Anda di halaman 1dari 7

ANAK DURHAKA

Di sebuah rumah yang kecil dan kumuh, tinggallah seorang janda dan dua anaknya.
Mereka hidup bertiga di gubuk tersebut. Tetapi, ada salah seorang anaknya yang sangat
durhaka kepada ibunya. Sungguh malang hidup keluarga ini.
(Ibu Gea baru pulang dari jualan jamu).

Lukita : “Buk! Mana hasil jualan hari ini ha?”


Ibu : “Untuk apa kamu nak?” (Sambil mengeluarkan uang).
Lukita : “Sini uangnya!! (Merampas uang ibu) Aku laper, bosen sama makanan yang
di rumah itu-itu mulu.”
Ibu : “Lo kok diambil semua nak? Trus Ibu mau makan apa? Hanya itu uang yang
ibu punya nak.”
Lukita : “Aahh!! Bodo amat, itu sih urusan lo.Yang penting gue dapet duit. Dasar
orang tua!” (Sambil mendorong ibunya sampai jatuh).

Lita sang adik pun datang menolong ibunya.

Lita : “Bu, Ibu kenapa? Apa yang terjadi pada ibu?”(Mengangkat ibunya)
Ibu : “Ibu tidak apa-apa nak.”
Lita : “Ini pasti ulah kakak kan bu?”
Ibu : “Tidak nak, ibu tadi jatuh sendiri.”
Lita : “Yaudah kalau ibu tidak apa-apa, sini biar Lita antarkan ibu ke kamar untuk
istirahat.”
Ibu : “Terima kasih nak.”

Lukita dan temannya pergi ke tempat dugem, di sana sudah menunggu seseorang.

Niswatul : “Dari mana aja kalian guys? Gue udah lama nungguin kalian.”
Lukita : “Hehe maaf ya, eh mana barangnya? Ada kan?”
Niswatul : “Nih barangnya (Mengasih pil koplo dan barang terlarang pada mereka)”
(Musik DJ).
Lukita : “Thank you ya bray!”
Niswatul : “Yaudah guys, gue pulang duluan ya.”
Dechy : “Eh jangan pulang dulu dong, sini foya foya dulu sama kita bray.”
Niswatul : “Sorry guys, gue ada pelanggan yang mau ketemu nih di club depan.”
Sinta : "lagi laris banget nih ya"
Lukita : “Yaudah deh bray, kita nikmatin sendiri pil koplo ini, sedeppp.”

Mereka pun berdugem dan berfoya-foya serta memakan obat-obatan terlarang hingga
larut malam. Sementara di rumah sang ibu terlihat khawatir akan keberadaan anaknya yang
belum juga pulang.
Ibu : “Mana kakak mu Lit? Kok udah jam segini nggak pulang-pulang?”
Lita : “Lita tidak tau bu, dari tadi Lita tidak melihat kakak.”
Ibu : “Kemana perginya ya kakakmu itu.” (Dengan muka khawatir).

Akhirnya Lukita pun pulang ke rumah.

Ibu : “Dari mana saja kamu Luk? Kok jam segini kamu baru pulang?”
Lukita : “Ahh!!! