Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan anak mempunyai arti penting dalam kehidupan keluarga, mengingat mereka masih
sepenuhnya tergantung pada orang tua atau orang dewasa lain, jika kurangnya perhatian orang tua terhadap
kesehatan anak maka itu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.(hendarson 1997:264)
Demam Kejang merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada anak terutama pada
golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur dibawah 5 tahun
pernah mengalami kejang demam. (Ngastiyah. 2005)
Terjadinya jangkitan demam kejang tergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu tubuh
meningkat. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda, tergantung tinggi rendahnya ambang
kejang seseorang anak akan menderita demam kejang pada kenaikan suhu tertentu. (Ngastiyah. 1997).
Bangkitan demam kejang merupakan satu manifestasi daripada lepasnya muatan listrik yang berlebihan
disel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan gejala terganggunya fungsi otak dan keadaan ini harus
segera mendapatkan penanganan medis secara tepat dan adekuat untuk mencegah terjadinya komplikasi
antara lain : Depresi pusat pernafasan, Pneumonia aspirasi, cedera fisik dan retardasi mental.
Selain dampak biologis, klien juga mengalami pengaruh psikososial. Dalam keadaan ini klien akan
merasa rendah tinggi karena perubahan pada tubuhnya. Klien juga aktivitasnya yang dapat menimbulkan
bahaya bagi anak. .(hendarson 1997:268)
Setelah penulis melihat pasien diruangan Rawat Inap anak RS. Dr. R. Soeprapto cepu lebih banyak
kasus demam kejang dari pada penyakit yang lain. Dan umumnya orang tua kurang mengetahui dengan
keadaan penyakit ini, sehingga banyak anak yang dibawa kerumah sakit dalam keadaan yang berat. Bedasar
kan data yang didapat kan di RS. Dr. R Soeprapto Cepu tahun 2011. Tepat nya diruangan anak tanggal 1 –
31 Agustus Sekitar 10 orang yang menderita demam kejang dari 65 orang klien yang dirawat di RS. Dr. R.
Soeprapto cepu. Dan termasuk 10 besar Penyakit yang terbanyak di RS. Dr. R Soeprapto Cepu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu definisi kejang ?
2. Bagaimana manifestasi kliniknya ?
3. Bagaimana etiologinya?
4. Apa saja tanda dan gejala yang timbul?
5. Bagaimana anatomi fisiologisnya ?
6. Bagaimana patofisiologinya ?

1
7. Apa saja komplikasinya?
8. Bagaimana pelaksanaan medisnya ?
9. Apa saja pemeriksaan diagnostiknya ?
10. Bagaimana asuhan keperawatannnya ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Apa itu definisi kejang
2. Untuk mengetahui Bagaimana manifestasi kliniknya
3. Untuk mengetahui Bagaimana etiologinya
4. Untuk mengetahui Apa saja tanda dan gejala yang timbul
5. Untuk mengetahui Bagaimana anatomi fisiologisnya
6. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologinya
7. Untuk mengetahui Apa saja komplikasinya
8. Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan medisnya
9. Untuk mengetahui Apa saja pemeriksaan diagnostiknya
10. Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatannnya

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KEJANG
Demam Kejang atau febril convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal diatas 38 o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. (Ngatsiyah : 1997 )
Demam Kejang merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada anak tertama
pada golongan anak yang berumur 6 bulan sampai 4 tahun.. Pada demam kejang terjadi
pembahasan sekelompok neuron secara tiba-tiba yang menyebabkan suatu gangguan kesadaran,
gerak, sensori atau memori yang bersifat sementara. ( Aesceulaplus : 2000 )
Jenis-jenis demam Kejang :
1. Kejang Parsial
Kejang Persial Sederhana
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
Tanda-tanda motorik kedutaan pada wajah, tangan atau salah satu sisi tubuh umumnya gerakan
setiap kejang sama
Tanda atau gejala otomik, muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
Somotosenoris atau sensori khusus, mendengar musik, merasa seakan jatuh dari udara
Gejala psikis, rasa takut

Kejang Parsial Kompleks


Terapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik, mengecap-ngecap bibir, mengunyah,
gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya
Tatapan terpakau. ( Natsiyah : 2004 )

2. Kejang Umum.
1. Kejang Tonik

Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa
kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang
ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi
lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah
dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan

3
dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak
atau kernicterus
2. Kejang Klonik

Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan multifokal
yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi
dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk
kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup
bulan atau oleh ensepalopati metabolik.

