Abstrak
Kornea merupakan jaringan transparan, yang memiliki ukuran tebal rata-rata pada orang dewasa 550 mikrometer di
sentral, dengan diameter horizontal sekitar 11,75 mm dan vertikal 10,6 mm. Jika terdapat infiltrat supuratif disertai defek,
diskontinuitas jaringan pada kornea dari epitel hingga stroma dapat dikatakan sebagai ulkus kornea. Ulkus Kornea dapat
disebabkan oleh trauma, infeksi, penyakit autoimun, dan hilangnya persarafan kornea. Laki-laki 55 tahun dengan keluhan
mata kiri kabur disertai berair dan nyeri sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan disertai rasa mengganjal pada
mata, silau bila melihat cahaya dan air mata yang terus mengalir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit
ringan, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 130/70 mmHg, frekuensi nadi 80 kali permenit, isi dan tegangan cukup,
o
suhu tubuh 36,6 C, laju pernafasan 18 kali permenit. Status oftalmologis didapatkan visus mata kanan 6/6, visus mata kiri
1/300, pada okuli sinistra terdapat injeksi konjungtiva bulbi dan injeksi siliar yang disertai edema. Pada kornea didapatkan
lesi bergaung ukuran 9 mm x 5 mm di sentral berbatas tegas dengan impending perforasi, terdapat infiltrat stromal,
descemetokel (+). Bilik mata depan dangkal, tidak ditemukan adanya hifema dan hipopion. Terapi yang diberikan berupa
terapi medikamentosa dan rencana terapi operatif. Terapi medikamentosa yang diberikan adalah artificial tears eye drops 1
tetes per jam pada okuli sinistra, Moksifloksasin eye drop 1 tetes per jam pada okuli sinistra, Ceftriaxon injeksi 1 gram
diberikan dua kali dalam sehari. Pada pasien ini juga diberikan analgesik sistemik berupa Paracetamol 3x500 mg.
Korespondensi: Dea Gratia Putri S. Sumbayak, alamat Jl. Pulau Pasir IV no. 170 Perumnas Way Kandis Bandar Lampung,
HP 082282042440, e-mail: deagpss@gmail.com
pernafasan 18 kali permenit. Status hipopion. Hal ini sesuai dengan teori yaitu
oftalmologis didapatkan visus mata kanan 6/6, diagnosis ulkus kornea.
visus mata kiri 1/300, pada okuli sinistra Berdasarkan Anamnesis didapatkan
terdapat injeksi konjungtiva bulbi dan injeksi adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi.
siliar yang disertai edema. Pada kornea Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah
didapatkan lesi bergaung ukuran 9 mm x 5 terdapatnya trauma enteng yang merusak
mm di sentral berbatas tegas dengan epitel kornea. Pada kasus ini, pasien mengaku
impending perforasi, terdapat infiltrat jika mata kiri pasien terasa perih karena debu,
stromal, descemetokel (+). Bilik mata depan kemudian digosok dengan menggunakan baju
dangkal, tidak ditemukan adanya hifema dan yang sudah terkena semen yang mengering.
hipopion. Epitel kornea merupakan sawar yang mudah
bagi mikroorganisme masuk ke dalam kornea.
Begitu terdapat cedera pada kornea, stroma
yang avaskuler dan membran bowman mudah
terkena infeksi oleh berbagai organisme
seperti bakteri, amuba, dan jamur.10
Menurunnya penglihatan disebabkan karena
kornea merupakan jaras penglihatan, nyeri
yang dialami pasien terjadi karena kornea
memiliki banyak serabut nyeri, baik lesi
Gambar 1. Laki-laki 55 tahun dengan ulkus kornea dangkal ataupun dalam pada kornea
impending perforasi menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Selain
itu fotofobia juga dapat terjadi akibat
Pembahasan kontraksi iris yang meradang.11 Hal ini
Berdasarkan anamensis, pemeriksaan didukung dengan Anamnesis yang
fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka mengatakan bahwa pasien tidak pernah
pasien dididagnosis Ulkus Kornea Impending merasa seperti ini sebelumnya, tidak ada nyeri
Perforasi. kepala, mual, muntah, dan pandangan
Pada anamnesis didapatkan keluhan berkabut, yang mengarahkan diagnosis ke
berupa penglihatan mata kiri kabur disertai ulkus kornea.
