Dosen Pengampu
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
Apabila melihat ketentuan Pasal 16 Pasal 53 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
(UUPA), maka macam-macam hak atas tanah dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Hak atas tanah yang bersifat tetap, yaitu hak-hak atas tanah yang akan tetap
ada selama UUPA masih berlaku. Macam-macam hak atas tanah yang masuk
dalam kelompok ini yaitu Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
Hak Pakai, Hak Sewa untuk Bangunan, Hak Membuka Tanah, dan Hak
Memungut Hasil Hutan.
2. Hak atas tanah yang akan ditetapkan dengan undang-undang, maksudnya
adalah hak atas tanah yang akan lahir kemudian, yang akan ditetapkan dengan
undang-undang. Hak atas tanah yang disebutkan dalam Pasal 16 jo. Pasal 53
UUPA tidak bersifat limitatif, artinya, di samping hak-hak atas tanah yang
disebutkan dalam UUPA, kelak masih dimungkinkan lahirnya hak atas tanah
baru yang diatur secara khusus dengan undang-undang.
3. Hak atas tanah yang bersifat sementara, yaitu Hak atas tanah yang sifatnya
sementara, dalam waktu singkat diusahakan akan dihapus sebab mengandung
sifat-sifat pemerasan, feodal, dan yang tidak sesuai dengan jiwa atau asas-asas
UUPA. Macam-macam hak atas tanah yang bersifat sementara ini adalah Hak
Gadai (Gadai Tanah), Hak Usaha Bagi Hasil (Perjanjian Bagi Hasil), Hak
Menumpang, dan Hak Sewa Tanah Pertanian.
Apabila melihat dari asal tanahnya, maka hak atas tanah dapat dibedakan menjadi 2
(dua), yaitu:
1. Hak atas tanah yang bersifat primer, yaitu hak atas tanah yang berasal dari
tanah negara. Macam-macam hak atas tanah yang masuk dalam kelompok ini
adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan atas Tanah Negara,
Hak Pakai atas Tanah Negara.
2. Hak atas tanah yang bersifat sekunder, yaitu hak atas tanah yang berasal
dari tanah hak pihak lain. Macam-macam hak atas tanah yang termasuk dalam
kelompok yang bersifat sekunder yaitu Hak Guna Bangunan atas Tanah Hak
Milik, Hak Pakai atas Tanah Hak Pengelolaan, Hak pakai atas Tanah Hak
Milik, Hak Sewa untuk Bangunan, Hak Gadai (Gadai Tanah), Hak Usaha Bagi
Hasil (Perjanjian Bagi Hasil), Hak Menumpang, dan Hak Sewa Tanah
Pertanian.
Ciri-ciri Hak:
1. Hak Milik
2. Hak Guna Usaha
3. Hak Pakai
4. Hak Sewa
5. Hak Membuka Tanah
6. Hak Memungut Hasil Hutan
Hak Milik
Hak milik adalah hak turun-
temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah
Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Hanya warganegara Indonesia dapat mempunyai hak milik.
Oleh Pemerintah ditetapkan badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak
milik dan syarat-syaratnya (bank Negara, perkumpulan koperasi pertanian,
badan keagamaan dan badan social)
Terjadinya hak milik, karena hukum adat dan Penetapan Pemerintah, serta
karena ketentuan undang-undang
Hak milik, setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak lain,
harus didaftarkan di Kantor Pertanahan setempat. Pendaftaran dimaksud
merupakan pembuktian yang kuat.
Hak Sewa
Seseorang atau suatu badan hukum mempunyai hak sewa atas tanah, apabila ia
berhak
mempergunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan dengan
membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa.
Pembayaran uang sewa dapat dilakukan:
1. Satu kali atau pada tiap-tiap waktu tertentu;
2. Sebelum atau sesudah tanahnya dipergunakan.
3. Perjanjian sewa tanah yang dimaksudkan dalam pasal ini tidak bo
leh disertai syarat-syarat yang mengandung unsur-unsur pemerasan.
