Anda di halaman 1dari 15

Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DAN DORONGAN PETUGAS


KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PENDERITA TUBERKULOSIS PARU
DI PUSKESMAS LIKUPANG KABUPATEN MINAHASA UTARA
Rindy Rumimpunu*, Franckie R.R Maramis*, Febi K. Kolibu*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan penting bagi
masyarakat di dunia hingga saat ini, termasuk Indonesia. Alasan utama gagalnya pengobatan tuberkulosis
adalah pasien tidak mau minum obatnya secara teratur dalam waktu yang diharuskan. Kepatuhan berobat
pasien merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan pengobatan tuberkulosis. Kepatuhan
berobat penderita tuberkulosis dipengaruhi oleh dukungan keluarga dan dorongan petugas kesehatan. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan dorongan petugas kesehatan dengan
kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Likupang Kabupaten Minahasa Utara. Metode
penelitian yang digunakan yaitu survey analitik dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini yaitu total sampling dengan jumlah 41 sampel. Pengumpulan data digunakan menggunakan
kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan responden yang menerima dukungan keluarga dalam kategori
mendukung sebagian besar patuh berobat dan responden yang menerima dorongan petugas kesehatan dalam
kategori baik sebagian besar patuh berobat. Hasil uji statistik dengan menggunakan fisher exact test dengan
tingkat kepercayaan 95% didapatkan hasil dukungan keluarga berhubungan dengan kepatuhan berobat dengan
nilai p value= 0,014 dan terdapat hubungan antara dorongan petugas kesehatan dengan kepatuhan berobat
pasien tuberkulosis dengan nilai p value = 0,012. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara dukungan keluarga dan dorongan petugas kesehatan dengan kepatuhan berobat pasien
tuberkulosis di Puskesmas Likupang Kabupaten Minahasa Utara.

Kata kunci : Dukungan Keluarga, Dorongan Petugas Kesehatan, Kepatuhan Berobat

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) is an infectious disease which is still an important health problem for people in the world to
date, including Indonesia. The main reason for failing tuberculosis treatment is that patients do not want to take
their medication regularly in the required time. Patient medication adherence is one of the factors that
determine the success of tuberculosis treatment. Compliance treatment for tuberculosis patients is influenced by
family support and encouragement from health workers. The purpose of this study was to determine the
relationship of family support and encouragement of health workers with adherence to treatment for pulmonary
tuberculosis patients in Likupang Health Center, North Minahasa Regency. The research method used is
analytic survey with cross sectional design. The sampling technique in this study is total sampling with a total of
41 samples. Data collection is used using a questionnaire. The results showed that respondents who received
family support in the support category were mostly obedient to treatment and respondents who received health
worker encouragement in good categories mostly obeyed treatment. The results of statistical tests using fisher
exact test with a 95% confidence level obtained the results of family support related to treatment compliance
with p value = 0.014 and there was a relationship between the encouragement of health workers with adherence
to treatment of tuberculosis patients with p value = 0.012. The conclusion of this study shows that there is a
relationship between family support and encouragement of health workers with adherence to treatment of
tuberculosis patients in Likupang Health Center North Minahasa Regency.

Keywords: Family Support, Encouragement of Health Workers, Compliance Treatment

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Dorongan Petugas Kesehatan Dengan


Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Likupang Kabupaten
Minahasa Utara
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

PENDAHULUAN Kunci sukses penanggulangan tuberkulosis


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi adalah menemukan penderita dan mengobati
yang disebabkan oleh mycobacterium penderita sampai sembuh. World Health
tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Organization (WHO) telah merekomendasikan
mycobacterium, antara lain: mycobacterium upaya diagnosis melalui pemeriksaan dahak
tuberculosis, mycobacterium africanum, langsung dan pengobatan menggunakan Obat
mycobacterium bovis, mycobacterium leprae, Anti Tuberkulosis (OAT), serta metode
dsb yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan pengobatan pasien dengan pola rawat jalan.
Asam (BTA). Sebagian besar kuman Pada tahun 1977 mulai diperkenalkan
tuberkulosis menyerang paru tetapi dapat juga pengobatan jangka pendek (6 bulan) dengan
menyerang organ tubuh lainnya. Penyakit ini menggunakan panduan Obat Anti
menyebar dan di tularkan melalui udara ketika Tuberkulosis (OAT). Atas dasar keberhasilan
orang yang terinfeksi tuberkulosis paru batuk, uji coba yang ada, mulai tahun 1995 secara
bersin, berbicara atau meludah. Millennium nasional strategi Directly Observed Treatment
Development Goals (MDG’s) menjadikan Short Course (DOTS) diterapkan bertahap
penyakit tuberkulosis paru sebagai salah satu melalui puskesmas.
penyakit yang menjadi target untuk Alasan utama gagalnya pengobatan adalah
diturunkan, selain Malaria dan HIV/AIDS pasien tidak mau minum obatnya secara teratur
(Kemenkes, 2014). dalam waktu yang diharuskan. Pasien biasanya
Laporan hasil survei yang dilakukan oleh bosan harus minum banyak obat setiap hari
World Health Organization (WHO) dari tahun selama beberapa bulan, karena itu pada pasien
2008 sampai dengan 2012 di negara-negara di cenderung menghentikan pengobatan secara
dunia, bahwa penggunaan Directly Observed sepihak. Perilaku penderita untuk menjalani
Treatment Short Course (DOTS) dan strategi pengobatan secara teratur dipengaruhi
stop tuberkulosis mampu menurunkan beban beberapa faktor, perilaku dipengaruhi oleh tiga
tuberkulosis setiap tahunnya. Penggunaan factor pokok, yakni faktor predisposisi
Directly Observed Treatment Short Course (predisposing factors), faktor yang
(DOTS) dan strategi stop tuberkulosis mendukung (enabling factors) dan faktor yang
merupakan pengobatan dengan pengawasan memperkuat atau mendorong atau penguat
langsung terapi dengan cara membantu pasien (reinforcing factors) (Notoatmodjo, 2014).
mengambil obat secara teratur untuk Banyak faktor yang mempengaruhi
memastikan kepatuhan pasien dalam seseorang untuk sembuh dari penyakitnya.
pengobatan tuberkulosis paru (WHO, 2013). Secara umum dapat dibagi menjadi tiga faktor
yaitu : 1) Faktor dari dalam individu, 2) Faktor

