρxAxt

534 x 440 gram


= 7,8 g/cm3 x 7,91 inch2 x 7 x 24 jam

= 23,16 mpy

5. Konversi Reference Electrode ke Standar Hydrogen


1. Inhibitor Ekstrak Kulit Manggis

Hari ke-1 = - 0,4927 V - 0,197 V = - 0,6897 V

Hari ke-2 = - 0,6100 V - 0,197 V = - 0,8070 V

Hari ke-3 = - 0,6082 V - 0,197 V = - 0,8052 V

Hari ke-4 = - 0,6268 V - 0,197 V = - 0,8238 V

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 122


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

Hari ke-5 = - 0,5168 V - 0,197 V = - 0,7138 V

Hari ke-6 = - 0,3980 V - 0,197 V = - 0,5950 V

Hari ke 7 = - 0,4596 V - 0,197 V = - 0,6566 V

2. Inhibitor Ekstrak Daun Jambu Biji

Hari ke-1 = - 0,3764 V - 0,197 V = - 0,5734 V

Hari ke-2 = - 0,1509 V - 0,197 V = - 0,3479 V

Hari ke-3 = - 0,3491 V - 0,197 V = - 0,5461 V

Hari ke-4 = - 0,6265 V - 0,197 V = - 0,8235 V

Hari ke-5 = - 0,5052 V - 0,197 V = - 0,7022 V

Hari ke-6 = - 0,5044 V - 0,197 V = - 0,7014 V

Hari ke 7 = - 0,3756 V - 0,197 V = - 0,5726 V

3. Inhibitor Daun Kelor

Hari ke-1 = - 0,3502 V - 0,197 V = - 0,5472 V

Hari ke-2 = - 0,6061 V - 0,197 V = - 0,8031 V

Hari ke-3 = - 0,5199 V - 0,197 V = - 0,7169 V

Hari ke-4 = - 0,6260 V - 0,197 V = - 0,8230 V

Hari ke-5 = - 0,5430 V - 0,197 V = - 0,7400 V

Hari ke-6 = - 0,4417 V - 0,197 V = - 0,6387 V

Hari ke 7 = - 0,5636 V - 0,197 V = - 0,7606 V

6. Persamaan Reaksi
Anoda : 6 Fe → 6 Fe6+ + 4e-
Katoda : O6 + 6 H6O + 4e- → 4OH-
6 Fe + O6 + 6H6O → 6 Fe6+ + 4 OH-
Korosi: Fe3+ + 3 Cl- → FeCl3

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 123


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

7. Diagram Pourbaix

Gambar 6.5 Diagram pourbaix ekstrak daun kelor


Keterangan : Hari ke – n : potensial(V) , pH
Hari ke – 1 : - 0,547 V , 7,5
Hari ke – 2 : - 0,803 V , 7,32
Hari ke – 3 : - 0,716 V , 7,40
Hari ke – 4 : - 0,823 V , 7,52
Hari ke – 5 : - 0,74 V , 7,44
Hari ke – 6 : - 0,638 V , 7,43
Hari ke – 7 : - 0,76 V , 7,43

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 124


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

Gambar 6 .6 Diagram pourbaix ekstrak kulis manggis


Keterangan : Hari ke – n : potensial(V) , pH
Hari ke – 1 : - 0,689 V , 7,35
Hari ke – 2 : - 0,807 V , 7,36
Hari ke – 3 : - 0,805 V , 7,44
Hari ke – 4 : - 0,823 V , 7,55
Hari ke – 5 : - 0,713 V , 7,39
Hari ke – 6 : - 0,595 V , 7,55
Hari ke – 7 : - 0,656 V , 7,62

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 125


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

Gambar 6.7 Diagram pourbaix ekstrak jambu biji


Keterangan : Hari ke – n : potensial(V) , pH
Hari ke – 1 : - 0,523 V , 7,25
Hari ke – 2 : - 0,347 V , 7,49
Hari ke – 3 : - 0,546 V , 7,30
Hari ke – 4 : - 0,823 V , 7,53
Hari ke – 5 : - 0,702 V , 7,41
Hari ke – 6 : - 0,701 V , 7,70
Hari ke – 7 : - 0,572 V , 7,68

6.6 Analisa dan Pembahasan


Berdasarkan praktikum yang dilakukan praktikan mengetahui bahwa
pengendalian korosi dengan penambahan inhibitor ekstrak bahan alam
bertujuan agar mengurangi laju korosi pada spesimen baja ST37 . larutan
yang digunakan pada proses ini adalah NaCl 0,2 M , penggunaan NaCl itu
sendiri digunakan untuk mensimilasi kan pada daerah air laut dengan
adanya larutan NaCl (garam) merupakan media yang baik untuk
melangsungkan transfer muatan sehingga elektron lebih mudah untuk dapat
diikat oleh oksigen di udara maka dari itu air laut yang mengandung NaCl

