PENDAHULUAN
1
b) Apa Manfaat Latihan Fisik Pada Lansia ?
c) Hal-Hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam Latihan Fisik Pada
Lansia ?
d) Bagaimana Langkah-Langkah Latihan Fisik Pada Lansia ?
e) Bagaimana Perubahan Kognitif Pada Lansia ?
f) Apa Saja Tujuan Latihan Kognitif ?
g) Apa Saja Tanda dan Gejala Perubahan Kognitif Pada Lansia ?
h) Bagaimana Strategi Latihan Kognitif Pada Lansia ?
i) Bagaimana Terapi Kognitif Pada Lansia ?
1.3. Tujuan
a) Mengetahui Pengertian Latihan Fisik Pada Lansia
b) Mengetahui Manfaat Latihan Fisik Pada Lansia
c) Mengetahui Hal-Hal yang perlu diperhatikan dalam Latihan Fisik Pada
Lansia
d) Mengetahui Langkah-Langkah Latihan Fisik Pada Lansia
e) Mengetahui Perubahan Kognitif Pada Lansia
f) Mengetahui Tujuan Latihan Kognitif
g) Mengetahui Tanda dan Gejala Perubahan Kognitif Pada Lansia
h) Mengetahui Strategi Latihan Kognitif Pada Lansia
i) Mengetahui Terapi Kognitif Pada Lansia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b) Pilihlah bentuk latihan fisik yang sesuai dengan kemampuan;
c) Lakukan olahraga secara teratur setiap hari atau tiga kali seminggu;
d) Hindarilah beban yang berat;
e) Mulailah latihan secara pelan-pelan lalu tingkatkan secara
bertahap;
f) Jangan memaksakan diri jika tidak mampu melakukannya.
2.4. Langkah-Langkah Latihan Fisik
Langkah-langkah latihan fisik pada lansia:
a) Gerakan 1 berdiri dengan mengangkat 1 kaki
a. Tujuan : meningkatkan kekuatan otot panggul dan tungkai,
serta keseimbangan
b. Posisi : lansia berdiri tegak dengan berpeganngan pada kursi
c. Gerakan : Angkat satu tungkai sampai setinggi panggul (fleksi
sendi panggul 900). upayakan pegangan tdk terlalu kuat. Jika
mungkin, angka lutut lebih tinggi lagi. Pertahankan dalam 5
hitungan.
b) Gerakan 2 berdiri dengan mengangkat 1 tunkai ke samping
a. Tujuan : meningkatkan kekuatan otot panggul dan tungkai,
serta keseimbangan
b. Posisi : lansia berdiri tegak berpeganngan pada kursi
c. Gerakan : Ayun satu tungkai kesamping dan pertahankan dalam
lima hitungan. lakukan bergantian untuk tunkgai kanan dan
kiri.
c) Gerakan 3 berdiri dari posisi duduk ke posisi duduk kembali.
a. Tujuan : untuk memperbaiki kekuatan, keseimbangan,
koordinasi, dan gerakan sendi.
b. Posisi : lansia duduk di kursi.
c. Gerakan : berdiri dari posisi duduk, tempatkan kedua kaki di
depan kursi. Pindahkan titik berat tubuh ke depan kemudian
berdiri. Apabila perlu gunakan pegangan kursi. Jika sudah
mampu/kuat kurangi bantuan pegangan pada kursi. Setelah ini
4
duduk kembali. Gerakan ini merupakan gerakan kunci agar
lansia mandiri.
d) Gerakan 4 mengayun lengan
a. Tujuan : penguatan otot punggung, peregangan otot dada, dan
memperbaiki postur.
b. Posisi : duduk tegak atau berdiri tegak.
c. Gerakan : Ayun lengan ke depan dan kebelakang setinggi
mungkin dan lepaskan dengan rileks. Gerakan ini dilakukan
pada kedua lengan dengan arah berlawanan, seperti
berlenggang saat berjalan.
e) Gerakan 5 gerakan leher
a. Tujuan :untuk memperbaiki postur, keseimbangan, dan LGS.
b. Posisi : berdiri tegak atau duduk tegak. Kepala lurus tapi tidak
menunduk.
c. Gerakan : putar dagu ke arah bahu kiri, tegak, dan bahu ke
kanan. Dekatkan telinga ke bahu kiri, tegak dan ke bahu kanan.
Pegang dagu dengan tangan, perlahan dorong dagu kebelakang.
