Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

TUBERCULOSIS

Oleh :
Muhammad Zulfan Rifqiawan
201510330311153

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

penyebaran hematogen dan limfogen dari infeksi Mycobacterium tuberculosis.

Besar dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada semua pihak

untuk dapat berkomitmen dan bekerjasama dalam melakukan penanggulangan TB.

Kerugian yang diakibatkannya sangat besar, bukan hanya dari aspek kesehatan

semata tetapi juga dari aspek sosial maupun ekonomi. Dengan demikian TB

merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan meningkatkan kesejahteraan

rakyat secara menyeluruh. Karenanya perang terhadap TB berarti pula perang

terhadap kemiskinan, ketidakproduktifan, dan kelemahan akibat TB.

Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan

dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah

India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC paru

dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu

penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC

paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat

TBC di Indonesia. Mengingat besarnya masalah TBC serta luasnya masalah

semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Angka kejadian TB di Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak di dunia

setelah India dan Cina. Diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru

dengan kematian sekitar 91.000 orang. Prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009

1
adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif

(15-50 tahun) (WHO, 2010). 1

Pengobatan TB paru menurut strategi DOTS diberikan selama 6-8 bulan dengan

menggunakan paduan beberapa obat atau diberikan dalam bentuk kombinasi

dengan jumlah yang tepat dan teratur, supaya semua kuman dapat dibunuh. Obat-

obat yang dipergunakan sebagai obat anti tuberkulosis (OAT) yaitu : Isoniazid

(INH), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Streptomisin (S) dan Etambutol (E). Efek

samping OAT yang dapat timbul antara lain tidak ada nafsu makan, mual, sakit

perut, nyeri sendi, kesemutan sampai rasa terbakar di kaki, gatal dan kemerahan

kulit, ikterus, tuli hingga gangguan fungsi hati (hepatotoksik) dari yang ringan

sampai berat berupa nekrosis jaringan hati. Obat anti tuberkulosis yang sering

hepatotoksik adalah INH, Rifampisin dan Pirazinamid. Hepatotoksitas

mengakibatkan peningkatan kadar transaminase darah (SGPT/SGOT) sampai pada

hepatitis fulminan, akibat pemakaian INH dan/ Rifampisin.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh

tentang definisi, etiologi, faktor resiko, pathogenesis, manifestasi klinis,

diagnosis, pencegaham dan penatalaksanaan tuberculosis.

1.3 Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan

pemahaman penulis maupun pembaca mengenai tuberculosis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri

berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak

(droplet) dari penderita TB kepada individu yang rentan (daya tahan tubuh

rendah). Kuman batang aerobik dan tahan asam ini dapat merupakan

organisme patogen maupun saprofit. Sebagian besar kuman TB menyerang

paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya. Penyakit Tuberculosis

disebabkan oleh kuman/bakteri Mycobacteriumtuberculosis. Kuman ini pada

umumnya menyerang paru - paru dan sebagianlagi dapat menyerang di luar

paru - paru, seperti kelenjar getah bening(kelenjar), kulit, usus/saluran

pencernaan, selaput otak, dan sebagianya.2

2.2 EPIDEMIOLOGI

TB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia. Pada

tahun 1993 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan TB

sebagai Global Emergency. WHO dalam Annual Report on Global TB Control

2011 menyatakan bahwa terdapat 22 negara dikategorikan sebagai high burden

countriesterhadap TB, termasuk Indonesia. Pada tahun 2010 diperkirakan

terdapat 8,8 juta kasus TB, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan

Asam) positif serta 1,4 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat TB

termasuk 0,35 juta orang dengan penyakit HIV.

3
Tahun 2010, Indonesia menempati peringkat ke-4 negara dengan insidensi

TB tertinggi di dunia sebanyak 0,37 – 0,54 juta setelah India (2,0 – 2,5 juta),

Cina (0,9 – 1,2 juta), Afrika Selatan (0,40 – 0,59 juta). Pada tahun 2004,

diperkirakan angka prevalensi kasus TB di Indonesia 130/100.000 penduduk,

setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan jumlah kematian sekitar 101.000

orang pertahun serta angka insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110/100.000

penduduk. Penyakit ini merupakan penyebab kematian terbesar ke-3 setelah

penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran pernapasan serta merupakan

nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi.5

2.3 ETIOLOGI

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis (sangat jarang

disebabkan oleh Mycobacterium avium). Mycobacterium tuberculosis

ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Basil Tuberculosis dapat hidup

dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi bila dalam

cairan akan mati pada suhu 60°C dalam waktu 15-20 menit.

