Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada tiga macam darah yang keluar dari rahim perempuan, yaitu darah
haid, darah nifas, dan darah istihadhah. Setiap wanita normal umumnya
mengalami siklus haid saat mencapai usia baligh, yaitu berkisar mulai dari
umur 9 tahun.

Setiap wanita harus memahami ciri-ciri haid, sifat-sifat darah haid, lama
masa haid, dan apa saja yang dilarang dan diperbolehkan saat menjalani masa
haid. Karena semua hal tersebut berkaitan dengan hukum syar’i tentang
kewajiban dan keharaman sesuatu yang dilakukan oleh wanita yang sedang
haid.

Hal ini yang mendasari kami untuk menyusun sebuah makalah yang
membahas tentang haid dengan judul “Risalah Haid”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari haid?

2. Kapan waktu datangnya haid?

3. Berapa lama masa keluarnya darah haid?

4. Bagaimana sifat darah haid?

5. Apa saja larangan bagi wanita haid?

6. Apa saja hikmah dari haid pada wanita?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari haid.

2. Untuk mengetahui datangnya waktu haid pada wanita.

1
3. Untuk mengetahui lama masa keluarnya darah haid.

4. Untuk mengetahui sifat darah haid.

5. Untuk mengetahui apa saja larangan bagi wanita haid.

6. Untuk mengetahui hikmah dari haid.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Haid

Haid adalah darah yang keluar dari rahim seorang wanita apabila telah
menginjak masa baligh.1 Darah haid adalah darah yang keluar dari farji
perempuan dalam keadaan sehat.

Definisi haid dalam terminologi fuqaha:

1. Definisi Al-Kasani dari mazhab Hanafi: haid adalah nama bagi darah yang
keluar dari rahim, bukan setelah melahirkan, dengan kadar yang diketahui,
dan pada waktu yang diketahui.

2. Definisi Ad-Dardir dari mazhab Malik: haid adalah darah hitam atau darah
kotor yang keluar dengan sendirinya dari wanita yang bisa hamil,
walaupun hanya sekali tuang.

3. Ibnul Arabi mendefinisikan haid sebagai darah yang dilepaskan oleh rahim
sehingga meluap.

4. Asy-Syarbini dari mazhab Syafi'i mendefinisikannya sebagai darah yang


keluar dari rahim wanita yang terdalam setelah dia baligh, dengan cara
yang sehat, tanpa sebab tertentu pada waktu-waktu yang diketahui.

5. Ibnu Qudamah mendefinisikannya sebagai darah yang dilepaskan oleh


rahim saat wanita telah baligh, lalu akan terbiasa datang pada waktu-waktu
yang diketahui.2

B. Waktu Haid

1
Syaikh Kamil Muhammad 'Uwaidah, “Al-Jami’ fii Fiqhi An-Nisa.” Terj., M. Abdul
Ghoffar, Fiqih Wanita, Cet. V (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2010), hal. 72.
2
Yahya Abdurrahman Al-Khatib, Fikih Wanita, (Jakarta: Qisthi Press, 2011), hal. 4.

3
Kebanyakan ulama berpendapat bahwa umur minimal haid anak
perempuan ialah umur 9 tahun, sedangkan umumnya haid terjadi pada wanita
berumur 12 tahun dan seterusnya.

Biasanya keluar darah berlangsung setiap bulan sekali sampai masa


menopause. Menurut pendapat mayoritas ulama, umur 50 tahun merupakan
usia menopause (berhenti haid karena lanjut usia). Berdasarkan penelitian dan
pengamatan, seorang wanita akan berhenti haid antar umur 50 hingga 60
tahun. Hal ini bisa dijadikan sandaran karena hukum bisa berdasar pada
kebiasaan yang terjadi. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan masih terjadi
haid jika memang darah yang keluar sesuai dengan sifat haid dan keluar
selama masa haid sebagaimana biasa.3

Waktu haid menurut beberapa mazhab:

1. Mazhab Maliki

Bila seorang gadis remaja umur 9-13 tahun maka itu bisa jadi darah haid
maka hendaknya memastikan terlebih dahulu kepada dokter/orang yang
sudah berpengalaman. Wanita yang umurnya 13-50 tahun makan itu sudah
pasti darah haid. Wanita yang umurnya lebih dari 70 tahun apabila keluar
darah dari farjinya maka bisa dikatakan darah istihadhah.