nyeri, berair, dan merah sejak 1 minggu Disamping itu perlu juga dilakukan
sebelum masuk rumah sakit, maka dapat pemeriksaan yang menunjang diagnostik
dipikirkan kemungkinan adanya ulkus kornea, seperti pemeriksaan slit‐lamp, pewarnaan
perforasi kornea, glaukoma, uveitis, kornea dengan zat fluoresensi, dan scrapping
endoftalmitis, dan panoftalmitis.2 Pasien untuk analisa atau kultur (pulasan gram,
mengatakan sebelumnya mata pasien berair giemsa atau KOH).10 Gambaran klinis tidak
yang banyak dan pasien membersihkan dapat digunakan dalam mencari etiologi
matanya dengan menggosokan baju yang mikroorganisme penyebab terjadinya ulkus,
sudah terkena semen yang sudah kering ke diperlukan pemeriksaan lebih lanjut sebelum
mata kiri pasien. Setelah itu mata kiri pasien diberikan pengobatan empirik dengan
menjadi kabur disertai dengan nyeri, terasa antibiotika. Pada kasus ini pasien memiliki lesi
ada yang mengganjal, berair, dan silau. yang menunjukan ke arah infeksi bakteri, yang
Berdasarkan keluhan pasien kemungkinan paling sering disebabkan oleh kokus gram
mengalami ulkus kornea. positif, Staphilococcus aureus dan
Status oftalmologis didapatkan visus Streptococcus pneumonia, yang akan
mata kanan 6/6, visus mata kiri 1/300, pada memberikan gambaran tukak berbatas tegas,
okuli sinistra terdapat injeksi konjungtiva bulbi berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih
dan injeksi siliar yang disertai edema. Pada abu-abu. Tidak seperti tukak pada jamur yang
kornea didapatkan lesi bergaung ukuran 9 mm memiliki infiltrat abu yang halus disekitarnya
x 5 mm di sentral berbatas tegas dengan atau disebut fenomena satelit.2,10 Untuk itu,
impending perforasi, terdapat infiltrat diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
stromal, descemetokel (+). Bilik mata depan mengetahui organisme yang mungkin ada
dangkal, tidak ditemukan adanya hifema dan
karena rusaknya jaringan kornea karena waktu penyembuhan yang tidak sebentar, hal
trauma tumpul. ini terjadi karena jaringan kornea avaskular
Kemungkinan diagnosis lain dapat memerlukan waktu yang lama dalam
disingkirkan seperti glaukoma akut, karena beregenerasi. Semakin tinggi tingkat keprahan
pasien menyangkal adanya nyeri kepala hebat dan lambatnya mendapat pertolongan dapat
dan keluhan adanya pelangi saat melihat menimbulkan komplikasi, dan prognosis lebih
lampu.2 Uveitis anterior pun dapat buruk. Prognosis pada kasus ini quo ad vitam
disingkirkan karena pada pemeriksaan fisik bonam, karena tidak menimbulkan tanda vital
jelas ditemukan adanya lesi di sentral turun yang dapat menyebabkan kematian,
gambaran ulkus kornea yang disertai adanya quo ad functionam dan sanasionam yaitu ad
infiltrat stromal, descemetokel (+) dan daerah malam, karena jaringan kornea yang tidak
sentral tampak tipis dan terlihat iris intak memerlukan penggantian dan jika tidak
menempel di kornea, sehingga bukan didapatkan, fungsi penglihatan akan hilang
merupakan uveitis murni. Endoftalmitis dan pada mata kiri pasien.
panoftalmitis masih dapat dipertimbangkan
karena merupakan komplikasi dari perforasi Simpulan
kornea, dan tidak dapat dinilainya segmen Ulkus kornea merupakan kelainan
poterior mata pasien. kornea yang ditandai dengan infiltrat supuratif
Pengobatan ulkus kornea dapat disertai defek, diskontinuitas jaringan pada
diberikan kausatif seperti antibiotik baik kornea dari epitel hingga stroma, yang dapat
topikal ataupun sistemik, antifungal, dan disebabkan karena berbagai hal, seperti
simptomatik berupa analgetik dan siklopegik trauma, infeksi, penyakit autoimun, dan
untuk mengurangi ketegangan iris dan hilangnya persarafan kornea. Penegakan
mencegah sinekia.10 Pasien diberikan diagnosis dan tatalaksana pada pasien ini
antibiotik sistemik dan topikal berspektrum sudah tepat. Tatalaksana pada pasien berupa
luas untuk mengurangi proses peradangan terapi medikamentosa dan operatif.
yang terjadi. Dibutuhkan kultur dan tes
sensitivitas agar dapat memberikan antibiotik Daftar Pustaka
yang spesifik terhadap penyebab infeksi. Pada 1. Arthur LSM dan Ian J. Color atlas of
pasien diberikan moksifloksasin 0,5% ophthalmology. Edisi ke-3. Washington:
eyedrops 1 tetes per jam dan injeksi Butterworth-Heinemann Ltd; 2005.
ceftriaxon 2 kali 1000 mg. Pemberian obat- 2. Ilyas Sidarta dan Sri Rahayu Y. Ilmu
obatan pada pasien ini tidak menyelesaikan penyakit mata. Edisi ke‐5. Jakarta: Balai
masalah. Sehingga diputuskan untuk Penerbit FK UI; 2015.
dilakukan terapi pembedahan dengan dirujuk 3. Oladigbolu K, Rafindadi A, Samaila E,
ke fasilitas yang lebih lengkap. Terapi Abah E. Corneal ulcers in a tertiary
pembedahan yang dapat dilakukan pada hospital in Northern Nigeria. Annals of
pasien ulkus kornea dapat berupa flap African Medicine. 2013; 12(3):165.
konjungtiva, keratoplasti, dan eviserasi.12 4. Olawoye OO, Bekibele CO, Ashaye AO.
Pada kasus ini ulkus kornea yang dialami Suppurative keratitis in a Nigerian tertiary
pasien telah mengalami impending perforasi, hospital. Nigerian Journal of
maka terapi pembedahan yang direncanakan Ophthalmology. 2011; 19:27-9.
adalah keratoplasti yaitu transplantasi kornea, 5. Owens PL, Mutter R. Emergency
terdapat dua jenis keratoplasti yang dapat department visits related to eye injuries.
dilakukan, keratoplasti penetrans, berarti Rockville: Statistical Brief #112, 2008
penggantian kornea seutuhnya dan [internet]; 2011. [disitasi tanggal 5 Maret
keratoplasti lamelar berarti penggantian 2019]. Tersedia dari: https://www.ncbi.n
sebagian dari ketebalan kornea.10 lm.nih.gov/books /NBK56035
Prognosis ulkus kornea dipengaruhi 6. Ahmed F, House RJ, Feldman BH. Corneal
oleh mekanisme terjadinya ulkus, tingkat abrasions and corneal foreign bodies.
keparahan, cepat lambatnya diberi Primary care: Clinics in Office Practice.
pertolongan dan ada tidaknya komplikasi yang 2015; 42(3): 363–375.
timbul. Ulkus yang sudah luas memerlukan