Mycobacteria tumbuh perlahan; kultur dari spesimen klinis pada media

sintetis padat biasanya memakan waktu 3 hingga 6 minggu. Tes resistensi obat

memerlukan waktu tambahan 4 minggu. Pertumbuhan bakteri dapat dideteksi

dalam 1 hingga 3 minggu dalam media cair selektif. Polymerase chain reaction

(PCR) dari spesimen klinis memungkinkan diagnosis cepat di banyak

laboratorium.

4
2.4 FAKTOR RESIKO

Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya Tuberculosis primer:

1. Faktor Infeksi

Penularan Tuberculosis primer dapat melalui 4 cara, yaitu:

- Batuk orang dewasa

Saat orang dewasa batuk atau bersin, sejumlah tetesan cairan (ludah)

tersembur ke udara. Bila orang tersebut menderita Tuberculosis paru, maka

tetesan tersebut mengandung kuman. Jika disekitar orang tersebut terdapat

orang dewasa atau anak-anak yang pada saat itu kekebalan tubuhnya

menurun maka dengan mudah akan terinfeksi atau tertular.

- Makanan atau susu

infeksi bisa terjadi mulai pada mulut atau usus. Susu dapat mengandung

Tuberculosis dari sapi (bovine TB), bila sapi di daerah tersebut menderita

Tuberculosis dan susu tidak direbus sebelum diminum. Bila hal ini terjadi,

infeksi primer terjadi pada usus, atau terkadang pada amandel.

- Melalui kulit

Kulit yang utuh ternyata tahan terhadap Tuberculosis yang jatuh diatas

permukaannya. Namun, bila terdapat luka atau goresan baru, Tuberculosis

dapat masuk dan menyebabkan infeksi yang serupa dengan yang ditemukan

pada paru.

2. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang tidak sehat, gelap dan lembab akan mendukung

perkembangbiakan basil Mycobacterium Tuberculosis. Seperti diketahui

basil Tuberculosis merupakan BTA (Basil Tahan Asam) yang dapat

5
berkembangbiak apabila ada di ruangan yang gelap dan lembab, akan mati

jika terkena sinar matahari secara langsung. Jadi kebersihan lingkungan

perlu diperhatikan.

3. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan yang kaya zat gizi.

Ekonomi juga menjadi faktor pendukung yang mempengaruhi penyebab

penularan Tuberculosis primer. Seorang ibu dengan perekonomian rendah

maka untuk mencukupi makanan bergizi untuk tumbuh kembang anak

susah, sehingga mereka hanya memberi makanan apa saja tanpa mengetahui

nilai gizinya. Padahal kita tahu bahwa dengan mengkonsumsi makanan

sehat dan bergizi akan bermanfaat bagi tumbuh kembang anak dan

meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap penyakit.

4. Pelayanan Kesehatan

Adanya penyakit Tuberculosis primer yang semakin tinggi prevalensi di

Indonesia maka pelayanan kesehatan yang harus ditingkatkan oleh

pemerintah, melihat penderita penyakit tersebut adalah anak-anak yang

masih dalam masa pertumbuhan membutuhkan perawatan intensive.

Apabila tingkat pelayanan kesehatan tidak optimal maka akan

mempengaruhi penyembuhan Tuberculosis primer dan bila tingkat

pelayanan kesehatan bekerja secara optimal maka laju peningkatan penyakit

Tuberculosis primer dapat ditekan seminimal mungkin. Hal ini tidak lepas

pula dari peran pemerintah dan masyarakat dalam menanggapi segala

macam penyakit agar tidak terjadi angka kematian anak yang tinggi.

