LBM 1 Jiwa (Master)
LBM 1 Jiwa (Master)
Seorang perempuan usia 26 tahun dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit karena sering marah-
marah tanpa sebab dan bicara kacaukurang lebih 10 hari. Dari pemeriksaan status mental
penderita mengalami waham paranoid, sering melakukan gerakan stereotipik dan halusinasi
akustik phonema.sebelumnya pasien ditinggal menikah oleh calon suaminya. Fungsi Global
pasien mengalami penurunan (Fungsi okupasi dan psikososial). Pasien baru pertama kali
menderita seperti ini, tidak ada riwayat penyakit medis umum dan penggunaan zat psikoaktif.
Dari pemeriksaan fisik dan laboratorium dalam batas normal. Dokter mendiagnosis pasien
tersebut dalam kelompok gangguan jiwa berat (Psikotik) dengan ditemukan stressor psikososial.
Oleh dokter diberikan terapi obat antipsikotik atipikal dan terapi psikososial.
STEP 1
1. Waham paranoid:
waham adalah suatu keyakinan oleh clien yg tidak sesuai denga kenyataan, tetapi mereka
tetap mempertahankan keyakinan tersebut. Waham paranoid adalah menyakini
berlebihan atau mencurigai orangain berlebihan karena berfikiran bahwa orang lain akan
merugikan dirinya sendiri.
2. Halusinasi akustik:
Penderita seolah2 mendengar sesuatu tetapi orang yg disekitarnya tidak mendengar.
Termasuk halusinasi pendengaran yg terdiri dari akoasma dan phonema. Akoasma suara
masih kacau dan masih sulit dibedakan secara tegas, phoneme adalah suara yg berbentuk
tegas contohnya suara manusia dan bersifat ekstrim
3. Gerakan stereotipik:
Merupakan gerakan berulang-ulang non fungsional, menahun dan involunter yg
mengganggu aktivitas normal.
Gerakan-gerakan pas yg tidak disadari seperti menggoyang-goyang tubuh, menekan2
bola mata dan bertepuk-tepuk
4. Fungsi okupasi/Fungsi peran:
Fungsi peran sebagai manusia terhadap pasien gangguan jiwa, fisik atau mental dengan
menggunakan aktivitas bermakna tujuannya agar individu terlibat dalam aktivitas sehari-
hari.
5. Fungsi Psikososial:
Suatu istilah yg menggambarkan yg melibatkan aspek psikologis dan sosial
6. Psikotik:
Gangguan jiwa atau mental yg berat yg ditandai hilangnya daya nilai realita atau
kehilangan rasa kenyataan dan gangguan fungsi mental lain seperti gejala positif
(halusinasi, waham, perilaku yg kacau).
7. Stressor psikososial :
Hal-hal yg berpengaruh pada jiwa dan fisik seseorang dalam bentuk suara visual maupun
verbal.
STEP 7
1. bagaimana definisi gangguan jiwa dan berikan gejalanya?
2. Definisi
Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi
jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,
proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera).Gangguan jiwa ini
menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya) (Stuart &
Sundeen, 1998).
Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras,
kelemahan pribadi.Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah
mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwadisebabkan oleh
gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan
atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition),emosi (affective),
tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007).
pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa,
norma lokal dan kultural dan mengganggu fungsi sosial, kerja, dan fisik
individu.
adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara
klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu
satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2002).
mental adalah gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak
(gangguan pada satu area atau lebih dari fungsi-fungsi penting) yang
kehilangan kebebasan yang penting dan tidak jarang respon tersebut dapat
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32281/3/Chapter%20II.pdf)
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-kharisatun-5764-2-babii.pdf)
Gejala gangguan jiwa
1) Gangguan Kesadaran/conciousness
Jenis-jenis gangguan kesadaran:
a. gangguan kesadaran kuantitatif
- Suf, kesadarannya seperti orang yang mengantuk.
- Somnolen, kesadarannya seperti orang tidur, tidak acuh terhadap
sekelilingnya, apatis, tetapi masih dapat memberikan jawaban dan
reaksi.
