Anda di halaman 1dari 35

A.

Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere: busuk, rusak,

menggoyahkan, memutar balik, menyogok, menurut Transparency International adalah perilaku

pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan

tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan

menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka, ini adalah salah satu

tindak pidana korupsi.

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk

keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya

korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan

untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan

sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para

pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali

B. Kajian Penelitian

Ratu Atut Dinyatakan Tersangka Korupsi

Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dinyatakan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai

tersangka baru dalam dua kasus dugaan korupsi yakni sengketa Pilkada Kabupaten Lebak serta

kasus Pengadaan Alat Kesehatan di Provinsi Banten.

Atut sudah beberapa kali diperiksa penyidik KPK dalam kasus dugaan suap yang menyeret

mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar pada sengketa Pemilihan Kepala Daerah

Lebak, Banten.
Adiknya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, sudah lebih dahulu dinyatakan sebagai

tersangka dalam dugaan suap tersebut.

"Telah ditemukan lebih dari dua alat bukti untuk meningkatkan dan menetapkan status dalam

kasus ini," kata Ketua KPK Abraham Samad saat mengumumkan kemajuan kasus ini, Selasa

(17/12) siang.

Dalam kasus yang saat ini ditangani KPK, ia dikenai pasal 6 ayat 1a UU Tipikor, juncto pasal

55 ayat 1 KUHP.

"Dalam kasus tersebut tersangka Atut Chosiyah dinyatakan bersama-sama atau turut serta

dengan tersangka Tubagus Chaeri Wardana dalam kasus pemberian terhadap ketua MK Akil

Mochtar," tambah Samad.

Sementara untuk kasus Alat kesehatan, menurut Samad sudah disepakati para penyidik

penetapan Atut sebagai tersangka, "namun masih perlu direkonstruksikan perbuatan serta pasal-

pasalnya".

Dinasti Politik

Media nasional melalui situs internet ramai menyebut status baru Atut, sekelompok penyidik

mendatangi rumah dinas Gubernur Banten di Jalan Cipocok 51, Serang Tangerang.

Penggeledahan menurut KPK dilakukan terkait kasus dugaan suap terhadap Akil

Mochtar.Dalam beberapa kesempatan sebelumnya, pimpinan KPK pernah menyatakan kasus

korupsi di Banten bermodus keluarga dimana sanak saudara Atut dan Wawan memang banyak

yang menjadi penguasa di provinsi tersebut.

Wawan sendiri tidak memiliki jabatan resmi dalam pemerintahan tetapi disebut-sebut

mempunyai kewenangan besar dalam menetapkan proyek fisik di berbagai tempat di Banten.
Akibat dugaan kasus korupsi yang melibatkan keluarga besar ini, parlemen dan pemerintah berniat

mengubah aturan dalam UU Pilkada yang membatasi keterlibatan sebuah dinasti politik.

Atut dilantik menjadi Gubernur Banten tahun 2005, menggantikan Djoko Munandar yang

saat itu ditangkap penyidik juga karena kasus korupsi.

Harta Ratu Atut Rp 41,9 M : Ada 43 Tanah dan 15 Unit Mobil

KPK mencegah Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah untuk bepergian ke luar negeri.

Kebijakan ini dikeluarkan KPK menyusul penangkapan sang adik, yakni Tubagus Chaeri Wardana

alias Wawan tersangka kasus suap Pilkada Lebak, Banten.

Sang adik yang beristrikan Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmy Diany kini meringkuk

di Rutan KPK. Dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK), Airin memiliki harta yang cukup fantastis. Harta Airin pada 24

Agustus 2010 mencapai Rp 103,9 miliar. Dari jumlah harta yang dilaporkan itu, sebagian besar

merupakan harta tidak bergerak yakni mencapai Rp 59,8 miliar.

Lalu, bagaimana dengan rincian harta sang kakak ipar, Ratu Atut? Politisi Golkar itu

melaporkan harta kekayaannya terakhir kali pada 6 Oktober 2006 lalu. Total hartanya 'hanya' Rp

41,9 miliar. Jumlah ini jauh di bawah sang adik ipar, Airin yang lebih 2 kali lipatnya.

Dari total harta Rp 41,9 miliar itu, total harta tidak bergerak seperti tanah dan bangunan yang

dimiliki Ratu Atut mencapai Rp 19,1 miliar. Jumlah ini juga masih 'kalah' dengan Airin.

Ratu Atut tercatat memiliki 43 item bidang tanah dan bangunan. Harga tanah termurah yang

dimiliki berada di Serang seluas 306 meter persegi seharga Rp 1,5 juta. Sementara, harga tanah
dan bangunan termahal berada di Serang dengan luas 12.806 dan 500 meter persegi. Harganya Rp

2,5 miliar.

Sementara, nilai harta alat transportasi pada 2006 mencapai Rp 3,9 miliar. Ratu Atut tercatat

memiliki 15 unit mobil.Dari jumlah itu, harga mobil termurah yakni Daihatsu Taft tahun

pembuatan 1982 seharga Rp 18 juta. Sementara, mobil termahal yakni Lexus seharga Rp 1,1

miliar.

Adik Ratu Atut, Tubagus Chaery Wardana alias Wawan telah ditetapkan sebagai tersangka

karena diduga memberikan uang sebesar Rp 1 miliar melalui pengacara yang dekat dengan Ketua

Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar, yakni Susi Tur Andayani. Wawan juga adalah suami

dari Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany.

Berikut beberapa dugaan kasus korupsi yang dilakukan Ratu Atut Chosiyah, seperti dikutip

dari Merdeka.com

1. Penyelewengan dana APBD

Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah diduga telah melakukan penyelewengan dana APBD

Banten khusus untuk dana hibah dan bantuan sosial tahun 2011. Terkait dugaan tersebut, Indonesia

Corruption Watch (ICW) pun melaporkan Atut ke KPK.

Menurut Peneliti ICW Abdullah Dahlan, dana hibah itu sejumlah Rp 340 miliar dan untuk dana

bantuan sosial sebesar Rp 51 miliar. Diduga dana tersebut ada yang dikorupsi.

2. Terima suap PNS


Menurut salah satu warga Banten, nama Wawan sudah tidak asing di kalangan pegawai negeri

sipil (PNS) di Pemprov Banten ataupun Tangerang Selatan. Pasalnya, adik Atut itu diketahui

menjadi calo PNS.

“Kalau mau jadi PNS ya bayar ke dia (Wawan),” kata warga yang tidak mau disebutkan

namanya. Menurutnya, tidak ada warga yang berani melaporkan Wawan.

3. Rumah Dinas Gubernur Banten

Direktur Investigasi Dan Advokasi Fitra, Uchok Sky Khadafi menemukan sejumlah

kejanggalan mengenai lelang proyek rumah dinas Gubernur Banten. Lelang yang dimenangkan

oleh GANS dengan penawaran sebesar Rp 1.937.000.000 itu dinilai terlalu mahal.

Menurut Uchok, padahal pada saat lelang itu ada pihak yang menawar dengan harga yang

lebih murah. “CV. Bara Cipta Nusapala yang penawarannya lebih rendah dan murah malah

dikalahkan,” katanya.

Hingga saat ini, KPK masih belum melakukan pemeriksaan terhadap Ratu Atut.Dugaan-

dugaan korupsi yang ditujukan kepada dinasti Ratu Atut itu juga masih belum terbukti.