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Dorongan Petugas Kesehatan Dengan


Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Likupang Kabupaten
Minahasa Utara
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

dari luar individu, dan 3) Faktor religiusitas. menganjurkan mereka segera melaporkan
Faktor dari dalam individu dapat berasal dari kondisinya kepada petugas kesehatan. Selain
keinginan seseorang untuk sembuh karena daripada hal tersebut, petugas kesehatan harus
adanya dorongan untuk melepaskan diri dari selalu melakukan pemeriksaan dan aktif
rasa sakit yang dideritanya (Notoatmodjo, menanyakan keluhan pasien pada saat mereka
2010). datang ke fasyankes untuk mengambil obat.
Dukungan keluarga berpengaruh pada Seorang petugas kesehatan harus memberikan
kepatuhan minum obat pada pasien dorongan motivasi kepada penderita
tuberkulosis dalam fase intensif. tuberkulosis paru untuk teratur berobat
Kecenderungan penderita untuk bosan dan (Kemenkes, 2014).
putus berobat saat pengobatan karena sudah Penelitian terkait yaitu penelitian Maulidia
memakan waktu yang lama merupakan salah (2014) menunjukan bahwa dukungan keluarga
satu faktor ketidakpatuhan itu sendiri. sangat berpengaruh dalam tingkat kepatuhan
Dukungan keluarga merupakan bagian dari berobat penderita yang terlihat dari data
dukungan sosial. Individu yang termasuk mencapai 60,9% dari 69 responden. Penelitian
dalam memberikan dukungan sosial meliputi lainnya yaitu penelitian Sormin (2014) yang
pasangan (suami/istri), orang tua, anak dan menyatakan bahwa petugas kesehatan
sanak keluarga. Secara fungsional dukungan mempunyai peran terhadap kepatuhan berobat
sosial mencakup dukungan emosional dengan penderita tuberkulosis paru di Kelurahan
mendorong adanya ungkapan perasaan, Gambir.
memberi nasihat atau informasi dan pemberi
bantuan material. Peneliti ingin meneliti METODE PENELITIAN
apakah keluarga benar-benar mendukung Jenis penelitian yang dilakukan adalah
proses pengobatan penderita baik yang sedang penelitian survey analitik dengan pendekatan
dalam fase intensif maupun fase lanjutan cross sectional study. penelitian ini
sehingga tidak hanya keberadaan keluarga dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2018.
yang dilihat namun dukungan serta kepedulian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas
keluarga akan menjadi salah satu Likupang Kecamatan Likupang Timur
pertimbangan saat penderita akan memulai Kabupaten Minahasa Utara. Populasi dalam
rencana pengobatan. penelitian ini adalah seluruh penderita TB paru
Petugas kesehatan dapat memantau BTA positif yang tercatat di formulir TB-01
terjadinya efek samping dengan cara Puskesmas Likupang pada tahun 2017
mengajarkan kepada pasien unuk mengenal sebanyak 41 orang. Sampel dalam penelitian
keluhan dan gejala umum efek samping serta ini adalah total sampling. Instrument

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Dorongan Petugas Kesehatan Dengan


Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Likupang Kabupaten
Minahasa Utara
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

penelitian ini menggunakan kuesioner dengan terbanyak adalah berjenis laki-laki yang
jumlah 16 pertanyaan. Analisis data berjumlah 28 orang dan tingkat pendidikan
menggunakan analisis univariat dan analisis responden terbanyak ada di kelompok Tamat
bivariat. Analisis statistik menggunakan uji SD/Sederajat yang berjumlah 18 orang dan
fisher exact test dengan tingkat kepercayaan paling sedikit di kelompok Tidak
95% (α=0,05). Sekolah/Tidak Tamat SD yang berjumlah 1
orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Gambaran karakteristik responden Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
No Karakteristik Jumlah Kategori Dukungan Keluarga
1 Umur No dukungan
17-25 Tahun 1 keluarga n (%)
26-35 Tahun 8 1 Mendukung 30 73,2
36-45 Tahun 10 2 Kurang
46-55 Tahun 6 Mendukung 11 26,8
56-65 Tahun 10 Jumlah
>65 4 41 100
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 28 Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui
Perempuan 13
3 Tingkat Pendidikan bahwa distribusi berdasarkan kategori
Tidak Sekolah/Tidak dukungan keluarga dengan jumlah pertanyaan
Tamat SD 1
Tamat SD/Sederajat 18 5 dan nilai median 9, responden yang
Tamat SMP/Sederajat 17 menerima dukungan keluarga dalam kategori
Tamat SMA/Sederajat 5
Tamat Akademi/Perguruan mendukung lebih banyak dari yang kurang
Tinggi 0 mendukung.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Tabel 3. Distribusi Kategori Dorongan Petugas
umur responden paling banyak adalah pada Kesehatan
kelompok usia 36-45 tahun sebanyak 10 No dorongan
responden dan kelompok usia 56-65 tahun petugas n (%)
1 Baik 39 95,1
sebanyak 10 responden, sedangkan paling
2 Tidak baik
2 4,9
sedikit yaitu pada kelompok usia 17-25 Tahun
Jumlah 41 100
sebanyak 1 responden, jumlah responden

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Dorongan Petugas Kesehatan Dengan


Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Likupang Kabupaten
Minahasa Utara
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui 29 responden yang termasuk dalam kategori
bahwa distribusi berdasarkan kategori keluarga mendukung, 96,7% patuh berobat.
dorongan petugas kesehatahan dengan jumlah Berdasarkan hasil uji fisher’s exact test dengan
pertanyaan 5 dan nilai median 10, responden nilai p value = 0,014 dengan tingkat
yang mendapatkan dorongan petugas kepercayaan 95% dapat dinyatakan bahwa
kesehatan dalam kategori baik lebih banyak terdapat hubungan yang signifikan antara
dari yang tidak baik. dukungan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan berobat penderita.
Tabel 4. Distribusi Kategori Kepatuhan
Penderita
No Kepatuhan
Penderita n (%)
1 Patuh 36 87,8
2 Tidak Patuh
5 12,2
Jumlah 41 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui
Tabel 6. Hubungan antara Dorongan Petugas
bahwa distribusi berdasarkan kategori
Kesehatan dengan Kepatuhan Berobat
kepatuhan penderita dengan jumlah pertanyaan
Penderita
6 dan nilai median 12, responden yang masuk
dalam kategori patuh lebih banyak dari yang
Doronga Kepatuhan
tidak patuh. n Berobat Tota
petugas Tidak l P
Patuh Patuh
Tabel 5. Hubungan antara Dukungan Keluarga Val
ue
dengan Kepatuhan Berobat Penderita n % n % n %
Baik 36 92,3 3 7,7 39 100
Kepatuha Tidak 0,0
Dukungan n Berobat Tota baik 0 0 2 100 2 100 12
keluarga Tidak l P
Total 36 87,8 5 12,2 41 100
Patuh Patuh
Val
ue
Berdasarkan hasil tabel analisis di tersebut,
Menduku n % n % n %
ng 29 96,7 1 3,3 30 100 dapat diketahui bahwa sebanyak 36 responden
Kurang
menerima dorongan petugas kesehatan dalam
Menduku 0,0
ng 7 63,6 4 36,4 11 100 14 kategori baik, 92,3% patuh berobat.
Total 36 87,8 5 12,2 41 100 Berdasarkan hasil uji fisher’s exact test dengan
nilai p value = 0,012 dengan tingkat
Berdasarkan tabel hasil analisis diatas, dapat
kepercayaan 95% dapat dinyatakan bahwa
diketahui bahwa dari 41 responden, sebanyak
terdapat hubungan yang signifikan antara

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Dorongan Petugas Kesehatan Dengan


Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Likupang Kabupaten
Minahasa Utara
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

dorongan petugas kesehatan dengan kepatuhan dapat bekerja dengan maksimal karena efek
berobat penderita. samping dari OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
yang dikonsumsi penderita selama masa
PEMBAHASAN pengobatan. Efek samping yang dirasakan
Dukungan keluarga pada penderita penderita seperti badan terasa lemas, sakit
tuberkulosis paru sangat di butuhkan karena kepala, cepat merasa lelah, kurang nafsu
tugas keluarga adalah memberikan dorongan makan, dsb. Hal tersebut secara tidak langsung
kepada penderita agar mau berobat secara mempengaruhi keadaan finansial penderita,
teratur dan mengingatkan penderita untuk bahkan ada beberapa penderita yang berjenis
periksa ulang dahak pada waktu yang telah kelamin perempuan, sudah tidak bekerja lagi.
ditentukan. Dengan dukungan keluarga yang Sebagian besar penderita mengatakan bahwa
baik, penderita tuberkulosis paru lebih bantuan finansial dari keluarga dipakai untuk
termotivasi untuk patuh berobat secara teratur. meringankan biaya hidup sehari-hari.
Jenis dukungan keluarga ada empat yaitu Berdasarkan hasil wawancara dengan
pertama adalah dukungan instrumental yaitu penderita tuberkulosis paru, (17,1%) penderita
keluarga merupakan sumber pertolongan yang menyatakan bahwa keluarga tidak pernah
praktis dan konkrit. Pemberian dukungan memberikan dukungan finansial kepada
instrumental meliputi penyediaan pertolongan penderita penyebabnya adalah karena
finansial maupun penyedian barang atau jasa keterbatasan finansial dari keluarga terdekat
lainnya (Prasetyawati, 2011). Teori tersebut penderita, sehingga tidak memungkinkan
sejalan dengan hasil penelitian yang dbuktikan memberikan bantuan.
dengan salah satu pertanyaan dalam kueisoner Dukungan keluarga yang kedua adalah
tentang apakah selama pengobatan keluarga dukungan informasional yaitu keluarga
pernah memberikan bantuan finansial. Hasil berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
penelitian membuktikan sebagian besar disseminator (Prasetyawati, 2011). Aspek-
responden (82,9%) menyatakan bahwa aspek dalam dukungan ini adalah memberikan
keluarga penderita tuberkulosis pernah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian
memberikan bantuan finansial berupa uang informasi. Menurut Friedman (dalam
kepada penderita tuberkulosis untuk Sudiharto, 2012) masalah-masalah kesehatan
meringankan beban penderita selama masa dalam keluarga saling berkaitan. Apabila salah
pengobatan. Selama masa pengobatan, satu anggota keluarga memiliki masalah
sebagian besar penderita tetap menjalankan kesehatan, anggota keluarga lainnya akan
aktivitas seperti melakukan pekerjaan sehari- berpengaruh. Teori tersebut sejalan dengan
hari, namun sebagian besar penderita tidak hasil penelitian yang dibuktikan dengan salah

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Dorongan Petugas Kesehatan Dengan


Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Likupang Kabupaten
Minahasa Utara
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

satu pertanyaan dalam kuesioner tentang yang dibuktikan dengan salah satu pertanyaan
apakah selalu mengawasi minum obat dan dalam kuesioner tentang apakah selama
memberikan dorongan agar minum obat secara menjalani pengobatan, keluarga pernah
teratur kepada penderita. Hasil penelitian menganjurkan untuk istirahat dan makan
membuktikan bahwa sebagian besar keluarga makanan bergizi. Hasil penelitian
penderita tuberkulosis sangat memperhatikan membuktikan bahwa sebagian besar penderita
keadaan penderita selama masa pengobatan. (87,8%) menyatakan bahwa keluarga pernah
Sebagian besar responden (97,6%) menganjurkan untuk istirahat dan makan
menyatakan bahwa keluarga selalu makanan bergizi dan sisanya (12,2%)
memberikan dukungan seperti memberikan penderita menyatakan bahwa keluarga tidak
dorongan kepada penderita tuberkulosis paru pernah menganjurkan untuk istirahat dan
untuk minum obat secara teratur. Berdasarkan makan makanan bergizi.
hasil wawancara dengan penderita Dukungan keluarga yang ketiga adalah
tuberkulosis, dan sisanya (2,4%) penderita dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga
yang menyatakan bahwa keluarga tidak pernah bertindak sebagai sebuah umpan balik,
memberikan dorongan untuk meminum obat membimbing dan menengah pemecahan
secara teratur adalah karena penderita tersebut masalah sebagai sumber validitas identitas
hanya tinggal seorang diri sehingga tidak ada keluarga. Jenis dukungan ini terjadi lewat
orang yang memberikan dorongan kepada ungkapan penghargaan yang positif untuk
dirinya. Teori tersebut juga sejalan dengan individu, dorongan maju atau persetujuan
hasil penelitian yang dibuktikan dengan salah dengan gagasan atau perasaan individu lain.
satu pertanyaan dalam kuesioner tentang Contoh dukungan ini adalah keluarga
apakah keluarga pernah mengingatkan untuk membuat perasaan pasien tuberkulosis di
berobat atau periksa ulang dahak pada waktu dukung oleh karena berbagai gagasan dan
yang ditentukan. Hasil penelitian perasaan (Prasetyawati, 2011). Menurut
membuktikan bahwa sebagian besar penderita Friedman (dalam Sudiharto, 2012) keluarga
(75,6%) menyatakan bahwa keluarga pernah merupakan perantara yang aktif dan mudah
mengingatkan kepada penderita untuk berobat untuk berbagai upaya kesehatan. Teori tersebut
dan periksa dahak pada waktu yang telah di sejalan dengan hasil penelitian yang
tentukan dan sisanya (24,4%) penderita dibuktikan dengan salah satu pertanyaan
menyatakan bahwa keluarga tidak pernah dalam kuesioner tentang apakah selama
mengingatkan untuk berobat atau periksa pengobatan anggota keluarga pernah
dahak pada waktu yang ditentukan. Teori menggantikan penderita untuk mengambil obat
tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian ke puskesmas. Hasil penelitian membuktikan

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Dorongan Petugas Kesehatan Dengan


Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Likupang Kabupaten
Minahasa Utara
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

bahwa sebagian besar penderita (53,7%) seseorang sehingga memberikan perasaan


menyatakan bahwa keluarga pernah nyaman, membuat pasien merasa lebih baik.
menggantikan penderita untuk mengambilkan Pasien memperoleh kembali keyakinan diri,
obat di puskesmas, bahkan ada beberapa merasa dicintai pada saat mengalami stress
penderita mengatakan bahwa selama dari awal karena pengobatan. Dalam hal ini pasien
masa pengobatan anggota keluarga yang selalu merasa memperoleh social support.
mengambilkan obat di puskesmas untuk Berdasarkan hasil wawancara dengan
penderita. Salah satu alasan keluarga penderita tuberkulosis paru, ketika penderita
menggantikan penderita mengambil obat menjalani pengobatan banyak hal yang
adalah karena sebagian besar penderita bekerja membuat penderita merasa “down. Hal ini
di siang hari (sebagian besar penderita berjenis karena hilangnya kepercayaan diri penderita
kelamin laki-laki), sehingga anggota keluarga dengan penyakit yang di alaminya. Beberapa
harus menggantikan untuk mengambilkan obat penderita mengatakan efek samping OAT
di puskesmas. Hal ini membuktikan keluarga (Obat Anti Tuberkulosis) sangat mengganggu
mempunyai tindakan positif terhadap berbagai penderita dalam menjalankan aktivitas sehari-
pemecahan masalah selama masa pengobatan hari, seperti merasa lemas, sakit kepala, dan
penderita tuberkulosis paru dan sisanya cepat merasa lelah sehingga penderita
(46,3%) penderita menyatakan bahwa keluarga mengakui bahwa stress tidak dapat dihindari.
tidak pernah menggantikan mengambilkan Sebagian besar penderita mengatakan bahwa
obat di puskesmas. Berdasarkan hasil keluarga selalu ada membantu disaat penderita
wawancara dengan penderita, salah satu alasan membutuhkan bantuan. Meskipun banyak efek
keluarga tidak pernah menggantikan samping yang di timbulkan selama
mengambil obat di puskesmas adalah karena mengonsumsi obat, keluarga selalu mendorong
sibuk bekerja, penderita untuk tetap sabar menjalani
Dukungan keluarga yang keempat adalah pengobatan sampai masa pengobatan selesai.
dukungan emosional yaitu keluarga sebagai Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
sebuah tempat yang aman dan damai untuk sebagian besar responden (73,2%) menerima
istirahat dan pemulihan serta membantu dukungan dari keluarga dalam kategori
penguasaan terhadap emosi (Prasetywati, mendukung dan sisanya (26,8%) penderita
2011) dukungan emosional ini yaitu menerima dukungan dari keluarga dalam
mengkomunikasikan cinta, peduli, percaya kategori kurang mendukung. Keluarga
kepada anggota keluarganya (pasien berperan dalam memotivasi/mendukung
tuberkulosis). Jenis dukungan ini dilakukan pasien tuberkulosis paru untuk berobat secara
melibatkan rasa empati, peduli terhadap teratur. Adanya faktor tersebut dapat

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Dorongan Petugas Kesehatan Dengan


Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Likupang Kabupaten
Minahasa Utara
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

mempengaruhi perilaku minum obat pasien menyatakan bahwa petugas kesehatan pernah
sehingga dapat mendukung jalannya memberikan penyuluhan tuberkulosis kepada
pengobatan secara teratur sampai pasien penderita. Penyuluhan didapatkan ketika
dinyatakan sembuh oleh petugas kesehatan. penderita bertemu dengan petugas kesehatan
Namun masih ada anggota keluarga yang tidak di Puskesmas maupun saat kunjungan petugas
memperhatikan hal ini sehingga peran kesehatan di rumah penderita. Pertanyaan
keluarga kurang dalam mendukung jalannya kedua tentang apakah petugas kesehatan
pengobatan. pernah menanyakan keadaan/kemajuan
Dorongan petugas kesehatan adalah suatu penderita, hasil penelitian membuktikan
sistem pendukung bagi pasien dengan bahwa sebagian besar penderita (92,7%)
memberikan bantuan berupa informasi atau menyatakan bahwa petugas kesehatan pernah
nasehat, banyuan nyata atau tindakan yang menanyakan keadaan/kemajuan mereka dalam
mempunyai manfaat emosional atau menjalani pengobatan. Petugas kesehatan
berpengaruh pada perilaku penerimanya. menanyakan keadaan/kemajuan penderita saat
Dukungan emosional sehingga merasa mereka bertemu saat penderita mengambil
nyaman, merasa diperhatikan, empati, merasa obat di puskesmas maupun saat petugas
diterima dan ada kepedulian. Peran petugas kesehatan melakukan kunjungan di rumah
kesehatan yang memberikan pelayanan penderita dan sisanya (7,3%) penderita
kesehatan kepada masyarakat untuk menyatakan bahwa petugas kesehatan tidak
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pernah menanyakan keadaan/kemajuan
(Setiadi, 2008). penderita.
Dukungan kognitif dimana pasien Pertanyaan ketiga tentang apakah petugas
memperoleh informasi, petunjuk, saran atau kesehatan pernah mengingatkan kepada
nasehat. Interaksi petugas kesehatan dengan penderita akibat bila tidak mengonsumsi obat
penderita tuberkulosis terjadi di beberapa titik secara teratur, hasil penelitian membuktikan
pelayanan yaitu di puskesmas, laboratorium, bahwa sebagian besar (97,6%) penderita
tempat pengambilan obat dan pada waktu menyatakan bahwa petugas kesehatan pernah
kunjungan di rumah penderita tuberkulosis. mengingatkan akibat bila penderita tidak
Alat ukur kuesioner tentang dorongan petugas minum obat secara teratur. Berdasarkan hasil
kesehatan mempunyai 5 butir pertanyaan. wawancara, sebagian besar penderita
Pertanyaan pertama tentang apakah petugas tuberkulosis menyatakan bahwa petugas
kesehatan pernah memberikan penyuluhan kesehatan selalu menekankan kepada penderita
tuberkulosis, dan hasil penelitian untuk tidak putus berobat, karena apabila itu
membuktikan bahwa semua penderita (100%) terjadi maka penderita akan mengalami Multi