- Sopor, kesadarannya seperti orang yang tidur lelap, dimana ingatan,
orientasi, dan pertimbangannya sudah hilang. Kalau dirangsang hanya
sedikit memberikan respon, dengan tidak acuh atau dengan membuka
mata sebentar kemudian tidur lagi.
- Apati, kesadarannyabaik, bisa berkomunikasi dengan baik tetapi
memerlukan intensitas yang tinggi.
- Koma, keadaan pingsan, tidak memberikan respon sedikitpun terhadap
rangsang dari luar. Refleksi pupil sudah tidak ada.
- Kesadaran yang meninggi, kesadaran dengan respon yang meninggi
terhadap rangsang, suara-suara terdengar lebih keras, warna-warna
kelihatan lebih jelas atau terang.
b. gangguan kesadaran kualitatif
- Stupor, kesadaran yang menyempit.
- Keadaan dini, kesadarannya mengabur, sering disertai dengan halusinasi
lihat dan dengar.
- Bingung/confusion, keadaan yang disifatkan dengan adanya gangguan-
gangguan asosiasi, disorientasi, kesulitan mengerti, dan ketidaktahuan
apa yang harus diperbuat, tercengang dan penuh pertanyaan.
- Disorientasi, kesadaran pemehaman diri dalam lingkungan seperti
disorientasi diri, tempat, waktu, dan situasi.
- Delirium, pengaburan kesadaran, ribut-gelisah, inkoheren, ilusi dan
halusinasi, sering disertai dengan cemas dan takut.
- Disosiasi, pemisahan diri secara psikologik dari kesadarannya, diikuti
dengan amnesia sebagian.
- Kesadaran berubah, kesadarannya tidak normal, tidak menurun, tidak
meninggi, tetapi kemampuan mengadakan hubungan dan pembatasan
terhadap dunia luardan dirinya sendiri sudah terganggu dalam taraf
tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Gangguan Perhatian
Jenis-jenis gangguan perhatian:
a. Distractbility, yaitu ketidakmampuan mengarahkan perhatian dirinya,
perhatian mudah teralihkan pada rangsang atau stimuli yang tidak berarti.
Biasanya ditemukan pada pasien ADHD.
b. Aprosexia, yaitu ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun
dalam waktu yang singkat terhadap suatu situasi, dengan tidak memandang
pentingnya situasi itu.
c. Selective, yaitu perhatian yang kurang selektif sehingga mudah lupa dan
sulit mengenali.
d. Hipervigilance/hiperprosexia, yaitu konsentrasi yang berlebih-lebihan,
sehingga lapangan persepsi menjadi sangat sempit. Terjadi pada pasien
paranoid dan cemas.
3) Gangguan Emosi
Jenis-jenis gangguan emosi:
a. Afek
- Inappropiate, yaitu gangguan emosi ditandai dengan jelas adanya
perbedaan antara sifat emosi yang ditunjukkan dengan situasi yang
minumbulkannya.
- Blunted, yaitu kemiskinan afek dan emosi secara umum, afek/emosinya
datar, tumpul, atau dingin.
- Flat, yaitu datar, tidak ada perubahan roman muka.
- Labil, yaitu mudah berubah terbawa faktor eksternal.
- Restricted, yaitu terbatas/menyempit.
- Depresi, yaitu perasaan sedih tertekan.
b. Mood
- Expansive, yaitu perasaan menguasai lingkungan.
- Irritable, yaitu perasaan mudah tersinggung.
- Elevated
- Euphoria, yaitu emosi yang menyenangkan dalam tingkatan sedang,
mudah melambung.
- Exaltasi, yaitu elasi yang berlebih-lebihan, sering disertai dengan waham
kebesaran.
- Euthymia, yaitu perasaan wajar.
- Dysphoric, yaitu perasaan sedih, bersalah.
- Ectasy, yaitu emosi senang disertai dengan rasa hati yanhg aneh, penuh
kegairahan, perasaan aman, damai, dan tenang. Merasa hidup baru
kembali.
- Anhedonia, yaitu ketidakmampuan merasakan kesenangan,tidak timbul
senang dengan aktivitas yang biasanya menyenangkan.