6
2.5 PATOFISIOLOGI

Penularan Tuberculosis primer terjadi karena batuk atau percikan ludah

yang mengandung basil Mycobacterium Tuuberkulosis bertebaran di udara,

kemudian terhirup oleh anak yang pada saat itu sistem imunitas dalam

tubuhnya menurun sehingga mudah terinfeksi. Basil tersebut berkembangbiak

perlahan-lahan dalam paru sehingga menyebabkan kelainan paru. Basil ini bila

menetap di jaringan paru, ia akan tumbuh dan berkembangbiak dalam

sitoplasma makrofag. Basil juga dapat terbawa masuk ke organ tubuh lain yang

nantinya bisa menyebabkan tuberculosis hati, ginjal, jantung, kulit dan lain-

lain.1

Bersamaan dengan itu, sebagian kuman akan dibawa melalui cairan getah

bening ke kelenjar getah bening yang terdekat disamping bronkus. Dari kedua

tempat tersebut, kuman akan menimbulkan reaksi tubuh, dan sel-sel kekebalan

tubuh akan berkumpul. Dalam waktu 4 hingga 8 minggu akan muncul daerah

7
kecil di tengah-tengah proses tersebut dimana terdapat jaringan tubuh yang

mati (perkijuan) yang dikelilingi sel-sel kekebalan tubuh yang makin

membesar. Perubahan-perubahan yang terjadi pada paru dan kelenjar getah

bening ini dikenal sebagai Tuberculosis primer. Basil Mycobacterium

Tuberculosis ini dapat bertahan selama 1-2 jam pada suasana lembab dan

gelap, sebaliknya akan mati jika terkena sinar matahari. Dalam jaringan tubuh

kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.1

2.5 MANIFESTASI KLINIS

 Demam: biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang-

kadang panas badan dapat mencapai 40-410C, demam hilang timbul.

 Batuk, sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian

setelah timbul peradangan menjadi produktif (sputum). Keadaan lanjut

dapat terjadi batuk darah.

 Sesak napas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,

yang infiltratnya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.

 Nyeri dada. Nyeri dada timbul bila infiltrate radang sudah sampai ke pleura

sehingga menimbulkan pleuritis.

 Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak

badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan.

2.6 PENEGAKAN DIAGNOSA

1. Anamnesis

- Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau

gagal tumbuh

- Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu

8
- Batuk kronik >3 minggu, dengan atau tanpa wheeze

- Riwayat kontak dengan pasien tb paru dewasa.5

2. Pemeriksaan fisik

- Pembesaran kelenjar limfe leher, aksila, inguinal

- Pembengkakan progresif atau deformitas tulang, sendi, lutut, falang

- Uji tuberculin. Biasanya positif pada anak dengan TB paru, tetapi bias

negative pada anak dengan TB milier atau juga menderita HIV/AIDS, gizi

buruk atau beru menderita campak

- Pengukuran berat badan menurut umur atau lebih baik pengukuran berat

menurut panjang/tinggi badan.5

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan bakteriologis

a. Sputum

Tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya

BTA positif pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan

dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga pemeriksaan dahak SPS

(Sewaktu-Pagi-Sewaktu) BTA hasilnya positif .

Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut

yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. 1). Kalau

hasil rontgen mendukung tuberkulosis, maka penderita didiagnosis sebagai

penderita TB BTA positif. 2). Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka

pemeriksaan dahak SPS diulangi.

Bila ketiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas

(misalnya, Kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak ada

9
perubahan, namun gejala klinis mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak

SPS. 1). Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis

BTA positif. 2). Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto

rontgen dada, untuk mendukung diagnosis TB.

a. Bila hasil rontgen mendukung TB, didiagnosis sebagai penderita TB BTA

negatif rontgen positif

b. Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.

- Pemeriksaan Radiologis9

Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang

praktis untuk menemukan lesi Tuberculosis. Pemeriksaan ini memang

membutuhkan biaya lebih dibanding pemeriksaan sputum, tapi dalam

beberapa hal pemeriksaan radiologis memberikan beberapa keuntungan

seperti Tuberculosis pada anak – anak dan tuberculosis millier. Pada kedua

hal tersebut diagnosa dapat diperoleh melalui pemeriksaan radiologi dada,

sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif. Pada anak dengan uji

tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis. Gambaran radiologis

paru yang biasanya dijumpai pada Tuberculosis paru:

1. Kompleks primer dengan atau tanpa pengapuran.

2. Pembesaran kelenjar paratrakeal.

3. Penyebaran milier.

4. Penyebaran bronkogen

5. Atelektasis

6. Pleuritis dengan efusi.

10
Pemeriksaan radiologis pun saja tidak dapat digunakan untuk membuat

diagnosis Tuberculosis, tetapi harus disertai data klinis lainnya.

- Pemeriksaan Laboratorium9

1. Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-

kadang meragukan. Pada saat Tuberculosis baru dimulai ( aktif ) akan

didapatkan sedikit leukosit yang sedikit meningkat. Jumlah limfosit

masih normal. Laju Endap Darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai

sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan laju endap darah mulai

turun kearah normal lagi.

Diagnosis Tuberkulosis (TB)

WHO memberikan criteria :

1) Tuberkulosis paru BTA positif.

 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

positif.

 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada

menunjukkan gambaran tuberkulosis.

 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB

positif.