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Dorongan Petugas Kesehatan Dengan


Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Likupang Kabupaten
Minahasa Utara
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

Drug Ressistant (MDR) yang menyebabkan secara terus menerus, memberikan


kuman tuberkulosis menjadi resisten terhadap penghargaan yang positif bagi pasien yang
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) sehingga telah mampu beradaptasi dengan program
menyulitkan penderita untuk sembuh dan pengobatannya. Unsur kinerja petugas
sisanya (2,4%) penderita menyatakan bahwa kesehatan mempunyai pengaruh terhadap
petugas kesehatan tidak pernah mengingatkan kualitas pelayanan kesehatan, termasuk
akibat bila tidak minum obat secara teratur. pelayanan kesehatan terhadap pasien
Pertanyaan keempat tentang apakah petugas tuberkulosis yang secara langsung atau tidak
kesehatan pernah menganjurkan supaya langsung akan berpengaruh terhadap
minum obat secara teratur, hasil penelitian keteraturan berobat pasien yang pada akhirnya
membuktikan bahwa sebagian besar (97,6%) juga menentukan hasil pengobatan. Hasil
penderita menyatakan bahwa petugas pernah penelitian ini menunjukan bahwa sebagian
menganjurkan supaya minum obat secara besar (95,1%) penderita menerima dorongan
teratur dan sisanya (2,4%) penderita dari petugas kesehatan dalam kategori baik
menyatakan bahwa petugas kesehatan tidak dan sisanya (4,9%) penderita menerima
pernah menganjurkan supaya minum obat dorongan dari petugas kesehatan dalam
secara teratur. Pertanyaan kelima tentang kategori tidak baik.
apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan Kepatuhan berobat adalah tingkah perilaku
tentang jadwal minum obat, hasil penelitian penderita dalam mengambil suatu tindakan
membuktikan bahwa semua penderita (100%) atau upaya untuk secara teratur menjalani
menyatakan bahwa petugas kesehatan pernah pengobatan (Sacket dalam Hasibuan 2011).
menjelaskan tentang jadwal minum obat Penderita yang patuh berobat adalah yang
kepada penderita pada saat penderita pertama menyelesaikan pengobatannya secara teratur
kali mengambil Obat Anti Tuberkulosis dan lengkap tanpa terputus selama 6 bulan
(OAT) di Puskesmas. sampai dengan 8 bulan, sedangkan penderita
Dorongan petugas kesehatan merupakan yang tidak patuh berobat dan minum obat bila
faktor lain yang mempengaruhi perilaku frekuensi minum obat tidak dilaksanakan
kepatuhan berobat penderita. Dorongan sesuai rencana yang ditetapkan. Gagal
petugas kesehatan berguna saat pasien tidaknya konversi BTA sangat ditentukan oleh
menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru pengobatan. Sedangkan pengobatan dapat
tersebut merupakan hal penting. Begitu juga berhasil dipengaruhi oleh kepatuhan.
mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien Pertanyaan pertama tentang apakah
dengan cara menyampaikan antusias mereka pengobatan tahap awal (2 bulan) penderita
terhadap tindakan tertentu dari pasien dan minum obat setiap hari, hasil penelitian

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Dorongan Petugas Kesehatan Dengan


Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Likupang Kabupaten
Minahasa Utara
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

membuktikan bahwa semua penderita (100%) pengobatan lanjutan (4 bulan) penderita


menyatakan bahwa mereka meminum obat minum obat 3x setiap hari, hasil menunjukan
setiap hari pada tahap awal pengobatan karena bahwa sebagian besar (87,8%) penderita
penderita menyadari bahwa pengobatan ini menyatakan meminum obat 3x sehari selama
sangat penting untuk kesembuhan mereka. masa pengobatan tahap lanjutan dan sisanya
Pertanyaan kedua tentang apakah penderita (12,2%) penderita menyatakan tidak meminum
minum sesuai dosis yang ditentukan, hasil obat 3s sehari selama masa pengobatan
penelitian membuktikan bahwa semua (100%) lanjutan. Pertanyaan keenam tentang apakah
penderita menyatakan bahwa mereka minum penderita selalu mengikuti petunjuk dan
obat sesuai dosis yang telah di tentukan. anjuran dari petugas kesehatan dalam
Pertanyaan ketiga tentang apakah penderita pengobatan, hasil penelitian menunjukan
teratur berobat sesuai dengan kesepakatan bahwa sebagian besar (87,8%) penderita
dengan petugas, hasil penelitian menunjukan menyatakan selalu mengikuti petunjuk dan
bahwa sebagian besar penderita (97,6%) anjuran dari petugas kesehatan dalam
menyatakan teratur berobat ke puskesmas pengobatan mereka dan sisanya (12,2%)
sesuai dengan kesepakatan dengan petugas dan penderita menyatakan tidak mengikuti
sisanya (2,4%) menyatakan tidak selalu teratur petunjuk dan anjuran dari petugas kesehatan
berobat di puskesmas sesuai kesepakatan dalam pengobatan.
dengan petugas karena pada keterbatasan Selama masa pengobatan awal (2 bulan)
waktu penderita yang pada siang hari harus semua penderita menjalani pengobatan dengan
bekerja sehingga tidak memungkinkan untuk baik namun ketika masa pengobatan tahap
pergi ke puskesmas, namun selalu membuat lanjutan (4 bulan) diketahui, sebesar (12,2%)
janji dengan petugas pada saat penderita sudah penderita yang berusia produktif dinyatakan
selesai bekerja. putus berobat dengan berbagai alasan.
Pertanyaan keempat tentang apakah Berdasarkan hasil wawancara dengan
penderita mematuhi jadwal pemeriksaan dahak penderita yang putus berobat, hal-hal yang
yang telah di tentukan, hasil penelitian membuat penderita putus berobat yaitu
menunjukan bahwa sebagian besar (87,8%) pengobatannya tuberkulosis ini memakan
penderita menyatakan bahwa mereka waktu yang lama sehingga lamanya
mematuhi jadwal pemeriksaan dahak yang pengobatan membuat penderita jenuh dan efek
telah di tentukan dan sisanya (12,2%) samping dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
menyatakan bahwa tidak mematuhi jadwal yang dirasakan penderita selama mengonsumsi
pemeriksaan dahak yang telah di tentukan. obat seperti merasa cepat lelah, sakit kepala,
Pertanyaan kelima tentang apakah pada lemas, dsb. Penderita menyatakan hal tersebut

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Dorongan Petugas Kesehatan Dengan


Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Likupang Kabupaten
Minahasa Utara
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

mengganggu aktivitas mereka setiap hari, Widyastuti (2016) yang menyatakan bahwa
sehingga membuat para penderita tersebut dukungan keluarga adalah salah satu faktor
putus berobat. Akibat dari putus berobat yang berhubungan dengan kepatuhan berobat
adalah penderita bisa kebal terhadap obat atau pasien tuberkulosis paru di balai kesehatan
Multi Drugs Resisten (MDR) sehingga bakteri paru masyarakat kota Pekalongan. Hasil
Mycobacterium yang menyebabkan penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
tuberkulosis akan kebal terhadap obat. Muhardiani, dkk (2014) yang menyatakan
Hasil peneltian ini menunjukan bahwa bahwa ada hubungan antara dukungan
sebagian besar penderita tuberkulosis (87,8%) keluarga dengan kepatuhan pengobatan
masuk dalam kategori patuh berobat dan terhadapa penderita tuberkulosis paru di
sisanya (12,2%) penderita masuk dalam wilayah kerja puskesmas gang sehat.
kategori tidak patuh berobat. Hasil penelitian menunjukan bahwa dorongan
Hasil penelitian menunjukan bahwa dukungan petugas kesehatan yang baik berhubungan
keluarga yang baik berhubungan dengan dengan kepatuhan berobat penderita. Hasil uji
kepatuhan berobat penderita. Hasil analisis uji statistik bivariat fisher exact test dalam
statistik bivariat fisher exact test dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
penelitian ini menunujukkan bahwa variabel dorongan petugas kesehatan mempunyai
dukungan keluarga mempunyai hubungan hubungan secara signifikan dengan kepatuhan
secara signifikan terhadap kepatuhan berobat berobat penderita tuberkulosis paru di
penderita karena nilai karena nilai p=0,014 < Puskesmas Likupang, karena nilai p=0,012 <
0,05. 0,05.
Hasil penelitian tentang dukungan keluarga Hasil peneitian ini sesuai dengan hasil
ini sejalan dengan penelitian Septia, dkk penelitian Sormin, dkk (2014) yang
(2013) yang menunjukkan bahwa ada menyatakan bahwa petugas kesehatan
hubungan dukungan keluarga dengan mempunyai peran terhadap kepatuhan berobat
kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis penderita tuberkulosis paru di Kelurahan
paru di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Gambir. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Achmad. Hasil penelitian ini juga sesuai petugas kesehatan yang menangani masalah
dengan penelitian Maulidia (2014) yang tuberkulosis di Puskesmas Likupang
menunjukkan bahwa sebagian besar responden Kecamatan Likupang Timur, petugas
yang memiliki dukungan keluarga yang baik, menyatakan bahwa Obat Anti Tuberkulosis
menunjukkan tingkat kepatuhan yang baik (OAT) selalu tersedia di puskesmas.
pada penderita tuberkulosis di wilayah Ciputat. Peningkatan komunikasi dan perhatian dari
Penelitian penunjang lainnya adalah penelitian petugas kesehatan dapat meningkatkan