4) Gangguan Psikomotor
Jenis-jenis gangguan psikomotor:
a. Katatonia
- Katalepsi, yaitu mempertahankan secara kaku posisi badan tertentu,
sekalipun hendak diubah orang lain.
- Stupor, yaitu reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang, gerakan dan
aktivitas menjadi sangat lambat.
- Rigiditas, yaitu pengkakuan pada bagian tubuh tertentu.
- Posturing
- Fleksibilitas cerea, yaitu kelenturan dalam menggerakkan anggota badan
tetapi masih ada hambatan.
- Kataplexia, yaitu kehilangan tonus otot secara mendadak.
- Stereotipi, yaitu gerakan yang berulang-ulang.
- Echopraxia, yaitu menirukan gerakan orang lain pada saat dilihatnya.
- Echolalia, yaitu menirukan apa yang diucapkan orang lain.
b. Hiperaktif
- TIC, yaitu gerakan-gerakan muncul ketika cemas.
- Grimace
- Akatisia, yaitu gerakan bibir yang muncul ketika cemas.
- Raptus, yaitu mengamuk yang mendadak
- Mannerism, yaitu tangan seperti menghitung uang (jari bergerak-gerak).
- Kompulsi, terdiri dari kleptomania, satriasis, remphormia, trikotilomania
(suka mencabuti rambut sendiri).
c. Negativisme
- Aktif, respon berlebihan.
- Pasif, diam saja.
d. Otomatisme, yaitu menuruti apa yang disuruh tetapi tanpa dikoreksi.
5) Gangguan Proses pikir
Jenis-jenis gangguan proses pikir:
a. Bentuk pikir:
- Autistik, yaitu adanya kegagalan untuk membedakan batas antara
kenyataan dengan fantasi.
- Dereistik, yaitu ketidaksesuaian antara proses mental individu dengan
pengalamannya yang sedang berjalan. Ide-ide yang seakan-akan
cemerlang tetapi tidak mungkin realistis.
- Non-realistik, yaitu bentuk pikiran yang sama sekali tidak sesuai dengan
kenyataan.
b. Isi pikir:
- Waham, yaitu kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan
tentang isi pikirannya padahal tidak sesuai dengan kenyataan.
Macamnya ada waham sistematis (cemburu, kejar, curiga), bizarre,
nihilistik, kebesaran, magic-mystic, dosa, pengaruh, somatik, hubungan.
- Obsesi, yaitu isi pikiran yang kukuh/persisten dan datang berulang-
ulang, biarpun tak dikehendaki dan diketahui tidak wajar atau tidak
mungkin terjadi.
- Fobia, yaitu rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau
keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan walaupun ia sendiri
menyadari bahwa itu tidak rasional adanya.
- Fantasi, yaitu isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang
diharapkan atau diinginkan, tetapi sebenarnya tidak nyata.
c. Progesi/jalan pikir:
- Flight of ideas, yaitu pikiran yang melayang atau melompat-lompat.
- Assosiasi longgar, yaitu mengatakan sesuatu ide yang tidak ada
hubungannya antara ide satu dengan yang lain.
- Clang association, yaitu berbicara seperti berpantun.
- Circumstantiality, yaitu pikiran yang berbelit-belit, ngomong berputar-
putar tidak sampai isi.
- Tongentiality, yaitu pembicaraan semakin jauh dari pokok
permasalahan.
- Inkoherensi, yaitu keadaan jalan pikiran yang kacau, sehingga satu ide
bercampur dengan ide yang lain.
- Verbigerasi, yaitu kata-kata yang diulang-ulang.
- Neologisme, yaitu membuat kata-kata baru yang tidak dipahami oleh
umum.
- Word salad, yaitu potongan-potongan kata yang tidak ada makna.
- Blocking, yaitu jalan pikirannya tiba-tiba terhenti, tidak tahu kenapa
berhenti.
6) Gangguan Pembicaraan
Jenis-jenis gangguan pembicaraan:
a. Logorhoe, yaitu berbicara terus.
b. Stuttering, yaitu susah berbicara, tetapi sekali berbicara tidak berhenti-
berhenti.
c. Miskin isi pembicaraan.
d. Mutisme, yaitu sejak awal tidak mau berbicara,
e. Remming, yaitu berbicara sangat pelan.
f. Blocking, yaitu tiba-tiba berhenti bicara tanpa sebab.
g. Irrelevan, yaitu jawaban-jawaban yang dikeluarkan tidak sesuai dengan
pertanyaan pemeriksa.
