Anda di halaman 1dari 10

Nama : Muhammad Adam

NIM : 1711101210
Prodi : PAI 2
Matkul : Hadist Tarbawi

1. sebutkan 3 hadist tentang keutamaan orang yang berilmu lengkap dengan


lafaznya,perawinya,artinya,syarahnya,sumber dan kedudukan hadistnya.?

a) Para malaikat ridha apa yang dikerjakannya

dari Zir bin Hubaisy, dia berkata, aku datang kepada Shafwan bin Assal al-Muradi, dia
bertanya,”Apa yang membuatmu datang?” Aku menjawab, “Mencari ilmu.” Dia
berkata,”Aku telah mengdengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ْ َ‫ ِرضًا بِ َما ي‬،‫ت لَهُ ْال َمالئِ َكةُ أَجْ نِ َحت َ َها‬
‫صنَ ُع‬ َ ‫طلُبُ ْال ِع ْل َم إِ اَّل َو‬
ْ َ‫ضع‬ ْ َ‫َارجٍ يَ ْخ ُر ُج ِم ْن َب ْيتِ ِه ي‬
ِ ‫َما ِم ْن خ‬

Artinya:“Tidaklah seseorang itu keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu, kecuali
malaikat pasti meletakkan (mengepakkan) sayap-sayapnya karena ridha dengan
apa yang dilakukannya.” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)1
Hadits yang kedua mengenai tugas para malaikat yang ridha dengan apa dikerjakan
orang yang menuntut ilmu yaitu (HR At-Tirmidzi dan dishahihkannya, Ibnu Majah dan
lafaz hadits ini adalah lafaznya, dan Ibnu Hibban dalam shahihnya dan al-Hakim dia
berkata, “Sanadnya shahih”. Oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib
no. 85.)

b) Mendapatkan pahala haji secara sempurna,


dari Abu Umamah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ‫َم ْن َغدَا إِلَى ْال َمس ِْج ِد ََّل ي ُِريد ُ ِإ اَّل أ َ ْن يَت َ َعلا َم َخي ًْرا أَ ْو يُ َع ِل َمهُ َكانَ َكأَجْ ِر َحاجٍ تَا ًّما َح اجتُه‬
Artinya:“Barangsiapa yang pergi menuju masjid, dia tidak bermaksud kecuali untuk
belajar kebaikan atau untuk mengajarkannya, maka baginya pahala seperti
berhaji secara sempurna.” (HR Ath-Thabrani)
Derajat hadits keutamaan orang yang menuntut ilmu selanjutnya seperti
mendapatkan pahala haji secara sempurna. Yaitu (HR Ath-Thabrani dan diriwayatkannya
al-Mu’jam al-Kabir dengan sanad tidak mengapa. Al-Hafizh al-Iraqi berkata
2/317,”Sanadnya baik (Jayid)”. Pada sanadnya terdapat Hisyam bin Ammar. Saya
berkata,”Diriwayatkan pula oleh al-Hakim 1/19 dengan lafazh, ”…Pahala orang yang
berumrah yang umrahnya sempurna.” Dia menambahkan,”Barangsiapa pergi sore heri
ke masjid dia tidak ingin kecuali untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya maka dia
meraih pahala orang yang berhaji yang hajinya sempurna. Dia menshahihkannya di atas
syarat al-Bukhari dan disetujui oleh adz-Dzahabi, hadits ini dinilai hasan shahih oleh
Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 86.)

c) Kedudukannya seperti orang-orang yang berjihad di jalan Allah,


dari Abu Hurairah ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

‫ َو َم ْن َجا َء ِب َغي ِْر ذَلِكَ فَ ُه َو‬،ِ‫س ِبي ِل هللا‬ َ ‫ فَ ُه َو ِب َم ْن ِزلَ ِة ْال ُم َجا ِه ِديْنَ فِي‬،ُ‫َم ْن َجا َء َمس ِْجدِي َهذَا لَ ْم يَأْتِ ِه ِإ اَّل ِل َخي ٍْر يَت َ َعلا ُمهُ أ َ ْو يُ َع ِل ُمه‬
ُ ‫الر ُج ِل َي ْن‬
‫ظ ُر ِإ َلى َمت َاعِ َغي ِْر ِه‬ ‫ِب َم ْن ِزلَ ِة ا‬