2) Tuberkulosis paru BTA negatif

 Pasien yang pada pemeriksaan sputum tidak ditemukan BTA

sedikitnya pada 2 x pemeriksaan tetapi gambaran radiologis sesuai

TB aktif

11
 Pasien yang pada pemeriksaan sputum tidak ditemukan BTA tetapi

pada biakannya positif

ALUR DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA

2.7 DIAGNOSIS BANDING

1. Pneumonia

2. Abses paru

3. Kanker paru

4. Bronkiektasis

5. Pneumonia aspirasi.4

2.8 PENATALAKSANAAN

Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan agar

dapat mencegah perkembangan resistensi obat, oleh karena itu WHO telah

menerapkan strategi DOTS dimana petugas kesehatan tambahan yang berfungsi

secara ketat mengawasi pasien minum obat untuk memastikan kepatuhannya.

12
Oleh karena itu WHO juga telah menetapkan regimen pengobatan standar yang

membagi pasien menjadi 4 kategori berbeda menurut definisi kasus tersebut,

seperti bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.2 Berbagai Paduan Alternatif Untuk Setiap Kategori Pengobatan

Kategori Paduan pengobatan TB alternatif

pengobatan
Pasien TB Fase awal Fase lanjutan
TB
(setiap hari / 3 x

seminggu)

I Kasus baru TB paru 2 EHRZ 6 HE

dahak positif; kasus baru (SHRZ)


4 HR
TB paru dahak negatif
2 EHRZ
4 H3 R3
dengan kelainan luas di
(SHRZ)
paru; kasus baru TB
2 EHRZ
ekstra-pulmonal berat
(SHRZ)

II Kambuh, dahak positif; 2 SHRZE / 1 5 H3R3E3

pengobatan gagal; HRZE


5 HRE
pengobatan setelah
2 SHRZE / 1
terputus
HRZE

13
III Kasus baru TB paru 2 HRZ atau 6 HE

dahak negatif (selain dari 2H3R3Z3

kategori I); kasus baru


2 HRZ atau
2 HR/4H
TB ekstra-pulmonal
2H3R3Z3
yang tidak berat
2 HRZ atau
2 H3R3/4H
2H3R3Z3

IV Kasus kronis (dahak TIDAK DIPERGUNAKAN

masih positif setelah


(merujuk ke penuntun WHO
menjalankan pengobatan
guna pemakaian obat lini kedua
ulang)
yang diawasi pada pusat-pusat

spesialis)

Sesuai tabel di atas, maka paduan OAT yang digunakan untuk program

penanggulangan tuberkulosis di Indonesia adalah :

Kategori I : 2HRZE (S) / 6HE.

Pengobatan fase inisial regimennya terdiri dari 2HRZE (S) setiap hari selama

2 bulan obat H, R, Z, E atau S. Sputum BTA awal yang positif setelah 2 bulan

diharapkan menjadi negatif, dan kemudian dilanjutkan ke fase lanjutan 4HR atau 4

H3 R3 atau 6 HE. Apabila sputum BTA masih positif setelah 2 bulan, fase intensif

diperpanjang dengan 4 minggu lagi tanpa melihat apakah sputum sudah negatif atau

tidak.

14
Kategori II : 2HRZES/1HRZE/5H3R3E3

Pengobatan fase inisial terdiri dari 2HRZES/1HRZE yaitu R dengan H, Z, E,

setiap hari selama 3 bulan, ditambah dengan S selama 2 bulan pertama. Apabila

sputum BTA menjadi negatif fase lanjutan bisa segera dimulai. Apabila sputum

BTA masih positif pada minggu ke-12, fase inisial dengan 4 obat dilanjutkan 1

bulan lagi. Bila akhir bulan ke-2 sputum BTA masih positif, semua obat dihentikan

selama 2-3 hari dan dilakukan kultur sputum untuk uji kepekaan, obat dilanjutkan

memakai fase lanjutan, yaitu 5H3R3E3 atau 5 HRE.

Kategori III : 2HRZ/2H3R3

Pengobatan fase inisial terdiri dari 2HRZ atau 2 H3R3, yang dilanjutkan dengan

fase lanjutan 2HR atau 2 H3R3.

Kategori IV : Rujuk ke ahli paru atau menggunakan INH seumur hidup

Pada pasien kategori ini mungkin mengalami resistensi ganda, sputumnya

harus dikultur dan dilakukan uji kepekaan obat. Seumur hidup diberikan H saja

sesuai rekomendasi WHO atau menggunakan pengobatan TB resistensi ganda

(MDR-TB).

Selain 4 kategori di atas, disediakan juga paduan obat sisipan (HRZE).