7) Gangguan Persepsi
Jenis-jenis gangguan persepsi:
a. Halusinasi:
- Auditorik
- Olfaktori
- Gustatorik
- Taktil
- Hipnagogik
- Hipnopompik
- Visual
b. Ilusi, yaitu persepsi yang salah.
c. Derealisasi, yaitu perasaan aneh tentang lingkungannya dan tidak menurut
kenyataan.
d. Depersonalisasi, yaitu perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa
dirinya sudah tidak seperti dulu lagi.
8) Gangguan Memori
Jenis-jenis gangguan memori:
a. Amnesia, yaitu keadaan seseorang kehilangan ingatan, mungkin sebagian
atau seluruhnya. Ada dua macam amnesia, yaitu antegrade dan retrograde.
b. Paramnesia, yaitu ingatan yang keliru (ilusi ingatan) karena distorsi
pemanggilan kembali (recall), meliputi: konfabulasi, deja vu, jamais vu,
fausse reconnaissance.
c. Level of memory, terdiri dari intermediate, recent,recent past, remote.
d. Dementia, yaitu lupa dengan pengalaman-pengalaman baru
e. Hypermnesia, yaitu ingatan yang berlebih-lebihan, sehingga seseorang
dapat menggambarkan kejadian-kejadian secara mendetail.
9) Gangguan Insight/tilikan diri
Kemampuan memahami situasi/sakit yang dialami.
Sedangkan menurut Yosep (2007) penggolongan gangguan jiwa dan dibedakan menjadi :
a. Neurosa
Neurosa ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis dimana tidak ada rangsangan
yang spesifik yang menyebabkan kecemasan tersebut.
b. Psikosa
Psikosis merupakan gangguan penilaian yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita
dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut.Psikosis dapat pula
diartikan sebagai suatu kumpulan gejala atau sindrom yang berhubungan gangguan psikiatri lainnya,
tetapi gejala tersebut bukan merupakan gejala spesifik penyakit tersebut.
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-kharisatun-5764-2-babii.pdf)
1. Gangguan jiwa psikotik : ditandai hilangnya kemampuan menilai realitas, ditandai waham (delusi) dan
halusinasi, misalnya schizophrenia.
2. Gangguan jiwa neurotik : tanpa ditandai kehilangan kemampuan menilai realitas, terutama dilandasi
konflik intrapsikis atau peristiwa kehidupan yang menyebabkan kecemasan (ansietas), dengan gejala-
gejala obsesi, fobia, dan kompulsif
Gangguan jiwa fungsional : tanpa kerusakan struktural atau kondisi biologis yang diketahui
dengan jelas sebagai penyebab kinerja yang buruk.
Gangguan jiwa organik : ketidakberesan kesehatan disebabkan oleh suatu penyebab spesifik
yang membuahkan perubahan struktural di otak, biasanya terkait dengan kinerja kognitif,
delirium, atau demensia, misalnya pada penyakit Pick. Istilah ini tidak digunakan dalam DSM-IV-
TR karena ia merangkum pengetian bahwa beberapa gangguan jiwa tidak mengandung
komponen biologis
o Gangguan jiwa primer : tanpa penyebab yang diketahui disebut pula idiopatik atau
fungsional
o Gangguan jiwa sekunder : diketahui sebagai sutu manifestasi simtomatik dari suatu
gangguan sistemik, medis atau serebral, misalnya delirium yang disebabkan oleh
penyakit infeksi otak.
(http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2012/01/pengertian-gangguan-jiwa1.pdf)
Gangguan mental oragnik : gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sitemik atau
otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Termasuk gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh
terhadap otak merupakan akibat sekunder dari penyakit/gangguan sistemik diluar otak(extracerebral)
Gambaran umum :
1. Gangguan fungsi kognitif misalnya daya ingat (memory), daya pikir (intellect), daya belajar
(learning)
2. Gangguan sensorium misalnya gangguan kesadaran (consriousness) dan perhatian (attention)
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang :
- Persepsi (halusinasi)
- Isi pikiran (waham/delusi)
- Suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, cemas)
• F00-F09 = gangguan mental organik (+ simptomatik); ciri khas: etiologi organik/fisik jelas,
primer/sekunder.
