Anda di halaman 1dari 4

DAUR KARBON

Alika Arum Daniya* dan Rizal Fathoni


Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta

*Corresponding author: alikaarumdaniya@gmail.com

ABSTRAK

Biogeokimia adalah pertukaran yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup dan
yang tidak hidup. Proses terjadinya daur karbon berawal dari diikatnya CO2 dalam fotosintesa, kemudian
dilepaskan kembali ke udara atau melalui proses respirasi oleh hewan dan perombakan bahan organik.
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mempelajari daur biogeokimia pada ekosistem, khususnya
daur karbon. Praktikum daur karbon menggunakan beberapa alat dan bahan dalam proses
pengamatannya, antara lain 8 buah botol penutup, DO meter, Hydrilla sp., Lymnea sp., air, dan bromtimol
biru sebagai indikatornya. Pada praktikum daur karbon digunakan sistem daur karbon pada ekosistem air.
Perubahan warna mengindikasikan bahwa larutan tersebut bersifat asam berarti pada larutan tersebut
terlarut kadar karbondioksida yang lebih banyak dibandingkan dengan oksigen terlarutnya. Aliran energi
pada ekosistem tersebut adalah cahaya matahari dan karbondioksida yang keduanya diserap oleh Hydrilla
sp. untuk melakukan fotosintesis. Hasil dari fotosintesis tersebut yang kemudian dikonsumsi oleh Lymnea
sp., untuk melakukan respirasi, dan begitu seterusnya.

Kata kunci: Biogeokimia, daur karbon, fotosintesis, oksigen, respirasi

PENDAHULUAN lagi CO2 ke atmosfer (Hadietomo,


2003).
Biogeokimia adalah pertukaran Oksigen sangat dibutuhkan oleh
yang terus menerus, antara komponen mikroorganisme untuk pernapasan.
biosfer yang hidup dan yang tidak Organisme tertentu, seperti
hidup. Siklus biogeokimia adalah siklus mikroorganisme, sangat berperan dalam
unsur atau senyawa kimia yang menguraikan senyawa kimia beracun
mengalir dari komponen abiotik ke rnenjadi senyawa lain yang lebih
biotik dan kembali lagi ke komponen sederhana dan tidak beracun. Karena
abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut peranannya yang penting ini, air
tidak hanya melalui organisme, tetapi buangan industri dan limbah sebelum
juga melibatkan reaksireaksi kimia dibuang ke lingkungan umum terlebih
dalam lingkungan abiotik sehingga dahulu diperkaya kadar oksigennya
disebut siklus biogeokimia. Siklus- (Salmin, 2005).
siklus tersebut antara lain siklus air,
siklus oksigen, siklus karbon, siklus Dalam ekosistem terdapat dua
nitrogen, dan siklus sulfur (Amir, peristiwa yang tidak terhenti yaitu aliran
2001). energi dan daur materi. Aliran energi
Siklus karbon merupakan proses adalah aliran yang berawal dari sinar
timbal balik fotosintesis dan respirasi surya yang memasuki ekosistem. Energi
seluler, menyediakan suatu hubungan ini digunakan untuk fotosintesa
antara lingkungan atmosfer dan tanaman hijau dan selanjutnya mengalir
lingkungan terestrial. Tumbuhan dalam ekosistem melalui rantai
mendapatkan karbon dalam bentuk CO2 makanan. Sedangkan daur materi
dari atmosfer melalui stomata daunnya berlangsung mulai dari organisme hidup
dan menghubungkannya ke dalam ke lingkungan abiotik baik tanah
bahan organik biomassanya sendiri maupun atmosfer dan kembali lagi ke
melalui proses fotosintesis. Respirasi organisme hidup. Adanya daur materi
oleh semua organisme mengembalikan

