Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di tinjau dari segi pemerintahan, pendidikan merupakan salah satu layanan


dasar yang diperlukan oleh seluruh warga Negara. Oleh sebab itu semangat
desentralisasi di bidang pendidikan, harus selalu diartikan dalam rangka untuk
dapat memberikan layanan dasar minimal dengan tetap memperhatikan upaya
pemerataan kesempatan akan pendidikan yang bermutu. Namun, ketidakjelasan
wewenang dan penyalahgunaan serta pergeseran kewenangan yang begitu besar
akan membawa dampak kepada terjadinya pergeseran paradigma dalam seluruh
aspek manajemen pendidikan di sekolah.

Pada setiap guru terletak satu pertanggungjawaban untuk membawa


murid-muridnya pada satu taraf kematangan tertentu. Apabila seorang guru
mendapat kepercayaan untuk mengambil keputusan yang bersifat normatif,
keputusan-keputusan itu dipandang sebagai penjelmaan filsafat hidup yang
dianutnya. Maka, peranan guru yang kurang urgen dan kurang dinamis akan
menyebabkan masyarakat kurang memberikan respon pada guru.

Peningkatan kinerja guru dan tenaga kependidikan merupakan tanggung


jawab kepala sekolah. Peningkatan tersebut diwujudkan dengan memberikan
pelayanan, bantuan profesional atau bimbingan yang diberikan oleh supervisor
yaitu pengawas dan Kepala Sekolah kepada guru dan staf tata usaha untuk
meningkatkan kinerjanya dalam mencapai tujuan pendidikan.
Ketidakmaksimalan kinerja guru dan tenaga kependidikan antara lain disebabkan
oleh kurangnya penerapan peranan Kepala Sekolah sebagai supervisor. Selama
ini, pihak sekolah sering berbicara tentang mutu pendidikan, tetapi cenderung
kurang peduli kepada peningkatan kompetensi kepala sekolah. Kepala Sekolah
lanjutan kadang-kadang hanya terfokus pada usaha memenuhi perlengkapan
sekolah, gedung, pengadaan buku dan pengadaan guru, sehingga peningkatan

1
kinerja guru yang seharusnya menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah
terabaikan.

Pendidikan diibaratkan sebagai suatu kereta yang ditarik kuda, artinya


keberhasilan proses pendidikan merupakan kontribusi dari lintas sektoral yaitu
tenaga kerja, industri ekonomi, budaya dan lain sebagainya. Dalam hal
pembiayaan pendidikan ini, Fattah (2001) menjelaskan bahwa biaya yang rendah
berpenggaruh terhadap kualitas pendidikan di Sekolah Dasar dan proses
pembelajaran serta kualitas outcomes yang dihasilkan. Artinya adakorelasi yang
positif antara besarnya biaya pendidikan terhadap peningkatan mutu pendidikan di
Sekolah.

Pada makalah ini, akan dibahas beberapa faktor penyebab dan solusi yang
terkait dengan masalah-masalah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa penyebab dan solusi terhadap masalah ketidakjelasan wewenang dan


tugas pada struktur organisasi sekolah dan juga penyalahgunaan
wewenang di lembaga satuan pendidikan ?

2. Apa penyebab dan solusi terhadap masalah guru yang sering melalaikan
tugas mengajar dan tanggung jawab mendidik yang dipercayakan
kepadanya?

3. MBS menuntut kepala sekolah yang kuat kompetensi manajemen dan


kepemimpinan nya. Namun kenyataannya perencanaan, rekrutmen,
penempatan, pemanfaatan, pengembangan dan hal lainnya yang berkaitan
dengan manajemen tenaga kependidikan masih jauh dari harapan. Apa
penyebab dan solusi terhadap masalah tersebut ?

4. Akhir-akhir ini banyak protes dari masyarakat mengenai mahalnya biaya


pendidikan padahal sebenarnya biaya tersebut belum cukup memadai
untuk membiayai aktivitas di sekolah secara wajar. Apa penyebab dan
solusi terhadap masalah tersebut ?