C. Pancasila Sebagai Solusi Persoalan Bangsa dan Negara

Pancasila merupakan dasar filsafat Negara dan juga merupakan “Prinsip prima” bersama-

sama norma agama. Sebagai prinsip prima, maka nilai-nilai pancasila dan norma-norma agama

merupakan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia berbuat baik.


Pancasila dalam pembentukan peraturan perundang-undangan juga harus menjadi acuan, dan

inilah kunci terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum.Yang kita lihat sekarang peraturan

perundang-undangan kita tumpang tindih yang mempengaruhi pada tindak kewenangan antar

lembaga. Di Depkumham memang ada direktorat yang mengatur harmonisasi peraturan

perundang-undangan. Akan tetapi tetap terjadi tumpang tindih, misalnya empat peraturan

perundang-unangan yang tumpang tindih, yakni ada yang memberi kewenangan kepada gubernur,

juga ada kewenangan di soal itu di Dephut, bahkan ada yang lain di kementrian.

Nilai-nilai azas pancasila semakin menyimpang, hal ini terlihat pada banyak kasus korupsi.

Dari 30 detik korupsi, 28 pasal di antaranya menyangkut perilaku.Sehingga apabila nilai-nilai

pancasila sudah dilupakan perilakunya menjadi korup. Persoalannya sekarang bagaimana jika 60%

dari 300-an kabupaten di Indonesia berurusan dengan KPK karena problem perilaku menyimpang.

Apa tidak berhenti republic ini? Maka dari itu, marilah dalam peringatan hari lahir pancasila kita

dapat memotivasi kembali pada jalan nilai yang benar. Intinya, kita perjuangan suatu pemerintahan

dengan pelayanan public yang baik, itulah pemerintahan yang bersih (termasuk dari korupsi) dan

berwibawa. Dengan begitu, cap kita sebagai salah satu Negara terkorup, dihilangkan. Pasalnya

berdasarkan laporan tahunan dari lembaga internasional ternama, Political and Economic Risk

Consultancy (PERC) yang bermarkas di Hongkong, Indonesia adalah negara yang terkorup nomor

tiga di dunia dalam hasil surveinya tahun 2001 bersama dengan Uganda. Indonesia juga terkorup

nomor 4 pada tahun 2002 bersama dengan Kenya. Sedangkan Pada tahun 2005 PERC

mengemukakan bahwa Indonesia masih menjadi negara terkorup di dunia.

Apabila Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga ternyata penjara mereka terisi lebih

sedikit dari kita di Indonesia. Isi penjara kita lebih banyak dari mereka.Ini bukti tegas memberantas

korupsi.Tetapi mengapa masih disebut Negara terkorup disbanding Singapura.Ternyata, itu


berkaitan dengan persepsi masyarakat dalam pelayanan public sesuai kuesioner lembaga

tranparansi internasional kepada masyarakat. Jadi, pemerintah dengan pejabatnya yang bersih dan

berwibawa, adalah pemerintahan dengan pelayanan public yang baik, termasuk dalam hal

pelayanan administrasi kependudukan, investasi dan seterusnya. Se;uruh rakyat Indonesia harus

berjuang bersama-sama memperjuangkan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam pemberantasan

korupsi, karena KPK tak mungkin bisa bekerja sendiri.

Sejak dibangun dan diresmikan Presiden Soeharto, 1 Oktober 1992, Monumen Pancasila

Sakti menjadi tempat berlangsungnya upacara peringatan kesaktian Pancasila. Upacara terus

dilanjutkan meskipun pemerintah berganti empat kali. Semua pemerintah ingin pancasila tetap dan

terus sakti. Dalam upacara ketiga dimasa pemerintahannya, Presiden Yodhoyono kembali menjadi

inspektur upacara. Seperti tiga kali peringatan kesaktian pancasila sebelumnya, presiden tidak

melihat-lihat diutama tentang saktinya pancasila dari serangkaian upaya penghinaan oleh orang-

orang berideologi komunis. Upaya penghianatan terakhir dilakukan Partai Komunis Indonesia

(PKI). Upaya menghidupkan komunisme dan separatism merupakan lawan dari pancasila.

Ancaman dari kelompok umat islam ada juga tetapi tidak secara khusus seperti tampak dalam

terorisme.

Wakil ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno mengemukakan, ancaman terhadap pancasila sebagai

ideology setidaknya dapat dikategorikan menjadi dua yaitu ingin meniadakan pancasila dan ingin

mengubah pancasila. Kita tidak bisa menuding namun kita dapat merasakan dan melihat gerak dan

tingkah laku mereka yang sejak dahulu menentang pancasila dan UUD 1945.Menurut Hidayat,

pancasila tidak cukup hanya diperingati, diperdebatkan, dan dipolemikan. Diperingati bagus, tetapi

peringatan itu harus jadi sarana yang konkret untuk mengamalkan pancasila. Namun apakah
korupsi dapat dikategorikan sebagai upaya penghianatan terhadap pancasila, ketua KPK

Taufiqurrahman Ruki menjawab, Korupsi adalah perbuatan pelanggaran hukum, sebuah tindak

pidana yang bisa terjadi dalam Negara komunis sekalipun. Tidak ada hubungannya dengan

pancasila, tetapi pasti itu menghianati Negara.Penghianatan Negara lewat korupsi sudah pasti

penghianat terhadap azaz/dasar Negara itu.

D. Kaitan Antara Korupsi dengan Pancasila

Korupsi merupakan bentuk penyelewengan yang merugikan orang lain. Perilaku korupsi

merupakan pelanggaran terhadap hak orang lain. Sebab barang yang dikorupsi tersebut berisi hak

orang lain, yang berarti bahwa korupsi merupakan bentuk ketidakadilan. Korupsi juga merupakan

perilaku yang tidak beradab, sebab perilaku korupsi merupakan perilaku memperkaya diri dengan

cara apapun yang tidak halal.

Pancasila merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika ada niat dan

kesempatan. Kunci terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum adalah menjadikan nilai-nilai

Pancasila dan norma-norma agama. Serta peraturan perundang-undangan sebagai acuan dasar

untuk seluruh masyarakat Indonesia. Suatu pemerintah dengan pelayanan publik yang baik

merupakan pemerintahan yang bersih (termasuk dari korupsi) dan berwibawa.

Pelaku korupsi adalah orang-orang yang tidak mengamalkan Pancasila. Pancasila yang

menjadi Dasar negara dan pandangan hidup bangsa tidak diamalkan dalam kehidupan nyata sehari-
hari. Idealnya kalau semua warga negara, terlebih yang menjadi pejabat dan tokoh-tokoh penting

di Republik Indonesia ini mengamalkan nilai-nilai Pancasila pastilah tidak ada korupsi dan

masyarakatnya hidup makmur.

Banyak dana yang seharusnya untuk kemajuan negara dan kesejahteraan rakyat, masuk ke

kantong koruptor dan orang-orang yang terlibat/terkait didalamnya. Korupsi jelas bertentangan

dengan nilai sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kata orang beriman korupsi adalah dosa.

Bangsa Indonesia ini dikenal sebagai bangsa yang religius tetapi nyatanya.... kehidupan religius

tadi hanya sebagai baju pengaman di ruang ibadah setelah keluar dari ruang ibadah sudah lain

urusannya. Seharusnya perilakunya tetap mencerminkan apa yang diajarkan dalam kitab suci dan

ajaran agama yang diimani. Korupsi juga bertentangan dengan sila kedua “Kemanusiaan yang adil

dan beradab”. Korupsi menjadi perbuatan yang kerdil kemanusiaannya dan sekaligus biadab.

Korupsi bertentangan dengan sila ketiga “Persatuan Indonesia”, karena korupsi hanya demi

persatuan keluarga, istri simpanan dan teman-teman dekat terkait. Korupsi juga berlawanan

dengan sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan” sebab korupsi menyalahi kesepakatan hasil musyawarah yang

dilandasi hikmat kebijaksanaan. Korupsi menjadi perbuatan yang tidak bijaksana yang dilandasi

persekongkolan segelintir orang tertentu. Akhirnya korupsi juga bertentangan dengan sila kelima

“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Hal ini sangat jelas karena jauh dari rasa keadilan

bagi seluruh rakyat. Oleh karena itu Pancasila perlu sekali untuk diaktualisasikan. Pancasila

mengandung nilai-nilai yang sangat luhur dan mulia yang telah digali dari kehidupan bangsa

Indonesia sendiri.

Korupsi adalah perbuatan pelanggaran hukum, sebuah tindak pidana. Entah mereka sadari

ataukah tidak korupsi membawa akibat. Adapun Akibat-akibat Korupsi yaitu:


1. Merugikan negara maupun kelompok

2. Menghabiskan atau memakan uang atau harta Negara atau kelompok untuk kepentingan pribadi

3. Menjadikan negara miskin

4. Menjadikan negara memiliki hutang yang banyak di luar negeri

5. Pemborosan sumber-sumber, gangguan terhadap penanaman modal

6. Ketidakstabilan pengambilan alih kekuasaan oleh militer, menimbulkan ketimpangan sosial

budaya.

Pengurangan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas administrasi, hilangnya

kewibawaan administrasi. Bangsa ini banyak perlu belajar dan merenung untuk menghargai bahwa

korupsi merugikan orang banyak yang telah bekerja keras dan berlaku jujur. Tindakan korupsi

tidak menghargai fitrah manusia yang diilhamkan kepadanya untuk cinta kepada kebaikan.

Dengan begitu kita semua sedang belajar untuk hidup lebih lurus. Anak bangsa ini lahir dan besar

dalam kondisi majemuk dan berbeda status sosial ekonominya. Ada yang berpunya dan ada yang

lahir dalam serba berkekurangan. Dalam kemajemukan tersebut, keragaman pandangan dan

pilihan untuk memelihara dan menjinakkan prilaku korupsi adalah hal biasa dan harus kita hargai.

Dengan kemauan mengoreksi kesalahan berarti kita berpeluang untuk mengatasi krisis apapun.

Krisis adalah peluang dimasa sulit. Bangsa ini perlu membangun kehidupan sehari-hari yang

berdasar etika yang kuat, aturan-aturan hukum yang dibuat aspiratis dan partisipatif, dengan begitu

keadilan akan tercipta.

E. Undang-Undang yang Mengatur Korupsi di Indonesia

1. UU No. 3/1971 tentang Pemberantasan Korupsi


2. UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN

3. UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

4. PP No.71/2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan

Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

5. UU No. 15/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

6. UU No. 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

7. UU No. 7/2006 tentang United Nation Convention Againest Corruption

8. Instruksi Presiden RI No.5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi

F. Upaya Pemberantasan Korupsi

1. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada

2. bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.

3. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.

4. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tanggung jawab

yang tinggi.

5. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa tua.

6. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.

7. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi dan

dibarengi sistem kontrol yang efisien.

8. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.


9. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan melalui

penyederhanaan jumlah departemen beserta jabsatan di bawahnya


Peranan Pancasila dalam Menyelesaikan Permasalahan Sosial di Indonesia

Saat ini, Indonesia mempunyai beragam permasalahan yang tak kunjung usai. Krisis moral,

krisis jati diri, serta lemahnya nasionalisme dan patriotisme merupakan suatu hal yang harus segera

diselesaikan agar bangsa ini segera bangkit dari keterpurukan. Selain itu, masalah kemiskinan,

korupsi dan pemerataan pendidikan juga belum diatasi dengan maksimal. Hal itu tentunya

dikarenakan bangsa Indonesia mulai lupa akan pegangan hidupnya, yaitu Pancasila.

Masyarakat saat ini juga cenderung egois. Mereka lupa bahwa mereka sebenarnya

membutuhkan orang lain dan dibutuhkan orang lain. Contohnya, para koruptor yang mengambil

uang rakyat dengan semena-mena. Mereka melupakan sila ke-3 Pancasila, yaitu Persatuan

Indonesia. Pejabat yang seharusnya membantu masyarakat melalui profesinya, malah mengambil

kesempatan demi keuntungan pribadi.

Masalah sosial lainnya yaitu pendidikan di Indonesia yang tidak merata. Hal tersebut

menandakan bahwa penerapan sila ke-5 belum maksimal. Seharusnya, setiap warga negara berhak

mendapatkan pendidikan. Tetapi kesulitan ekonomis dan geografis menyebabkan tidak meratanya

pendidikan yang diperoleh warga negara.

Oleh karena itu, Pancasila diperlukan sebagai dasar untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Penerapan Pancasila perlu diperhatikan agar masalah- masalah sosial yang terdapat di masyarakat

dapat diminimalisasi. Dengan begitu, bangsa Indonesia dapat fokus mengembangkan diri dan siap

bersaing secara global.


Pancasila merupakan ideologi negara Indonesia. Segala kehidupan berbangsa dan

bernegara berpedoman pada Pancasila, sehingga Pancasila menjadi sumber dari segala sumber

hukum di Indonesia. Tidak hanya hukum secara formal, Pancasila juga telah menjadi nilai-nilai

yang dianut masyarakat sejak lama. Tetapi, akhir-akhir ini nilai-nilai Pancasila mulai hilang,

sehingga mulai bermunculan berbagai permasalahan sosial di Indonesia.

Contoh dari permasalahan sosial tersebut adalah KKN(Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Hal

tersebut dapat diatasi dengan menerapkan nilai Pancasila, terutama nilai ketuhanan, persatuan, dan

keadilan. Cara mengatasinya, dapat dibuat hukuman yang sepadan dengan efek negatif yang

dilakukan, sesuai dengan prinsip keadilan, atau dimusyawarahkan bersama oleh rakyat. Bisa

juga.dilakukan pendidikan atau sosialisasi bahwa KKN merupakan pengambilan barang yang

bukan hak kita sehingga hal itu dilarang oleh agama. Selain itu, KKN juga merupakan tindakan

mau menang sendiri dan tidak adil sehingga dapat menyulut perpecahan di masyarakat.

Untuk masalah kemiskinan, hal tersebut menandakan bahwa hak masyarakat untuk hidup

sejahtera kurang merata. Hal tersebut juga menandakan bahwa masyarakat melupakan nilai-nilai

persatuan atau gotong royong. Sesungguhnya, kemiskinan dapat diatasi dengan gotong royong.

Beberapa warga yang mempunyai dana berlebih dan warga yang memiliki keterampilan bisa

menyumbangkan dana atau keahliannya kepada orang yang membutuhkan. Saat orang miskin

tersebut berkembang, ia bisa balas budi dan juga membantu orang yang membutuhkan lainnya.