2. Mazhab Hanafi

Darah yang keluar dari anak perempuan umur 9 tahun, adalah darah haid.
Bagi yang umurnya 55 tahun tapi masih juga mengeluarkan darah, maka
darah itu bukanlah darah haid, kecuali jika ternyata darah itu warnanya
kuat, yakni hitam atau merah tua, barulah dapat dianggap darah haid.

3. Mazhab Hambali

3
Ali bin Sa’id bin Ali Al-Hajjaj Al-Ghamidi, “Dalilul Mar’atul Muslimah”. Terj. Ahmad
Syarif, Fikih Wanita, Cet. IV (Solo: Aqwam, 2014), hal. 255.

4
Batas umur wanita boleh menganggap tidak kedatangan haid lagi yaitu
pada umur 50 tahun. Jadi kalau sesudah itu ia masih juga melihat darah
keluar dari farjinya itu tidak dianggap darah haid, kecuali jika ternyata
darah itu warnanya kuat, yakni hitam atau merah tua, barulah dapat
dianggap darah haid.

4. Mazhab Syafi'i

Tak ada batas akhir bagi umur haid wanita jadi haid itu kapan saja bisa
datang selagi wanita itu masih hidup, sekalipun pada umumnya ia akan
terhenti pada umur 62 tahun, yaitu yang umum disebut masa iyas (masa
putus dari haid).

C. Masa Haid

Haid dijalani oleh seorang wanita pada masa-masa tertentu, paling cepat
satu hari satu malam dan paling lama 15 hari. Sedangkan yang normal adalah
6 atau 7 hari. Sedangkan paling cepat masa sucinya adalah 13 atau 15 hari,
dan yang paling lama tidak ada batasnya. Akan tetapi, yang normal adalah dua
23 atau dua 24 hari.4

Terdapat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Hammah binti


Jahsy bahwa Rasulullah SAW bersabda: “kamu mengalami haid berdasarkan
ilmu Allah, selama 6 atau 7 hari. Lalu bersucilah dan shalatlah selama 24
atau 23 hari sebagaimana para wanita mengalami haid dan suci dengan
masa tersebut.” (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Adapun tentang batas maksimal masa berlangsungnya haid, pendapat


yang paling unggul adalah pendapat Imam Syafi’i, Imam Malik, dan Imam
Ahmad yang mengatakan bahwa batas maksimal masa haid adalah 15 hari.
Imam Al-Mardawi berkata “inilah mazhab yang benar, yang banyak diikuti
ulama”. Telah banyak diriwayatkan bahwa para ulama berfatwa dengan
mengikuti pendapat tersebut. Imam Syafi’i sendiri telah mengadakan

4
Syaikh Kamil Muhammad 'Uwaidah, “Al-Jami’..., hal. 72.

5
penelitian dan survei bahwa dia tak menemukan seorang wanita yang
mengalami haid lebih dari 15 hari.5

Dalam menjalani masa haid wanita dikelompokkan menjadi tiga kategori


yaitu:

1. Wanita yang baru menjalani masa haid

Ketika itu ia berkewajiban meninggalkan shalat, puasa, dan hubungan


badan, hingga datang masa suci. Apabila masa haid itu telah selesai dalam
satu hari atau paling lama lima belas haru, maka ia berkewajiban untuk
mandi dan mengerjakan shalat. Apabila setelah lima belas hari darah
tersebut masih tetap mengalir keluar maka ia dianggap mengalami masa
istihadhah. Pada saat itu, hukum yag berlaku baginya adalah hukum
wanita yang mengalami istihadhah.

Apabila darah haid itu berhenti disekitar lima belas hari, lalu ia
mengalir lagi selama satu hari atau dua hari, kemudian berhenti lagi seperti
semula, maka cukup baginya mandi, lalu mengerjakan shalat. Selanjutnya,
hendaklah ia meninggalkan shalat pada setiap kali mengetahui darah haid
itu mengalir.

