Anda di halaman 1dari 33

Epidemiologi Tuberkulosis (TB)

Bony Wiem Lestari


Divisi Epidemiologi
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unpad

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Outline:
• Pendahuluan – sejarah, etiologi, penyakit.

• Patogenesis & perjalanan penyakit

• Diagnosis & pengobatan TB

• Analisis situasi TB di Indonesia

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Tuberculosis
• Penyakit infeksi disebabkan Mycobacterium
tuberculosis.
• Mycobacterium tuberculosis complex: M.
tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M.
microti, M. canetti.
• Penularan: udara → menghirup droplet
bersumber dari penderita yang infeksius,
manusia→manusia.
• Spesies hewan tertentu dapat terinfeksi oleh
M. bovis mengakibatkan penularan hewan →
manusia.

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Sumber penularan: penderita infeksius
• Penderita dengan dahak yang mengandung bakteri
batang tahan asam (BTA)
• Penderita dengan batuk
• Penderita TB paru aktif yang belum diobati (baru
memulai pengobatan)
• Penderita TB dengan gagal pengobatan

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Mycobacterium Tuberculosis
• Aerobic, non motile, curved rod (panjang 2-4 μm, ø 0.3-
0.5 μm), facultative intracellular.
• Membran dilapisi lipids -> acid fastness -> pewarnaan
khusus.
• Replikasi lambat (25-32 jam), tumbuh lambat (4-6 minggu
pada media padat).
• Hancur dengan cepat di bawah sinar UV.
• Bertahan hidup selama beberapa jam pada tempat gelap
& tertutup.

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Sejarah Tuberculosis (1)
• Penyakit kuno
• Awal 1800: epidemik di Eropa barat → white
plague.
• London 1800-1840: 25% kematian
disebabkan oleh TB.
• 1865 : JA Villemin → TB merupakan penyakit
menular.
• 1882 : Robert Koch → menemukan
Mycobacterium tuberculosis.

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Sejarah Tuberculosis (2)
• Pembangunan ekonomi dan sosial & reformasi
kesehatan masyarakat → penurunan kasus TB
• ~1943-1947 : antibiotik pertama (Streptomycin,
Para-Amino-Salicylic acid)
• Mid-1970: Dr Karel Styblo mengembangkan Directly
Observed Treatment (DOT) & diimplementasikan di
Tanzania dan negara berkembang lainnya.

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Sejarah Tuberculosis (3)
• ~1990: prevalensi TB meningkat di dunia
(manajemen TB suboptimal, migrasi, urbanisasi, kemiskinan,
HIV, TB kebal obat, dll)
• 1993: WHO mendeklarasikan TB sebagai kedaruratan global
dan memulai implementasi strategi DOTS (1995).
• 2006: WHO mendeklarasikan the Stop TB strategy.
• 2016: WHO mendeklarasikan the End TB strategy

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


The End TB strategy

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Faktor risiko TB

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Model epidemiologi TB

Risk Risk Risk Risk


factors factors factors factors

Infectious
tuberculosis
Subclinical
Exposure infection Death

Non-infectious
tuberculosis

Rieder HL. Infection 1995;23:1-4

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019 11


The spectrum of TB

(Pai. Tuberculosis. Nature Reviews, 2016)


Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019
Infeksi TB laten

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


TB aktif

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Tuberculin skin test

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019
Latent TB and risk of active TB

(Rangaka, Predictive value of interferon-γ release assays for incident active tuberculosis:
a systematic review and meta-analysis.) The Lancet Infect Dis, 2012.

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Latent TB and risk of active TB

(Rangaka, Predictive value of interferon-γ release assays for incident active tuberculosis:
a systematic review and meta-analysis.) The Lancet Infect Dis, 2012.

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Metode diagnostik TB

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019
Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019
Xpert/MTB Rif Assay

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Interpretasi hasil Xpert/MTB Rif Assay
❖ WHO recommended ❖ Modify treatment based on
regimen for MDR-TB with the DST results;
INH; ❖ Update registration
In groups with high ❖ Registration as RR-TB
risk of MDR-TB

DST to at least INH;


Quinolones; SL injectable ❖ WHO recommended
regimen for MDR-TB
with INH;
❖ Registration as RR-TB
TB ❖ Modify treatment
TB
detected; based on the DST
detected;
Rif results;
Rif
resistant ❖ Update registration
resistant
Repeat
Xpert In groups with low
risk of MDR-TB
Xpert DST to at least Rif; INH;
In case of discordance
Quinolones; SL injectable
MTB/RIF MTB/RIF on Rif result, refer
sample for sequencing
TB TB
assay detected; detected;
Rif Rif
sensitive sensitive
• WHO recommended
TB not first-line treatment;
detected • Registration as
bacteriologically
confirmed TB

If TB still Further investigation (CXR,


suspected repeat Xpert MTB/RIF,
culture, etc..)

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019
Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019
Pencegahan terhadap kekebalan dapatan
1. Pemilihan regimen obat anti-TB secara tepat
* Kombinasi obat pada fase intensif vs drug resistance yang muncul
* Regimen intermittent : tidak direkomendasikan WHO kecuali pada
pasien HIV (+) atau malnutrisi
2. Kesalahan yang sering terjadi:
• Gagal identifikasi kasus pengobatan ulang
• Menambah satu jenis obat pada kasus gagal pengobatan
3. Mengobati kasus TB baru secara optimal
• “first days, first treatment”
• Gunakan strategi DOT

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


Dampak HIV terhadap epidemiologi TB:
• Cepat berkembang menjadi TB aktif.
• Meningkatkan risiko kekambuhan setelah selesai
berobat (endogenous reactivation or
reinfection).
• Presentasi lebih sering sebagai TB paru BTA
negatif dan TB ekstraparu.
• Diagnosis sulit, atypical X-ray.
• Mortalitas tinggi (akibat infeksi opportunistik)
• Komorbiditas TB-HIV → jumlah kasus TB
meningkat & risiko transmisi juga meningkat
Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019
Analisis situasi TB di Indonesia
Mortalitas TB pada HIV (-) 40/100,000
Mortalitas TB pada HIV (+) 3.6/100,000
Total TB insidens 319/100,000
Prevalensi HIV pada kasus TB baru 4.3%
Prevalensi diabetes pada kasus TB baru 13%
Prevalensi TB-MDR pada kasus TB baru 2.8%
Prevalensi TB-MDR pada kasus pengobatan ulang 16%
(WHO Global TB Report 2018)

Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019


(WHO Global TB Report 2018)
Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019
Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019
Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019
Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019
Terima kasih
Pelatihan Manajemen Tata Laksana TB, Bandung, 22-24 Jan 2019

Anda mungkin juga menyukai