2
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui faktor penyebab dan solusi terhadap masalah


ketidakjelasan wewenang dan tugas pada struktur organisasi sekolah dan
juga penyalahgunaan wewenang di lembaga satuan pendidikan.

2. Untuk mengetahui faktor penyebab dan solusi terhadap masalah guru yang
sering melalaikan tugas mengajar dan tanggung jawab mendidik yang
dipercayakan kepadanya.

3. Untuk mengetahui faktor penyebab dan solusi terhadap masalah


perencanaan, rekrutmen, penempatan, pemanfaatan, pengembangan dan
hal lainnya yang berkaitan dengan manajemen tenaga kependidikan masih
jauh dari harapan.

4. Untuk mengetahui faktor penyebab dan solusi terhadap banyaknya protes


dari masyarakat mengenai mahalnya biaya pendidikan yang sebenarnya
biaya tersebut belum cukup memadai untuk membiayai aktivitas di
sekolah secara wajar.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ketidakjelasan Wewenang dan Tugas pada Struktur Organisasi Sekolah

dan Juga Penyalahgunaan Wewenang di Lembaga Satuan Pendidikan

Di lembaga satuan pendidikan sering muncul masalah ketidakjelasan

wewenang dan tugas pada struktur organisasi sekolah dan juga

penyalahgunaan wewenang.

Penyebab hal ini terjadi adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan wewenang yang bukan hak nya, tanpa melalui wakil


yang bersangkutan.

2. Tidak bertanggungjawab dalam menjalankan tugas atau tidak mampu


menunjukkan prestasi kerjanya.

3. Pandangan salah tentang wewenang yang diembannya dalam suatu


struktur organisasi sekolah.

4. Pengawasan yang lemah terhadap struktur organisasi sekolah.

5. Kewenangan yang sesuai dengan setiap unit kerja dalam organisasi


sekolah tidak diberikan dan tidak diatur secara formal.

6. Tidak diatur nya tata hubungan antara wewenang dalam setiap unit
kerja dengan pimpinan sekolah dan antara wewenang unit kerja
yang satu terhadap wewenang unit kerja lainnya.

7. Tidak adanya gambar bagan organisasi sekolah.

Solusi dalam memecahkan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Jika suatu wewenang yang diberikan kepada seseorang, orang tersebut


harus menjalankan wewenang tersebut sesuai dengan wewenang yang
telah diamanahi.

4
2. Diberikan sanksi yang tegas dan apabila tidak mampu menunjukkan
prestasi kerjanya sebaiknya tidak memaksakan diri dan melakukan
evaluasi diri guna mengetahui kemampuan yang dimiliki.

3. Jangan sampai salah pandangan, wewenang bukanlah kekuasaan


pribadi yang membuat seseorang memanfaatkan kekuasaan itu dengan
sesuka hatinya.

4. Harus dilakukan pengawasan yang kuat dan tepat terhadap pihak-


pihak yang menjalankan wewenang pada struktur organisasi sekolah.

5. Memberikan dan mengatur kewenangan yang sesuai dengan setiap unit


kerja dalam organisasi sekolah hendaknya melalui suatu diskripsi
tertulis yang disusun oleh pimpinan sekolah. Dengan demikian
kewenangan ini bersifat formal. Misalnya ditegaskan bahwa bagian
pengajaran berwenang mengatur bidang pengajaran dengan diskripsi
tugas pekerjaan. Demikian pula bagian Publisitas sekolah diberi
kewenangan untuk mengatur/mengelola kegiatan hubungan sekolah
dengan masyarakat dengan diskripsi tugas.

6. Pentingnya mengatur tata hubungan antara wewenang dalam setiap


unit kerja dengan pimpinan sekolah dan antara wewenang unit kerja
yang satu terhadap wewenang unit kerja lainnya, hal ini
dimaksudkan untuk menjaga agar dalam lingkungan sekolah itu
terdapat hubungan yang lancar, harmonis/serasi sehingga pendidikan
di sekolah mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Dari tata
hubungan ini diketahui pula jauh dekatnya hubungan antara suatu
unit kerja.