Artinya:“Barangsiapa yang mendatangi masjidku ini (yaitu Masjid An-Nabawi) tidaklah


ia datang kecuali untuk kebaikan yang akan dipelajari atau diajarkannya, maka
ia berada di kedudukan seperti orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Dan
barangsiapa yang datang dengan niat selain itu, maka kedudukannya laksana
seorang laki-laki yang hanya memandang-mandang barang (perbekalan)
saudaranya.” (HR Ibnu Majah dan Al-Baihaqi)

Derajat hadits selanjutnya yaitu kedudukannya seperti orang-orang yang berjihad di


jalan Allah. (HR Ibnu Majah dan Al-Baihaqi. Pada sanadnya tidak terdapat rawi yang
ditinggalkan dan tidak pula disepakati kelemahannya. Bahkan sanadnya Ibnu Majah shahih
di atas syarat Muslim sebagaimana dikatakan oleh al-Bushairi di az-Zawaid. Hadits ini
diriwayatkan oleh al-Hakim juga, dia menshahihkannya di atas syarat asy-Saikhain dan
disetujui oleh adz-Dzahabi. Sebenarnya ia hanya di atas syarat Muslim dan membuka
hadits dengan ‘Diriwayatkan’ yang menunjukkan bahwa ia dhaif tidaklah bagus. Hadits ini
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 87.)2
Di dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ُه َو فِي‬
‫سبِي ِل هللاِ َحتاى يَ ْر ِج َع‬ ِ َ‫طل‬
َ ‫َم ْن خ ََر َج فِي‬

Artinya:“Barangsiapa keluar (dari rumahnya) dalam rangka menuntut ilmu, maka ia


berada di jalan Allah hingga ia pulang.” (HR At-Tirmidzi)3

Di dalam hadits yang lain, derajat haditsnya (HR At-Tirmidzi, hadits ini dinilai hasan
li ghairihi oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 88.)

2. sebutkan 3 hadist tentang kewajiban menuntu ilmu pengetahuan lengkap dengan


lafaznya,perawinya,artinya,syarahnya,sumber dan kedudukan hadistnya.?

Menuntut ilmu agama adalah kewajiban setiap Muslim

‫ طلب العلم فريضة على كل مسلم‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫ قال‬, ‫عن أنس بن مالك‬

Artinya : Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu’alaihi wa


sallam bersabda : “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.”

[Shahih : Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah rahimahullah didalam Sunan nya, hadits no 223.
Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]

Menuntut Ilmu adalah Wasiat Dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam


” : ‫ فقولوا لهم‬, ‫ فإذا رأيتموهم‬, ‫ “سيأتيكم أقوم يطلبون العلم‬: ‫ عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬, ‫عن أبي سعيد الخدري‬
‫” واقنوهمز‬. ‫ مرحبا يوصية رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬, ‫”مرحبا‬

Artinya : Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu’anhu, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wa


sallam, beliau bersabda : “Akan datang sekelompok kaum yang akan mencari ilmu. Apabila kalian
melihat mereka, maka sambutlah mereka dengan ucapan. “Selamat datang, selamat datang
dengan wasiat Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.” Dan ajarilah mereka.”

[Hasan : Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah rahimahullah dalam sunan nya, hadits no 247.
Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no 203 dan
Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahih no 280]

Kewajiban Berjalan Menuntut Ilmu, Ahli Ilmu dan Ilmu adalah Warisan Para Nabi

– ‫ أتيتك من المدينة‬, ‫ يا أبا الدرداء‬: ‫ فقال‬, ‫ فأتاه رجل‬, ‫ كنت جالسا عند أبي الدرداء في مسجد دمشق‬: ‫عن كثير بن قيس قال‬
‫ وَّل‬: ‫ قال‬. ‫ َّل‬: ‫ قال‬. ‫ فما جاء بك تـجارة ؟‬: ‫ قال‬. ‫مدينة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم – لحديث بلغني أنك تـحدث به عن النبـي‬
‫ ” من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل هللا‬: ‫ فإني سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬: ‫ قال‬. ‫ َّل‬: ‫ قال‬. ‫جاء بك غيره ؟‬
‫ وإن طالب العلم يستغفر له من في السماء واألرض حتى‬, ‫ وأن الـمالئكة لتضع أجنحتها رضا لطالب العلم‬, ‫له طريقا إلى الجنة‬
‫ إن األنبياء لم‬, ‫ إن العلماء هو ورثة األنبياء‬, ‫ وإن فضل العالم على العابد كفضل القمر على سائر الكواكب‬, ‫الحيتان في الـماء‬
‫ أخذ بـحظ وافر‬, ‫ فمن أخذه‬, ‫ إنما ورثوا العلم‬, ‫يورثوا وَّل درهما‬

Artinya : Dari Katsir bin Qais Radhiyallahu’anhu, dia berkata : “Ketika aku sedang duduk
disebelah Abu Darda’ di Masjid Damaskus. Tiba – tiba datang seorang laki – laki kepadanya,
lalu laki – laki itu berkata : “Wahai Abu Darda’, Aku datang kepada mu dari kota Madinah –kota
Madinah Rasulullah- untuk keperluan sebuah hadits yang sampai kepada ku bahwa engkau
pernah meriwayatkan nya dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Abu Darda’ berkata :
“Apakah kamu datang (sekalian) untuk berdagang?” Dia menjawab : “Tidak” Abu Darda’
berkata lagi : “Apakah kamu datang (sekalian) untuk keperluan selain itu?” Dia (laki – laki itu)
menjawab : “Tidak” Abu Darda’ berkata : “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wa
sallam bersabda : “Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju Surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap – sayap nya. Karena
ridha kepada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang menuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh
makhluk yang ada di langit dan di bumi hingga ikan yang ada didalam air. Sesungguhnya
keutamaan seorang alim (ulama) dibandingkan seorang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas
seluruh bintang. Sesungguhnya para Ulama adalah pewaris para Nabi. Dan Sesungguhnya para
Nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham. Tetapi mereka hanya mewariskan ilmu.
Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang banyak.”

[Hasan Shahih : Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah rahimahullah dalam Sunan nya hadits no
223, Imam Abu Daud rahimahullah dalam Sunan nya, hadits no 3641. Imam Ibnu Hibban
rahimahullah didalam Shahih nya hadits no 88. Imam At-Tirmidzi rahimahullah didalam Sunan
nya hadits no 2682, Imam Ad-Darimi rahimahullah didalam sunan nya, hadits no 342, Imam
Ahmad rahimahullah didalam Musnad nya, hadits no 21612 (tahqiq Ahmad Syakir) atau no 21715
(tahqiq Syuaib dkk). Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah, dan dihasankan oleh
Syaikh Syu’aib, Syaikh Fawwaz, Syaikh Khalid, Syaikh Hamzah]

3. sebutkan 3 hadist tentang metode pendidikan islam lengkap dengan


lafaznya,perawinya,artinya,syarahnya,sumber dan kedudukan hadistnya.?

Metode Amsal/perumpamaan

Yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau
perumpamaan.
Prinsip metode ini terdapat dalam Hadits

‫صلاى ا‬
‫َّللاُ َعلَ ْي ِه‬ َ ِ ‫ع َم َر َع ْن النا ِبي‬
ُ ‫َّللاِ َع ْن نَافِعٍ َع ْن اب ِْن‬ ُ ‫ي َحداثَنَا‬
‫عبَ ْيد ُ ا‬ ‫ب يَ ْعنِي الثاقَ ِف ا‬ ِ ‫ظ لَهُ أ َ ْخبَ َرنَا َع ْبد ُ ْال َو اها‬
ُ ‫َحداثَنَا ُم َح امد ُ ْبنُ ْال ُمثَناى َواللا ْف‬
ً ‫ير ِإلَى َه ِذ ِه َم ارة ً َو ِإلَى َه ِذ ِه َم ارة‬ ُ ‫شاةِ ْال َعائِ َرةِ َبيْنَ ْالغَنَ َمي ِْن ت َ ِع‬ ِ ِ‫سلا َم قَا َل َمث َ ُل ْال ُمنَاف‬
‫ق َك َمث َ ِل ال ا‬ َ ‫َو‬
Artinya : Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni
as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang
munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-
kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini. (Muslim, IV: 2146)
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan
şiqah şubut, şiqah hâfiz, sedangkan ibn Umar adalah sahabat Rasulullah saw. Menurut ath-Thîby
(1417H, XI: 2634), orang-orang munafik, karena mengikut hawa nafsu untuk memenuhi
syahwatnya, diumpamakan seperti kambing jantan yang berada di antara dua kambing betina.
Tidak tetap pada satu betina, tetapi berbolak balik pada ke duanya. Hal tersebut diumpamakan
seperti orang munafik yang tidak konsisten dengan satu komitmen.
Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan
pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Matode ini
dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu
yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw.
sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar dapat
membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar
dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.