2. Wanita yang biasa menjalani masa haid

Wanita yang mempunyai hari-hari tertentu pada setiap bulannya, pada


hari tersebut maka ia wajib meninggalkan shalat, puasa, dan hubungan
badan. Apabila ia melihat darah berwarna kekuning-kuningan atau yang
berwarna keruh setelah hari-hari haidnya tersebut, maka ia tidak perlu
menghitungnya sebagai darah atau haid.

Apabila ia melihat darah yang bewarna kekuningan-kuningan dan


yang berwarna keruh itu saat tengah menjalani masa haid, maka darah

5
Ali bin Sa’id bin Ali Al-Hajjaj Al-Ghamidi, “Dalilul..., hal. 256.

6
tersebut termasuk darah haid, sehingga ia belum diharuskan untuk mandi,
melaksanakan shalat dan puasa.

Sebagian dari para ulama berpendapat bahwa wanita yang menjalani


haid melebihi hari yang biasa dijalani setiap bulannya, maka hendaklah ia
bersuci selama tiga hari dan setelah itu laksanakn mandi serta kerjakan
shalat, selama keluar darahnya tersebut tidak lebih dari lima belas hari,
karena apabila melebihi lima belas hari, maka dikategorikan sebagai
wanita mengalami masa istihadhah serta tidak perlu bersuci, akan tetapi
cukup dengan melaksanakan mandi dan mengerjakan shalat.

Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa keluarnya darah yang


melebihi kebiasaan masa haid itu tidak harus meninggalkan shalat
karenanya, kecualai jika terjadinya berulang-ulang. Sehingga pada saat itu
masa haidnya berubah menjadi masa istihadhah. Ini merupakan pendapat
yang jelas dan lebih kuat (rajih).

3. Wanita yang mengalami istihadhah

Yaitu wanita yang mengeluarkan darah secara terus menerus melebihi


kebiasaan masa berlangsungnya haid. Maka ia harus meninggalkan shalat
selama masa haidnya berlangsung pada setiap bulannya. Setelah selesai
menjalani masa haidnya itu, ia harus mandi, mengerjakan shalat,
mengganti hutang puasanya dan boleh berhubungan badan.

Wanita yang mengalami masa istihadhah harus berwudhu setiap kali


akan mengerjakan shalat. Kemudian memakai celana dalam atau pembalut
dan selanjutnya boleh mengerjakan sholat, meskipun darah masih tetap
mengalir.6

D. Sifat Darah Haid

Imam Al-Qurtubi berkata, “sifat darah haid adalah kental berwarna hitam
agak kemerah-merahan.”
6
Syaikh Kamil Muhammad 'Uwaidah, “Al-Jami’..., hal. 72-74.

7
Imam Al-Muwaffiq menyebutkan bahwa sifat darah haid adalah hitam,
berbau anyir, dan mengalir dari rahim.7

Ada 6 warna darah haid yaitu hitam, merah, kuning, keruh, hijau, kelabu.
Darah yang berwarna hitam atau merah, para ulama sepakat itu darah haid.
Ada juga yang berpendapat bahwa berwarna kuning, itu sebenarnya air yang
nampak seperti nanah campur darah, darah yang hijau itu apabila ada
kekeliruan makanan tapi kalau yang dilihat hanya yang berwarna hijau saja
dan tidak ada warna lain maka itu bukan darah haid. Warna kelabu itu warna
darah yang seperti warna debu tanah.8

Awal siklus haid dikenali dari datangnya darah yang berwarna merah
kehitaman, kental, dan bau. Akhir siklus haid diketahui dari berhentinya aliran
darah atau keluarnya cairan keruh yang berwarna kekuningan.9

E. Larangan Bagi Wanita Haid

1. Shalat

Ulama sepakat bahwa wanita yang sedang menjalani masa haid dilarang
untuk mengerjakan shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah, dan
tidak wajib menggantinya setelah haid itu berhenti. Hal ini didasarkan
pada hadits Rasulullah SAW:

‫ضةَ فللدععيِ ال ص‬
(‫صللةَا )متفق عليه‬ ‫اعلذا أليقبللل ع‬
‫ت اللحيي ل‬

“Apabila datang masa haidmu maka tinggalkanlah shalat.” (Muttafaqun


‘alaih)

Aisyah ra Pernah bercerita:

