Anda di halaman 1dari 30

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

PENGUATAN BUDAYA NUSANTARA BERBASIS


KEARIFAN LOKAL

Kacung Marijan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI

Istilah nusantara sering dipakai budaya nusantara di dalam kewilayahan


secara bergantian (interchangeable) Indonesia. Bagian pertama membahas
dengan Indonesia. Tetapi, dalam hal budaya sebagai arus utama di dalam
tertentu, keduanya terbedakan. Indonesia pembangunan. Bagian kedua membahas
menggambarkan adanya kewilayahan budaya nusantara, dan bagian ketiga
politik yang otoritatif. Sementara itu, membahas kearifan lokal di di dalam
nusantara lebih menggambarkan membangun budaya nusantara.
kewilayahan budaya. Memang, nusantara
juga pernah bermakna kewilayahan KEBUDAYAAN SEBAGAI ARUS
politik, pada masa kejayaan Kerajaan UTAMA
Majapahit, yang mencakup pulau-pulau Dalam khasanah ilmu-ilmu sosial,
dari Sumatra sampai Papua. Istilah ini kebudayaan pernah menjadi arus utama
juga pernah diusukkan oleh Ki Hajar (mainstreaming) di dalam pembangunan,
Dewantara untuk menyebut wilayah yaitu pada 1950-an dan 1960-an. Ketika
Hindia Belanda yang merdeka. Tetapi, itu kebudayaan dilihat sebagai salah satu
Indonesia yang menjadi pilihan. Selain variabel penentu pembangunan (cultural
itu, tidak semua wilayah politik Majapahit determinism). Dalam hal sebagai arus
menjadi jajahan Belanda, seperti utama, kebudayaan tidak hanya dilihat
Malaysia, Singapura, Brunei, dan sebagai hasil karya terlihat individu dan
Philipina Selatan. Konsekuensinya, kelompok semata. Kebudyaan juga
wilayah-wilayah ini tidak masuk menjadi mencakup nilai-nilai, norma-norma, dan
bagian dari Indonesia ketika merdeka. perilaku-perilaku. Sejumlah ilmuwan
Tulisan ini menggunakan istilah sosial berargumentasi bahwa ada budaya
nusantara di dalam konteks budaya, tetapi tertentu yang mampu menjadi daya
pembahasannya lebih diarahkan pada dorong dan daya ungkit kuat bagi

21
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

modernisasi dan pada akhirnya bagi tumbuh dan berkembang, serta


pertumbuhan ekonomi untuk anggotanya akan menikmati kemakmuran
kemakmuran. Ada juga yang melihatnya manakala kekuatan pasar diberi keluasaan
sebagai penghalang (barriers). (market leads to development) di dalam
Max Weber, contohnya, terkenal arena perekonomian. Negara, dalam
dengan konsep spirit etika protestan di perspektif ini, diharap seminimal mungkin
dalam perkembangan kapitalisme di Eropa terlibat di dalam pengelolaan ekonomi.
dan negara-negara Barat lainnya. Dalam Sebaliknya, arus utama negara
pandangan dia, akumulasi kapital di Eropa berpandangan bahwa mekanisme pasar
tidak lepas dari spirit untuk menumpuk itu harus dikendalikan. Di samping untuk
harga yang didasari oleh pemahaman menghindari ketimpangan antar pelaku
keagamaan yang dimiliki oleh penganut ekonomi dan memberikan perlindungan
Protestan. Sementara itu, David terhadap kelompok-kelompok yang tidak
McCleland terkenal dengan konsep virus beruntung, adanya peran penting negara di
N-Ach-nya. Menurutnya, suatu dalam perekonomian merupakan
masyarakat akan mengalami konsekuensi dari pemikiran bahwa negara
perkembangan ekonomi yang cepat memiliki daya dorong dan kepemimpinan
manakala individu anggotanya terjangkiti bagi adanya iklim ekonomi yang tidak
virus kebutuhan berprestasi (need for hanya memungkinkan tumbuh dan
achievement). Virus ini, menurut hasil berkembang melainkan juga iklim
penelitiannya, di antaranya, lahir dari ekonomi yang adil.
cerita-cerita yang mampu membangkitkan Perspekif state leads to
semangat untuk mencapai sesuatu. development seperti itu pernah terkenal
Perspektif kebudayaan sebagai dan dipakai untuk menjelaskan kuatnya
arus utama dalam pembangunan kemudian pertumbuhan ekonomi, khususnya di
mengalami pelemahan dan digantikan negara-negara Asia Timur dan Asia
oleh dua arus utama lainnya, yaitu arus Tenggara pada awal-awal 1990-an. Bank
utama pasar dan arus utama negara. Arus Dunia yang sebelumnya terkenal sebagai
utama pasar berangkat dari pemikiran penganut arus utama pasar, ketika itu
yang bercorak individualisme dan mengakui peran penting negara di dalam
liberalisme mengatakan bahwa mendorong dan memacu pertumbuhan
perekonomian suatu masyarakat akan ekonomi. Negara, dalam perspektif
22
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