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 126


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

merupakan penyebab utama terjadinya korosi . lalu dengan penambahan


inhibitor ekstrak kulit manggis , daun kelor dan daun jambu biji ditinjau dari
jenis nya inhibitor ini termasuk kedalam inhibitor organik dan untuk masing
– masing memiliki berat 4 mg . Spesimen dilakukan persiapan awal
permukaan secara mekanik dan kimiawi ,secara mekanik terlebih dahulu
dengan amplas kasar (80 mesh) dan amplas halus (240 mesh) dengan tujuan
agar pengotor seperti karat dan debu terangkat dari spesimen dan secara
kimiawi dilakukan penyemprotan menggunakan alkohol bertujuan untuk
menghambat laju korosi. .
Spesimen dikaitkan dengan kawat tembaga dengan pengamplas
terlebih dahulu tujuannya untuk meningkatkan konduktifitas kawat tembaga
sehingga mempermudah pada saat pengukuran potensial dan lalu diberi
kutex sebelum pencelupan agar tidak terjadinya galvanic corrosion antara
spesimen dan kawat tembaga. Dari data terlihat bahwa berat awal spesimen
dengan ekstrak kulit manggis = 21520 mg dan setelah selesai pengamatan
berat akhirnya menjadi 21280 mg spesimen mengalami penurunan berat
sebesar 240 mg , data visual tidak terjadi korosi dari hari ke hari tetapi
perubahan warna larutan dari hari ke hari semakin kuning kecoklatan,
tercatat bahwa laju korosi = 12,64 mpy
untuk berat awal spesimen dengan ekstrak jambu biji = 21300 mg dan
setelah selesai pengamatan berat akhirnya menjadi 21300 mg spesimen
tidak mengalami pengurangan dimensi, dari data visual spesimen tidak
mengalami korosi hanya goresan bekas dari pengamplasan terlihat dan dari
hari ke hari larutan berubah warna menjadi kuning kecoklatan dan pada
diagram pourbaix menunjukkan bahwa untuk spesimen yang dicelupkan
pada larutan NaCl dengan ekstrak jambu biji berada pada daerah immunity
untuk berat awal spesimen dengan ekstrak daun kelor = 21900 mg
dan setelah selesai pengamatan berat akhirnya menjadi 21460 mg spesimen
mengalami penurunan berat sebesar 440 mg dan mempunyai laju korosi =
23,16 mpy dan berdasarkan hasil plot potensial dan pH pada diagram
pourbaix berada pada daerah immunity

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 127


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

Mekanisme inhibitor yaitu pemberian dilakukan dengan satuan ppm


dan nantinya permberian ini mampu dapat mengendalikan korosi dengan
cara absorpsi pada bagian-bagian lapisan spesimen yang memungkinkan
terjadinya korosi.
Pengaruh banyak / kurang nya pemberian inhibitor ini sangat lah
penting , bila pemberian inhibitor terlalu sedikit maka ditakutkan proses
pengendalian korosi tidak maksimal dan juga bila pemberian inhibitor
terlalu banyak pun nanti bukannya menurunkan laju korosi tetapi akan
mencemari atau menkontaminasi larutan yang berada di daerah spesimen itu
sendiri.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju korosi ialah Oksigen
(O2), adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada metal
seperti laju korosi pada baja ST 37 akan bertambah dengan meningkatnya
kandungan oksigen. Kelarutan oksigen dalam air merupakan fungsi dari
tekanan, temperatur dan kandungan klorida. Untuk tekanan 1 atm dan
temperatur kamar, kelarutan oksigen adalah 10 ppm dan kelarutannya akan
berkurang dengan bertambahnya temperatur dan konsentrasi
garam. Sedangkan kandungan oksigen dalam kandungan minyak-air yang
dapat mengahambat timbulnya korosi adalah 0,05 ppm atau kurang. Reaksi
korosi secara umum pada besi karena adanya kelarutan oksigen adalah
sebagai berikut : Reaksi Anoda : Fe → Fe2- + 2e dan reaksi katoda : O2 +
2H2O + 4e- → 4OH- .Karbondioksida (CO2), jika kardondioksida
dilarutkan dalam air maka akan terbentuk asam karbonat (H2CO2) yang
dapat menurunkan pH air dan meningkatkan korosifitas, biasanya bentuk
korosinya berupa pitting yang secara umum reaksinya adalah: CO2 + H2O
→ H2CO3 dan Fe + H2CO3→FeCO3 + H2. FeCO3 merupakan produk
korosi. temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun kenyataannya
kelarutan oksigen berkurang dengan meningkatnya
temperatur. Apabila metal pada temperatur yang tidak uniform, maka
akan besar kemungkinan terbentuk korosi.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 128


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN Kelompok
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM 15

6.7 Kesimpulan dan Saran


6.7.1 Kesimpulan
1. Praktikan mengetahui dan memahami pengaruh penambahan ekstrak
bahan alam terhadap korosi.
2. Praktikan mengetahui dan memahami mekanisme pengendalian korosi
dengan penambahan inhibitor ekstrak bahan alam.
3. Praktikan mengetahui tahapan dan proses pengendalian korosi dengan
penambahan inhibitor ekstrak bahan alam.
4. Praktikan menghitung laju korosi dari logam dengan lingkungan yang
ditambah inhibitor.
5. Berat selisih antara berat awal dan akhir :
1. Ekstrak kulit manggis = 240 mg
2. Ekstrak daun jambu biji = 100 mg
3. Ekstrak daun kelor = 440 mg
6.7.2 Saran
-

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 129

Anda mungkin juga menyukai