Metode eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan, dan setiap proses dan
hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan
oleh murid sambil memberikan arahan.
Prinsip dasar metode ini ada dalam hadits :
‫ب‬ِ ‫طا‬ ‫ع َم َر ب ِْن ْال َخ ا‬
ُ ‫الرحْ َم ِن ب ِْن أَبْزَ ى َع ْن أ َ ِبي ِه قَا َل َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى‬ ‫س ِعي ِد ب ِْن َع ْب ِد ا‬َ ‫ع ْن‬ َ ‫ش ْع َبةُ َحداثَنَا ْال َح َك ُم َع ْن ذَ ٍر‬
ُ ‫َحداثَنَا آدَ ُم قَا َل َحداثَنَا‬
‫ص ِل َوأَ اما‬
َ ُ ‫سفَ ٍر أَنَا َوأ َ ْنتَ فَأ َ اما أَ ْنتَ فَ َل ْم ت‬
َ ‫ب أ َ َما ت َ ْذ ُك ُر أَناا ُكناا ِفي‬ ‫ار ْبنُ َيا ِس ٍر ِلعُ َم َر ب ِْن ْال َخ ا‬
ِ ‫طا‬ ُ ‫صبْ ْال َما َء فَقَا َل َع ام‬ ِ ُ ‫فَقَا َل ِإ ِني أَجْ نَبْتُ فَ َل ْم أ‬
‫صلاى‬ ُّ ِ‫ب الناب‬
َ ‫ي‬ َ َ‫سلا َم إِنا َما َكانَ يَ ْكفِيكَ َه َكذَا ف‬
َ ‫ض َر‬ ‫صلاى ا‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُّ ِ‫سلا َم فَقَا َل الناب‬
َ ‫ي‬ ‫صلاى ا‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫صلايْتُ فَذَك َْرتُ ِللنابِي‬ َ َ‫أَنَا فَت َ َمعا ْكتُ ف‬
ُ‫س َح بِ ِه َما َوجْ َهه‬ َ ‫سلا َم بِ َكفا ْي ِه ْاأل َ ْر‬
َ ‫ض َونَفَ َخ فِي ِه َما ث ُ ام َم‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫ا‬
Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu’bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya
seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak
menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika saya
dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya berguling-guling
di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada Rasul saw. kemudian Rasulullah
saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup begini”. Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke
tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada wajah. (al-Bukhari, I: 129)

Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan
şiqah hafiz, şiqah şubut. Menurut al-Asqalani, hadis ini mengajarkan sahabat tentang tata cara
tayammum dengan perbuatan. (Al-Asqalani, I: 444) Sahabat Rasulullah saw. melakukan upaya
pensucian diri dengan berguling di tanah ketika mereka tidak menemukan air untuk mandi janabat.
Pada akhirnya Rasulullah saw. memperbaiki ekperimen mereka dengan mencontohkan tata cara
bersuci menggunakan debu.