demikian, tidak lagi dianggap sebagai harus didasarkan pada argumentasi dari
penghambat laju pertumbuhan ekonomi pemikiran yang pro pasar dan pro negara,
tetapi dipandang sebagai dirijen bagi melainkan berbasis kebudayaan.
pelaku ekonomi untuk berlari kencang di Tumbuhnya pengungkit
bidang ekonomi. Negara, misalnya, pertumbuhan berbasis gagasan-gagasan
memiliki otoritas untuk mengarahkan kreatif di barbagai negara menunjukkan
kebijakan industry (industrial policies) bahwa yang menjadi daya dorong dan
yang dipandang lebih tepat. daya ungkit kegiatan perekonomian itu
Krisis ekonomi yang pernah merupakan pola pikir yang dimiliki oleh
melanda Asia Timur dan Tenggara pada individu manusia, yaitu pola pikir yang
medium 1997 menjadi titik tolak bagi memungkinkan adanya upaya untuk
adanya kritik kembali terhadap arus utama melakukan pencarian, daya cipta,
negara. Kalau sebelumnya Bank Dunia mengejar sesuatu yang baru demi
memuji peran negara, setelah krisis itu kebaikan-kebaikan secara terus menerus.
Bank Dunia beserta IMF justru menuduh Pola pikir ini merupakan produk dan
bahwa krisis itu tidak lepas dari terlalu reproduksi kebudayaan.
besarnya peran negara di dalam Meskipun demikian, argumentasi
perekonomian. Maka muncullah kembali yang dibangun di dalam arus utama
resep untuk mengurangi peran negara dan kebudayaan ini memiliki sejumlah
mendorong kembali peran pasar yang perbedaan dengan arus utama
lebih besar. Resep seperti ini pula yang sebelumnya. Kalau sebelumnya terdapat
dipaksakan untuk dipakai Indonesia di penilaian bahwa hanya budaya tertentu
dalam menyelesaikan krisis moneter pada saja yang mampu member daya ungkit
pertengahan1997 itu. bagi modernisasi, masuknya pemikiran
Adanya bandul arus utama post-modernisasi berisi adanya
pembangunan yang saling bergantian penghargaan terhadap nilai-nilai yang
akibat titik lemah masing-masing itu sebelumnya dipandang tradisional dan
membuat adanya upaya kembali keberagaman. Bahwa, untuk mencapai
menengok arus utama kebudayaan sebagai kebaikan tidak selamanya berpegang pada
bandul yang lain (bring-in-the culture- adanya nilai-nilai tertentu yang bercorak
back-in). Bahwa, di dalam memperkuat linier, melainkan juga nilai-nilai yang
pertumbuhan ekonomi yang adil itu tidak tumbuh dan berkembang di dalam
23
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