7
Ali bin Sa’id bin Ali Al-Hajjaj Al-Ghamidi, “Dalilul..., hal. 254
8
Anshori Umar, Fiqih Wanita, (Semarang: CV Asy- Syifa: 2012), hal. 47.
9
Abu Malik Kamal, “Fiqhus Sunnah lin-Nisa”. Terj. Ghozi M, Fiqih Sunnah Wanita, Cet.
V (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2012), hal. 57

8
‫صننوَّعم لولل نرننيؤلمرر‬ ‫صننصلىَّ ارنن لعللينعه لولسننلصلم فلنرننيؤلمرر بعقل ل‬
‫ضاَعءال ص‬ ‫ركصناَ نلعحي ر‬
‫ض لعللىَّ لعيهعد لررسوَّعل ل‬
(‫صللعةَا )متفق عليه‬ ‫عقل ل‬
‫ضاَعء ال ص‬

“Kami pernah menjalani masa haid pada zaman Rasulullah SAW, maka
kami diperintahkan mengqadha puasa dan tidak diperintahkan
mengqadha shalat.” (Muttafaqun ‘alaih)

2. Puasa

Wanita yang sedang menjalani masa haid dilarang untuk menjalankan


ibadah puasa. Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW:

‫ك نريق ل‬
(‫صاَرن عديينعلهاَ )رواه البخاَرى و مسلم‬ ‫صيم؟ْ فللذالع ل‬
‫صلل لو لليم تل ر‬ ‫ض ي‬
‫ت لليم تر ل‬ ‫أللليي ل‬
‫س اعلذا لحاَ ل‬

“Bukankah jika perempuan haid ia tidak shalat dan tidak berpuasa?Itulah


kekurangan mereka dalam segi agama.” (HR Bukhari dan Muslim)

Namun wanita yang sedang menjalani masa haid berkewajiban mengqadha


puasa yang ditinggalkannya setelah masa haidnya selesai.

3. Membaca al-qur'an

Bagi wanita yang menjalani masa haid diperbolehkan membaca al-Qur’an,


akan tetapi tidak boleh menyentuh mushafnya. Di samping itu ada pula
hadits yang diriwayatkan Imam At-Tarmidzi dari Ibnu Umar, yang
berstatus sebagai hadits marfu’:

‫ب عملن القريرآْعن ل‬
(‫شييئئاَ )رواه الترمذى‬ ‫لل تليقلرأر اللحاَئع ر‬
‫ض لولل الرجنر ر‬

“Orang yang tengah menjalani masa haid dan juga yang sedang dalam
keadaan junub tidak boleh sama sekali membaca al-Qur’an.” (HR. At-
Tarmidzi)

4. Menyentuh al-qur'an

9
Diharamkan bagi wanita yang sedang haid menyentuh al-Qur’an. Hal ini
didasarkan pada firman Allah SWT:

‫صل يللمسَس ۥهۥُر إعصل ٱللرم ل‬


‫طهصررولن‬

“Tidak menyentuhnya (al-Qur’an) kecuali orang-orang yang disucikan.”


(QS. Al-Waqi’ah: 79)

Juga sabda Rasulullah SAW:

(‫طاَعهرِر )رواه الثأرم‬ ‫صلحفَ اعصل لو ألين ل‬


‫ت ل‬ َ‫لل تللم س‬
‫س الرم ي‬

“Janganlah kamu menyentuh al-Qur’an kecuali dalam keadaan suci.”


(HR.Al-Atsram)

5. Berdiam diri di dalam masjid

Para ahli fiqih hampir bersepakat bahwa wanita yang sedang haid tidak
boleh berdiam diri di dalam masjid, dan diperbolehkan jika hanya sekadar
berlalu saja.

6. Thawaf

Thawaf juga diharamkan bagi wanita yang sedang haid, sebagaimana


sabda Rasulullah SAW:

(‫رى )متفق عليه‬ ‫ت لحصتىَّ تل ي‬


‫طهر ع‬ ‫لفاَيفلععليِ لماَ يليفلعرل اللحسَخ لغييلر ألين لل تلطريوَّعفيِ عباَلبليي ع‬

“Kerjakanlah sebagaimana orang yang menjalankan ibadah haji, selain


bahwa kamu tidak boleh melakukan thawaf di Ka’bah, sehingga kamu
benar-benar dalam keadaan suci.” (Muttafaqun ‘alaih)