7. Perlunya menggambar bagan organisasi sekolah sehingga nampak


jelas secara struktural serta hubungan wewenang nya.
Menggambarkan bagan organisasi sekolah merupakan pengembangan
organisasi sekolah yang dilakukan melalui koordinasi terlebih dahulu
antar pihak pengurus. Maka, dengan adanya gambar bagan itu dapat

5
dilihat dengan jelas secara struktural dan saling hubungannya antara
setiap wewenang antar unit kerja yang ada.

2.2 Guru yang Sering Melalaikan Tugas Mengajar dan Tanggung Jawab
Mendidik yang Dipercayakan Kepadanya

Guru sering melalaikan tugas mengajar dan tanggung jawab


mendidik yang dipercayakan kepadanya sehingga tujuan pendidikan yang
diinginkan tidak tercapai secara efektif dan efisien.

Penyebab hal ini terjadi adalah sebagai berikut:

1. Adanya faktor penghambat dalam meningkatkan motivasi guru yaitu,


sarana prasarana yang kurang memadai sehingga guru sering melalaikan
tugas nya.

2. Masih rendahnya gaji yang diterima sehingga guru tidak melaksanakan


tugasnya dengan baik.

3. kurangnya kompetensi dan profesionalitas yang dimiliki oleh guru,


sehingga menyebabkan kerja guru rendah.

4. Guru yang bekerja tidak melalui panggilan hati nurani.

5. Guru ditempatkan tidak sesuai dengan bidangnya. Sebagai contoh ada


sekolah yang diberikan guru baru tetapi untuk mata pelajaran yang
bersangkutan sudah penuh dan beliau harus mengajar mata pelajaran lain
diluar keahliannya. Ada juga guru yang merangkap mengajar misalnaya
guru Matematika juga mengajar kesenian. Dalam hal ini, seorang guru
yang seharusnaya mengajar sesuai dengan bidang studinya, karena
terbatasnya tenaga pendidik (guru), seorang guru harus mengajar bukan
dengan bidangnya. Hal ini akan mengakibatkan bertambahnya tugas
seorang guru.

6. Pekerjaan yang diemban seorang guru tidak sesuai dengan cita-cita dan
bakat yang dimilikinya.

6
7. Adanya lingkungan kerja yang tidak menyenangkan.

8. Keadaan lingkungan keluarga yang dihadapi seorang guru tidak


harmonis sehingga dapat mempengaruhi kinerja guru di sekolah.

9. Keadaan kesehatan seorang guru yang kurang baik sehingga guru tidak
melaksanakan tugasnya secara maksimal.

Solusi dalam memecahkan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pimpinan sekolah harus dapat menyediakan sarana dan prasarana yang


memadai untuk membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya terutama
kinerja dalam proses mengajar mengajar.

2. Kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru adalah dengan


memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi, meningkatkan
gaji guru dan evaluasi terhadap hasil pekerjaan.

3. Memberikan dorongan kepada guru agar berusaha menjalankan tugas


dengan baik dan memiliki keyakinan diri bahwa dirinya mampu dalam
menyelesaikan tugas yang diamanatkan. Dan sebaiknya kepala sekolah
mengikutkan guru dalam kegiatan MGMP, penataran, pelatihan-pelatihan,
program-program penataran atau kursus-kursus, kegiatan ilmiah-ilmiah,
pendidikan lanjutan. Untuk meningkatkan profesionalisme guru, pihak
sekolah mewajibkan para guru mengikuti Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten. Selain
itu sikap pro-aktif dari guru dalam mengembangkan wawasan
kependidikan sesuai dengan bidangnya, ini dapat dilakukan dengan
keikutsertaan guru dalam pelatihan-pelatihan yang telah ditetapkan.

4. Guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pembimbing


sebaiknya bekerja secara sukarela, tanpa pamrih dan semata-mata demi
panggilan hati nurani.

5. Masalah penempatan guru, khususnya dalam penempatan studi, guru harus


ditempatkan sesuai dengan bidangnya.