Metode Keteladanan.
ِ ‫اري‬ ِ ‫ص‬ َ ‫الز َرقِي ِ َع ْن أ َ ِبي قَتَادَةَ ْاأل َ ْن‬ ُّ ‫سلَي ٍْم‬ ُّ ‫َّللاِ ب ِْن‬
ُ ‫الز َبي ِْر َع ْن َع ْم ِرو ب ِْن‬ ِ ‫ف قَا َل أ َ ْخ َب َرنَا َما ِلكٌ َع ْن َع‬
‫ام ِر ب ِْن َع ْب ِد ا‬ َ ‫س‬ ‫َحداثَنَا َع ْبد ُ ا‬
ُ ‫َّللاِ ْبنُ يُو‬
‫اص ب ِْن‬ ْ َ
ِ َ‫سل َم َو ِألبِي الع‬ ‫ا‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫ص لى ا‬ ‫ا‬ ‫سو ِل ا‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ت َر‬ِ ‫َب بِ ْن‬ ُ
َ ‫ام ٌل أ َما َمةَ بِ ْنتَ زَ ْين‬ َ ُ‫سل َم َكانَ ي‬
ِ ‫ص ِلي َوه َُو َح‬ ‫ا‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫ص لى ا‬‫ا‬ َ ِ‫َّللا‬‫سو َل ا‬ ُ ‫أَ ان َر‬
‫ام َح َملَ َها‬َ َ‫ضعَ َها َوإِذَا ق‬َ ‫س َجدَ َو‬ َ ‫ش ْم ٍس فَإِذَا‬َ ‫ربِيعَةَ ب ِْن َع ْب ِد‬.
َ
Artinya: Hadis dari Abdullah ibn Yusuf, katanya Malik memberitakan pada kami dari Amir ibn
Abdullah ibn Zabair dari ‘Amar ibn Sulmi az-Zarâqi dari Abi Qatadah al-Anshâri, bahwa
Rasulullah saw. salat sambil membawa Umâmah binti Zainab binti Rasulullah saw. dari
(pernikahannya) dengan Abu al-Ash ibn Rabi’ah ibn Abdu Syams. Bila sujud, beliau
menaruhnya dan bila berdiri beliau menggendongnya. (al-Bukhari, 1987, I: 193)
Hadis di atas tergolong syarîf marfû’ dengan kualitas perawi yang sebagian terdiri dari şiqah
mutqinũn, ra’su mutqinũn, şiqah dan perawi bernama Qatadah adalah sahabat Rasulullah saw.
(CD Room, Kutub at-Tis’ah).
Menurut al-Asqalâni, ketika itu orang-orang Arab sangat membenci anak perempuan. Rasulullah
saw. memberitahukan pada mereka tentang kemuliaan kedudukan anak perempuan. Rasulullah
saw. memberitahukannya dengan tindakan, yaitu dengan menggendong Umamah (cucu
Rasulullah saw.) di pundaknya ketika salat. Makna yang dapat dipahami bahwa perilaku tersebut
dilakukan Rasulullah saw. untuk menentang kebiasaan orang Arab yang membenci anak
perempuan. Rasulullah saw. menyelisihi kebiasaan mereka, bahkan dalam salat sekalipun. (Al-
Asqalani, 1379H: 591-592). Hamd, mengatakan bahwa pendidik itu besar di mata anak didiknya,
apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena anak didik akan meniru dan meneladani apa
yang dilihat dari gurunya, maka wajiblah guru memberikan teladan yang baik. (al-Hamd, 2002:
27).
4. sebutkan 3 hadist tentang orang tua terhadap anak lengkap dengan
lafaznya,perawinya,artinya,syarahnya,sumber dan kedudukan hadistnya.?

‫ “ َمن‬:‫ ما رواه البيهقي أيضا ً في (الشعب) بسند فيه ضعف عن الحسن بن علي أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬:‫والحديث الثاني‬
‫ رفعت عنه أم الصبيان‬،‫ وأقام في أذنه اليسرى‬،‫ فأذن في أُذنه اليمنى‬،‫ُولد له مولود‬

Al Baihaqi meriwayatkan juga dalam As Sya’b dengan sanad yang lemah dari Al Hasan ibn Ali
bahwa Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang dikaruniai anak, lalu ia
mengadzani telinga kanannya, dan iqamah di telinga kirinya, maka Ummu Shibyan (jin
perempuan) tidak akan mengganggunya” [HR Al Baihaqi dalam Sya’bul Iman (8619), dan Imam
Al Baihaqi berkata setelah dua hadits tersebut : dalam sanad keduanya terdapat kelemahan]

. ,‫ َويُحْ لَ ُق‬,‫سابِ ِع ِه‬َ ‫ تُذْبَ ُح َع ْنهُ يَ ْو َم‬,‫غ َال ٍم ُم ْرتَ َه ٌن بِعَ ِقيقَتِ ِه‬
ُ ‫ ( ُك ُّل‬:َ‫َّللاِ صلى هللا عليه وسلم قَال‬ ُ ‫س ُم َرةَ رضي هللا عنه أَ ان َر‬
‫سو َل َ ا‬ َ ‫َو َع ْن‬
‫ص اح َحهُ اَلتِ ْر ِمذِي‬ ‫و‬
َ َ ,ُ ‫ة‬ ‫س‬
َ ‫م‬
ْ َ
‫خ‬ ْ
‫ل‬ َ ‫ا‬ ُ ‫ه‬‫ا‬ ‫و‬ ‫ر‬
َ َ ) ‫ى‬ ‫م‬
‫ا‬ ‫س‬
َ ُ ‫ي‬‫و‬َ
Dari Samurah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya; ia disembelih hari ketujuh (dari kelahirannya),
dicukur, dan diberi nama." Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi.

