Referat TB Dewasa
Referat TB Dewasa
TUBERCULOSIS
Oleh :
Muhammad Zulfan Rifqiawan
201510330311153
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Kerugian yang diakibatkannya sangat besar, bukan hanya dari aspek kesehatan
semata tetapi juga dari aspek sosial maupun ekonomi. Dengan demikian TB
dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah
India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC paru
dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu
penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC
paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat
setelah India dan Cina. Diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru
dengan kematian sekitar 91.000 orang. Prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009
1
adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif
Pengobatan TB paru menurut strategi DOTS diberikan selama 6-8 bulan dengan
dengan jumlah yang tepat dan teratur, supaya semua kuman dapat dibunuh. Obat-
obat yang dipergunakan sebagai obat anti tuberkulosis (OAT) yaitu : Isoniazid
(INH), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Streptomisin (S) dan Etambutol (E). Efek
samping OAT yang dapat timbul antara lain tidak ada nafsu makan, mual, sakit
perut, nyeri sendi, kesemutan sampai rasa terbakar di kaki, gatal dan kemerahan
kulit, ikterus, tuli hingga gangguan fungsi hati (hepatotoksik) dari yang ringan
sampai berat berupa nekrosis jaringan hati. Obat anti tuberkulosis yang sering
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh
1.3 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
(droplet) dari penderita TB kepada individu yang rentan (daya tahan tubuh
rendah). Kuman batang aerobik dan tahan asam ini dapat merupakan
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya. Penyakit Tuberculosis
2.2 EPIDEMIOLOGI
terdapat 8,8 juta kasus TB, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan
Asam) positif serta 1,4 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat TB
3
Tahun 2010, Indonesia menempati peringkat ke-4 negara dengan insidensi
TB tertinggi di dunia sebanyak 0,37 – 0,54 juta setelah India (2,0 – 2,5 juta),
Cina (0,9 – 1,2 juta), Afrika Selatan (0,40 – 0,59 juta). Pada tahun 2004,
setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan jumlah kematian sekitar 101.000
orang pertahun serta angka insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110/100.000
2.3 ETIOLOGI
ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Basil Tuberculosis dapat hidup
dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi bila dalam
cairan akan mati pada suhu 60°C dalam waktu 15-20 menit.
sintetis padat biasanya memakan waktu 3 hingga 6 minggu. Tes resistensi obat
dalam 1 hingga 3 minggu dalam media cair selektif. Polymerase chain reaction
laboratorium.
4
2.4 FAKTOR RESIKO
1. Faktor Infeksi
Saat orang dewasa batuk atau bersin, sejumlah tetesan cairan (ludah)
orang dewasa atau anak-anak yang pada saat itu kekebalan tubuhnya
infeksi bisa terjadi mulai pada mulut atau usus. Susu dapat mengandung
Tuberculosis dari sapi (bovine TB), bila sapi di daerah tersebut menderita
Tuberculosis dan susu tidak direbus sebelum diminum. Bila hal ini terjadi,
- Melalui kulit
Kulit yang utuh ternyata tahan terhadap Tuberculosis yang jatuh diatas
dapat masuk dan menyebabkan infeksi yang serupa dengan yang ditemukan
pada paru.
2. Faktor Lingkungan
5
berkembangbiak apabila ada di ruangan yang gelap dan lembab, akan mati
perlu diperhatikan.
3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan yang kaya zat gizi.
susah, sehingga mereka hanya memberi makanan apa saja tanpa mengetahui
sehat dan bergizi akan bermanfaat bagi tumbuh kembang anak dan
4. Pelayanan Kesehatan
Tuberculosis primer dapat ditekan seminimal mungkin. Hal ini tidak lepas
macam penyakit agar tidak terjadi angka kematian anak yang tinggi.
6
2.5 PATOFISIOLOGI
kemudian terhirup oleh anak yang pada saat itu sistem imunitas dalam
perlahan-lahan dalam paru sehingga menyebabkan kelainan paru. Basil ini bila
sitoplasma makrofag. Basil juga dapat terbawa masuk ke organ tubuh lain yang
nantinya bisa menyebabkan tuberculosis hati, ginjal, jantung, kulit dan lain-
lain.1
Bersamaan dengan itu, sebagian kuman akan dibawa melalui cairan getah
bening ke kelenjar getah bening yang terdekat disamping bronkus. Dari kedua
tempat tersebut, kuman akan menimbulkan reaksi tubuh, dan sel-sel kekebalan
tubuh akan berkumpul. Dalam waktu 4 hingga 8 minggu akan muncul daerah
7
kecil di tengah-tengah proses tersebut dimana terdapat jaringan tubuh yang
Tuberculosis ini dapat bertahan selama 1-2 jam pada suasana lembab dan
gelap, sebaliknya akan mati jika terkena sinar matahari. Dalam jaringan tubuh
Sesak napas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
Nyeri dada. Nyeri dada timbul bila infiltrate radang sudah sampai ke pleura
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak
1. Anamnesis
- Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau
gagal tumbuh
8
- Batuk kronik >3 minggu, dengan atau tanpa wheeze
2. Pemeriksaan fisik
- Uji tuberculin. Biasanya positif pada anak dengan TB paru, tetapi bias
negative pada anak dengan TB milier atau juga menderita HIV/AIDS, gizi
- Pengukuran berat badan menurut umur atau lebih baik pengukuran berat
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan bakteriologis
a. Sputum
dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga pemeriksaan dahak SPS
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut
yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. 1). Kalau
penderita TB BTA positif. 2). Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka
(misalnya, Kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak ada
9
perubahan, namun gejala klinis mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak
SPS. 1). Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis
BTA positif. 2). Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto
b. Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.