7
6. Pekerjaan yang diemban seseorang harus sesuai dengan cita-cita maka
tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksanakan karena ia bekerja secara
sungguh-sungguh, rajin, dan bekerja dengan sepenuh hati. Penyesuaian
antara bakat dan pilihan pekerjaan dapat menjadikan seseorang bekerja
dengan pilihan dan keahliannya. Syarat untuk mendapatkan ketenangan
kerja bagi seseorang adalah tugas dan jabatan yang sesuai dengan
kemampuannya. Kemampuan yang disertai dengan minat yang tinggi
dapat menunjang pekerjaan yang telah ditekuni.

7. Pimpinan harus mampu menciptakan lingkungan kerja yang


menyenangkan yang dapat mendorong seseorang bekerja secara optimal.
Tidak jarang kekecewaan dan kegagalan dialami seseorang di tempat ia
bekerja. Lingkungan kerja yangdimaksud di sini adalah situasi kerja, rasa
aman, kesempatan untuk mengembangkan karir, dan rekan kerja yang
kologial.

8. Keadaan lingkungan keluarga dapat mempengaruhi kinerja seseorang.


Ketegangan dalam kehidupan keluarga dapat menurunkan gairah kerja.
Oleh sebab itu, seorang guru harus mampu meninggalkan semua masalah
keluarga terlebih dahulu sebelum melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya di sekolah.
9. Kesehatan dapat membantu proses bekerja seseorang sampai selesai. Jika
kesehatan terganggu maka pekerjaan terganggu pula. Maka, guru harus
dapat menjaga kesehatan nya dengan baik.

2.3 Perencanaan, Rekrutmen, Penempatan, Pemanfaatan, Pengembangan


dan Hal Lainnya yang Berkaitan dengan Manajemen Tenaga
Kependidikan Masih Jauh dari Harapan

MBS menuntut kepala sekolah yang kuat kompetensi manajemen dan


kepemimpinan nya. Namun kenyataannya perencanaan, rekrutmen,
penempatan, pemanfaatan, pengembangan dan hal lainnya yang berkaitan
dengan manajemen tenaga kependidikan masih jauh dari harapan.

8
Penyebab hal ini terjadi adalah sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah kadang-kadang hanya terfokus pada usaha memenuhi


perlengkapan sekolah, gedung, pengadaan buku dan pengadaan guru,
sehingga peningkatan kinerja guru yang seharusnya menjadi tanggung
jawab Kepala Sekolah terabaikan.

2. Kepala Sekolah tidak memiliki jiwa kepemimpinan dan kurangnya


pengetahuan nya dalam memimpin.

3. Kepala sekolah tidak melaksanakan kewajibannya dalam melakukan


pengawasan terhadap guru-guru dan pegawai.

4. Kepala sekolah tidak memberikan motivasi bekerja kepada tenaga


kependidikan.

5. Kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas sebagai pimpinan, tidak


dilaksanakan dengan demokratis.

6. Kepala sekolah tidak mampu dalam memperlakukan stafnya secara adil


serta tidak memberikan keteladanan dalam bersikap, bertingkah laku
dan melaksanakan tugas.

7. Penyampaian suatu informasi kepada tenaga kependidikan yang tidak


tepat dapat membuat tenaga kependidikan salah pengertian dalam
melaksanakan tugas nya.

8. Kepala sekolah tidak mampu membina dan memberi saran-saran positif


kepada guru dan karyawannya.

9. Kepala sekolah tidak memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah.

10. Kepala sekolah tidak mampu menjalin hubungan baik terhadap semua
bawahan.

Solusi dalam memecahkan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

9
1. Kepala sekolah sebaiknya fokus juga terhadap komponen sumber daya
manusia yang harus dibina dan dikembangkan, yaitu guru.

2. Kepala Sekolah hendaknya memiliki jiwa kepemimpinan, seperti


mengatur para guru, pegawai tata usaha dan pegawai sekolah lainnya.
Dalam kaitan ini Kepala Sekolah tidak hanya mengatur para guru saja,
melainkan juga ketata usahaan sekolah, siswa, hubungan sekolah dengan
masyarakat dan orang tua siswa. Jadi, tercapai tidaknya tujuan sekolah
sepenuhnya tergantung kebijaksanaan yang diterapkan Kepala Sekolah
terhadap seluruh personal sekolah. Hendaknya kepala sekolah juga
memiliki pengetahuan yang luas mengenai keterampilan kepemimpinan.
Hal itu perlu dimiliki agar mampu mengendalikan, mempengaruhi dan
mendorong bawahannya dalam menjalankan tugas dengan jujur, tanggung
jawab, efektif dan efisian.

3. Kepala sekolah sebaiknya melaksanakan kewajibannya melakukan


pengawasan terhadap guru-guru dan pegawai. Kegiatan ini mencakup
penelitian, penentuan berbagai kebijakan yang diperlukan, pembaharuan
jalan keluar berbagai permasalahan yang dihadapi oleh seluruh
pegawainya. Kegiatan supervisi dapat dilakukan melalui kegiatan
kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung,
terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan
dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil kunjungan
kelas ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang
bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut
tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus
mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

4. Kepala sekolah sebaiknya mengusahakan berbagai cara untuk


mempertinggi semangat bekerja di antara guru. Semua itu berfungsi untuk
meningkatkan perkembangan sekolah yang saya pimpin.

10
5. Kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas sebagai pimpinan, hendaknya
dilaksanakan dengan demokratis, yaitu menghargai pendapat guru, dan
memberikan kesempatan untuk melahirkan gagasan dan pendapat.
Keputusan yang di ambil dengan jalan musyawarah, karena tujuan yang
hendak dicapai adalah tujuan bersama.

6. Kunci bagi kelancaran kerja kepala sekolah terletak pada stabilitas dan
emosi dan rasa percaya diri. Dalam hal ini, kepala sekolah harus memiliki
landasan psikologis untuk memperlakukan stafnya secara adil,
memberikan keteladanan dalam bersikap, bertingkah laku dan
melaksanakan tugas.

7. Penyampaian suatu informasi dilakukan melalui dua arah, yaitu


komunikasi berupa instruktif dan komunikasi pernyataan atau permintaan.
Media komunikasi yang digunakan oleh kepala sekolah dapat berupa buku
informasi keliling, pengumuman lisan serta pesan berantai yang
disampaikan secara lisan.

8. Kepala sekolah harus mampu membina dan memberi saran-saran positif


kepada guru dan karyawannya. Untuk memperluas pandangan, tidak ada
salahnya kepala sekolah melakukan antar pikiran, sumbangan saran dan
studi banding antar sekolah untuk menyerap menejemen kepemimpinan
sekolah lain yang lebih baik.

9. Kepala sekolah memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah dan


keutuhan yang berkaitan dengan efektifitas pendidikan di sekolah, serta
mampu memanfaatkan berbagai peluang, menjadikan tantangan serta
mengkonsptualisasikan arah baru untuk perubahan.

10. Kepala sekolah harus mampu menerapkan hubungan vertikal ke bawah


yaitu kepala sekolah menjalin hubungan baik terhadap semua bawahan
yaitu kepada guru dan karyawan hal ini dilakukan agar mereka bersedia
melaksanakan tugas-tugas dengan sebaik-baiknya, memupuk kesetian dan
tanggung jawab kepada pimpinan, tugas dan tempat kerja. Kepala sekolah
juga melakukan pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan daya kreasi,

11
inisiatif yang tinggi untuk mendorong semangat bawahannya. Kepala
sekolah melakukan pemetaan program-program kegiatan untuk
meningkatkan motivasi kerja guru seperti: kegiatan briefing, penghargaan
bagi guru yang berprestasi, peningkatan kesejahjetraan guru, peningkatan
SDM, memberikan pelatihan untuk para guru, memberikan perhatian
secara personel, workshop, outbond. Melalui program-program tersebut
maka diharapkan guru-guru mampu mengembangkan proses kerjanya dan
mampu menghasilkan output yang baik sesuai program yang
diselenggarakan.

2.4 Banyaknya Protes dari Masyarakat Mengenai Mahalnya Biaya


Pendidikan yang Sebenarnya Biaya Tersebut Belum Cukup Memadai
Untuk Membiayai Aktivitas di Sekolah Secara Wajar

Akhir-akhir ini banyak protes dari masyarakat mengenai mahalnya


biaya pendidikan padahal sebenarnya biaya tersebut belum cukup memadai
untuk membiayai aktivitas di sekolah secara wajar.