3. Kejang Mioklonik

Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota
gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini
merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada
kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.

B. MANIFESTASI KLINIK
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu
badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat : misalnya
tonsilitis, otitis media akut, bronkhitis, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama
sewaktu demam berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik.
Kejang berhenti sendiri, menghadapi pasien dengan kejang demam, mungkin timbul pertanyaan
sifat kejang/gejala yang manakah yang mengakibatkan anak menderita epilepsy.
untuk itu livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple fibrile convulsion)
2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam epilepsi trigered off fever

Disub bagian anak FKUI, RSCM Jakarta, Kriteria Livingstone tersebut setelah dimanifestasikan di
pakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahuN

2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit.

3.Kejang bersifat umum,Frekuensi kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4 kali

4
4.Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan
kelainan.

C. ETIOLOGI
Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan Pasti, demam sering disebabkan
oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.
Kejang tidak selalu tinbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat
menyebabkan kejang (Mansjoer, 2000).
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia (penurunan oksigen dalam darah) berat,
hipoglikemia, asodemia, alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang yang disebabkan
oleh gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus pencetusnya dihilangkan (Corwin, 2001).
D. TANDA DAN GEJALA
Umumnya demam kejang berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik-tonik
bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kelaukan
atau hanya sentakan atau kelaukan fokal.

Sebagian besar kejang berlangusng kurang dari 6 menit dan kurang 80 % berlangsung lebih dari 15
menit. Sering kali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun
untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa deficit
neurology. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa
hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang
berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang yang pertama.

E. ANATOMI FISIOLOGI
Seperti yang dikemukakan Syaifuddin (1997), bahwa system saraf terdiri dari system saraf pusat
(sentral nervous system) yang terdiri dari cerebellum, medulla oblongata dan pons (batang otak) serta
medulla spinalis (sumsum tulang belakang), system saraf tepi (peripheral nervous system) yang terdiri dari
nervus cranialis (saraf-saraf kepala) dan semua cabang dari medulla spinalis, system saraf gaib (autonomic
nervous system) yang terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan parasymphatis (sistem saraf
parasimpatis).

5
Otak berada di dalam rongga tengkorak (cavum cranium) dan dibungkus oleh selaput otak yang
disebut meningen yang berfungsi untuk melindungi struktur saraf terutama terhadap resiko benturan atau
guncangan. Meningen terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater, arachnoid dan piamater.

Sistem saraf pusat (Central Nervous System) terdiri dari :

a. Cerebrum (otak besar)

Merupakan bagian terbesar yang mengisi daerah anterior dan superior rongga tengkorak di mana
cerebrum ini mengisi cavum cranialis anterior dan cavum cranialis media.

Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu : Corteks cerebri dan medulla cerebri. Fungsi dari cerebrum
ialah pusat motorik, pusat bicara, pusat sensorik, pusat pendengaran / auditorik, pusat penglihatan
/ visual, pusat pengecap dan pembau serta pusat pemikiran.

Sebagian kecil substansia gressia masuk ke dalam daerah substansia alba sehingga tidak berada di
corteks cerebri lagi tepi sudah berada di dalam daerah medulla cerebri. Pada setiap hemisfer cerebri
inilah yang disebut sebagai ganglia basalis.

Yang termasuk pada ganglia basalis ini adalah :

1) Thalamus

Menerima semua impuls sensorik dari seluruh tubuh, kecuali impuls pembau yang langsung sampai
ke kortex cerebri. Fungsi thalamus terutama penting untuk integrasi semua impuls sensorik.
Thalamus juga merupakan pusat panas dan rasa nyeri.

2) Hypothalamus

Terletak di inferior thalamus, di dasar ventrikel III hypothalamus terdiri dari beberapa nukleus yang
masing-masing mempunyai kegiatan fisiologi yang berbeda. Hypothalamus merupakan daerah
penting untuk mengatur fungsi alat demam seperti mengatur metabolisme, alat genital, tidur dan
bangun, suhu tubuh, rasa lapar dan haus, saraf otonom dan sebagainya. Bila terjadi gangguan pada
tubuh, maka akan terjadi perubahan-perubahan. Seperti pada kasus kejang demam, hypothalamus
berperan penting dalam proses tersebut karena fungsinya yang mengatur keseimbangan suhu tubuh
terganggu akibat adanya proses-proses patologik ekstrakranium.