Yang dapat menjadi pemegang hak sewa ialah:
1. Warganegara Indonesia;
2. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
3. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia;
4. Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia.
Hak Milik
pemberian hak milik untuk orang perseorangan atas tanah pertanian yang luasnya
tidak lebih dari 50.000 m2 (lima puluh ribu meter persegi);
pemberian hak milik untuk orang perseorangan atas tanah non pertanian yang
luasnya tidak lebih dari 3.000 m2 (tiga ribu meter persegi);
pemberian hak milik untuk badan hukum keagamaan dan sosial yang telah
ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang
Penunjukkan Badan-Badan Hukum Yang Dapat Mempunyai Hak Milik atas
Tanah, terhadap tanah non pertanian yang luasnya tidak lebih dari 50.000
m2 (lima puluh ribu meter persegi);
pemberian hak milik atas tanah dalam rangka pelaksanaan program:
1. transmigrasi;
2. redistribusi tanah;
3. konsolidasi tanah;
4. program yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(“APBN”) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (“APBD”);
dan
5. pendaftaran tanah yang bersifat strategis dan massal.
Hak Pakai
1. pemberian hak pakai untuk orang perseorangan atas tanah pertanian yang luasnya
tidak lebih dari 50.000 m2 (lima puluh ribu meter persegi);
2. pemberian hak pakai untuk orang perseorangan atas tanah non pertanian yang
luasnya tidak lebih dari 3.000 m2 (tiga ribu meter persegi);
3. pemberian hak pakai untuk badan hukum swasta, Badan Usaha Milik Negara
(“BUMN”)/Badan Usaha Milik Daerah (“BUMD”) atas tanah non pertanian yang
luasnya tidak lebih dari 20.000 m2 (dua puluh ribu meter persegi);
4. pemberian hak pakai atas tanah hak pengelolaan; dan
5. pemberian hak pakai aset pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Rumah Susun
2. Subyek hak :
A. Manusia : menurtu hukum seluruh manusia sudah memiliki hak sejak dia
lahir maupun dalam kandungan ataupun lahir batin
B. Badan Hukum : suatu badan yang terdiri dari kumpulan oaring yag di beri
status sehingga mempunyai hak.
4. Cara terjadinya :
- menurut hukum adat ( tanah tumbuh atau pembukaan tanah )
- Ketentuan UU : ketentuan konfersi
- Penetapan pemerintah melalui proses permohonan
1. permohonan tertulis
2. pemberian SK
3. pemeriksaan tanah
4. memenuhi semua kewajiban
5. mendaftarkan hak
6. belum sertifikat
5. Jangka waktu :
HGU : jangka waktu maksimal 25 tahun, perusahaan maksimal 35 tahun,
dapat diperpanjang maksimal 25 tahun.
HGB : Jangka waktu maksimal 35 tahun, dapat diperpanjang maksimal
20 tahun
HP : jangka waktu tertentu atau selama tanah itu digunakan.
6. Hapusnya hak : diatur dalam pasal 27 UU nomor 5 tahun 1960 UUPA
1. Tanahnya jatuh pada negara :
- pencabutan hak.
- penyerahan dari pemilik
- (karena ditelantarkan )
2. Dan bisa juga tanahnya musnah
7. Luas lahan :
Pasal 633 ayat (1) huruf c:
- Lahan PSL sangat padat paling kurang 3.000 m2 (tiga ribu meter persegi)
- PSL padat paling kurang 5.000 m2 (lima ribu meter persegi)
- PSL* kurang padat paling kurang 10.000 m2 (sepuluh ribu meter persegi)
- PSL tidak padat paling kurang 15.000 m2 (lima belas ribu meter persegi).
Adapun PSL (Pola Sifat Lingkungan) adalah pengelompokan lokasi lingkungan yang
sama sedemikian rupa sehingga membentuk suatu pola sesuai dengan rencana kota.