Penyebab hal ini terjadi adalah sebagai berikut:

1. Desentralisasi pendidikan memang memberikan peluang terjadinya


dampak kesenjangan dalam pendanaan pendidikan sehingga akhirnya
dapat berakibat kepada ketimpangan mutu.

2. Desentralisasi pendidikan memang mendambakan hasil pendidikan yang


bermutu dan untuk itu membutuhkan biaya yang besar, tetapi tidak setiap
biaya yang besar menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu.

3. Yang lebih penting adalah bukannya seberapa mahalnya pendidikan,


tetapi apakah dana pendidikan yang telah diperoleh dari pemerintah, orang
tua, dan masyarakat benar-benar dipergunakan dan dikembalikan
semaksimal mungkin untuk pendidikan.

4. Mahalnya pendidikan tidak tergantung dari seberapa besar dana yang


dipergunakan tetapi lebih kepada seberapa kemampuan bayar orang tua
dan masyarakat dalam mendanai pendidikan.

12
Solusi dalam memecahkan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, peran Pemerintah Pusat sebagai


regulator,dinamisator, dan resources allocator sangat menentukan. Peran
itu dijamin dalam undang-undangsehingga perumusannya dapat dilakukan
sehingga dapat diperoleh formula sistem pendanaan pendidikan yang lebih
adil, merata, dan berorientasi kepada upaya peningkatan mutu.

2. Peran manajemen termasuk manajemen pendanaan pendidikan menjadi


sangat penting agar dana yang tersedia secara langsung lebih digunakan
untuk meningkatkan mutu, bukan digerogoti untuk membiayai
manajemennya. Di Australia misalnya, proporsi biaya manajemen
pendidikan tidak lebih dari 7% dari total biaya rutin, sehingga proporsi
terbesar dapat difokuskan untuk menunjang kegiatan proses belajar
mengajar secara langsung.

3. Peran Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, dan badan auditor independen


dalam mengevaluasi akuntabilitas penggunaan dana pendidikan perlu
ditingkatkan.

4. Program subsidi silang baik yang dilakukan oleh pemerintah, yayasan,


masyarakat, bahkan orang tua peserta didik perlu digalakkan untuk
memberikan peluang kepada peserta didik dari orang tua yang kurang
mampu untuk memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan yang
bermutu sekalipun.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Permasalahan pendidikan nasional tak pernah usai. Peran Kepala Sekolah


dan pengawas dalam meningkatkan motivasi kerja guru dan tenaga kependidikan
adalah dengan menggunakan “pendekatan sistem” sebagai dasar cara berpikir,
cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sekolah. Oleh karena itu, kepala
sekolah harus berpikir sistem (bukan unsystem), yaitu berpikir secara benar dan
utuh, berpikir secara runtut (tidak meloncat-loncat), berpikir secara holistik (tidak
parsial), berpikir multi-inter-lintas disiplin (tidak parosial), berpikir entropis (apa
yang diubah pada komponen tertentu akan berpengaruh terhadap komponen-
komponen lainnya); berpikir “sebab-akibat” (ingat ciptaan-Nya selalu berpasang-
pasangan); berpikir interdipendensi dan integrasi, berpikir eklektif (kuantitatif
+kualitatif), dan berpikir sinkretisme.

Jika menyangkut masalah pembiayaan pendidikan, siapa pun mengakui


makin mahalnya biaya untuk memasuki jenjang pendidikan saat ini. Memang
tidaklah salah jika dikatakan pendidikan bermutu membutuhkan biaya. Namun
persoalannya, daya finansial sebagian masyarakat di negeri ini masih belum
memadai akibat sumber pendapatan yang tak pasti.

3.2 Saran

Demikian makalah yang dapat penulis susun, penulis menyadari bahwa


makalah ini jauh dari kesempurnaan. Karena itu, keterbatasan ini kiranya akan
dapat diminimalis dengan partisipasi pembaca untuk memberikan saran dan kritik
yang konstruktif agar makalah kedepan dapat lebih baik.

14

Anda mungkin juga menyukai