Anda di halaman 1dari 2

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2018/2019

NAMA : RIDHO BAY HAZMY


NIM : C01218026
PRODI/ FAKULTAS : HUKUM KELUARGA (A) SYARIAH DAN HUKUM
MATA KULIAH : HUKUM PERIBADATAN ISLAM
DOSEN : H.M. GUFRON, Lc, MHI

1. Pada bulan ramadhan terdapat orang tua renta, baik laki maupun wanita yang
mendapatkan kesulitan dan kesukaran, serta tidak kuat lagi berpuasa apakah mereka
mendapatkan rukhshah dan bagaimana perbedaan pendapat para madzhab terhadap hal
tersebut?
Jawab :
Menurut Empat Madzhab : Mereka mendapatkan rukhshah (keringanan) untuk berbuka, hanya
harus membayar fidyah setiap hari dengan memberikan makanan pada orang miskin. Begitu
juga orang sakit yang tidak ada harapan sembuh sepanjang tahun. Hukum ini telah disepakati
oleh semua ulama madzhab, Menurut Hambali: ia berpendapat, bahwa bagi orang tua renta dan
orang sakit tersebut, hanya disunnahkan untuk membayar fidyah, tidak diwajibkan.

2. Apakah wanita itu diwajibkan menutupi wajah dan dua telapak tangannya, atau
sebagian dari keduanya ketika shalat, padahal bagi wanita itu tidak diwajibkan untuk
menutupinya di luar shalat?
Jawab :
Menurut Imam Hanafi itu bagi wanita wajib menutupi bagian belakang dua telapak tangan dan
dua telapak kakinya. Menurut Imam Syafi’i dan Maliki yakni bagi wanita boleh membuka
wajahnya, dan dua telapak tangannya (baik dalam maupun luarnya) ketika sholat. Menurut
Imam Hambali itu tidak membolehkan dibuka kecuali wajahnya saja.

3. Dalam rukun shalat salah satunya adalah sujud. Sering sekali didalam masyarakat
mempermasalahkan tentang bagian tubuh mana saja yang harus menempel pada lantai ketika
sujud. Bagaimana pendapat dari 4 Imam madzhab tentang masalah tersebut?
Jawab:
Imam Abu Hanifah dan Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat Saat sujud yang wajib
menyentuh/menempel hanyalah dahi, sedangkan dua telapak tangan, dua lutut, ibu jari kaki
hanyalah sunnah. Sedangkan Imam Ahmad berpendapat Saat sujud yang wajib
menyentuh/menempel adalah dahi, dua telapak tangan, dua lutut, ibu jari kaki ditambah hidung.

4. Apa hukumnya jika ada seseorang yang meninggalkan sholat dan meremehkannya
tetapi ia meyakini bahwa sholat itu wajib?
Jawab :
Menurut imam Syafi’i, Maliki, dan Hambali : Ia harus dibunuh, karena barangsiapa yang
mengingkari wajibnya shalat maka ia telah kafir , begitu pula orang yang meninggalkannya
karena meremehkan dan malas. Menurut imam Hanafi : Ia harus ditahan selama-lamanya, atau
sampai ia mau melakukan sholat.

5. Bagaimana pendapat para Madzhab, jika lupa tidak melafalkan niat puasa Sunnah
maupun puasa Wajib seperti puasa Ramadhan?
Jawab :
Menurut Madzhab Hanafi : Lebih baik bila niat puasa (apa saja) dilakukan bersamaan dengan
terbitnya fajar, karena saat terbitnya fajar merupakan awal ibadah. Jika dilaksanakan setelah
terbtnya fajar, untuk semua jenis puasa wajib yang sifatnya menjadi tanggungan / hutang maka
tidak sah puasanya.
Menurut Madzhab Maliki : Niat dianggap sah, untuk semua jenis puasa, bila dilakukan pada
malam hari atau bersamaan dengan terbtnya fajar. Adapun apabila seseorang berniat sebelum
terbenamnya matahari pada hari sebelumnya atau berniat sebelum terbenamnya matahari pada
hari ia berpuasa maka puasanya tidak sah walaupun puasa sunnah.
Menurut Madzhab Syafi’i : Untuk semua jenis puasa wajib (baik yang dilakukan pada waktu-
waktu tertentu seperti puasa Ramadhan; yang sifatnya menjadi tanggungan seperti qadha,
nazar, kafarat, dll) niat harus dilakukan pada malam hari. Adapun puasa sunnah, niat bisa
dilakukan sejak malam hari sampai sebelum tergelincirnya matahari.
Menurut Madzhab Hanbali : Tidak beda dari Syafi’i, madzhab ini mengharuskan niat dilakukan
pada malam hari, untuk semua jenis puasa wajib. Adapun puasa Sunnah, berbeda dengan
Syafi’i, niat bisa dilakukan walaupun telah lewat waktu dhuhur (dengan syarat belum makan /
minum sedikitpun sejak fajar).

Anda mungkin juga menyukai