Obat sisipan akan diberikan bila pasien tuberkulosis kategori I dan kategori II

pada tahap akhir intensif pengobatan (setelah melakukan pengobatan selama 2

minggu), hasil pemeriksaan dahak/sputum masih BTA positif

15
Dosis obat

Tabel di bawah ini menunjukkan dosis obat yang dipakai di Indonesia secara harian

maupun berkala dan disesuaikan dengan berat badan pasien (Bahar & Amin, 2007):

Tabel 2.3 Dosis Obat yang Dipakai di Indonesia

Jenis Dosis

Isoniazid (H)  harian : 5mg/kg BB

 intermiten : 10 mg/kg BB 3x seminggu

Rifampisin (R) harian = intermiten : 10 mg/kgBB

Pirazinamid (Z)  harian : 25mg/kg BB

 intermiten : 35 mg/kg BB 3x seminggu

Streptomisin (S)  harian = intermiten : 15 mg/kgBB

 usia sampai 60 th : 0,75 gr/hari

 usia > 60 th : 0,50 gr/hari

Etambutol (E)  harian : 15mg/kg BB

 intermiten : 30 mg/kg BB 3x seminggu

2.9 KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat timbul antara lain :

 TB milier

16
 Meningitis TB

 Efusi pleura

 Pneumotoraks

 Bronkiektasis

 Atelektasis

2.11 PROGNOSIS

Dipengaruhi oleh banyak faktor seperti lamanya mendapat infeksi,

keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi keluarga, diagnosis dini, pengobatan

adekuat dan adanya infeksi lain seperti morbili, pertusis, diare yang berulang

dan lain-lain.

17
BAB III

KESIMPULAN

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menular, sebagian

besar menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya.

Tuberkulosis paru disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA (+) saat batuk/bersin, bakteri

menyebar ke udara dalam bentuk droplet. Patogenesis TB paru adalah saat

droplet terhirup melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus

berjalan sampai ke alveolus dan menetap di sana. Kelanjutan dari proses ini

bergantung dari daya tahan tubuh masing-masing individu.

Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang. Gejala klinis utama TB apru adalah batuk terus

menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala tambahan yang

mungkin menyertai adalah batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan

lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan

(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam/meriang

lebih dari sebulan. Komplikasi TB paru antara lain dapat timbul pleuritis, efusi

pleura, empiema, laringitis, usus Poncet’s arthropathy. Sedangkan komplikasi

lanjut dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas, kerusakan parenkim paru, kor

pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, dan sindrom gagal napas (sering terjadi

pada TB milier dan kavitas TB) Tipe pasien TB paru berdasarkan riwayat

pengobatan dibagi menjadi: kasus baru, relaps, drop out, gagal, pindahan, kasus

kroinis dan tuberkulosis resistensi ganda.

18
Pengobatan TB paru menurut strategi DOTS diberikan selama 6-8 bulan

dengan menggunakan paduan beberapa obat atau diberikan dalam bentuk

kombinasi dengan jumlah yang tepat dan teratur, supaya semua kuman dapat

dibunuh. Obat-obat yang dipergunakan sebagai obat anti tuberkulosis (OAT)

yaitu : Isoniazid (INH), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Streptomisin (S) dan

Etambutol (E). Hasil pengobatan TB paru dbedakan menjadi: sembuh,

pengobatan lengkap, gagal, putus berobat, dan meninggal. Evaluasi pengobatan

dapat mengguanakn metode klinis, bakteriologis, dan radiologis.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajoe NN, Basir D, Kartasasmita CB, editor. 2007. Pedoman nasional

tuberculosis anak. Jakarta : UKK Pulmonologi PP IDAI

2. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et al

: Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2008, hal 1028 – 1042.

3. Herchline T. Tuberculosis. 2018. Tuberculosis (TB). Medscape

4. BIKA FK UH RSUP dr.WSH Makassar. Diktat Anak : Pulmonologi. Makassar

5. WHO Indonesia, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. 2009.

WHO Indonesia. Jakarta. Hal 113-118

6. Latief A,dkk. Ilmu kesehatan anak 2. 2008. Jakarta : Bagian ilmu kesehatan

anak FKUI

7. Mansjoer A. Pulmologi anak. 2000. Dalam : Kapita selekta kedokteran. Edisi

3. Jakarta: Media Aeculapius. hal.459.

8. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis pada Anak. 2008. Kelompok Kerja TB

Anak Depkes – IDAI

9. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta;

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2007, hal 573 – 761.

10. Price, Sylvia A; Wilson. 2006. Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke 5,.

Tuberculosis. hal 753 – 761.

11. Marcdante KJ dan Kliegman RM. 2015, Essentials of Pediatric, Elsevier.

20

Anda mungkin juga menyukai