Anda di halaman 1dari 5

Anastesiologi

Obat-obat pramedikasi

Pramedikasi : tindakan awal anastesia dengan memberikan obat-obat pendahuluan yang terdiri dari
obat-obat golongan antikolinergik, sedative/transquilizer, dan analgetik narkotik.

Tujuan pramedikasi :

1. Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, yang meliputi: bebas dari rasa takut, tegang, dan
khawatir: bebas nyeri dan mencegah mual-muntah
2. Mengurangi sekresi kelenjar dan menekan reflex vagus
3. Memudahkan/memperlancar induksi
4. Mengurangi dosis obat anastesia
5. Mengurangi rasa sakit dan kegelisahan pasca bedah

A. Obat golongan antikholinergik


Obat golongan antikolinergik adalah obat-obatan yang berkhasiat menekan/menghambat aktivitas
kolinergik atau parasimpatis
Tujuan utama pemberian antikolinergik untuk pramedikasi adalah :
1. Mengurangi sekresi kelenjar: saliva, saluran cerna, dan saluran napas
2. Mencegah spasme laring dan bronkus
3. Mencegah bradikardi
4. Mengurangi motilitas usus
5. Melawan efek depresi narkotik terhadap pusat napas

Antikolinergik yang digunakan dalam praktik anastesia adalah preparat alkaloid belladonna yang
turunannya adalah:

a. Sulfas atropine
b. Skopolamin

Alkaloid beladona menghambat muskarinik secara kompetitif yang ditimbulkan oleh asetil kolin
pada sel efektor organ terutama pada kelenjar eksokrin, otot polos, dan otot jantung. Khasiat sulfas
atropine lebih dominan pada iris, korpus siliare, dan kelenjar.

Efek terhadap susunan saraf pusat

Sulfas atropine tidak menimbulkan depresi susunan saraf pusat sedangkan skopolamin mempunyai
efek depresi sehingga menimbulkan rasa ngantuk, euporia, amnesia, dan rasa lelah.

Efek terhadap respirasi

Menghambat sekresi kelenjar pada hidung, mulut, faring, trakea, dan bronkus, menyebabkan
mukosa jalan nafas kekeringan, menyebabkan relaksasi otot polos bronkus dan bronkiolus, sehingga
diameter lumennya melebar akan menyebabkan volume ruang rugi bertambah

Efek terhadap kardiovaskular


Menghambat aktivitas vagus pada jantung, sehingga denyut jantung meningkat, tetapi tidak
berpengaruh langsung pada tekanan darah. Pada hipotensi karena reflex vagal, pemberian obat ini
akan meningkatkan tekanan darah

Efek terhadap saluran cerna

Menghambat sekresi kelenjar liur sehingga mulut terasa kering dan sulit menelan, mengurangi
sekresi getah lambung sehingga keasaman lambung bisa dikurangi. Mengurangi tonus otot polos
sehingga motilitas usus menurun

Efek terhadap kelenjar keringat

Menghambat sekresi kelenjar keringat, sehingga menyebabkan kulit kering dan badan terasa panas
akibat pelepasan panas tubuh terhalang melalui proses evaporasi

Kemasan dan sifat fisik

Dikemasi dalam bentuk ampul 1 ml, mengandung 0.25 dan 0.50 mg, tidak berwarna, dan larut dalam
air.

Cara pemberian dan dosis

1. Intramuscular, dosis 0.01mg/kgBB, diberikan 30-45 menit sebelum induksi


2. Intravena, dosis 0.005mg/kgBB, diberikan 5-10 menit sebelum induksi

Kontraindikasi

Demam, takikardi, glukoma, dan tirotoksikasis

B. Obat golongan sedative/transquilizer


Obat golongan sedative adalah obat-obatan yang berkhasiat anti cemas, dan menimbulkan rasa
kantuk.
Tujuan pemberian obat ini adalah untuk memberikan suasana nyaman bagi pasien prabedah, bebas
dari rasa cemas dan takut, sehingga pasien menjadi tidak peduli dengan lingkungannya.
Untuk keperluan ini, obat sedative yang sering digunakan adalah:
1. Derivate fenothiazin
Derivate fenotiazin yang banyak digunakan untu premedikasi adalah prometazin. Obat ini pada
mulanya digunakan sebagai antihistamin.
Efek terhadap saraf pusat
Menimbulkan depresi saraf pusat, bekerja pada fomasio retikularis dan hipotalamus menekan
pusat muntah dan mengatur suhu, obat ini berpotensi dengan sedative lainnya.
Efek terhadap respirasi
Menyebabkan dilatasi otot polos saluran nafas dan menghambat sekresi kelenjar
Efek terhadap kardiovaskular
Menyebabkan vasodilatasi sehingga dapat menmperbaiki perfusi jaringan
Efek terhadap saluran cerna, dan efek lain
Menurunkan peristaltic usus, mencegah spasme, dan mengurangi sekresi kelenjar. Efek lainnya
adalah menekan sekresi katekolamin dan sebagai antikolinergik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa khasiat promethazine sebagai obat pramedikasi
adalah sebagai: sedative, antiemetic, antikholinergik, antihistamin, bronkodilator, dan anti
pretika

Kemasan dan sifat fisik

Dikemasi dalam bentuk ampul 2 ml, mengandung 50 mg, tidak berwarna, dan larut dalam air.

Cara pemberian dan dosis

3. Intramuscular, dosis 1mg/kgBB, diberikan 30-45 menit sebelum induksi


4. Intravena, dosis 0.5mg/kgBB, diberikan 5-10 menit sebelum induksi

Predictive drugs

Predictions are the initial action of anesthesia by administering preliminary medications consisting of
anticholinergic classes, sedatives / transquilizers, and narcotic analgesics.

