Kacung Marijan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
21
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
demikian, tidak lagi dianggap sebagai harus didasarkan pada argumentasi dari
penghambat laju pertumbuhan ekonomi pemikiran yang pro pasar dan pro negara,
tetapi dipandang sebagai dirijen bagi melainkan berbasis kebudayaan.
pelaku ekonomi untuk berlari kencang di Tumbuhnya pengungkit
bidang ekonomi. Negara, misalnya, pertumbuhan berbasis gagasan-gagasan
memiliki otoritas untuk mengarahkan kreatif di barbagai negara menunjukkan
kebijakan industry (industrial policies) bahwa yang menjadi daya dorong dan
yang dipandang lebih tepat. daya ungkit kegiatan perekonomian itu
Krisis ekonomi yang pernah merupakan pola pikir yang dimiliki oleh
melanda Asia Timur dan Tenggara pada individu manusia, yaitu pola pikir yang
medium 1997 menjadi titik tolak bagi memungkinkan adanya upaya untuk
adanya kritik kembali terhadap arus utama melakukan pencarian, daya cipta,
negara. Kalau sebelumnya Bank Dunia mengejar sesuatu yang baru demi
memuji peran negara, setelah krisis itu kebaikan-kebaikan secara terus menerus.
Bank Dunia beserta IMF justru menuduh Pola pikir ini merupakan produk dan
bahwa krisis itu tidak lepas dari terlalu reproduksi kebudayaan.
besarnya peran negara di dalam Meskipun demikian, argumentasi
perekonomian. Maka muncullah kembali yang dibangun di dalam arus utama
resep untuk mengurangi peran negara dan kebudayaan ini memiliki sejumlah
mendorong kembali peran pasar yang perbedaan dengan arus utama
lebih besar. Resep seperti ini pula yang sebelumnya. Kalau sebelumnya terdapat
dipaksakan untuk dipakai Indonesia di penilaian bahwa hanya budaya tertentu
dalam menyelesaikan krisis moneter pada saja yang mampu member daya ungkit
pertengahan1997 itu. bagi modernisasi, masuknya pemikiran
Adanya bandul arus utama post-modernisasi berisi adanya
pembangunan yang saling bergantian penghargaan terhadap nilai-nilai yang
akibat titik lemah masing-masing itu sebelumnya dipandang tradisional dan
membuat adanya upaya kembali keberagaman. Bahwa, untuk mencapai
menengok arus utama kebudayaan sebagai kebaikan tidak selamanya berpegang pada
bandul yang lain (bring-in-the culture- adanya nilai-nilai tertentu yang bercorak
back-in). Bahwa, di dalam memperkuat linier, melainkan juga nilai-nilai yang
pertumbuhan ekonomi yang adil itu tidak tumbuh dan berkembang di dalam
23
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
24
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
25
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
26
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
27
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
28
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
29
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
30
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
31
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
32
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
33
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
34
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
35
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
36
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
Ki Supriyoko
Taman Siswa Yogyakarta
37
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
Indonesia, yang disusun oleh Ir. Soekarno, mungkin. “Kami bangsa Indonesia
Drs. Moh. Hatta dan Mr. Soebardjo, yang dengan ini menyatakan kemerdekaan
ditulis oleh Ir. Soekarno, dan yang diketik Indonesia. Hal-hal yang mengenai
oleh Sajoeti Melik, jelas sekali adanya pemindahan kekuasaan, dll,
pernyataan kemerdekaan serta diselenggarakan dengan cara seksama
pemindahan kekuasaan yang dilaku-kan dan dalam tempo yang sesingkat-
dengan cara yang seksama dan segera singkatnya”.
38
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
bangsa ditentukan oleh rakyat, bukan oleh lepas ing pangreh, nanging uga kuwat
kaum ningrat dan kaum intelek saja. kuwasa, amandireng priyangga”.
Dengan bahasa lain kekuasaan ada di Dari berbagai deskripsi tersebut
tangan rakyat. ada banyak dasar-dasar kemerdekaan yang
Ketika bersama teman-teman merupakan pemikiran para Bapak Pendiri
seperjuangannya sedang berjuang keras Bangsa; antara lain adalah dasar
memerdekakan bangsa, Bung Hatta berketuhanan, berperikemanusiaan,
sempat menulis, “cita-cita kepada berpersatuan, ber-kerakyatan, berkeadilan,
persatuan hati dan persaudaraan segala seksama, secepat mungkin, berdemokrasi,
bangsa dan manusia adalah bagus dan mandiri, dan sebagainya. Implikasinya,
baik, akan tetapi, supaya tercapai maksud dalam kegiatan pembangunan nasional
itu, haruslah dulu ada kemerdekaan termasuk didalamnya pembangunan
bangsa.” Dari tulisan ini terkandung arti pendidikan dan kebu-dayaan maka dasar-
bahwa kemerdekaan yang diperjuangkan dasar kemerdekaan tersebut harus menjadi
oleh Bung Hatta bersama teman-teman dasar pembangunan nasional itu sendiri.