• F10-F19 = gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif; ciri khas: adanya riwayat
penggunaan zat psikoaktif.
• F20-F29 = skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham; ciri khas: gejala psikotik,
etiologi organik tidak jelas.
• F30-F39 = gangguan suasana perasaan (afektif/mood); ciri khas: gejala gangguan afek (psikotik
dan non-psikotik).
• F40-F48 = gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stress; ciri khas:
gejala non-psikotik, etiologi non-organik.
• F50-F59 = sindrom perilaku akibat gangguan fisiologis atau fisik; ciri khas: gejala disfungsi
fisiologis, etiologi non-organik.
• F60-F69 = gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa ; ciri khas: gejala perilaku, etiologi
non-organik.
• F70-F79 = retardasi mental; ciri khas: gejala perkembangan IQ, onset masa kanak. Pembagian
dimulai dari retardasi mental ringan, sedang, berat, sangat berat, dan retardasi mental lainnya
serta retardasi mental yang tidak tergolongkan.
• F80-F89 = gangguan perkembangan psikologis; ciri khas: gejala perkembangan khusus, onset
masa kanak
• F90-F98 = gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja; ciri khas:
gejala perilaku/emosional, onset masa kanak.
5. Mengapa pasien sering mrah-marah tanpa sebab dan bicara kacau sejak 10 hari yang
lalu?
Macam Waham :
6. Halusinasi haptik
Mrpkan swtu persepsi, seolah2 tbh sndr bersentuhan/bersinggungan scr fisik dg mns lain atau benda
lain
7. Halusinasi kinestetik
Penderita merasa bhw anggota tubuhnya terlepas dr tbhnya, mengalami perubahan bntk n bergerak
sndr.
Sering dijmpai pd skizofrenia n keadaan2 toksik. Jg keracunan mescalin psilocybin n d-LSD-25
8. Halusinasi autoskopi
Penderita seolah2 melihat dirinya dihadapinya²
Psikiatri : Simtomatologi II, FK UNDIP
Ilusi
ILUSI
Definisi
Macam
Ilusi visual
Ilusi olfaktoris
Ilusi taktil
Ilusi gustatoris
Ilusi akustik
9. Apa yang menyebabkan terjadinya halusinasi?
10. Perbedaan waham, ilusi dan halusinasi?
11. Bagaimana cara melakukan penilaian fungsi global?
Diagnosis multiaksial
Aksis I : - gangguan klinis
- kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89, F90-
98, F99)
Aksis II : - Ganguan kepribadian F60-61, gambaran kepribadian
maladaptive, mekanisme defensi maladaptif)
-Retardasi mental (F70-79)
Aksis III : Kondisi medik umum
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
Aksis V : penilaian fungsi secara global
a) 100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak
tertanggulangi
b) 90-81 gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian
biasa
c) 80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social
d) 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum baik
e) 60-51 gejala dan disabilitas sedang
f) 50-41 gejala dan disabilitas berat
g) 40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam
beberapa fungsi
h) 30-21 disabilitas berat dlm komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi
dalam hampir semua bidang
i) 20-11 bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam
komunikasi dan mengurus diri
j) 10-01 persisten dan lebih serius
k) 0 informasi tidak adekuat
Tujuannya :
1. Mencangkup informasi yang komperhensif
Perencanaan terapi
Meramalkan outcome / prognosis
2. Format yang mudah dan skematis
Menata dan mengkomunikasikan informasi klinis
Menangkap kompleksitas situasi klinis
Menggambarkan heterogenitas induvidual dengan diagnosis klinis yang sama
3. Memacu pengguanaan ‘’model bio-psiko-sosial” dalam klinis , pendidikan , dan
penelitian.