komunitas-komunitas. Maka, dalam Meskipun secara politik nusantara


perspektif yang lebih baru itu dikenal dan sudah terbentuk sejak Kerajaan Majapahit,
dikembangkan konsep kearifan lokal. tidak serta merta melahirkan budaya
tunggal. Kewilayahan politik itu tidak
BUDAYA NUSANTARA menghilangkan karakter bahwa ada
Sejarah Indonesia mencatat dua berbagai budaya selain kebudayaan yang
kerajaan yang memiliki wilayah luas dan merupakan hasil dari berbagai kelompok
menyebar, yaitu Kerajaan Sri Wijaya dan itu. Yang terakhir ini secara sederhana
Kerajaan Majapahit. Kerajaan yang bisa mencakup „keseluruhan gagasan,
terakhir ini acapkali disebut sebagai perilaku, dan hasil karya manusia dan/atau
kerajaan yang tidak hanya membentuk kelompok manusia yang dikembangkan
kewilayahan politik nusantara melainkan melalui proses belajar dan adaptasi
juga kewilayahan budaya nusantara. terhadap lingkungannya yang berfungsi
Kewilayahan politik memungkinkan sebagai pedoman untuk kehidupan
adanya interaksi antar berbagai kelompok, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.‟
yang memungkinkan tumbuh kembangnya Budaya nusantara, di dalam
budaya nusantara. Interaksi antar berbagai konteks seperti itu, merupakan sistem
kelompok yang ada di dalam wilayah budaya yang terabangun atas berbagai
yang sebelumnya lebih banyak terbangun budaya yang berpengaruh di Indonesia,
oleh kepentingan ekonomi, misalnya, seperti budaya dunia, budaya kesukuan,
semakin menguat ketika mereka budaya tempatan, budaya kebangsaan, dan
tersatukan secara politik. budaya keagamaan, sebagaimana terlihat
di dalan gambar satu di bawah ini.

24
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

Gambar 1: Sistem Kebudayaan di Indonesia


PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN kebudayaan baru, tradisi-tradisi baru
BERBASIS KEARIFAN LOKAL yang dapat dikembangkan dan
Dalam konteks seperti itu, lalu diperoleh dari penciptaan-penciptaan
di manakah posisi budaya daerah yang baru, termasuk yang datang dari bangsa
di dalamnya terdapat kearifan lokal? Eropa maupun yang lain.
Pada masanya, terdapat perdebatan Dua pandangan itu dalam
yang sangat menarik antara Ki Hajar realitasnya saling isi mengisi. Budaya
Dewantara dan Sutan Takdir nusantara, dalam sejarahnya bukan
Alisjahbana (STA). Ki Hajar Dewantara semata-mata „bentukan‟ dari berbagai
menginginkan arah kebudayaan budaya lokal (pribumi, asli, dan yang
nasional merupakan hasil dari sejenis), melainkan juga tidak lepas dari
pengayaan-pengayaan budaya-budaya budaya dari negara-negara lain. Sistem
lokal atau budaya kesukubangsaan di kepercayaan atau keagamaan yang
seluruh daerah nusantara. Ratusan berkembang di Indonesia merupakan
kebudayaan sukubangsa di nusantara, salah satu contohnya. Budaya nusantara
menurut Ki Hajar, merupakan capaian tidak lahir di dalam ruang yang kosong,
tertinggi, karena itu perlu dilestarikan melainkan ruang yang terbuka dan
dan dikembangkan. Di pihak lain, STA dinamis.
menghendaki adanya kebudayaan-

25
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

Meskipun demikian, di dalam Di era otonomi, daerah diharapkan


sebagai suatu bangsa yang memiliki mengembangkan dirinyatidak hanya
karakteristik unik, jati diri, budaya berdasar potensi ekonomi yang dimiliki
nusantara jelas tidak bisa dibiarkan larut melainkan juga potensi budaya yang
begitu saja oleh arus interaksi di dalam dimilikinya. Dengan demikian, di dalam
ruang yang terbuka dan dinamis begitu membangun dirinya, masing-masing
saja. Karena itu, sebagaimana terlihat di daerah tidak tercerabut dari akar
dalam gambar dua di bawah ini, strategi budayanya sendiri.
pembangunan kebudayaan ke depan Hanya saja, adanya posisi
tidak lepas dari fondasi yang menjadi budaya daerah yang cukup bermakna itu
kesepakatan-kesepakatan bersama di tidak serta merta menghilangkan budaya
dalam berbangsa dan bernegara, seperti yang bercorak nusantara. Kesepakatan-
Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan kesepakatan bersama sebagai suatu
Bhineka Tunggal Eka. bangsa tetaplah menjadi sesuatu yang
Di dalam strategi seperti itu, tinggi tempatnya. Kalau tidak demikian,
kearifan lokal memiliki posisi yang yang terjadi adalah suatu paradok, di
penting di dalam membangun budaya mana pemberian titik berat pada
nusantara ke depan. Secara politik hal kearifan lokal yang berlebihan hanya
ini bersambung dengan implementasi akan melahirkan kontradiksi dengan
kebijakan otonomi daerah yang kesepakatan-kesepakatan bersama,
memberi ruang lebih besar kepada termasuk kontradiksi antara kearifan
daerah untuk mengelola dirinya sendiri. lokal yang satu dengan yang lain.

26
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

Gambar 2: Konsep Pembangunan Nasional Kebudayaan

27
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

28
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

29
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

30
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

31
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

32
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

33
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

34
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

35
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

36
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

BUTIR-BUTIR PEMIKIRAN BAPAK PENDIRI BANGSA


UNTUK KEMERDEKAAN DAN PEMBANGUNAN

Ki Supriyoko
Taman Siswa Yogyakarta

PENGANTAR pendidikan dan kebudayaan, maka sudah


Para Bapak Pendiri Bangsa, the menjadi kewajiban untuk memperhatikan
founding fathers, seperti Soekarno, dan menginterpretasi secara tepat
Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, Iwa pemikiran-pemikiran para Bapak Pendiri
Kusumasoemantri, Andi Pengeran Bangsa tersebut mengenai dasar-dasar
Pettarani, Soepomo, Ki Hadjar berdirinya bangsa Indonesia, karakter
Dewantara, Johannes Latu-harhary, Teuku bangsa, serta menentukan arah
Mohammad Hassan, dsb., telah pembangunan bangsa.
meletakkan dasar-dasar berdirinya suatu DASAR BERBANGSA
bangsa, yang dalam hal ini adalah bangsa Soekarno dan Mohammad Hatta
Indonesia, karakter bangsa yang adalah proklamator kemerdekaan
dipikirkan, sekaligus menentukan arah Republik Indonesia yang memiliki latar
pembangunan bangsa. belakang pendidikan berbeda tetapi
Dasar-dasar berdirinya suatu pemikiran yang sama. Soekarno berlatar-
bangsa, karakter bangsa yang dipikirkan belakang pendidikan Timur yang
serta arah pembangunan bangsa yang menonjolkan tanggung jawab, tangguh,
pernah dipikirkan oleh para Bapak Pendiri tanggap, santun, dsb. dan Hatta yang
Bangsa tersebut di atas dalam berlatar-belakang pendidikan Barat yang
perjalanannya meng-alami dinamika dan menon-jolkan kompetensi, kompetisi,
reinterpretasi oleh para warga negara, transparansi, responsibilitas, dsb. memiliki
khususnya oleh pempimpin bangsa itu pemikiran yang sama, yaitu
sendiri. memerdekakan bangsa.
Dalam mengembangkan strategi Dalam naskah proklamasi
pembangunan nasional, termasuk kemerdekaan bangsa Indonesia yang dipi-
didalamnya pembangunan bidang kirkan oleh para Bapak Pendiri Bangsa

37
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

Indonesia, yang disusun oleh Ir. Soekarno, mungkin. “Kami bangsa Indonesia
Drs. Moh. Hatta dan Mr. Soebardjo, yang dengan ini menyatakan kemerdekaan
ditulis oleh Ir. Soekarno, dan yang diketik Indonesia. Hal-hal yang mengenai
oleh Sajoeti Melik, jelas sekali adanya pemindahan kekuasaan, dll,
pernyataan kemerdekaan serta diselenggarakan dengan cara seksama
pemindahan kekuasaan yang dilaku-kan dan dalam tempo yang sesingkat-
dengan cara yang seksama dan segera singkatnya”.

Gambar 1. Naskah proklamasi tulisan tangan Ir. Soekarno

Rumusan Pancasila yang penuh tentang Penegasan Pancasila sebagai


dengan dinamika, dari usulan Mr. Dasar Negara, menunjukkan karakter
Mohammad Yamin, Ir. Soekarno, Piagam Indonesia sebagai bangsa yang
Jakarta, BPUPKI, PPKI, dst. s/d berketuhanan, berkemanusiaan, ber-
dikeluarkannya Ketetapan MPR No persatuan, berkerakyatan dan berkeadilan.
XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Bung Hatta membagi kebangsaan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan menjadi tiga kategori; yaitu ke-bangsaan
Rakyat Republik Indonesia No. ningrat, kebangsaan intelek dan
II/MPR/1978 tentang Pedoman kebangsaan rakyat. Untuk Indonesia,
Penghayatan dan Peng-amalan Pancasila Bung Hatta memilih kebangsaan rakyat
(Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan dimana kekuasaan dan arah pembangunan

38
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

bangsa ditentukan oleh rakyat, bukan oleh lepas ing pangreh, nanging uga kuwat
kaum ningrat dan kaum intelek saja. kuwasa, amandireng priyangga”.
Dengan bahasa lain kekuasaan ada di Dari berbagai deskripsi tersebut
tangan rakyat. ada banyak dasar-dasar kemerdekaan yang
Ketika bersama teman-teman merupakan pemikiran para Bapak Pendiri
seperjuangannya sedang berjuang keras Bangsa; antara lain adalah dasar
memerdekakan bangsa, Bung Hatta berketuhanan, berperikemanusiaan,
sempat menulis, “cita-cita kepada berpersatuan, ber-kerakyatan, berkeadilan,
persatuan hati dan persaudaraan segala seksama, secepat mungkin, berdemokrasi,
bangsa dan manusia adalah bagus dan mandiri, dan sebagainya. Implikasinya,
baik, akan tetapi, supaya tercapai maksud dalam kegiatan pembangunan nasional
itu, haruslah dulu ada kemerdekaan termasuk didalamnya pembangunan
bangsa.” Dari tulisan ini terkandung arti pendidikan dan kebu-dayaan maka dasar-
bahwa kemerdekaan yang diperjuangkan dasar kemerdekaan tersebut harus menjadi
oleh Bung Hatta bersama teman-teman dasar pembangunan nasional itu sendiri.
seperjuangannya adalah kemerdekaan
dengan tetap menjunjung tinggi persatuan MEMBANGUN KARAKTER
dan persaudaraan dengan bangsa-bangsa BANGSA
lain di muka bumi ini. Karakter adalah watak, yang dapat
Ki Hadjar Dewantara sebagai salah diartikan sebagai pengembangan dari jati
satu Bapak Pendiri Bangsa yang pernah diri manusia itu sendiri. Dengan demikian
menjadi anggota Panitia Persiapan karakter seseorang atau karakter manusia
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau karakter bangsa lebih mencerminkan
menyatakan kemerdekaan bangsa jati diri seseorang atau jati diri manusia
Indonesia sangatlah diper-lukan; namun atau jati diri bangsa daripada identitas
lebih daripada itu beliau mengingatkan fisiknya. Karakter merupakan aspek
bahwa merdeka itu tidak sekedar lepas kepribadian manusia; sedangkan aspek
dari penjajah tetapi harus mampu mandiri kepribadian yang lain adalah intelektual,
dalam menentukan masa depannya. tempera-men, dan keterampilan yang nota
Dalam Serat Wasito Rini beliau bertutur- bene sebagian dapat dikembangkan dan
sapa “Mardika iku jarwanya, nora mung sebagian yang lain tidak bisa
dikembangkan.
39
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

