0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
49 tayangan9 halaman
Pelafalan merupakan salah satu hal yang dianggap sulit dalam pembelajaran bahasa asing, seperti halnya bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang terdapat beberapa bunyi khusus yang dapat mempengaruhi arti pada kosakata yang diucapkan. Salah satunya adalah bunyi panjang
Judul Asli
Analisis Kesalahan Pelafalan Bunyi Panjang dalam Bahasa Jepang
Pelafalan merupakan salah satu hal yang dianggap sulit dalam pembelajaran bahasa asing, seperti halnya bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang terdapat beberapa bunyi khusus yang dapat mempengaruhi arti pada kosakata yang diucapkan. Salah satunya adalah bunyi panjang
Pelafalan merupakan salah satu hal yang dianggap sulit dalam pembelajaran bahasa asing, seperti halnya bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang terdapat beberapa bunyi khusus yang dapat mempengaruhi arti pada kosakata yang diucapkan. Salah satunya adalah bunyi panjang
Jurnal Pendidikan Bakasa Jepang ASPRII Korwil Jabar, Vol.11 No.2, Desember 2017
ANALISIS KESALAHAN PELAFALAN BUNYI PANJANG
DALAM BAHASA JEPANG
Anisa Arianingsih
Universitas Komputer Indonesia
al com.
Abstrak
Pelafalan merupakan salah satu hal yang dianggap sulit dalam pembelajaran bahasa asing,
seperti halnya bahasa Jepang, Dalam bahasa Jepang terdapat beberapa bunyi khusus yang
dapat mempengaruhi arti pada kosakata yang diucapkan. Salah satunya adalah bunyi
anjang (choo’on). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan pelafalan bunyi
panjang dalam bahasa Jepang dan faktorfaktor penyebab kesalahan terscbut. Metode yang
digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan instrumen penelitian berupa tes dan
wawancara. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang mahasiswa Jurusan Pendidikan
bahasa Jepang Universitas Pendidikan Indonesia. Berdasarkan hasil pengolahan data, tingkat
kesalahan mahasiswa dalam pelafalan choo'on dalam bentuk kalimat sebesar 39,53%,
sedangkan dalam bentuk kata scbesar 17,81%. Kesalahan dipenganuhi oleh letak choo’om
penggunaan huruf (hiragana/katakana), dan pengetahuan serta pemahaman kosakata dalam
bahasa Jepang, Selain itu, dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa pengaruh bahasa ibu,
ketidaksadaran, tidak memperhatikan aturan pengucapan yang benar dan konteks kalimat
ketika melafalkan choo’on juga menjadi faktor penyebab terjadinya kesalahan tersebut.
Kata kunci : analisis kesalahan, pelafalan, bunyi panjang, choo'on
- Pendahuluan
Dalam pembelajaran bahasa asing, pelafalan merupakan salah satu hal yang
dianggap sulit. Seperti halnya bahasa Jepang. Bahasa Jepang memiliki banyak bunyi
yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia, sehinggga hal tersebut menjadi faktor
penyebab kesulitan dalam mempelajari bahasa Jepang. Bunyi tersebut dinamakan
sokushuon. Salah satu bunyi yang termasuk dalam tokushuon adalah choo’on. Choo’ont
merupakan bunyi vokal panjang yang terdiri dari huruf a, i, u, e, dan o yang dilafalkan
sama dengan silabel sebelumnya dan bunyinya dihitung satu mora. Seperti yang
dikemukakan oleh Takamizawa et al. (2004:69) yang menjelaskan bahwa:
“Choo‘on adalah bunyi dalam bahasa Jepang yang ketika ditulis dengan katakar(a,
bunyi tersebut dinyatakan dengan [—], simbol fonemnya adalah /R/ dan dilafalkan
sama dengan bentuk mulut silabel sebelumnya tanpa mengalami perubahan. Satu choo'on
dihitung satu mora, dan tidak dapat berdiri sendiri.”
80Yurmal Pendidikan Bahasa Jepang ASPBII Korwil Jabar, Vol. 11 No.2, Desember 2017
Choo'on verfungsi sebagai pembeda arti schingga kita harus dapat membedakan
mana yang merupakan choo’on dan mana yang tidak. Seperti pada contoh di bawah ini.
