Anda di halaman 1dari 10

CASE BASED DISCUSSION (CBD)

Hubungan Pengobatan Skabies Terhadap


Siklus Hidupnya

Disusun oleh :
Malvin Owen Hardicar / 1315108

Pembimbing :
dr. Dian Puspitasari, Sp. KK

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


Rumah Sakit Immanuel
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Bandung
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Skabies adalah sejenis kutu parasit yang mampu penggali terowongan di


kulit dan menyebabkan rasa gatal. Pengetahuan dasar tentang penyakit ini
diutarakan oleh Von Hebra, bapak dermatologi modern. Penyebab dari skabies ini
ditemukan pertaman kali oleh Benomo pada tahun 1687, kemudian Mellanby
melakukan percobaan induksi pada relawan selama perang dunia II. Skabies
berasal dari bahasa latin scabere, yang berarti to scratch, dulu dikenal sebagai
gatal 7 tahun, yaitu penyakit kulit menular yang meyerang manusia dan binatang.
Dalam klasifikasi WHO, skabies dikelompokkan sebagai water-related disease.
Skabies disebabkan oleh Sarcoptes scabiei, yang ditularkan dari orang ke orang
melalui kontak langsung, tetapi dapat juga secara tidak langsung, melalui pakaian,
selimut, dan handuk yang dipakai oleh lebih dari satu individu. Masa inkubasi dari
penyakit skabies adalah 4-6 minggu. Ada beberapa jenis dari skabies, yang paling
berat adalah jenis skabies Norwegian scabies, biasanya terjadi pada pasien dengan
imunokompremais.
Pada jaman yang modern ini sudah banyak ditemukan obat-obat untuk
menanggulangi penyakit skabies. Obat anti skabies yang paling efektif adalah
krim permentrin. Obat-obatan lain yang dapat digunakan untuk menanggulangi
penyakit skabies antara lain: (1) Krotamiton, obat anti skabies dengan efektifitas
yang kurang baik tetapi kurang toksik untuk tubuh, (2) Ivermectin, obat yang
penggunaannya dapat secara oral atau topikal, (3) Lindane, obat anti skabies yang
sudah tidak dipakai lagi karena skabies sudah resisten terhadap lindan.
Pengobatan pada penyakit skabies memiliki waktu terapi yang berbeda
pada setiap obat. Waktu terapi yang berbeda-beda untuk setiap obat pastinya
memiliki tujuan tertentu. Tujuan dari waktu terapi yang berbeda-beda tersebut
disesuaikan oleh efektifitas obat terhadap stadium dari parasit skabies ini.
Pada case based discussion (CBD) kali ini akan dibahas mengenai
hubungan pengobatan skabies terhadap siklus hidupnya.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi
dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya.
Ditandai dengan gatal pada malam hari, mengenai sekelompok orang,
dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat, dan
lembab. Gejala klinik dapat terlihat polimorfi tersebar di seluruh
badan.

II. Epidemiologi
Setiap 30 tahun siklus terdapat suatu dugaan terjadi epidemi
skabies. Faktor-faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini
antara lain: (1) sosioekonomi yang rendah, (2) higiene yang buruk, (3)
hubungan seksual bersifat promiskuitas, (4) kesalahan diagnosis, (5)
perkembangan demografik serata ekologik. Penyakit skabies dapat
dimasukkan dalam penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual).