Jika hal tersebut terjadi, maka seluruh rakyat dapat merasakan kesejahteraan.

Tetapi, hal tersebut membutuhkan kesadaran yang tinggi dari tiap anggota nasyarakat,

sedangkan pada kenyataannya kesadaran masyarajat untuk menolong tergolong rendah. Sehingga

untuk menumbuhkan kesadaran tersebut membutuhkan suatu sistem pendidikan yang terintegrasi,

terstruktur, dan sistematis. Misalnya dengan menumbuhkan pemikiran bahwa kita diciptakan
dengan kondisi yang berbeda-beda, sehingga apabila kita berada di posisi orang tersebut, tentunya

kita juga berharap kesejahteraan yang baik.

Untuk permasalahan sosial lainnya, juga dapat diselesaikan dengan menggunakan

Pancasila. Dengan mencari sumber masalah dan mencari nilai-nilai Pancasila apa yang tidak

sesuai dengan permasalahan tersebut, maka masalah tersebut dapat diselesaikan dengan

mengembalikan nilai-nilai Pancasila tersebut kepada jalan yang lurus. Selanjutnya pendidikan

Pancasila yang terintegrasi, terstruktur, dan sistematis diperlukan agar setiap masyarakat Indonesia

mengetahui keuntungan yang didapatkan oleh masyarakat sekitarnya dan individu tersebut

berkaitan dengan nilai-nilai Pancasila.

Pancasila sebagai Solusi Krisis Ekonomi Indonesia

Posted by : widhi's blog Wednesday, August 17, 2016

Krisis ekonomi yang telah melanda bangsa ini selama lebih dari 5 tahun belum

menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, karena para ekonom kita tidak mampu memberikan

pemecahan-pemecahan konkrit. Mereka menggunakan teori-teori ekonomi liberal secara

berlebihan yang tidak sesuai dengan kondisi dan karakteristik perekonomian bangsa sendiri.

Padahal di negara-negara barat sendiri, ekonomi liberal semakin banyak digugat oleh tokoh-tokoh

ekonomi dunia. Para ekonom “arus utama” dan pemerintah secara “membabibuta” terus
melakukan privatisasi berbagai BUMN, memanjakan para konglomerat dan eks konglomerat, dan

investor asing.1[1]

Prof. Mubyarto dan Prof. Sri Edi Swasono menegaskan bahwa yang diperlukan saat ini

adalah kehidupan ekonomi yang digerakkan oleh seluruh lapisan masyarakat, yang mencerminkan

karakter Bangsa Indonesia, yaitu Ekonomi Pancasila yaitu ekonomi pasar yang mengacu pada

ideologi Pancasila. Didalam sistem ekonomi Pancasila, manusia Indonesia merupakan homo

socius, homo ethicus, sekaligus homo economicus. Jika dilihat dari sudut pandang mikro,

perekonomian Indonesia memiliki nilai moral dan etika luhur yang dapat membentengi manusia

dari nafsu serakah (greedy). Namun yang banyak terjadi adalah bahwa moral dan etika tersebut

telah pudar dalam kehidupan perekonomian Indonesia dimana pasar lebih mengagungkan

kompetisi (winner vs loser) dan semangat keserakahan individualisme dan bukan ekonomi

kekeluargaan yang kooperatif (win-win). Yang lebih menyedihkan lagi adalah yang kalah dalam

pasar lebih banyak dan hanya sebagai penonton setia dari perilaku pemenang. Keprihatinan juga

mencuat karena sistem kompetisi inilah yang selalu ditekankan dan diajarkan disekolah-sekolah

dan perguruan tinggi.2[2]

Sistem ekonomi ini menjamin tatanan ekonomi yang dapat memperkecil kesenjangan (gap)

yang sangat lebar di dalam masyarakat Indonesia. Contoh nyata dari penerapan Ekonomi Pancasila

sebenarnya sudah lama ada dan masih bias ditemukan, yaitu kehidupan di pedesaan yang

kooperatif berdasarkan asas kekeluargaan.3[3]

1[1] Ibid.,

2[2] Ibid., Hal 2.

3[3] Ibid.,
Tujauan ekonomi Indonesia menurut Hatta4[4] haruslah diarahkan bagaimana

menciptakan satu masyarakat Indonesia yang adil dan makmur yang memuat dan berisikan

kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian dan kemerdekaan.

Josep E. Stiglitz5[5] mengatakan problematika sosial suatu negara merupakan cerminan

dari paradigma ekonomi yang dianut dari negara tersebut. Masalah ketimpangan, kemiskinan,

minimnya kesempatan kerja, daya saing Indonesia yang lemah, inefisensi birokrasi, persoalan

lingkungan hidup, adalah persoalan keseharian yang kita hadapi setiap hari. Semua itu adalah

problem sosial yang kita hadapi bersama pada saat ini.

Persoalannya kemudian bagi kita adalah, bagaimana kita mengatasinya. Kebijakan

ekonomi yang selama ini dijalankan ternyata belum bisa membebaskan dan memerdekakan

masyarakat dari jebakan kolonialisme ekonomi.6[6] Kita melihat banyak negara yang

mengandalkan model pembangunan dengan corak paradigma kapitalis pada akhirnya membawa

ketimpangan antar warga yang sangat tajam, membangkrutkan negara pada satu sisi, tetapi negara

tersebut tetap memiliki jutawan kelas dunia pada sisi lain.7[7] Kita juga melihat negara-negara

yang mengadopsi corak ekonomi yang sosialis pada akhirnya tercerai berai, dan tidak berhasil

mengangkat kesejahteraan rakyatnya sesuai dengan corak yang diyakininya.8[8] Sesungguhnya

dari berbagai krisis yang telah kita saksikan di berbagai negara maupun yang kita lewati sendiri,

4[4] Mohammad Hatta, 1979, Ekonomi Terpimpin , Jakarta, Penerbit Mutiara, hal 18..

5[5] Allen Lane, 2010, Free Fall; Free Markets and The Sinking of The Global Economy. (Joseph E.
Stiglitz, Profesor Ilmu Ekonomi, peraih hadiah Nobel Ekonomi 2001). Hal 4.

6[6] Arif Budimanta, 2012, Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kita, Disampaikan pada Seminar Sistem
Perekonomian Nasional menurut pasal 33 UUD 1945. Diselenggarakan oleh Pusat Studi Konstitusi,
Universitas TriSakti. Jakarta, hal 4.

7[7] Ibid.,

8[8] Ibid.,
mengandung pelajaran berharga mengenai arti penting paradigma maupun ideologi dalam

membangun bangsa.9[9]

Sesuai dengan ideologi yang kita miliki maka menurut penulis bangunan ekonomi

Pancasila adalah sebuah sistem yang dibangun berdasarkan semangat ke-Indonesiaan. Ia tidak

kapitalis, tidak pula sosialis (lihat tabel perbandingan). Ekonomi Pancasila adalah suatu tandingan

ideologis atau ideologi alternatif dari sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis.

Sistem ekonomi Pancasila merupakan penjabaran dari semangat Pancasila dalam

perekonomian dan kesejahteraan yang bertujuan untuk mengkoreksi sistem ekonomi Indonesia

berwatak kolonial.10[10]

Tabel 1. Perbandingan Paradigma Ekonomi Kapitalisme, Sosialisme, dan Pancasila

Komponen Kapitalisme Sosialisme Pancasila

Relasi Minim Campur Negara memainkan Penguasaan Negara

tangan Negara Peran Utama untuk kemakmuran

rakyat

Pelaku Individu/swasta Negara, Kolektivisme Usaha bersama/

Koperasi bercorak

gotong royong

Harga Mekanisme pasar Dikendalikan negara Kebutuhan dasar

dikendalikan negara

Sumber: diolah dari berbagai macam sumber.

9[9] Ibid.,

10[10] Ibid.,
Ekonomi Pancasila adalah sistem pengaturan hubungan antar negara dan warganegara

yang ditujukan untuk memajukan kemanusian dan peradaban, memperkuat persatuan nasional

melalui proses usaha bersama/gotong royong, dengan melakukan distribusi akses ekonomi yang

adil bagi seluruh warganegara yang dilandasi oleh nilai-nilai etik pertanggungan jawaban kepada

Tuhan yang Maha Esa.11[11]

Konseptualisasi Ekonomi Pancasila pertama kali dilakukan oleh Emil Salim12[12], tetapi

Emil Salim lebih mengedepankan sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bagi Emil Salim tujuan utama bagi ekonomi adalah mendistribusikan keadilan dan kesejahteraan

bagi seluruh rakyat.

Widjojo Nitisastro juga menyuarakan mengenai Ekonomi Pancasila. Meski ia tidak

menuliskan secara langsung Ekonomi Pancasila, tetapi gagasannya dalam membangun

perekonomian bangsa berlandaskan Pancasila. Menurutnya, jalan keluar dari kemerosotan

ekonomi yang disebabkan penyelewengan di masa lampau yang menyampingkan seluruh prinsip

ekonomi hingga saat ini, adalah kembali kepada UUD 1945. Ia mengacu kepada Ketetapan MPRS

XXIII.13[13] Ketetapan tersebut disusun berdasarkan kepentingan menuju perbaikan ekonomi

rakyat. Bahkan, kepentingan ekonomi diutamakan dari kepentingan nasional lain, termasuk

politik.

11[11] Ibid.,

12[12] Emil Salim. Ekonomi Pancasila. Kompas 30 Juni 1966.

13[13] Ketetapan MPRS No. XXIII adalah suatu keputusan politik yang mengharuskan diutamakannya
masalah perbaikan ekonomi rakyat di atas segala persoalan nasional lain, termasuk politik. Konsekuensi
keputusan politik ini ialah bahwa politik dalam dan luar negeri pemerintah harus sedemikian rupa
hingga benar-benar membantu perbaikan ekonomi rakyat. Lihat Widjojo Nitisastro, Pengalaman
Pembangunan Indonesia: Kumpulan Tulisan dan Uraian Widjojo Nitisastro, Jakarta: Kompas, 2010, hlm.
129.
Pandangan lain disampaikan oleh Mubyarto. Dalam Ekonomi Pancasila, menurut

Mubyarto, seluruh sila harus menjadi acuan kebijakan dan prilaku ekonomi seluruh rakyat

Indonesia.14[14] Dengan demikian, gagasan ekonomi Pancasila konsisten dengan lima sila yang

menjadi dasar negara kita.

Atas dasar konseptualisasi yang utuh dan menyeluruh itu, maka operasionalisasi Ekonomi

Pancasila yang didasari oleh landasan ideologi Pancasila adalah sebagai berikut :

1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, memberikan pendasaran akan pentingnya spirit teistik

yang menekankan etika dan moral bangsa dalam perekonomian. Dengan kata lain, perekonomian

harus memiliki landasan etis dan pertanggungjawaban kepada Tuhan. Meski Indonesia bukan

sebuah negara yang menetapkan agama tertentu sebagai ideologi bangsa, namun nilai-nilai

ketuhanan dan spirit keagamaan telah menjadi landasan ideologi kita, Pancasila. Karena itu,

ekonomi Pancasila digagas dan dibangun berdasarkan pertimbangan moral dan etika religius.

Dengan demikian, ekonomi Pancasila meniscayakan nilai-nilai kebaikan dan kedermawanan, serta

hukum sipil yang tegak untuk menindak ketidakadilan.

2. Sila Kedua. Sebagai konsekuensi logis dari sila pertama, sila kedua menekankan kemanusiaan

yang adil dan beradab. Dalam ekonomi Pancasila, pembangunan ekonomi tidak sebatas mengejar

prestasi atau penilaian secara materi. Lebih dari itu, pembangunan ekonomi harus berorientasi

pada keadilan dan peradaban manusia, khususnya bangsa Indonesia. Masalah kemiskinan,

kesenjangan sosial yang begitu lebar, dan lain sebagainya harus dientaskan untuk menuju keadilan

dan kemajuan (per)adab(an) bangsa dalam dimensi kemanusiaan.

14[14] Mubyarto, 2004, Kenaikan Harga BBM tak Sejalan dengan Pemikiran Ekonomi Pancasila, dalam
Mubyarto (Ed.), Menggugat Ketimpangan dan Ketidakadilan Ekonomi Nasional: Mengurai Benang Kusut
Subsidi BBM dan Defisit APBN, cet. I, Yogyakarta: Aditya Media dan PUSTEP UGM, hlm. 10.
Artinya dalam perspektif ini unsur manusia menjadi penting dan pelaku aktif dalam

menggerakkan roda perekonomian. Ekonomi Pancasila tidak melakukan pengekangan terhadap

kreativitas dan kebebasan individu dalam mencapai peningkatan peradaban secara kolektif.

3. Sila ketiga, menekankan persatuan Indonesia. Ekonomi Pancasila digagas untuk mempersatukan

bangsa. Apabila kemudian kebijakan ekonomi justru memudarkan semangat persatuan bangsa

maka kebijakan tersebut pastilah bukan bercorak atau bercirikan Ekonomi Pancasila.

Dalam hal ini, usaha bersama/gotong royong menjadi kuncinya. Produksi dan distribusi yang

dikerjakan melalui mekanisme usaha bersama/Gotong royong dalam peningkatan ekonomi

memperkecil kesenjangan yang berpotensi memecah belah bangsa. Dalam konteks ini, maka

kemudian negara mengambil peran strategis untuk melakukan proses distribusi akses sumber daya

ke wilayah-wilayah negara sesuai dengan prinsip keadilan dan pemerataan.

4. Sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, menekankan mekanisme kerja perekonomian yang mendahulukan

kepentingan rakyat di atas kepentingan individu/golongan/modal. Sila tersebut juga menuntut

peran aktif dari setiap perusahaan/badan usaha milik negara (BUMN) saat ini untuk

mensejahterakan rakyat. Salah satu caranya adalah dengan memberikan akses yang besar kepada

masyarakat terhadap kebutuhan dasarnya. Selain itu, sila keempat menekankan demokrasi

ekonomi yang digagas Bung Hatta. Di dalam sistem ekonomi yang menjamin demokrasi ekonomi,

setiap warga memiliki hak atas pekerjaan dan penghidupan layak (pasal 27 UUD 1945). Dengan

kata lain, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak tidak hanya berlaku bagi golongan-
golongan tertentu. Tapi, hak tersebut juga berlaku bagi setiap warga Indonesia. Semuanya berhak

mendapatkan kesempatan yang sama (equal opportunity).15[15]

Pasal 6 ketetapan MPRS menyebut ciri-ciri positif demokrasi ekonomi. Antara lain dinyatakan

bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan (Pasal 33 Ayat

(1) UUD 45), dan karenanya tidak mengenal struktur pertentangan kelas. Hak milik perorangan

diakui dan dimanfaatkan guna kesejahteraan masyarakat, dan karenanya tidak boleh dijadikan

alam untuk mengeksploitasi sesama manusia. Kepada warga negara diberi kebebasan dalam

memilih pekerjaan, sedang potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga negara dapat

dikembangkan sepenuhnya dalam batas yang tidak merugikan kepentingan umum. Dalam pada itu

sesuai dengan Pasal 33 Ayat (2) UUD 1945 cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.16[16]

5. Terakhir, sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila kelima adalah sila

pamungkas. Empat sila lain merupakan tahapan-tahapan untuk mencapai keadilan sosial yang

tercatat dalam sila pamungkas tersebut. Dengan prinsip keadilan sosial, ekonomi Pancasila digagas

untuk memberikan pemerataan pembangunan dan mendorong terciptanya emansipasi sosial.

Dalam konteks ini, spirit teistik atau etika religius yang tercermin di sila pertama, peradaban

manusia di sila kedua, persatuan di sila ketiga, dan demokrasi ekonomi/equal opportunity di sila

keempat disusun untuk menegakkan keadilan. Sebab, keadilan adalah nilai universal kemanusiaan.

Dalam konteks ini juga, equal opportunity harus mendapatkan perhatian khusus. Setiap warga

15[15] Prinsip demokrasi ekonomi ini terjelma dalam UUD 1945, pasal 23, 27, 33, dan 34. Untuk
penjelasan lebih lanjut tentang hal ini, lihat Emil Salim, Sistem Ekonomi Pancasila, Kompas, 30 Juni 1966.
Lihat juga Widjojo Nitisastro, Pengalaman Pembangunan Indonesia: Kumpulan Tulisan dan Uraian
Widjojo Nitisastro,hlm. 130-131.

16[16] Widjojo Nitisastro, Pengalaman Pembangunan Indonesia: Kumpulan Tulisan dan Uraian
Widjojo, hlm. 131-132.
Indonesia harus mendapatkan kesempatan terbuka menuju kesejahteraan bersama. Konsekuensi

logisnya, negara harus melakukan pembagian hasil produksi yang merata di seluruh pelosok

negeri.

Berdasarkan pemaparan di atas, Ekonomi Pancasila tentunya disuarakan untuk

membangun basis perekonomian bangsa yang berakar dari nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi

bangsa. Sayangnya, hal ini belum mendapat perhatian khusus dari para ekonom Indonesia. Mereka

cenderung berkutat dalam perdebatan soal ideologi ekonomi dunia yang berkembang saat ini

seperti kapitalisme dan sosialisme. Padahal, gagasan ekonomi Pancasila melampaui dua paham

tersebut. Meski demikian, setiap gagasan memiliki kelemahan dan kelebihan. Maka, ekonomi

Pancasila harus terus disuarakan untuk disempurnakan demi kesejahteraan dan kemakmuran

bersama.

Pemeliharaan Lingkungan Hidup

Dalam pasal 1 angka 2 Undang-undang No. 23. Tahun 1997 Tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup dikatakan bahwa, pengelolaan limgkungan hidup adalah upaya terpadu untutk

melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,

pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.

Dalam pasal 3 undang-undang di atas dijelaskan lebih jauh, bahwa pengelolaan lingkungan

hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara dalam rangka pembangunan

manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakay Indonesia seluruhnya yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Dalam pasal 4 undang-undang No. 23 Tahun 1997 ditegaskan lebih lanjut, bahwa sasaran

pengelolaan lingkungan hidup adalah.

1. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup

2. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak

melindungi dan membina lingkugan hidup

3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan

4. Tercapinya kelestarian fungsi lingkungan hidup

5. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secar bijaksana

6. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau keinginan

di luar wilayah negar yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup

Tujuan pembangunan yang dilakukan bangsa Indonesia adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Proses pelaksanaan pembangunan tersebut di satu pihak

menghadapi permasalahan jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertambahan yang tinggi

dan di lain pihak sumber daya alam yang dimiliki sangat terbatas.

Kegiatan pembangunan yang dilakukan dan pertambahan jumlah penduduk yang semakin

banyak mau tidak mau dapat mengakibatkan tekana terhadapat sumber daya alam. Pendayagunaan

sumber daya alam untuk peningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat harus disertai dengan

upaya untuk melestarikan kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang guna

menunjang pembangunan yang berkesinambunagn dan dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang

terpadu dan menyeluruh serta memperhitungkan kebutuhsn generasi sekarang dan mendatang.oleh

karena itu pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu kehidupan rakyat, baik

generasi sekarang dan generasi mendatang, adalah pembangunan berwawasan lingkungan.


Mengacu pada pengertian yang disebutkan Undang-undang No. 23. Tahun 1997 Tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud pembangunan berkelanjutan yang berwwasan

lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terpadu, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk

sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan

mutu hidup generasi masa kini dan genenrasi masa depan.

Sebagai konsekuensi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkunagn hidup ini,

maka banyak hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah maupun masyarakat, anatar lain

yang diatur dalam pasal 3 dan pasal 4 Undang-undang No. 23. Tahun 1997 Tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa pengelolaan lingkungan hidup yang

diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negaar, asas berkelanjutan, dan asas manfaat

bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dalam rangka pembangunan mnusia

seutuhnya dan pembangunan manusia seluruhnya dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

B. Aplikasi Nilai-nilai Pancasila

Penjabaran, pengamalan atau aplikasi niali-nilai Pancasila dalam aspek pembangunan

berwawasan lingkungan hidup tidak bia dipisahkan, sebab Pancasila seperti dijelaskan dalam

penjelasan Undang-undang No. 23. Tahun 1997 di atas, merupakan kesatuan yang bulat dan utuh

yang memberikan keyakinan kepad rakyat dan bangsa Indonesia, bahwa kebahagiaan hidup akan

tercapai jika didasarkan asas keselarasan, keserasian, dan kesinambungan, baik dalam hubungan

manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun manusia dengan manusia, manusia dengan alam,

manusoa sebagai pribadi, dalam rangka mencapai kemajuan lahir dan kemajuan batin. Antara

manusia, masyarakat, dan lingkungan trdapat hubungan timbal balik yang harus selalu dibina dan

dikembangkan agar dapat tetap dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan yang dinamis.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari sila ke I sampai sila ke V yang harus

diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai

berikut.

A. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius:

1. Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta swgala sesuatu dengan

sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, dan Maha

Bijaksana.

2. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintah-Nya dan

menjauhi semua larangan-Nya. Dalam memanfaatkan semua potensi yang diberikan oleh Tuhan

Yang Maha Pemurah manusia harus menyadari bahwa setiap benda dan makhluk yang ada di

sekeliling manusia merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya, harus

dirawat agar tidak rusak dan harusmemperhatikan orang laindan makhlu-makhluak Tuhan Yang

lain.

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengaplikasikan sila inidalam kehidupan sehari-

hari, misalnya menyayangi binatang, memelihara tumbuhan dan merawatnya, selalu menjaga

kebersihan dan sebagainya. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugrahkan oleh Tuhan kepada

rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia yang wajib dilestarikan dan dikembangkan

kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa

Indonesia serta makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu

sendiri.

B. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan yang harus

diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai berikut.


1. Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan segala hak dan kewajiban asasinya.

2. Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia, terhadap diri sendiri, dan alam sekitar.

3. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta, rasa,

karsa, dan kemauan.

Penerapan, pengamalan atau aplikasi sila ini dalam kehipan sehari-hari dapat diwujudkan

dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh lingkungan hidup yang baik

dan sehat, hak setiap orang untuk mendapatkan informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan

pengelolaan lingkungan hidup, hak setiap orang untuk berperan dalam rangka pengelolaan

lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan sebaginya.

Dalam hal ini bnayak yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengamalkan sila ini,

misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi udara agar udara yang dihirup bisa terasa

nyaman, menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan sekitar, mengadakan gerakan penghijauan dan

sebagainya

Nilai-nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab ini ternyata mendapat penjabaran dalam

Undang-undang No. 23 Tahun 1997, antara lain dalam pasal 5 ayat (1) sampai ayat (3), pasaal 6

ayat (1) sampai ayat (2), dan pasal 7 ayat ( 1) sampai ayat (2).

Dalam pasal 5 ayat (1) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas

lingkungan hidup yang baik dan sehat, dalam ayat (2) dikatakan, bahwa setiap orang mempunyai

hak atas informasi lingkungan hidup Yang berkaitan dengan peran dan pengelolaan lingkunga

hidup, dalam ayat (3) dikatakan bahwa setiap orangmempunyai hak untuk berperan dalam rangka

pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam pasal 6 ayat (1) dikatakan bahwa setiap orang berkewajiban memelihara ken

melestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup, dan dalam ayat (2) ditegaskan bahwa setiap orang yang melakukan

usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai

pengelolaan lingkungan hidup.

Dalam pasal 7 ayat (1) diegaskan, bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang sama

dan selas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup, dalam ayat (2) ditegaskan

bahwa ketentuan pad ayat (1) di atas dilakukan dengan cara:

1. Meningkatkan kemandirian keberdayaan masyarakat dn kemitraan

2. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat

3. Meumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan social

4. Memberikan saran pendapat

5. Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan.

C. Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa , dalam arti dalam hal-hal yang

menyangkut persatuan bangsa patut diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:

1. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia serta wajib

memela dan menjunjung tinggi (patritisme)

2. Pengakuan terhadap kebhinekatunggalikaan suku bangsa (etnis) dan

3. Cinta bangga akan bangsa dan negara Indonesia (nasionalisme)

Aplikasi atau pengamalan sila ini bisa dilakuakn dengan beberapa cara, antara lain dengan

inventarisasi nilai-nilai tradisonal yang harus selalu diperhitungkan dalam pengambilan

kebijaksanaan dan pengendalian pembangunan lindkunagn di daerah dan mengembangkannya

melalui pendidikan dan latihan serta penerangan dan penyuluhan dalam pengenalan tata nilai
tradisional dan tata nilai agama yang mendorong perilaku manusia untuk melindungi sumber daya

dan lingkungan.

Di beberapa daerah tidak sedikit yang mempunyai ajaran turun temurun mewarisi nilai-

nilai leluhur agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh ketentuan-ketentuan

adat di daerah yang bersangkutan, misalnya ada larangan untuk menebang pohon-pohon tertentu

tanpa ijin sesepuh adat; ada juga yang dilarang memakan binatang-binatang tertentu yang sangat

dihormati pada kehidupan masyarakat yang bersangkutan dan sebagainya. Secara tidak langsung

sebenarnya ajaran-ajaran nenek leluhur ini ikut secara aktif melindungi kelestarian alam dan

kelestarian lingkungan di daerah itu.

D. Dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalm

permusyawaratan/perwakilan terkandung nilai-niali kerakyatan. Dalam hal ini ada beberap hal

yang harus dicermati, yakni:

1. Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat;

2. Pimpinana kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat;

3. Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai kedudukan, hak

dan kewajiban yang sama;

4. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakil-wakil rakyat.

Penerapan sila ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain:

1. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung

jawab para pengambil keputusan dalam pengolahan lingkungan hidup;

2. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak dan

tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup;


3. Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkungan kemitraan masyarakat, dunia

usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup.

E. Dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rkyat Indonesia terkandung nilai keadilan social. Dalam

hal ini harus diperhatikan beberapa aspek berikut, antar lain:

1. Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang politik, ekonomi, dan social

budaya;

2. Perwujudan keadilan social itu meliputi seluruh rakyat Indonesia;

3. Keseimbangan antar han dan kewajiban;

4. Menghormati hak milik orang lain;

5. Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata material spiritual bagi seluruh rakyat

Indonesia;

6. Cinta akan kemajuan dan pembangunan.

Pengamalan sila ini tampak dalam ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur masalah

lingkugan hidup. Sebagai contoh, dalam ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1999 tentang Garis-garis

Besar Haluan Negara (GBHN), bagian H yang mengatur aspek-aspek pengolahan lingkungan

hidup dan pemanfaatan sumber daya alam.

Dalam ketetapan MPR ini hal itu diatur sebagai berikut

1. Pengelolah sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat bagi

peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi;

2. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan linkungan hidup dengan melakuakan

konservasi, rehabilitasi, dan penghematan penggunaan dengan menerapkan teknologi ramah

lingkungan;
3. Mendelegasikan secara bertahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam

pelaksanaan pengolahan sumber daya alam secara selektif dan pemeliharaan lingkungan hidup,

sehingga kualitas ekosistem tetap terjaga yang diatur undand-undang;

4. Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan

memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang

berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat loakal serta penataan ruang yang

pengaturannya diatur dengan undang-undang;

5. Menerapkan indicator-indikator yang memungkinkan pelestarian kemampuan keterbaruan

dalam pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbahrui untuk mencegah kerusakan yang

tidak dapat balik. Adanya berbagai kegiatan yang mengarah pada kerusakan lingkungan hidup

hanya akan merugikan masyarakat luas, sehingga akan menimbulkan keresahan dan berbagai

konflik yang dapat memicu ketidaksenangan masyarakat. Sebagai contohnya adalah praktek illegal

logging yang jelas-jelas merugikan kelestarian hutan yang ujung-ujungnya bisa menimbulkan

bahaya banjir dan tanah lonsor; kasus pencemaran oleh berbagai perusahaan terhadap lingkungkan

masyarakat sekitar, juga bisa memicu kemarahan masyarakat. Sebagai contohnya, adanya protes

Jaten, Karanganyar terhadap pencemaran lingkungan dari limbah pabrik tekstil PT. Sekar

Bengawanteks, PT. Sari Warna Asli, PT. Suburteks, dan PT. Sawah Karunia Agung. Akhirnya

kasus ini bisa dibawa juga ke meja hijau untuk mendapat hukuman sesuai dengan tingkat kesalahan

masing-masing.

Pancasila , Solusi Krisis Moral dan Revolusi Mental

27 Agustus 2015 06:52 Diperbarui: 27 Agustus 2015 06:52 374 0 0


Tahun 2015 ini bangsa Indonesia kembali diguncang krisis kurs mata uang akibat resesi ekonomi

global. Selain krisis keuangan, Krisis yang tak kalah serunya adalah krisis moral dengan

banyaknya kasus yang terjadi di tanah air. Revolusi mental yang pernah digelorakan oleh Presiden

Jokowi nampaknya harus segera diimplementasikan untuk menghindari degradasi moral bangsa.