1
membuat keberadaan sumber materi di sebanyak 100 ml atau sampai di bawah
ekosistem tetap seimbang. mulut botol.
Daur karbon merupakan bagian Kemudian kadar oksigen awal
dari daur energi. Reaksi fotosintesis diukur menggunakan DO meter. Setelah
sangat esensial untuk daur karbon itu ditambahkan 5 tetes brom timol biru
maupun daur energi, melalui proses pada masing-masing botol. Botol A1
fotosintesis tersebut. Karbon maupun dan B1 diisi dengan Lymnea sp., botol
daur energi, melalui proses fotosintesis A2 dan B2 diisi dengan Hydrilla sp.,
tersebut karbondioksida hubungan botol A3 dan B3 diisi dengan Lymnea
sebagai mahluk hidup. Melalui proses sp. dan Hydrilla sp., botol A4 dan B4
fotosintesisnya tumbuhan hijau sebagai kontrol atau tidak diisi dengan
berperan dalam siklus karbon, karbon hewan maupun tumbuhan. Botol ditutup
diubah menjadi karbondioksida rapat kemudian ditempatkan di ruang
kemudian diubah menjadi karbohidrat gelap untuk yang A dan di ruang yang
dengan bantuan energi matahari dan terkena cahaya untuk botol B.
pigmen klorofil. Proses terjadinya daur Dilakukan pengamatan setelah 24 jam.
karbon berawal dari diikatnya CO2 Diamati semua tabung dan dihitung
dalam fotosintesa, kemudian dilepaskan kadar oksigen akhirnya dengan DO
kembali ke udara atau melalui proses meter.
respirasi oleh hewan dan perombakan
bahan organik (Muslimin, 1996). HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE Pada praktikum daur karbon


digunakan sistem daur karbon pada
Pengamatan dilakukan di ekosistem air. . Hal ini dilakukan karena
laboratorium ekologi UIN Syarif prosesnya sederhana dan tidak
memerlukan waktu yang lama untuk
Hidayatullah Jakarta. Pengamatan
mengetahui hasilnya. Pada praktikum
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal kali ini, digunakan brom timol biru
29 Maret 2016 pukul 09.20 sampai hari sebagai larutan indikator yang akan
Rabu, tanggal 30 Maret 2016 pukul merubah warna air larutan indikator
13.00. Praktikum daur karbon akan berwarna biru pada larutan basa
dan kuning dalam larutan
menggunakan beberapa alat dan bahan
asamPercobaan dilakukan pada dua
dalam proses pengamatannya, antara tempat yang berbeda yaitu yang di
lain 8 buah botol penutup, DO meter, tempat terang dan yang di tempat gelap.
Hydrilla sp., Lymnea sp., air, dan Hal itu dimaksudkan untuk
bromtimol biru sebagai indikatornya. membandingkan apakah adanya cahaya
Disiapkan dua percobaan A dan B berpengaruh terhadap siklus karbon
pada ekosistem aquatik. Setelah
masing-masing terdiri dari 4 botol yang
dilakukan pengamatan selama 24 jam,
telah diberi tanda (A1, A2, A3, A4 dan didapatkan hasil seperti pada tabel
B1, B2, B3, B4). Botol diisi dengan air berikut

2
.Tabel 1. Kompilasi data daur karbon pada ruang gelap dan terang
DO Perubahan
Kondisi
Botol (mg/L)
tempat Warna air Lymnea sp. Hydrilla sp.
Awal Akhir
A1 7.9 7.1 Kuning Normal -
A2 7.9 7.6 Kuning - Buruk
Gelap
A3 7.9 7.7 Kuning Normal Buruk
A4 7.9 7.6 Biru - -
B1 7.8 7.7 Kuning Buruk -
B2 7.8 4.5 Kuning - Normal
Terang
B3 7.8 0.8 Kuning Mati Normal
B4 7.8 7.1 Biru - -