Memberikan makanan yang halal untuk anaknya.Rasulullah Saw. Pernah mengajarkan sejumlah
anak untuk berpesan kepada orang tuanya dikala keluar mencari nafkah “selamat jalan ayah,
Jangan sekali-kali engkau membawa pulang kecuali yang halal dan tayyib saja,” kami mampu
bersabar dari kelaparan, tetapi tidak mampu menahan azab Allah Swt. Membiasakan berakhlak
Islami dalam bersikap, berbicara, dan bertingkah laku, sehingga semua kelakuanya menjadi
terpuji menurut islam.
َ ‫ َو ِعفاةٌ فِي‬،ٍ‫ َو ُح ْسنُ َخ ِل ْيقَة‬،ٍ‫صد ُْق َح ِد ْيث‬
‫ط ْع َم ٍة‬ ِ ‫ َو‬،ٍ‫ظ أ َ َمانَة‬
ُ ‫ ِح ْف‬:‫أ َ ْر َب ٌع ِإذَا ُك ان فِيْكَ فَالَ َعلَيْكَ َما فَاتَكَ ِمنَ الدُّ ْن َيا‬
“Empat perkara bila keempatnya ada padamu maka tidak mengapa apa yang terlewatkanmu dari
perkara duniawi: menjaga amanah, ucapan yang jujur, akhlak yang baik, dan menjaga (kehalalan)
makanan.” (Shahih, HR. Ahmad dan Ath-Thabarani dan sanad keduanya hasan, Shahih At-Targhib
no. 1718)

5. sebutkan 3 hadist tentang kewajiban anak terhadap orang tua lengkap dengan
lafaznya,perawinya,artinya,syarahnya,sumber dan kedudukan hadistnya.?
Apabila kedua orang tua sudah meninggal dunia, anak pun masih bisa berbhakti kepada keduanya
dengan jalan mendoakan dan memohonkan ampun untuk keduanya, apabila kedua orang tuanya
itu muslim (orang Islam), sebagaimana riwayat berikut ini :
ُ ‫ يَا َر‬: ‫سلَ َمةَ فَقَا َل‬
, ِ‫س ْو َل هللا‬ َ ‫ إِذْ َجا َء َر ُج ٌل ِم ْن بَنِى‬.‫س ِل هللاِ ص‬ ُ ‫س ِع ْندَ َر‬ ٌ ُ‫ بَ ْينَ َما نَحْ نُ ُجل‬: ‫س ْي ٍد َما ِل ِك ب ِْن َربِ ْيعَةَ الساا ِعدِى قَا َل‬ َ ُ ‫َع ْن أَبِى ا‬
ُ‫صلَة‬ ِ ‫ار لَ ُه َما َواِ ْنفَذ ُ َع ْه ِد ِه َما ِم ْن َب ْع ِد ِه َما َو‬ َ ‫ ا ًل‬.‫ نَ َع ْم‬: ‫ئ اَب ُُّر ُه َما ِب ِه َب ْعدَ َم ْوتِ ِه َما ؟ قَا َل‬
ِ ‫ َو‬,‫ص َالة ُ َعلَ ْب ِه َما‬
ُ َ‫اإل ْس ِت ْغف‬ ٌ ‫ش ْي‬
َ ‫ي‬ َ ‫ي ِم ْن ِب ِر أ َ َب َو‬ َ ‫ه َْل َب ِق‬
َ ْ ‫ا‬
َ ‫ص ُل اَِّل بِ ِه َما َواِك َر ُم‬
‫ص ِد ْيق ِه َما‬ ُ َ ‫ا‬
َ ‫الر ِح ِم التِى ألت‬ َ

Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idiy, ia berkata : Pada suatu waktu kami duduk di
samping Rasulullah SAW, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari Bani Salamah, lalu bertanya,
“Ya Rasulullah, apakah masih ada kesempatan berbhakti kepada kedua orang tua saya yang bisa
saya lakukan sesudah keduanya meninggal dunia ?”. Beliau SAW menjawab, “Ya, masih ada.
Yaitu menshalatkannya, memohonkan ampunan bagi mereka berdua, menyempurnakan
(melaksanakan) janji-janjinya sesudah mereka meninggal, menyambung persaudaraan yang
kamu tidak menyambungnya kecuali melalui keduanya, dan memulyakan shahabat-shahabat
keduanya “. [HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban di dalam hadits shahihnya]