7. Berhubungan badan

Seorang istri muslimah yang sedang haid tidak diperkenankan bersetubuh


selama hari-hari menjalani masa haidnya, sebagaimana firman Allah SWT:

10
َّ‫ض لولل تللقلرربوَّهرصن لحتصننىى‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫ض قرلل هرلوَّ ألذذى لفٱَلعتلعزرلوَّيا ٱلنللساَلء عفيِ ٱللمعحي ع‬ ‫ك لععن ٱللمعحي ض ع‬ ‫لويللسئلرلوَّنل ل‬
‫ب‬َ‫ب ٱلتصننىصوَّعبيلن لويرعحنن س‬
َ‫لرنن إعصن ٱصللنن يرعحنن س‬ ‫طهصننلرلن فلننلأرتوَّهرصن عمننلن لحلينن ر‬
‫ث أللملرركننرم ٱ ص ل‬ ‫يللطهرننلرضلن فلننإ علذا تل ل‬
‫ٱللرمتل ل‬
‫طهلعريلن‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu


adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

8. Thalak

Secara umum menthalak istri yang sedang haid adalah haram. Berdasarkan
firman Allah SWT:

...‫صوَّيا ٱللععصد ضةَال‬


‫طللرقوَّهرصن لعععصدتععهصن لوأللح ر‬
‫فل ل‬...

“...maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat


(menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu...”
(QS. At-Thalaq: 1)

F. Hikmah Haid

Dijelaskan oleh Imam Al-Muwafiq bahwa hikmah haid adalah untuk


membantu pertumbuhan anak. Apabila seorang wanita hamil, dengan izin
Allah darah haid itu berubah menjadi makanan bagi bayi yang tengah berada
di dalam kandungannya. Oleh sebab itu, wanita yang sedang hamil tidak
mengalami haid. Setelah melahirkan, dengan kebijaksanaan Allah, darah
tersebut berubah menjadi air susu yang merupakan makanan bagi bayi.
Karena itu sedikit sekali kaum wanita menyusui yang mengalami masa haid.
Setelah selesai masa melahirkan dan menyusui, maka darah yang ada tidak
berubah serta tetap berada pada tempatnya kemudian secara normal kembali

11
keluar pada setiap bulannya, yaitu berkisar antara enam atau tujuh hari
(terkadang lebih lama atau kurang dari hari-hari tersebut).10

Termasuk hikmah haid adalah dapat mengurangi gejolak syahwat


seorang wanita, menjadi ukuran iddah, dan bukti terbebas dari kehamilan, juga
untuk mendidik wanita agar terbiasa sabar terhadap ketentuan takdir Allah.11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
10
Syaikh Kamil Muhammad 'Uwaidah, “Al-Jami’..., hal. 72.
11
Ali bin Sa’id bin Ali Al-Hajjaj Al-Ghamidi, “Dalilul..., hal. 254.

12
Haid adalah darah yang keluar dari rahim seorang wanita apabila telah
menginjak masa baligh. Darah haid adalah darah yang keluar dari farji
perempuan dalam keadaan sehat.

Kebanyakan ulama berpendapat bahwa umur minimal haid anak


perempuan ialah umur 9 tahun, sedangkan umumnya haid terjadi pada wanita
berumur 12 tahun dan seterusnya. Biasanya keluar darah berlangsung setiap
bulan sekali sampai masa menopause. Menurut pendapat mayoritas ulama,
umur 50 tahun merupakan usia menopause.

Haid dijalani oleh seorang wanita pada masa-masa tertentu, paling cepat
satu hari satu malam dan paling lama 15 hari. Sedangkan yang normal adalah
6 atau 7 hari. Sedangkan paling cepat masa sucinya adalah 13 atau 15 hari,
dan yang paling lama tidak ada batasnya. Akan tetapi, yang normal adalah dua
23 atau dua 24 hari. Sifat darah haid adalah kental berwarna hitam agak
kemerah-merahan, berbau anyir, dan mengalir dari rahim.

Larangan bagi wanita haid ialah: shalat, puasa, membaca al-Qur’an,


menyentuh al-Qur’an, berdiam diri di dalam masjid, thawaf, berhubungan
badan, dan thalaq.

13

Anda mungkin juga menyukai