Hasil dari botol A1 menunjukan Hydrilla sp. memperoleh cahaya


menunjukan bahwa Lymnea sp. matahari yang digunakan dalam proses
melakukan proses respirasi. Lymnea sp. fotosintesis. Hasil dari fotosintesis
mengambil O2 dari air dan udara pada tersebut adalah berupa oksigen dan
botol. Selanjutnya menghasilkan CO2, energi yang menyebabkan kadar
sehingga warna pada larutan menjadi oksigen yang terlarut di dalam air besar.
berwarna kuning. Kadar oksigen yang Tetapi pada botol yang kedua terjadi
terbentuk adalah 7.1 mg/L atau lebih perubahan warna menjadi kuning.
kecil dari DO awal yaitu 7.9 mg/L. hal Perubahan warna tersebut
ini dikarenakan adanya proses respirasi mengindikasikan bahwa larutan tersebut
dari Lymnea sp. tersebut. bersifat asam berarti pada larutan
Hasil dari botol B1 yang berisi Lymnea tersebut terlarut kadar karbondioksida
sp. mengalami kematian. Hal tersebut yang lebih banyak dibandingkan dengan
dikarenakan adanya proses respirasi oksigen terlarutnya. Oksigen terlarut
yang menghasilkan CO2. Tapi CO2 pada botol B2 hanya 4.5 mg/L.
pada gelas piala B1(tempat terang) lebih Hasil dari A3 menunjukkan
tinggi dari A1(tempat gelap) dengan Lymnea sp. pada botol ini memiliki
DO 7.7 mg/L atau oksigen lebih tinggi kondisi yang normal. Oksigen terlarut
dibanding dengan A1. Hasil ini karena pada botol A3 adalah 7.7 mg/L. Namun
pada reaksi terang memiliki suhu yang kelebihan CO2 yang dihasilkan oleh
lebih tinggi dibanding dengan tempat Lymnea sp. pada proses respirasi tidak
gelap. bisa digunakan oleh tanaman Hydrilla
Botol A2 memiliki kadar sp. karena tidak adanya cahaya yang
oksigen 7.6 mg/L. Hasil dari botol A2 masuk untuk melakukan fotosintesis,
menunjukkan Hydrilla sp. memiliki sehingga kondisi tanaman Hydrilla sp.
kondisi yang buruk. Hal ini dikarenakan menjadi buruk. Sedangkan pada botol
tidak adanya cahaya yang masuk, B3 menunjukan kematian pada Lymnea
dimana cahaya tersebut diperlukan sp. karena oksigen terlarut dalam air
dalam proses fotosintesis. Sedangkan sangat rendah, yaitu 0.8 mg/L yang
pada botol B2 Hydrilla sp. dalam mana oksigen sangat dibutuhkan dalam
keadaan normal atau masih segar. Hal proses respirasi hewan. Tanaman
tersebut karena Hydrilla sp. masih dapat Hydrilla sp. pada botol ini masih
melakukan proses fotosintesis dimana normal atau segar, karena adanya sinar

3
matahari yang masuk dan kebutuhan selama percobaan mengalami
CO2 masih belum berlebih untuk proses penurunan. Perubahan warna dari biru
fotosintesisnya. menjadi kuning juga menunjukan
Botol A4 dan B4 digunakan bahwa air bersifat asam. Kadar oksigen
sebagai kontrol. Mulai dari pengamatan terlarut di dalam air mempengaruhi
pertama sampai terakhir, kedua botol ini aktivitas organisme dalam
tidak menunjukan adanya perubahan melaksanakan perannya pada suatu
warna. Hanya ada sedikit penurunan ekosistem.
pada oksigen terlarut. Oksigen terlarut Cahaya matahari mempengaruhi
pada A4 adalah 7.6 mg/L, yang berarti siklus karbon dalam hal perolehan
mengalami penurunan kadar oksigen energi yang digunakan oleh organisme
sebanyak 0.3 mg/L. Sedangkan botol autotrof untuk melaksanakan
B4 yang memiliki DO awal 7.8 mg/L fotosintesis. Aliran energi pada
turun sebanyak 0.7 mg/L, sehingga ekosistem tersebut adalah cahaya
oksigen terlarutnya menjadi 7.1 mg/L. matahari dan karbondioksida. Keduanya
Adanya perubahan warna yang diserap oleh Hydrilla sp. untuk
terjadi menunjukan adanya siklus melakukan fotosintesis. Hasil dari
karbon. Selain itu, perubahan warna fotosintesis tersebut yang kemudian
yang terjadi dapat disebabkan oleh dikonsumsi oleh Lymnea sp., untuk
meningkatnya konsentrasi karbon melakukan respirasi, dan begitu
dioksida (CO2) ataupun oksigen (O2) seterusnya.

DAFTAR PUSTAKA
Amir, A. 2001. Biologi Umum. PT Gramedia. Jakarta
Campbell dan Reece. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Erlangga. Jakarta
Hadiotomo, 2003. Mikrobiologi Dasar. PT Gramedia. Jakarta
Muslimin. L. W. 1996. Mikrobiologi Lingkungan. UI Press. Jakarta
Salmin. 2005. Oksigen Terlarit Sebagai Indikator Kualitas Air. Oseana. Vol. XXX

Anda mungkin juga menyukai