‫ب‬
ِ ِّ ‫الر‬َّ ‫ط‬ ُ ‫ضا ْال َوا ِل ِد و َس َخ‬
َ ‫ب فـ ِ ْي ِر‬
ِ ِّ ‫الر‬ َ ‫ ِر‬:َ‫س َّل َم قَال‬
َّ ‫ضا‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِّ ‫ي هللاُ َع ْنهُ َع ِن النَّ ِب‬
َ ِ‫ي‬ ِ ‫َع ْن َع ْب ِد هللاِ ب ِْن َع ْم ٍرو َر‬
َ ‫ض‬
‫سخَط ْال َوا ِل ِد‬ َ ‫ـي‬ْ ِ‫ف‬
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu,dari Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ridha Allâh
tergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allâh tergantung kepada
kemurkaan orang tua.”

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini hasan. Diriwayatkan oleh al-Bukhâri dalam al-Adabul Mufrad, no. 2; at-
Tirmidzi, no. 1899; al-Bazzar dalam Musnad-nya, no. 2394; Ibnu Hibbân (no.
2026–al-Mawârid dan no. 430-at-Ta’lîqâtul Hisân); al-Hâkim, IV/151-152; al-
Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 3423 dan 3424 Lihat Shahîh al-Adabil
Mufrad (no. 2) dan Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 516).

SYARH HADITS
Hadits ini menunjukkan keutamaan dan kewajiban berbakti kepada kedua orang
tua, yang menjadi sebab mendapatkan ridha Allâh Azza wa Jalla . Hadits ini juga
mengandung peringatan keras dan keharaman durhaka kepada keduanya, yang
bisa menyebabkan Allâh Azza wa Jalla murka.
Tidak diragukan lagi, ini merupakan wujud kasih sayang Allâh Azza wa Jalla
kepada kedua orang tua dan anak-anak. Karena dengan ini, terjalin hubungan
yang sangat erat. Tidak ada satupun hubungan yang serupa dengannya.
Kebaikan orang tua tidak bisa disamai oleh kebaikan makhluk manapun. dan
juga kebutuhan anak-anak untuk berbakti kepada keduanya adalah hak yang
pasti, sebagai balasan atas kebaikan keduanya, untuk memperoleh ganjaran,
dan pembelajaran untuk keturunan mereka agar memperlakukan mereka seperti
perlakuan mereka terhadap orang tua mereka.

Inilah sebab-sebab yang menjadikan keridhaan kedua orang tua berkaitan erat
dengan keridhaan Allâh Azza wa Jalla , begitu juga dengan kemurkaan orang tua
sangat berkaitan dengan kemurkaan Allâh.[2]

ORANG TUA RIDHA APABILA ANAKNYA TAAT KEPADANYA


Taat kepada kedua orang tua adalah hak orang tua atas anak sesuai dengan
perintah Allâh dan Rasul-Nya selama keduanya tidak memerintahkan kepada
perbuatan maksiat atau hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan atau syari’at
Allâh dan Rasul-Nya.

‫ش ْى ٌء أَ َب ُّر ُه َما‬
َ ‫ى‬ ‫ى ِم ْن ِب ِر أ َ َب َو ا‬
َ ‫َّللاِ ه َْل َب ِق‬
‫سو َل ا‬ ُ ‫س ِل َمةَ فَقَا َل َيا َر‬
َ ‫ ِإذَا َجا َءهُ َر ُج ٌل ِم ْن َبنِى‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ ‫سو ِل ا‬ ُ ‫َب ْينَا نَحْ نُ ِع ْندَ َر‬
ْ ‫ا‬
‫ص ُل إَِّل بِ ِه َما َوإِك َرا ُم‬ ُ ‫ا‬
َ ‫الر ِح ِم التِى َّلَ تو‬ ‫صل ة ا‬ ُ َ ُ َ
ِ ‫ار ل ُه َما َوإِ ْنفَاذ َع ْه ِد ِه َما ِم ْن بَ ْع ِد ِه َما َو‬ ْ َ
ِ ‫صالَة ُ َعل ْي ِه َما َو‬
ُ َ‫اَّل ْستِغف‬ ‫بِ ِه بَ ْعدَ َم ْوتِ ِه َما قَا َل « َنعَ ِم ال ا‬
‫صدِي ِق ِه َما‬ َ ».

“Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada
datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk
berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya, pen.).
(Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji
mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga
kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu
Daud no. 5142 dan Ibnu Majah no. 3664. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim,
juga disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits
ini hasan)

Anda mungkin juga menyukai