III. Etiologi dan Patogenesis


Skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung (kontak
kulit dengan kulit) misalnta berjabat tangan, tidur bersama, dan
hubungan seksual, selain itu dapat juga secara tidak langsung (melalui
benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
Penularan skabies biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah
dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal juga Sarcoptes
scabiei var.animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia,
terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan,
misalnya anjing atau kucing.
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda kelas
Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia
disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. Selain itu, terdapat S.scabiei
yang lain, misalnya pada kambing dan babi. Secara morfologik
merupakan tungau kecil, berbentuk oval, penggung cembung, bagian
perut rata, dan mempunyai 8 kaki. Tungau ini translusen, berwarna
putih kotor, dan tidak bermata. Ukuran yang betina berkisar antara
330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,
yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron, Bentuk dewasa mempunyai
4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2
pasang kaki kedua pasa betina berakhir rambut, sedangkan pada yang
jantan pasangkakai ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungai ini sebagi berikut; setelah kopulasi
(perkawinan) yang terjadi diatas kulit, tunagu jantan akan mati,
kadang-kadang masih dapat hidupbeberapa hari dalam terowogan yang
digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter
sehari sambil meletakkan telurnya 2 hinggal 50. Bentuk betina yang
diuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas biasanya
dalam waktu 3 sampai 10 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat
juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempuyai
2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus
hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
antara 8-12 hari.
Aktivitas S.scabiei di dalam kulit menyebabkan rasa gatal
san menimbulkan respons imunitas selular dan humoral serta mampu
meningkatkan IgE baik di serum maupun di kulit. Masa inkubasi
berlangsung selama 4-6 minggu. Skabies sangat menular, transmisi
melalui kontak langsung dari kulit ke kulit, dan tidak langsung melalui
berbagai benda yang terkontaminasi (seprei, sarung bantal, handuk,
dsb). Tungau skabies dapat hidup di luar tubuhmanusi selama 24-36
jam. Tungau dapat ditransmisikan melalui kontak seksual, walaupun
menggunakan kondom, karena kontak langsung melaui kulit di luar
kondom. Kelainan kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau skabies,
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi di
sebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta da eksreta tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah investasi. Pada saat itu,
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.

IV. Gejala Klinik dan Diagnosis


Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda
kardinal sebagai berikut:
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
oleh aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan
panas
2. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia, misalnya dalam
sebuah keluarga, sehingga seluruh keluarga terkena infeksi, di
asrama, atau pondokan. Begitu pula dalam sebuah perkampungan
yang padat penduduknya, yang sebagian besar tetangga berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut. Walaupun seluruh anggota
keluarga mengalami investasi tungau, namun tidak memberikan
gejala. Hal ini dikenal sebagai hiposensitisasi. Penderita bersifat
sebagai pembawa (carrier)
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi
yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan
ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulit menjadi sangat gatal pasien selalu menggaruk, kunikulus
dapat rusak karenanya. Tempat predileksinya biasanya merupakan
stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,
areola mamae (perempuan), umbilikus, bokong, genitalia eksterna
(laki-laki), dan perut bagian belakang. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan, telapak kaki, wajah dan kepala.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang
diagnosis. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium tungau. Selain
tungau dapat ditemukan telur dan kotoran (skibala)

V. Penatalaksanaan
Pengobatan pada skabies dilakukan pada seluruh anggota
keluarga (termasuk penderita yang hiposensitifitas), pasangan seksual,
dan pada kasus asrama, pesantren seluruh anggota harus diobati untuk
mencegah penularan kembali.
Jenis obat topikal
1. Belerang endap (sulfir presipitatum) dengan kadar 4-20 % dalam
bentuk salep atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap
stadium telur, maka penggunaan dilakukan selama 3 hari berturut-
turut. Kekurangan yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian
serta kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi
berumur kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadiium,
diberikan setiap malam selama 3 hari. Obatini sulit diperoleh,
sering memberikan iritasi, dan kadang-kadang makin gatal dan
panas setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gemeksan = gammexane) kadarnya
1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif
terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberika
iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah umur 6 tahun
dan ibu hamil karena toksis terhadap susunan saraf pusat.
Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi
seminggu kemudian.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat
pilihan, mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan anti gatal;
harus di jauhkan dari mata mulut dan uretha.
5. Permentrin dengan kadar 5% dalam krim, efektifitas sama aplikasi
hanya sekali, dan dibersihkan dengan mandi setelah 8-10 jam.
Pengobatan diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi
dibawah umur 2 tahun.
Diluar negri dianjurkan pemakaian ivermectin (200 µg/kg) per oral,
terutama pasien yang persisten atau resisten terhadap permetrin.