Predictions:

1. Provokes a sense of comfort for the patient, which includes: free from fear, tension, and worry:
free of pain and prevent nausea-vomiting
2. Reduce glandular secretions and suppress vagus reflex
3. Facilitate / smoothen induction
4. Reduce dose of anesthetic drugs
5. Reduce post surgical pain and anxiety

A. Antichholinergic drugs

Anticholinergic class drugs are medicines that are efficacious suppress / inhibit cholinergic or
parasympathetic activity

The main aims of anticholinergic administration for prediaikasi are:

1. Reduce glandular secretions: saliva, gastrointestinal tract, and airway


2. Prevent spasm of the larynx and bronchi
3. Prevent bradycardia
4. Reduced bowel motility
5. Against the effects of narcotic depression on the airway

The anticholinergics used in the practice of anastesia are alkaloid belladonna preparations
whose derivatives are:

a. Sulfas atropine
b. Scopolamine
The beladonic alkaloid inhibits muscarinic competitiveness induced by acetyl choline in organ
effector cells primarily in the exocrine gland, smooth muscle, and cardiac muscle. Benefits of
sulfas atropine is more dominant in iris, corpus ciliare, and glands.

 Effects on the central nervous system

Atropine sulfas do not cause depression of the central nervous system while
scopolamine has a depressive effect resulting in drowsiness, euphoria, amnesia, and fatigue.

 Effects on respiration

Inhibiting glandular secretions in the nose, mouth, pharynx, trachea, and bronchi,
causing airway mucosa of the dryness, causing relaxation of smooth muscle of bronchus and
bronchiolus, so that the width of the lumen width will cause the volume of loss space
increased

 Effects on cardiovascular

Inhibits vagus activity in the heart, so the heart rate increases, but does not directly
affect blood pressure. In hypotension due to vagal reflex, administration of this drug will
increase blood pressure

 Effects on the gastrointestinal tract

Inhibits salivary gland secretion so the mouth feels dry and difficult to swallow, reducing
gastric secretion so that the acidity of the stomach can be reduced. Reduces smooth muscle
tone so that bowel motility decreases

 Effects on sweat glands

Inhibits the secretion of sweat glands, causing dry skin and body heat due to the release
of body heat is blocked through the evaporation process

 Packaging and physical properties

Packed in the form of 1 ml ampoule, containing 0.25 and 0.50 mg, colorless, and soluble
in water.

 How to administer and dose

1. Intramuscular, dose 0.01mg / kgBB, given 30-45 minutes before induction

2. Intravenous, dose of 0.005mg / kgBW, given 5-10 minutes before induction

 Contraindications

Fever, tachycardia, glaucoma, and thyrotoxicasis

2. Derivate benzodiazepine
Derivate benzodiazepine yang banyak digunakan untuk premedikasi adalah diazepam dan
midazolam. Derivate yang lain adalah: klordiazepoksid, nitrazepam, dan oksazepam.
Efek terhadap saraf pusat dan medulla spinalis
Mempunyai khasiat anti cemas yang bekerja pada system limbik dan ARAS serta bisa
menimbulkan amnesia anterograde. Sebagai obat anti kejang yang bekerja pada kornu anterior
medulla spinalis dan hubungan saraf otot. Pada dosis kecil bersifat sedative, sedangkan dosis
tinggi sebagai hipnotik.
Efek terhadap respirasi
Pada dosis kecil (0.2mg/kgBB) yang diberikan secara intaravena, menimbulkan depresi ringan
yang tidak serius. Bila dikombinasikan dengan narkotik menimbulkan depresi nafas yang lebih
berat.
Efek terhadap kardiovaskuler
Pada dosis kecil, pengaruhnya kecil sekali pada kontraksi maupun denyut jantung, akan tetapi
pada dosis besar menimbulkan hipotensi yang disebabkan oleh efek dilatasi pembuluh darah.
Efek terhadap saraf-otot
Menimbulkan penurunan tonus otot rangka yang bekerja di tingkat supra spinal dan spinal,
sehingga sering digunakan pada pasien yang menderita kekakuan otot rangka seperti pada
tetanus
Penggunaan klinis.
Dalam praktik anastesia, obat ini digunakan sebagai:
1. Premedikasi, diberikan intramuscular dengan dosis 0.2mg/kgBB atau peroral dengan dosis 5-
10mg.
2. Induksi, diberikan intravena dengan dosis 0.2-0.6mg/kgBB
3. Sedasi pada analgesia regional, diberikan intravena
4. Menghilangkan halusinasi pada pemberian ketamine

Penggunaan lainnya, adalah:

1. Anti kejang pada kasus epilepsy, tetanus, dan eklamsi


2. Sedasi pasien rawat inap
3. Sedasi pada tindakan kardioversi atau endoskopi

Pada pemberian intramuscular atau intravena, obat ini tidak bisa dicampur dengan obat lain
karena bisa terjadi presipitasi. Jalur vena yang dipilih sebaiknya melalu vena-vena besar untuk
mencegah flebitis. Pemberian intramuscular kurang disenangi karena menimbulkan rasa nyeri
pada daerah suntikan.

Kemasan.

Kemasan injeksi berbentuk larutan emulsi dalam ampul 2 ml yang mengandung 10mg, berwarna
kuning

3. Derivate butirofenon

4. Derivate barbiturate

5. Antihistamin
C. Obat

Anda mungkin juga menyukai