- Pemeriksaan Radiologis9
seperti Tuberculosis pada anak – anak dan tuberculosis millier. Pada kedua
sedangkan pemeriksaan sputum hampir selalu negatif. Pada anak dengan uji
3. Penyebaran milier.
4. Penyebaran bronkogen
5. Atelektasis
10
Pemeriksaan radiologis pun saja tidak dapat digunakan untuk membuat
- Pemeriksaan Laboratorium9
1. Darah
masih normal. Laju Endap Darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai
sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan laju endap darah mulai
positif.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
positif.
TB aktif
11
Pasien yang pada pemeriksaan sputum tidak ditemukan BTA tetapi
1. Pneumonia
2. Abses paru
3. Kanker paru
4. Bronkiektasis
5. Pneumonia aspirasi.4
2.8 PENATALAKSANAAN
dapat mencegah perkembangan resistensi obat, oleh karena itu WHO telah
12
Oleh karena itu WHO juga telah menetapkan regimen pengobatan standar yang
pengobatan
Pasien TB Fase awal Fase lanjutan
TB
(setiap hari / 3 x
seminggu)
13
III Kasus baru TB paru 2 HRZ atau 6 HE
spesialis)
Sesuai tabel di atas, maka paduan OAT yang digunakan untuk program
Pengobatan fase inisial regimennya terdiri dari 2HRZE (S) setiap hari selama
2 bulan obat H, R, Z, E atau S. Sputum BTA awal yang positif setelah 2 bulan
diharapkan menjadi negatif, dan kemudian dilanjutkan ke fase lanjutan 4HR atau 4
H3 R3 atau 6 HE. Apabila sputum BTA masih positif setelah 2 bulan, fase intensif
diperpanjang dengan 4 minggu lagi tanpa melihat apakah sputum sudah negatif atau
tidak.
14
Kategori II : 2HRZES/1HRZE/5H3R3E3
setiap hari selama 3 bulan, ditambah dengan S selama 2 bulan pertama. Apabila
sputum BTA menjadi negatif fase lanjutan bisa segera dimulai. Apabila sputum
BTA masih positif pada minggu ke-12, fase inisial dengan 4 obat dilanjutkan 1
bulan lagi. Bila akhir bulan ke-2 sputum BTA masih positif, semua obat dihentikan
selama 2-3 hari dan dilakukan kultur sputum untuk uji kepekaan, obat dilanjutkan
Pengobatan fase inisial terdiri dari 2HRZ atau 2 H3R3, yang dilanjutkan dengan
harus dikultur dan dilakukan uji kepekaan obat. Seumur hidup diberikan H saja
(MDR-TB).
Obat sisipan akan diberikan bila pasien tuberkulosis kategori I dan kategori II
15
Dosis obat
Tabel di bawah ini menunjukkan dosis obat yang dipakai di Indonesia secara harian
maupun berkala dan disesuaikan dengan berat badan pasien (Bahar & Amin, 2007):
Jenis Dosis
2.9 KOMPLIKASI
TB milier
16
Meningitis TB
Efusi pleura
Pneumotoraks
Bronkiektasis
Atelektasis
2.11 PROGNOSIS
adekuat dan adanya infeksi lain seperti morbili, pertusis, diare yang berulang
dan lain-lain.
17
BAB III
KESIMPULAN
besar menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya.
Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA (+) saat batuk/bersin, bakteri
berjalan sampai ke alveolus dan menetap di sana. Kelanjutan dari proses ini
menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala tambahan yang
mungkin menyertai adalah batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan
lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan
lebih dari sebulan. Komplikasi TB paru antara lain dapat timbul pleuritis, efusi
lanjut dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas, kerusakan parenkim paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, dan sindrom gagal napas (sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB) Tipe pasien TB paru berdasarkan riwayat
pengobatan dibagi menjadi: kasus baru, relaps, drop out, gagal, pindahan, kasus
18
Pengobatan TB paru menurut strategi DOTS diberikan selama 6-8 bulan
kombinasi dengan jumlah yang tepat dan teratur, supaya semua kuman dapat
yaitu : Isoniazid (INH), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Streptomisin (S) dan
19
DAFTAR PUSTAKA
2. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et al
: Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2008, hal 1028 – 1042.
5. WHO Indonesia, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. 2009.
6. Latief A,dkk. Ilmu kesehatan anak 2. 2008. Jakarta : Bagian ilmu kesehatan
anak FKUI
10. Price, Sylvia A; Wilson. 2006. Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke 5,.
20