Pada dasarnya karakter dan itu lainnya. Jati diri suatu bangsa merupa-kan
dapat diubah, dibentuk atau pun ciri khas dari bangsa itu sendiri. Jati diri
dikembangkan, demikian juga dengan bangsa Indonesia yang bergeografis luas
keterampilan; sementara itu kalau berbeda dengan jati diri bangsa Singapura
intelektual dan temperamen sangat sulit yang bergeografis sempit; jati diri bangsa
diubah, dibentuk atau pun Indonesia yang beragam etnis berbeda
dikembangkan. Dalam hal ini jelas sekali dengan jati diri bangsa Timor yang
bahwa karakter setiap manusia atau etnisnya lebih seragam misalnya.
sekelompok manusia bisa dikembangkan; Dalam kaitannya dengan
oleh karena itu usaha untuk membangun pembangunan karakter bangsa, Ki Hadjar
karakter bangsa menjadi sesuatu yang Dewantara yang nota bene di samping
sangat realistik. merupakan Bapak Pendiri bangsa juga
Dalam berkali-kali pidatonya, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia
Soekarno mengemukakan pentingnya menyatakan, ”… pendidikan merupakan
membangun jati diri bangsa yang dalam daya upaya untuk memajukan
hal ini adalah bangsa Indo-nesia, dan jati bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
diri bangsa haruslah dibangun melalui batin, karakter), pikiran (intelect) dan
pembangunan karakter bangsa atau yang tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh
oleh Soekarno disebut sebagai national dipisahkan agar supaya kita dapat
and character building. Para Bapak memajukan kesempurnaan hidup anak-
Pendiri Bangsa telah bersepakat bahwa anak kita”.
membangun jati diri atau membangun Dalam pidato di hadapan para
karakter bangsa harus dilaksanakan secara alumni Universitas Indonesia (UI) Jakarta
terus-menerus dan berkesinambungan tahun 1957, Bung Hatta menyatakan
mengingat tingginya tingkat “Ilmu dapat dipelajari oleh segala orang
kemajemukan masyarakat Indonesia. yang cerdas dan tajam otaknya, akan
Setiap bangsa memiliki jati dirinya tetapi manu-sia-manusia yang berkarakter
masing-masing yang berbeda-beda antara tidak diperoleh dengan begitu saja.
bangsa yang satu dengan bangsa yang Pangkal segala pendidikan karakter adalah
lainnya. Jati diri ini dipengaruhi oleh cinta akan kebenaran dan berani
banyak hal, misalnya letak geografis, mengatakan salah dalam menghadapi
budaya, ekonomi, politik, agama, dan sesuatu yang tidak benar. Pendidikan
40
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

ilmiah dapat melaksanakan pembentukan berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan


karakter itu, karena –seperti yang saya menjadi warga negara yang demokratis
katakan tadi- ilmu ujudnya mencari serta bertanggung jawab.
kebenaran dan membela kebenaran.” Ki Hadjar menyatakan
Bung Hatta juga menyatakan, “… “Pengajaran budi pekerti sebaiknya
Dalam memelihara dan mema-jukan ilmu, diberikan secara spontan oleh sekalian
maka karakterlah yang utama, bukan pamong; jadi menurut adanya setiap
kecerdasan. Kurang kecerdasan dapat kesempatan dan tidak harus menurut
diisi, kurang karakter sukar memenuhinya daftar pelajaran. Pendidikan budi pekerti
seperti ternyata dengan berbagai bukti di harus diberikan oleh tiap-tiap pamong,
dalam sejarah. Kecerdasan dapat dicapai baik ia mengajar-kan bahasa, sejarah,
dengan jalan studi oleh orang yang kebudayaan maupun ilmu alam, ilmu
mempunyai karakter….”. pasti, menggambar, dan sebagainya”.
Untuk menjabarkan konsepnya, Ki
MEMBANGUN KARAKTER Hadjar menyampaikan empat ting-katan
PESERTA DIDIK dalam menanamkan budi pekerti kepada
Jumlah peserta didik di Indonesia anak didik; yaitu syari’at, hakikat,
relatif besar, lebih 50 juta orang; hal itu tarikat, dan makrifat.
berarti kalau kita berhasil membangun Tingkat syari’at diberikan pada
karakter peserta didik maka akan anak yang sangat muda, dalam hal ini
cenderung berhasil pula pembangunan anak TK dan RA; caranya dengan
karakter bangsa. membiasakan berperi-laku baik menurut
Pasal 3 UU Sisdiknas norma masyarakat. Anak TK dan RA
menyebutkan pendidikan nasional tidak perlu diberi teori tentang budi
berfungsi mengembangkan kemampuan pekerti tetapi langsung dibiasakan
dan membentuk watak serta peradaban berperilaku yang baik menurut ukuran
bangsa yang bermartabat dalam rangka umum; misalnya saja mengucapkan salam
mencerdaskan kehidupan bangsa, ketika bertemu teman, menyatakan hormat
bertujuan untuk berkembangnya potensi ketika bertemu guru, mencium tangan
peserta didik agar menjadi manusia yang kalau berhadapan dengan orang tua, dan
beriman dan bertakwa kepada Tuhan sebagainya.
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
41
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