VI. Pencegahan
Dilakukan upaya preventif, perlu dilakukan edukasi pad
apasine tetang skabies, perjalanan penyakit, penularan, cara eradikasi
tungau skabies, menjaga higiene pribadi, dan tata cara pengolesan
obat. Rasa gatal terkadang tetap berlangsung walaupun kulit sudah
bersih. Pengobatan dilakuakn pada orang serumah dan orang disekitar
pasien yang berhubungan erat.

VII. Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pengolesan obat,
serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, antara
lain higiene, serta semua orang yang berkontak erat dengan pasien
harus diobati, maka penyakit ini dapat diberantas dengan prognosis
yang baik.
BAB III
KESIMPULAN

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan


sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya. Ditandai
dengan gatal pada malam hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat
predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab. Gejala klinik dapat
terlihat polimorfi tersebar di seluruh badan.
Pengobatan pada skabies dilakukan pada seluruh anggota keluarga
(termasuk penderita yang hiposensitifitas), pasangan seksual, dan pada kasus
asrama, pesantren seluruh anggota harus diobati untuk mencegah penularan
kembali. Cara penggunaan obat topikal pada infestasi skabies disesuaikan
terhadap efektifitas obat terhadap siklus hidup Sarcoptes scabiei. Pada
penggunaan permentrin 5% efektif untuk seluruh stadium dan dapat membunuh
telur serta aman untuk ibu hamil dan menyusuhi, keuntungan lain adalah tidak
mengiritasi kulit dan hanya digunakan dalam 1 hari selama 8-12 jam, dapat
diulang 1 minggu kemudian bila gejala masih ada, tidak dianjurkan untuk anak
dibawah 2 bulan. Gameksan 1% dapat membunuh seluruh stadium sama seperti
permentrin 5% tetapi efek samping yang diberikan seperti iritasi dan toksisitas
jauh lebih besar dari permentrin 5% dan tidak dapat digunakan untuk ibu hamil,
menyusuhi ataupun anak dibawah 2 bulan. Emulsi benzil-benzoas 20-25% waktu
terapi 3 hari dikarenakan obat tersebut efektif dalam mengeradikasi seluruh
stadium kecuali stadium telur pada skabies memiliki efek samping yang cukup
banyak termasuk iritasi kulit dan rasa terbakar, penggunaan pada ibu hamil,
menyusuhi, dan pada anak 2 tahun belum dilakukan penelitian, obat ini sulit
didapat sehingga jarang diresepkan oleh dokter. Krotamiton 10% waktu
pengobatan sampai 3 hari dikarenakan tidak efektif untuk stadium telur
keunggulan obat ini adalah sebagai anti skabies dan anti pruritus, ktidak
dianjurkan untuk ibu hamil, menyusuhi, dan anak dibawah 2 tahun . Belerang
endap 4- 25% (sulfur presipitatum) memiliki banyak kerugians eperti bau,
mengiritasi kulit mengotori pakaian, tetapi memiliki banyak pula keuntungan
speerti harga yang murah, mudah didapatkan dan aman untuk ibu hamil,
menyusuhi dan sebagai pilihan utaman untuk anak dibawah 2 bulan.
DAFTAR PUSTAKA

Boediardja SA, Handoko RP.Skabies. In: Menaldi SLSW, Bramono K, dan


Indiatmi W, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Indonesia:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.p. 137-140
Chosidow O. Scabies [Internet]. 2006. [cited 2015 Sep 15]. Available from:
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp052784
Goldsmith, L. A., Katz, S. I., Gilchrest, B. A., Paller, A. A., Wolff, K., & Leffell,
D. J. (2008). Fitzpatrick's: Dermatology in General Medicine. USA:
The McGraw Hill Companies.

Anda mungkin juga menyukai