seperjuangannya adalah kemerdekaan
dengan tetap menjunjung tinggi persatuan MEMBANGUN KARAKTER
dan persaudaraan dengan bangsa-bangsa BANGSA
lain di muka bumi ini. Karakter adalah watak, yang dapat
Ki Hadjar Dewantara sebagai salah diartikan sebagai pengembangan dari jati
satu Bapak Pendiri Bangsa yang pernah diri manusia itu sendiri. Dengan demikian
menjadi anggota Panitia Persiapan karakter seseorang atau karakter manusia
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau karakter bangsa lebih mencerminkan
menyatakan kemerdekaan bangsa jati diri seseorang atau jati diri manusia
Indonesia sangatlah diper-lukan; namun atau jati diri bangsa daripada identitas
lebih daripada itu beliau mengingatkan fisiknya. Karakter merupakan aspek
bahwa merdeka itu tidak sekedar lepas kepribadian manusia; sedangkan aspek
dari penjajah tetapi harus mampu mandiri kepribadian yang lain adalah intelektual,
dalam menentukan masa depannya. tempera-men, dan keterampilan yang nota
Dalam Serat Wasito Rini beliau bertutur- bene sebagian dapat dikembangkan dan
sapa “Mardika iku jarwanya, nora mung sebagian yang lain tidak bisa
dikembangkan.
39
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
Pada dasarnya karakter dan itu lainnya. Jati diri suatu bangsa merupa-kan
dapat diubah, dibentuk atau pun ciri khas dari bangsa itu sendiri. Jati diri
dikembangkan, demikian juga dengan bangsa Indonesia yang bergeografis luas
keterampilan; sementara itu kalau berbeda dengan jati diri bangsa Singapura
intelektual dan temperamen sangat sulit yang bergeografis sempit; jati diri bangsa
diubah, dibentuk atau pun Indonesia yang beragam etnis berbeda
dikembangkan. Dalam hal ini jelas sekali dengan jati diri bangsa Timor yang
bahwa karakter setiap manusia atau etnisnya lebih seragam misalnya.
sekelompok manusia bisa dikembangkan; Dalam kaitannya dengan
oleh karena itu usaha untuk membangun pembangunan karakter bangsa, Ki Hadjar
karakter bangsa menjadi sesuatu yang Dewantara yang nota bene di samping
sangat realistik. merupakan Bapak Pendiri bangsa juga
Dalam berkali-kali pidatonya, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia
Soekarno mengemukakan pentingnya menyatakan, ”… pendidikan merupakan
membangun jati diri bangsa yang dalam daya upaya untuk memajukan
hal ini adalah bangsa Indo-nesia, dan jati bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
diri bangsa haruslah dibangun melalui batin, karakter), pikiran (intelect) dan
pembangunan karakter bangsa atau yang tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh
oleh Soekarno disebut sebagai national dipisahkan agar supaya kita dapat
and character building. Para Bapak memajukan kesempurnaan hidup anak-
Pendiri Bangsa telah bersepakat bahwa anak kita”.
membangun jati diri atau membangun Dalam pidato di hadapan para
karakter bangsa harus dilaksanakan secara alumni Universitas Indonesia (UI) Jakarta
terus-menerus dan berkesinambungan tahun 1957, Bung Hatta menyatakan
mengingat tingginya tingkat “Ilmu dapat dipelajari oleh segala orang
kemajemukan masyarakat Indonesia. yang cerdas dan tajam otaknya, akan
Setiap bangsa memiliki jati dirinya tetapi manu-sia-manusia yang berkarakter
masing-masing yang berbeda-beda antara tidak diperoleh dengan begitu saja.
bangsa yang satu dengan bangsa yang Pangkal segala pendidikan karakter adalah
lainnya. Jati diri ini dipengaruhi oleh cinta akan kebenaran dan berani
banyak hal, misalnya letak geografis, mengatakan salah dalam menghadapi
budaya, ekonomi, politik, agama, dan sesuatu yang tidak benar. Pendidikan
40
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
43
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
44
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
45
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
46
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
47
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
48
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
49
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret
50