Terapi
Farmakoterapi
Psikoterapi
Terapi sosial
Terapi okupasional
Dll
Tindak lanjut
Evaluasi terapi
Evaluasi diagnostik
dll
3. Tipe Paranoid
Semua kriteria di bawah ini terpenuhi, yaitu:
a. Preokupais dengan waham atau halusinasi dengar yang menonjol.
b. Kriteria skizofrenia tipe disorganisasi tidak terpenuhi.
5. Tipe Residual
a. Tidak terdapat waham, halusinasi, disorganisasi bicara, perilaku
katatonik atau disorganisasi yang menonjol.
b. Terdapat terus-menerus gangguan seperti yang ditunjukkan oleh
adanya gejala negative atau dua atau lebih gejala dari criteria a
menuruit DSM IV-TR dari skizofrenia dalam bentuk yang lebih ringan
(misalnya keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak
lazim).
14. Apa saja yg termasuk dalam obat antipsikotik atipikal dan terapi psikososial?
Obat Anti-Psikosis
Salah satunya adalah chlorpromazine (CPZ), yang diperkenalkan pertama kali tahun 1951 sebagai
premedikasi dalam anastesi akibat efeknya yang membuat relaksasi tingkat kewaspadaan
seseorang. CPZ segera dicobakan pada penderita skizofrenia dan ternyata berefek mengurangi
delusi dan halusinasi tanpa efek sedatif yang berlebihan.
Mekanisme Kerja
Semua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potensial dalam memblokade
reseptor dopamin dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergik dan
histamin. Pada obat generasi pertama (fenotiazin dan butirofenon), umumnya tidak
terlalu selektif, sedangkan benzamid sangat selektif dalam memblokade reseptor
dopamine D2. Anti-psikosis “atypical” memblokade reseptor dopamine dan juga
serotonin 5HT2 dan beberapa diantaranya juga dapat memblokade dopamin sistem
limbic, terutama pada striatum.
Cara Penggunaan
Umumnya dikonsumsi secara oral, yang melewati “first-pass metabolism” di
hepar. Beberapa diantaranya dapat diberikan lewat injeksi short-acting Intra
muscular (IM) atau Intra Venous (IV), Untuk beberapa obat anti-psikosis (seperti
haloperidol dan flupenthixol), bisa diberikan larutan ester bersama vegetable oil
dalam bentuk “depot” IM yang diinjeksikan setiap 1-4 minggu. Obat-obatan depot
lebih mudah untuk dimonitor.
Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang
dominan dan efek samping obat. Penggantian obat disesuaikan dengan dosis
ekivalennya. Apabila obat psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam
dosis optimal setelah jangka waktu memadai, dapat diganti dengan obat anti-psikosis
lainnya. Jika obat anti-psikosis tersebut sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek
sampingnya dapat ditolerir dengan baik, dapat dipilih kembali untuk pemakaian
sekarang.
Dalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan:
• Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
• Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
• Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
• Dosis pagi dan malam berbeda untuk mengurangi dampak efek samping,
sehingga tidak menganggu kualitas hidup pasien
Mulailah dosis awal dengan dosis anjuran Æ dinaikkan setiap 2-3 hari Æ hingga
dosis efektif (sindroma psikosis reda) Æ dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu
dinaikkan Æ dosis optimal Æ dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) Æ
diturunkan setiap 2 minggu Æ dosis maintenance Æ dipertahankan selama 6 bulan –
2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu Æ tapering off (dosis diturunkan tiap
2-4 minggu) Æ stop
Obat anti-psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun
diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan sangat kecil.
Jika dihentikan mendadak timbul gejala cholinergic rebound, yaitu: gangguan
lambung, mual, muntah, diare, pusisng, gemetar dan lain-lain dan akan mereda jika
diberikan anticholinergic agents (injeksi sulfas atropine 0,25 mg IM dan tablet
trihexylfenidil 3x2 mg/hari).
Obat anti-psikosis parenteral berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit
teratur makan obat atau tidak efektif dengan medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap
bulan. Pemberiannya hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan
terhadap skizofrenia.
Penggunaan CPZ sering menimbulkan hipotensi orthostatik pada waktu merubah
posisi tubuh. Hal ini dapat diatasi dengan injeksi nor-adrenalin (effortil IM).