Rotasi kepala ke belakang.seperti gerakan melihat keatas/ke
langit-langit.
f) Gerakan 6 gerakan berjalan
a. Tujuan :untuk meningkatkan kesehatan otot, tulang sendi,
sirkulasi jantung dan paru, pencernaan dan pikiran.
b. Gerakan : berjalanlah sesuai dengan kemampuan. Jika hanya
mampu lima puluh meter, mulai pada tingkat inidan cobalah
untuk meningkatkan jarak dan kecepatannya. Hindari jalan yg
terputus-putus. Jika mampu berjalan dgn jarak yg lebih jauh,
lakukan peregangan sebelum jalan. Jika mengakhiri jalan,
lakukan pendinginan dgn jalan perlahan-lahan sebagai
peregangan.
2.5. Perubahan Kognitif Pada Lansia
5
Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak.
Diantara kemampuan yang menurun secara linier atau seiring dengan
proses penuaan adalah : Daya Ingat (memori), berupa penurunan
kemampuan penamaan (naming) dan kecepatan mencari kembali informasi
yang telah tersimpan dalam pusat memori (speed of information retrieval
from memory) dan Intelegensia Dasar (fluid intelligence) yang berarti
penurunan fungsi otak bagian kanan yang antara lain berupa kesulitan
dalam komunikasi non verbal, pemecahan masalah, mengenal wajah
orang, kesulitan dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi
2.6. Tujuan Latihan Kognitif
a) Meningkatkan aktivitas
b) Menurunkan perilaku yang tidak diinginkan
c) Meningkatkan kepuasan
d) Meningkatkan kemampuan social
2.7. Tanda dan Gejala Perubahan Kognitif Pada Lansia
a) Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
b) Pelupa
c) Sering mengulang kata-kata
d) Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
e) Cepat marah dan sulit di atur.
f) Kehilangan daya ingat
g) Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
h) Kurang konsentrasi
i) Kurang kebersihan diri
j) Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
k) Mudah terangsang
l) Tremor
m) Kurang koordinasi gerakan.
2.8. Strategi Latihan Kognitif Pada Lansia
a) Menurunkan cemas
b) Tehnik relaksasi
6
c) Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan
memodifikasi respon perilaku.
d) Systematic desenzatization. Dirancang untuk menurunkan perilaku
yang berhubungan dengan stimulus spesifik misalnya karena
ketinggian atau perjalanan melalui pesawat. Tehnik ini meliputi
relaksasi otot dengan membayangkan situasi yang menyebabkan
cemas.
e) Flooding. Klien segera diekspose pada stimuli yang paling memicu
cemas (tidak dilakukan secara berangsur – angsur) dengan
menggunakan bayangan/imajinasi
f) Pencegahan respon klien. Klien didukung untuk menghadapi
situasi tanpa melakukan respon yang biasanya dilakukan.
2.9. Terapi Kognitif Pada Lansia
a) Latihan kemampuan social meliputi : menanyakan pertanyaan,
memberikan salam, berbicara dengan suara jelas, menghindari
kiritik diri atau orang lain
b) Aversion therapy : therapy ini menolong menurunkan perilaku
yang tidak diinginkan tapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan
stimulasi yang membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah
laku maladaptive dilakukan klien.
c) Contingency therapy: Meliputi kontrak formal antara klien dan
terapis tentang apa definisi perilaku yang akan dirubah atau
konsekuensi terhadap perilaku itu jika dilakukan. Meliputi
konsekuensi positif untuk perilaku yang diinginkan dan
konsekuensi negative untuk perilaku yang tidak diinginkan.
7
TES KOGNITIF DAN INTERPRETASI LATIHAN KOGNITIF PADA
LANSIA
Nilai Nilai
Maksimum Responden
ORIENTASI
REGISTRASI
Berilah nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar, bila masih salah
ulangi penyebutan ketiga nama tersebut sampai responden dapat
mengatakannya dengan benar:
MENGINGAT
8
Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar
BAHASA
Jam selesai :
Tempat
wawancara :
9
MMSE menggunakan instrumen berbentuk berbagai pertanyaan.