Tingkat hakikat diberikan pada sampai tingkatan “Tringa”; yaitu ngerti


anak berusia di atasnya; dalam hal ini (mengerti), ngrasa (merasakan) dan
murid SD dan MI. Anak dibiasakan nglakoni (menjalankan). Sang anak
berperilaku baik menurut ukuran umum mengerti maksud berperilaku baik; dan
dan mulai diberi pengertian sederhana perilakunya tersebut dijalankan
mengenai mengapa ia harus berbuat berdasarkan kesadaran diri.
demikian. Di samping dibiasakan Pendidikan karakter yang
mengucap salam sewaktu bertemu teman digencarkan Kemdikbud dijabarkan dalam
mereka juga diberi pengertian tentang 18 butir, masing-masing ialah: (1)
pentingnya mengucapkan salam itu; Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4)
misalnya saja ucapan salam itu dapat Disiplin, (5) Kerja Keras, (6) Kreatif, (7)
menimbulkan ikatan hati dan keakraban Mandiri, (8) Demokra-tis, (9) Rasa Ingin
lahir batin antarteman. Tahu, (10) Semangat Kebangsaan,
Tingkat tarikat diberikan kepada (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai
anak berusia di atasnya lagi; siswa SMP Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif,
dan MTs. Siswa dibiasakan berperilaku (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca,
baik, diberi pengertian pentingnya (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli
dilakukan; disertai dengan aktivitas Sosial, dan (18) Tanggung-jawab.
pendukung yang sesuai. Anak-anak SMP Upaya Kemdikbud untuk menanamkan
dan MTs berkesenian, berolah puisi, karakter kepada para peserta didik sudah
berolah raga, dan bersastraria sambil tentu perlu diapresiasi; namun demikian
berolah budi. Mereka juga dilatih menari dalam realitas-nya banyak kebijakan
“halus” sambil dijelaskan makna-makna Kemdikbud yang antiproduktif terhadap
gerakan yang ada didalamnya untuk upaya menanamkan karakter tersebut;
menanamkan budi pekerti. misalnya kebijakan Ujian Nasional (UN)
Tingkatan makrifat diberikan pada yang dalam pelaksanaannya menimbulkan
anak berusia di atasnya lagi; yaitu siswa kecurangan alias ketidak-jujuran di
SMA, MA dan SMK. Sang anak disentuh kalangan siswa sebagai peserta, sertifikasi
kesadarannya hingga berperilaku baik pendidik jalur portofolio yang
bukan sekedar kebiasaan dan menyebabkan kecurangan alias ketidak-
berpengertian, tetapi berkesadaran di jujuran di kalangan pendidik, dan
lubuk hatinya. Dalam bahasa Tamansiswa sebagainya
42
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

43
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

44
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

45
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

46
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

47
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

48
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

49
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dalam Rangka Dies Natalis Ke 37 Universitas Sebelas Maret

50

Anda mungkin juga menyukai