6
3) Formation Reticularis

Terletak di inferior dari hypothalamus sampai daerah batang otak (superior dan pons varoli) ia
berperan untuk mempengaruhi aktifitas cortex cerebri di mana pada daerah formatio reticularis ini
terjadi stimulasi / rangsangan dan penekanan impuls yang akan dikirim ke cortex cerebri.

b. Serebellum

Merupakan bagian terbesar dari otak belakang yang menempati fossa cranial posterior. Terletak di
superior dan inferior dari cerebrum yang berfungsi sebagai pusat koordinasi kontraksi otot rangka.

F. PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari
metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah
oxidasi dengan perantara pungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler.
Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi
karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion
NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel
neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel.
Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada
permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang extra selular,
rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.
Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi
otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak
tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+
maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.

Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran
sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya

7
kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan
gejala sisa.

Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan
O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya
asidosis

Pathway

8
G. KOMPLIKASI
1. Aspirasi

2. Asfiksi

3. Retardasi mental

Komplikasi tergantung pada :

1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga

2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita demam kejang

3. Kejang berlangsung lama atau kejang tikal

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian cairan IV dengan cairan yang mengandung glukosa

2. Pila kejang sangat lama, sehingga terdapat kemungkinan terjadinya edema otak. Diberikan
kortikosteroid sepeti kortison 20-30 mg/Kg BB atau glukokortikoid seperti deksametason ½ –
ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.

3. Berikan diazepam secara IV / Rectal untuk menghentikan kejang

4. Pemberian Fenobarbital secara IV

5. Untuk menghentikan status kovulsivus diberikan difenilhidantion secara IV

6. Pembedahan, terutama untuk pasien yang resisten terhadap pengobatan yang tujuannya :

Memetakan aktivitas listrik di otak

Menentukan letak / focus epileprogenik

Mengangkat tumor, kelainan otak lainnya

Namun pembedahan dapat meninbulkan berbagai komplikasi lain : edema serebral, hemoragi,
hidrocepalus, infark serebral atau peningkatan kejang. (Ngastiyah, 1997).

9
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Untuk mengetahui adanya keadaan patologis di otak : tumor, edema, infark, lesi congenital dan
hemoragik

2. MRI (Magnetic Resenance Imaging ) Menentukan adanya perubahan / patologis SSP

3. Rontgen Tengkorak, Tidak banyak mebantu untuk mendiagnosa aktivitas kejang kecuali untuk
mengetahui adanya fraktur

4. Pemeriksaan Metabolk (Pemeriksaan Laboratorium ) Meliputi :

Glukosa darah

Kalsium fungsi ginjal dan hepar

Pemeriksaan adanya infeksi : test widal, lumbal fungsi

Kecepatan sedimentasi, hitung platelet

Pemeriksaan serologi imunologi

5. EEG Sangat bermanfaat untuk menentukan diagnosa kejang dan menentukan lesi serta fungsi
neurology (Ngastiyah, 1995).

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEJANG DEMAM
1. Pengkajian

Berdasarkan tanda dan gejala penyakit kejang demam, maka asuhan keperawatan

yang prioritas ditegakkan adalah pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi, perencanaan pemulang yaitu :

Riwayat Keperawatan

Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada malam hari, terjadinya

kejang dan penurunan kesadaran.

a. Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal MRS, diagnose

medis, catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga dapat

ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.

e. Riwayat psikososial

Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)

Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

f. Pola Fungsi kesehatan

1) Pola nutrisi dan metabolisme :

11
Pola nutrisi klien perlu dikaji untuk menentukan terjadinya gangguan

nutrisi atau tidak pada klien

2) Pola istirahat dan tidur

Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan

demam terutama pada malam hari

g. Pemeriksaan Fisik

1) Kesadaran dan keadaan umum pasien

Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar (composmentis-

coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.

2) Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik kepala-kaki

TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan

umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala

sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip (inspeksi, auskultasi,

palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui

adanya penurunan BB karena peningkatan gangguan nutrisi yang terjadi,

sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan

(Wijaya,2013).

2. Diagnosa keperawatan

a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses patologis

b. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhann tubuh b.d peningkatan suhu tubuh

c. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d peningkatan sekresi mucus

12
d. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat

(Doengoes, 2007)

3. Perencanaan

Perencanaan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam sederhana

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Rencana Tindakan keperawatan

Diagnosa Perencanaan
NO
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Peningkatan Tupan: 1. Pantau suhu pasien 1. Suhu 38,9-41,1 0C
suhu tubuh Setelah (derajat dan pola): menunjukkan proses
berhubungan dilakukan perhatikan penyakit infeksius
dengan proses tindakan menggigil?diaforesi. akut.
patologis keperawatan 2. Pantau suhu
selama 4 x 24 lingkungan,
suhu tubuh batasi/tambahkan 2. Suhu ruangan,
normal. linen tempat tidur jumlah selimut harus
Tupen: sesuai indikasi. dirubah untuk
Setelah mempertahankan
dilakukan suhu mendekati
tindakan 3. Berikan kompres normal
perawatan hangat: hindari
selama 3 x 24 penggunaan 3. Dapat membantu
jam proses kompres alkohol. mengurangi demam,
patologis penggunaan air
teratasi dengan es/alkohol mungkin
kriteria: 4. Berikan selimut menyebabkan
TTV stabil pendingin kedinginan
Suhu tubuh 4. Digunakan untu
dalam batas kengurangi demam
normal umumnya lebih besar
dari 39,5-40 0C pada
Kolaborasi: waktu terjadi
5. Berikan antipiretik gangguan pada otak.
sesuai indikasi

13
5. Digunakan untuk
mengurangi demam
dengan aksi sentral

2 Resiko tinggi Tupan: setelah 1. Ukur/catat haluaran 1. Penurunan haluaran


kekurangan dilakukan urin. urin dan berat jenis
volume cairan tindakan akan menyebabkan
berhubungan perawatan selama hipovolemia.
dengan 3 x 24 jam 2. Pantau tekanan darah 2. Pengurangan dalam
peningkatan suhu kekurangan dan denyut jantung sirkulasi volume
tubuh volume cairan cairan dapat
tidak terjadi mengurangi tekanan
darah/CVP,
Tupen: setelah mekanisme
dilakukan kompensasi awal dari
tindakan takikardia untuk
perawatan selama meningkatkan curah
2 x 24 jam jantung dan
peningkatan suhu meningkatkan
tubuh teratasi, 3. Palpasi denyut tekanan darah
dengan kriteria: perifer. sistemik.
Tidak ada tanda- 3. Denyut yang lemah,
tanda dehidrasi 4. Kaji membran mudah hilang dapat
Menunjukan mukosa kering, turgor menyebabkan
adanya kulit yang tidak hipovolemia.
keseimbangan elastis 4. Hipovolemia/cairan
cairan seperti ruang ketiga akan
output urin memperkuat tanda-
adekuat Kolaborasi: tanda dehidrasi.
Turgor kulit baik
Membran mukosa 5. Berikan cairan
mulut lembab intravena, misalnya
kristaloid dan koloid
5. Sejumlah besar cairan
mungkin dibutuhkan
untuk mengatasi
hipovolemia relatif
(vasodilasi perifer),
6. Pantau nilai menggantikan
laboratorium kehilangan dengan
meningkatkan
permeabilitas kapiler.
6. Mengevaluasi
perubahan didalam
hidrasi/viskositas
darah.
3. Tidak efektifnya Tupan: setelah 1. Anjurkan pasien 1. Menurunkan risiko
bersihan jalan dilakukan untuk mengosongkan aspirasi atau
nafas b.d tindakan mulut dari benda/zat masuknya sesuatu
perawatan selama tertentu. benda asing ke faring.