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Dorongan Petugas Kesehatan Dengan


Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Likupang Kabupaten
Minahasa Utara
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

penderita untuk menyelesaikan dianjurkan, karena keluarga penderita


pengobatannya. berpengaruh terhadap kepatuhan berobat
penderita tuberkulosis paru.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
hubungan antara dukungan keluarga dan
dorongan petugas kesehatan dengan kepatuhan DAFTAR PUSTAKA
berobat penderita tuberkulosis paru di Hasibuan, I. 2011. Pengaruh Kepatuhan dan
Puskesmas Likupang Kabupaten Minahasa Motivasi Penderita TB Paru
Utara Tahun 2017, dapat ditarik kesimpulan Terhadap Tingkat Kesembuhan
bahwa: Sebagian besar penderita tuberkulosis Dalam Pengobatan di Puskesmas
menerima dukungan keluarga dalam kategori Sabaduan Kota Padangsidimpuan
mendukung selama menjalani pengobatan, Tahun 2011. Skripsi: FKM
dibandingkan dengan penderita yang Universitas Sumatera Utara.
menerima dukungan keluarga dalam kategori Medan
kurang mendukung. Penderita tuberkulosis Maulidia, D. 2014. Hubungan Antara
yang menerima dorongan petugas kesehatan Dukungan Keluarga dengan
dengan baik lebih banyak dibandingkan Kepatuhan Minum Obat Pada
dengan penderita yang menerima dorongan Penderita Tuberkulosis di
petugas kesehatan tidak baik. Dukungan Wilayah Ciputat Tahun 2014.
keluarga dan dorongan petugas kesehatan Skripsi: Fakultas Kedokteran dan
memiliki hubungan dengan kepatuhan berobat Ilmu Kesehatan Universitas Islam
penderita tuberkulosis paru. Negeri Syarif Hidayahtullah.
Jakarta
SARAN Muhardiani. 2015. Hubungan Antara
Dinas Kesehatan Minahasa Utara diharapkan Dukungan Keluarga, Motivasi
untuk melakukan monitoring dan evaluasi dan Stigma Lingkungan Dengan
secara langsung di Puskesmas dan promosi Proses Kepatuhan Berobat
kesehatan serta perencanaan untuk lebih Terhadap Penderita Tuberkulosis
mengoptimalkan pelaksanaan program Paru di Wilayah Kerja
penanggulangan tuberkulosis paru. Edukasi Puskesmas Gang Sehat. Jurnal:
dari petugas kesehatan bagi keluarga penderita Universitas Muhammadiyah.
tuberkulosis paru untuk memberikan dukungan Pontianak
positif bagi penderita tuberkulosis sangat

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Dorongan Petugas Kesehatan Dengan


Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Likupang Kabupaten
Minahasa Utara
Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Ilmu Kesehatan Masyarakat


Kesehatan. PT Rineka Cipta. Fakultas Ilmu Keolahragaan
Jakarta Universitas Negeri Semarang.
Notoatmodjo, S. 2014. Kesehatan Masyarakat Semarang
Ilmu & Seni. PT Rineka Cipta.
Jakarta
Prasetyawati, A. 2011. Ilmu Kesehatan
Masyarakat Untuk Kebidanan
Holistik. Mulia Medika.
Setiadi. 2008. Keperawatan Keluarga.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Sormin, P. 2015. Gambaran Peran Serta
Petugas Kesehatan Terhadap
Kepatuhan Berobat Penderita TB
Paru di Keluarahan Gambir Baru
Kecamatan Kisaran Timur Tahun
2014. Jurnal: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera
Utara. Medan
Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan
Keluarga Dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
WHO. 2013. Report Tuberculosis In The
World. Geneva. (diakses dari
https://extranet.who.int/sree/repor
ts pada 23 Juni 2018
Widyastuti. 2016. Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan
Berobat Pasien TB Paru di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat Kota
Pekalongan. Skripsi: Jurusan

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Dorongan Petugas Kesehatan Dengan


Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Likupang Kabupaten
Minahasa Utara

Anda mungkin juga menyukai