Haloperidol juga dapat menimbulkan sindroma Parkinson, dan diatasi dengan tablet
trihexylfenidil 3-4x2 mg/hari.
Indikasi
Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani skizofreni, untuk
memgurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi pikiran dan juga efektif
dalam mencegah kekambuhan. Major transquilizer juga efektif dalam menangani
mania, Tourette’s syndrome, perilaku kekerasan dan agitasi akibat bingung dan
demensia. Juga dapat dikombinasikan dengan anti-depresan dalam penanganan
depresi delusional.
Efek Samping
1. Extrapiramidal: distonia akut, parkinsonism, akatisia, dikinesia tardiv
2. Endokrin: galactorrhea, amenorrhea
3. Antikolinergik: hiperprolaktinemia
Bila terjadi gejal tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan. Bisa
diberikan obat reserpin 2,5 mg/hari. Obat pengganti yang yang paling baik adalah
klozapin 50-100 mg/hari.
Reaksi idiosinkrasi yang timbul dapat berupa diskrasia darah, fotosensitivitas,
jaundice, dan Neuroleptic Malignant Syndrome(NSM). NSM berupa hiperpireksia,
rigiditas, inkontinensia urin, dan perubahan status mental dan kesadaran. Bila terejadi
NSM, hentikan pemakaian obat, perawatan suportif dan berikan agonis dopamin
(bromokriptin 3x 7,5 sampai 60 mg/hari, L-Dopa 2x100 mg atau amantidin 200
mg/hari)
Kontraindikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi,
ketergantungan alkohol, penyakit SSP dan gangguan kesadaran
c. Obat Antimania
Obat anti mania mempunyai beberapa sinonim antara lain mood modulators,
mood stabilizers dan antimanik. Dalam membicarakan obat antimania yang menjadi
acuan adalah litium karbonat.
STEP 3
1. Bagaimana definisi gangguan jiwa dan berikan gejalanya?
Gangguan jiwa menurut UU No 3 tahun 1966 adalah kondisi terganggunya fungsi
mental, emosi, pikiran, kemauan, perilaku psikomotorik dan verbal yang menjelma dalam
kelompok gejala klinis yg disertai penderitaan dan mengakibatkan terjadinya
terganggunya funsi humanistic individual.
Gejala : gangguan kesadaran (consciousness), gangguan perhatian, gangguan emosi,
gangguan psikomotor, proses berpikir, pembicaran, persepsi, memori, dan gg memahami
situasi. Ketegangan (rasa putus asa, gelisah, cemas, takut, berpikiran buruk), gangguan
kognisi (pasien merasakan bisikan yg menyuruh untuk membunuh, melempar, membakar
rumah padahal orang disekitanyatidak mendengar suara tersebut), gangguan kemauan
(kemauan yg lemah seperti susah bangun pagi, mandi, membersihkan diri sehingga
terlihat acak-acakan dan bau), gg emosi (senang dan gembira berlebihan), gg psikomotor
(gerakan yg berlebihan contohnya naik ke atas genting dengan lari
2. Apa saja klasifikasi dari gangguan jiwa?
- Gangguan mental organic dan symptomatic
Gannguan mental organic : gg mental yg berkaitan dengan penyait atau gg systematic
atau otk yg dapat didiagnosis secara tersendiri
Gagnguan simtomatik : gg yg diakibatkan oleh pengaruh otak akibat sekunder dari
penyakit atau gg sistemik diluar otak.
- Gg mental dan perilaku akibat zak psikoaktif : gg disebabkan karena penggunaan 1
atau lebih zat psikoaktif
- Gg skizofrenia dan gg waham:
Gg sikizofrenia adalah gg yg pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi
Gg waham adalah gg jiwa dimana jalan pikirannya tidak benar tapi pasien tidak mau
dikoreksi bahwa hal tersebut tidak benar
Halusinasi merupakan persepsi panca indera tanpa rangsang pada reseptor2 panca indera
atau persepsi tanpa objek.
8. Apa yang menyebabkan terjadinya halusinasi?
gg psikotik lain?LI!!!!!!!!!!