14
peningkatan 4 x 24 jam jalan 2. Letakkan pasien pada
sekresi mucus nafas kembali posisi miring, 2. Meningkatkan aliran
efektif permukaan datar, (drainase) sekret,
miringkan kepala mencegah lidah jatuh
Tupen: setelah selama serangan dan menyumbat jalan
dilakukan kejang. nafas.
tindakan 3. Tanggalkan pakaian
perawatan selama pada daerah 3. Untuk memfasilitasi
2 x 24 jam leher/dada dan usaha
peningkatan abdomen. bernafas/ekspansi
sekresi mukus 4. Masukan spatel dada.
teratasi, dengan lidah/jalan nafas 4. Jika masuknya di
kriteria: buatan atau gulungan awal untuk membuka
Suara nafas benda lunak sesuai rahang, alat ini dapat
vesikuler dengan indikasi. mencegah tergigitnya
lidah dan
Respirasi rate memfasilitasi saat
dalam batas melakukan
normal penghisapan
lendiratau memberi
sokongan terhadap
pernafasan jika di
5. Lakukan penghisapan perlukan.
sesuai indikasi
5. Menurunkan risiko
Kolaborasi : aspirasi atau asfiksia.
6. Berikan tambahan
oksigen/ventilasi
manual sesuai
kebutuhan pada fase 6. Dapat menurunkan
posiktal. hipoksia serebral
sebagai akibat dari
sirkulasi yang
menurunkan atau
oksigen sekunder
terhadap spasme
vaskuler selama
serangan kejang.

4 Resiko perubahan Tupan: setelah 1. Buat tujuan berat 1. Malnutrisi adalah


nutrisi kurang dari dilakukan badan minimum dan kondisi gangguan
kebutuhan tubuh tindakan kebutuhan nutrisi minat yang
b.d intake yang perawatan selama harian. menyebabkan depresi,
tidak adekuat 5 x 24 jam agitasi dan
perubahan nutrisi mempengaruhi fungsi
kurang dari kognitif/pengambilan
kebutuhan tidak keputusan.
terjadi 2. Gunakan pendekatan 2. Pasien mendeteksi
konsisten, duduk pentingnya dan dapat
dengan pasien saat beraksi terhadap

15
Tupen: setelah makan, sediakan dan tekanan, komentar
dilakukan buang makanan tanpa apapun yang dapat
tindakan persuasi terlihat sebagai
perawatan selama dan/komentar. paksaan memberikan
3 x 24 jam intake 3. Berikan makan sedikit fokus padad makanan.
nutrisi adekuat, dan makanan kecil 3. Dilatasi gaster dapat
dengan kriteria: tambahan, yang tepat. terjadi bila pemberian
Makan klien habis 4. Buat pilihan menu makan terlalu cepat
BB klien normal yang ada dan izinkan setelah periode puasa.
pasien untuk 4. Pasien yang
mengontrol pilihan meningkat
sebanyak mungkin. kepercayaan dirinya
dan merasa
mengontrol
lingkungan lebih suka
menyediakan
5. Pertahankan jadwal makanan untuk
bimbingan berat makan.
badan teratur. 5. Memberikan catatan
lanjut penurunan
dan/atau peningkatan
berat badan yang
akurat.

4. Pelaksanaan

Menurut Iyer et al (1996) yang dikutip oleh Nursalam (2008).Implementasi adalah

pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap implementasi

dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukkan pada nursing orders untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

5. Evaluasi

Fase terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan

yang diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien sehingga dapat diketahui

tingkatan-tingkatan keberhasilan intervensi. Evaluasi hasil perencanaan keperawatan dari

masing-masing diagnosa keperawatan dapat dilihat pada kriteria hasil intervensi

keperawatan.

16
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demam Kejang atau febril convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal diatas 38 o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. (Ngatsiyah : 1997 )
Demam Kejang merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada anak tertama
pada golongan anak yang berumur 6 bulan sampai 4 tahun.. Pada demam kejang terjadi pembahasan
sekelompok neuron secara tiba-tiba yang menyebabkan suatu gangguan kesadaran, gerak, sensori atau
memori yang bersifat sementara.
B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, apabila ada salah kata atau pengetikan kami mohom maaf
yang sebesar-besarnya

17
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed. 5. Jakarta : EGC

Dewanto, George dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf.
Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan . Jakarta : salemba Medika

Meadow, Sir Roy. 2005. Lecture Notes Pediatrika Ed. 7. Jakarta : Erlangga

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik Ed.3. Jakarta : EG

18

Anda mungkin juga menyukai