Daftar pertanyaan terdapat pada gambar 1. Cara penggunaannya
adalah sebagai berikut (Folstein, 1975; Setiati,2007):
a. Penilaian Orientasi (10 poin)
Pemeriksa menanyakan tanggal, kemudian pertanyaan dapat
lebih spesifik jika ada bagian yang lupa (misalnya
:”Dapatkah anda juga memberitahukan sekarang musim
apa?”). Tiap pertanyaan yang benar mendapatkan 1 (satu)
poin. Pertanyaan kemudian diganti dengan ,”Dapatkah anda
menyebutkan nama rumah sakit ini (kota, kabupaten, dll) ?”.
Tiap pertanyaan yang benar mendapatkan 1 (satu poin).
b. Penilaian Registrasi (3 poin).
Pemeriksa menyebutkan 3 nama benda yang tidak
berhubungan dengan jelas dan lambat. Setelah itu pasien
diperintahkan untuk mengulanginya. Jumlah benda yang
dapat disebutkan pasien pada kesempatan pertama dicatat dan
diberikan skor (0-3). Jika pasien tidak dapat menyebutkan
ketiga nama benda tersebut pada kesempatan pertama,
lanjutkan dengan mengucapkan namanya sampai pasien
dapat mengulang semuanya, sampai 6 kali percobaan. Catat
jumlah percobaan yang digunakan pasien untuk mempelajari
kata-kata tersebut. Jika pasien tetap tidak dapat mengulangi
ketiga kata tersebut, berarti pemeriksa harus menguji ingatan
pasien tersebut. Setelah menyelesaikan tugas tersebut,
pemeriksa memberitahukan kepada pasien agar mengingat
ketiga kata tersebut, karena akan ditanyakan sebentar lagi.
c. Perhatian dan kalkulasi (5poin)
Pasien diperintahkan untuk menghitung mundur dari 100
dengan selisih 7. hentikan setelah 5 angka. Skor berdasarkan
jumlah angka yang benar. Jika pasien tidak dapat atau tidak
dapat mengerjakan tugas tersebut, maka dapat digantikan
10
dengan mengeja kata ”DUNIA” dari belakang. Cara
menilainya adalah menghitung kata yang benar. Contohnya
jika menjawab “AINUD” maka diberi nilai 5, tetapi jika
menjawab “AINDU” diberi nilai 3.
d. Ingatan (3poin)
Pasien diperintahkan untuk mengucapkan 3 kata yang
diberikan sebelumnya kepada pasien dan disuruh
mengingatnya. Pemberian skor dihitung berdasarkan jumlah
jawaban yang benar.
e. Bahasa dan praktek (9 poin)
11
Menulis : Pasien diberikan kertas kosong dan diminta
menuliskan suatu kalimat. Jangan mendikte kalimat tersebut,
biarkan pasien menulis spontan. Kalimat yang ditulis harus
mengandung subjek, kata kerja dan membentuk suatu
kalimat. Tata bahasa dan tanda baca dapat diabaikan.
12
Metode Skor Interpretasi
Single Cutoff <24 Abnormal
Range <21 Kemungkinan demesia lebih besar
>25 Kemungkinan demesia lebih kecil
Pendidikan 21 Abnormal pada tingkat pendidikan kelas 2 SMP
<23 Abnormal pada tingkat pendidikan SMA
<24 Abnormal pada tingkat pendidikan Perguruan Tinggi
Keparahan 24-30 Tidak ada kelainan kognitif
18-23 Kelainan kognitif ringan
0-17 Kelainan kognitif berat
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, pelatihan fisik bertujuan untuk
meminimalkan kemunduruan fisik, mental, social dan memperlambat
proses penuaan yang terjadi pada lansia di masa tuanya. Selain itu latihan
fisik juga dapat mencegah penyakit-penyakit yang muncul sejalan dengan
proses penuaan. Sedangkan latihan kognitif dapat meningkatkan aktivitas,
menurunkan perilaku yang tidak diinginkan, meningkatkan kepuasan, dan
meningkatkan kemampuan social.
3.2. Saran
3.2.1. Untuk tenaga kesehatan sebaiknya lebih memperhatikan lagi para
lansia, tidak hanya pengobatan melalui medis saja, namun kita
dapat melakukan perbaikan atau pengobatan melalui latihan-latihan
fisik dan kognitif yang dapat memperlambat proses penuaan.
3.2.2. Untuk keluarga para lansia diharapkan dapat bekerja sama dengan
tenaga kesehatan agar proses penyembuhan dan pengobatan dapat
berjalan dengan lancar.
14
DAFTAR PUSTAKA
Pujiastuti, Sri Surini dan Utomo, Budi, 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta:
EGC
15