Nilai mata uang rupiah dalam beberapa bulan terakhir merosot tajam hingga di level terendahnya

pada 26 Agustus 015 di angka Rp 14,100 per 1 US $. Angka ini sama dengan nilai tukar rupiah

pada masa kejatuhan rezim Orde Baru tahun 1998. Sejumlah analis keuangan memprediksi era

superdollar akan terus berlanjut dengan waktu yang belum pasti. Krisis mata uang ini bersifat

global dan merosotnya mata uang dirasakan oleh hampir semua Negara.

Akibat dari krisis ini jelas berdampak pada rakyat khususnya ekonomi menengah ke bawah.

Turunnya nilai tukar rupiah membuat semua barang yang berasal dari impor akan mengalami

kenaikan harga. Padahal sebagian besar barang yang ada di negeri ini berasal dari luar negeri

misalnya otomotif, elektronik dan komoditas (sapi, beras, kedelai , buah dan sebagainya)

Akibatnya harga barang impor menjadi lebih mahal, sementara pendapatan masyarakat rata-rata

tetap sehingga imbasnya daya beli rakyat menjadi turun.

Turunnya daya beli rakyat membuat pedagang mengeluh lantaran dagangnya sepi. Akhirnya

pedagang pun mengurangi stoknya karena kuatir tidak laku. Sementara masyarakat menengah ke

atas menyikapi kondisi ini cenderung berhemat dan mencari invesastasi yang aman untuk asetnya.

Mereka pun mulai menahan diri dari membeli barang-barang konsumsitf yang harganya sudah

melambung. Sikap ini jelas membuat perputaran uang semakin melambat.


Pemerintah pun tidak tinggal diam atas kondisi makro ekonomi bangsa ini. Bank Indonesia

berusaha agar nilai tukar rupiah tidak jatuh terlalu dalam. Sebagai pemegang otoritas moneter

nasional, BI pun membuat kebijakan dengan menahan laju kemorosotan rupiah dengan melakukan

intervensi. Yakni memborong portofolio rupiah dari uang cadangan devisa Negara yang berjumlah

saat ini 107 milyar US dollar. Selain itu, BI menerapkan berbagai kebijakan antara lain,

penggunaan transaksi nasional dalam bentuk rupiah, meminta masyarakat dan korporat melepas

dollar dan sebagainya.

Menteri keuangan pun segera merespon perlambatan pertumbuhan ekonomi. Menkeu meminta

agar dana APBN yang sudah dicairkan segera direalisasikan penggunannya. Dikabarkan ada dana

ratusan triliun yang kebanyakan milik daerah yang masih mengendap di bank Pembangunan

Daerah propinsi masing-masing. Setidaknya dengan adanya penggunaan dana tersebut maka roda

ekonomi akan berjalan untuk mengurangi dampak perlambatan ekonomi. Selain itu Menteri

keuangan juga membuat kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam badai krisis

global ini.

Krisis mental

Dampak dari turunnya daya beli masyarakat, pasti berefek pada penurunan tingkat kesejahteraan.

Pemerintah selain berusaha membuat kebijakan fiscal untuk memperbaiki ekonomi perlu juga

menangani krisis moral atau mental bangsa. Karena keterpurukan ekonomi dapat mengguncang

mental anak bangsa yang tidak sanggup didera beratnya kehidupan. Melalui Menteri terkait

seharusnya pemerintah juga membuat kebijakan yang strategis dan sistematis untuk

menanggulangi degradasi moral bangsa.


Krisis moral akibat krisis ekonomi memang masih berlangsung secara sporadis. Banyak peristiwa

yang diberitakan di media massa bahwa para pelaku criminal atau pencurian adakah mereka yang

nekat atau terpaksa berbuah krimal karena untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Meski

jumlah yang terjadi belum banyak, namun krisis ekonomi yang terjadi saat ini dapat memicu orang

untuk berbuat nekat sehingga memacu tindakan kejahatan di masyarakat.

Antisipasi ini harus dilakukan pengambil kebijakan dengan pembangunana moral dan karakter

bangsa. Masyarakat harus diberikan siraman rohani yang cukup dengan melibatkan berbagai

instansi terkait seperti pemuka agama , dan tokoh masyarakat. Masyarakat harus diberi kekuatan

mental dan kesadaran bahwa bahwa krisis ini bersifat sementara dan badai pasti berlalu.

Apalagi presiden Jokowi dalam jargon kampanyenya mengusung slogan revolusi mental.

Semestinya program ini segera diimplementasikan untuk mendukung perbaikan moral bangsa.

Maka ditengah keterpurukan ekonomi, revolusi mental harus mengambil peran strategi agar jangan

sampai mental bangsa ikut terpuruk. Ekonomi boleh terpuruk namun masyarakat harus tetap

menjaga moral dan mentalnya untuk tetapi berpikir dan bertindak positif.

Revolusi mental yang cocok bagi bangsa ini yakni kembali pada nilai –nilai Pancasila atau

Revolusi Pancasila. Karena Pancasila sebagai dasar Negara adalah alat pemerasatu bangsa yang

mengandung nilai-niliai luhur yang lestari di bumi nusantara. Jadi nilai Pancasila sangat Indonesia

dan mudah diterapkan karena merupakan pancaran budaya kita. pancasila mengandung sila dan

butir-butir yang akan menggembleng bangsa dengan karakter yang mulia.

Pancasila sangat religius sesuai dengan bunyi sila pertama. Bahwa bangsa ini percaya akan

keberadaan Tuhan, dan direalisasikan melalui bentuk ibadah setiap agama. Dalam agama juga
mengandung nilai nilai luhur yang bisa menenangkan pikiran, menentramkan hati dan membuat

prilaku lebih baik. Semakin kuat iman seseorang maka semakin jauh dari tindakan kejahatan atau

criminal. Jadi hal ini akan mendukung penguatan diri seseorang terhadap krisis ekonomi yang

sedang mendera bangsa ini.

Belum lagi sila-sila lain yang menjadi pancaran nilai bangsa, seperti kemanusian,melalui sikap

saling berhargai dan tenggang rasa rterhadap orang lain. Sila ketiga diwujudkan dengan sikap

untuk menjaga persatuan dan kekompakan dari semua provokasi yang ingin memecah belah

bangsa. Sila keempat dengan cara sikap mengedepankan musyawarah dalam mengambil setiap

keputusan atas permasalahan. Sila kelima yang menjunjung keadilan dan mau berbagi kepada

masyarakat yang belum beruntung.

Dengan penggemblengan moral Pancasila maka akan membangun karakter bangsa dan meredam

krisis moral bangsa. Namun tanpa ada program yang jelas, terarah dan sistematis maka revolusi

mental yang digadang-gadang pemerirtah hanya sebatas retorika belaka. Maka sekaranglah saat

yang tepat bagi pemerintah untuk merealisasikan progam pembentukan karakter bangsa atau

revolusi mental sehingga masyarakat mampu bersikap tegar mengahadapi krisis ekonomi yang

belum tahu kapan akan berhenti.

Anda mungkin juga menyukai