()B- thb-a-0 Q)B-i-&-A
- baa - sa-n 0 -ba- sa-n
” nenek bibi
@thEBHLO TH, 4) thitse ect,
Sore wa okashii desu. Sore wa okashi desu,
Tew aneh. Ttu kue,
Dari contoh kata (1) dan (2) di atas, kata “obaasan” yang artinya nenck berbeda
dengan kata “obasan” yang artinya bibi. Begitu pula dengan contoh kalimat (3) dan (4).
Kata okashii yang terdapat pada kalimat (3) berbeda artinya dengan kata okashi yang
terdapat pada kalimat (4).
Bagi sebagian pembelajar Indonesia yang mayoritas beragama Islam, bunyi
panjang bukan merupakan sesuatu yang asing. Ketika membacaAl-Quran, terdapat
aturan bunyi yang dilafalkan sama dengan choo’on. Akan tetapi, masih banyak
pembelajar, yang melakukan kesalahan ketika melafalkannya. Kesalahan tersebut_harus
dihindari karena dapat mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman dalam berkomunikasi,
terutama dengan penutur asli bahasa Jepang.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Kesalahan Pelafalan Bunyi Panjang dalam Bahasa Jepang”. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mendeskripsikan kesalahan pelafalan bunyi panjang dalam bahasa
Jepang dan faktor-faktor penyebab kesalahannya, Dengan demikian, pengajar ataupun
pembelajar bahasa Jepang dapat mencari solusi untuk mengatasi kesalahan tersebut.
B. Kajian Pustaka
1. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa
Menurut Tarigan (2011:68) analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang
digunakan oleh peneliti atau guru bahasa yang meliputi pengumpulan sampel,
pengindentifiksian kesalahan, penjelasan kesalahan dan penyebabnya, serta evaluasi
terhadap taraf kescriusan kesalahan tersebut. Selain itu, Crystal (dalam Pateda, 1989:32)
menjelaskan bahwa analisis kesalahan merupakan suatu teknik untuk mengindentifikasi,
81Jurnal Pendidikan Bahasa Jepang ASPBII Korwil Jabar, Vel} No.2, Desember 2017
mengklasifikasi, dan menginterpretasikan secara sistematis suatu kesalahan yang
dilakukan olch pembelajar yang sedang belajar bahasa kedua atau bahasa asing dengan
menggunakan teori dan prosedur berdasarkan linguistik.
Dengan kata lain, analisis kesalahan merupakan suatu cara yang dilakukan untuk
mencari solusi dalam masalah pengajaran yang dianggap sulit dengan menelaah faktor-
faktor penyebabnya melalui data-data kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar.
‘Tarigan (2011:76) menyebutkan ada dua istilah dalam kesalahan berbahasa,
antara lain kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake). Kekeliruan pada umumnya
disebabkan oleh faktor performansi pembelajar dalam keterbatasan mengingat sesuatu atau
kelupaan yang menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan
kata, tekanan kata, atau kalimat, dan sebagainya. Sedangkan kesalahan disebablan oleh
faktor hompetensi Faktor tersebut disebabkan karena pembelajar belum memahami
sistem linguistik bahasa sasaran yang digunakannya. Perbaikan kesalahan dapat dibantu
oleh pengajar, misalnya melalui remedial, latihan, praktik, dsb.
2. Jenis Kesalahan Berbahasa :
Pateda (1989:45-49) menjelaskan jenis kesalahan berbahasa sebagai berikut.
a. Kesalahan perorangan, yaitu kesalahan yang dibuat oleh seseorang diantara teman-
teman di‘kelashya; Bn
b. Kesalahan kelompok, yaitu kesalahan yang dibuat oleh suatu kelompok yang
homogen;
c. Kesalahan transfer, yaitu kesalahan yang terjadi ketika kebiasaan pada bahasa
pertama yang diterapkan pada bahasa yang dipelajari;
d. Kesalahan guru, yaitu kesalahan metode atau bahan yang diajarkan oleh guru;
e. Kesalahan lokal, yaitu kesalahan yang tidak menghambat komunikasi ketika
pesannya diungkapkan dalam sebuah kalimat;
f. Kesalahan global, yaitu kesalahan yang menyebabkan pendengar atau pembaca
salah mengerti suatu pesan atau menganggap bahwa suatu kalimat tidak bisa
dimengerti.
Dari keenam jenis kesalahan di atas, penulis hanya membahas mengenai
kesalahan perorangan dan kelompok saja, karena jenis kesalahan yang lain seperti
kesalahan transfer dan global berlaku pada setiap kesalahan pelafalan bunyi panjang
dalam penelitian ini.
82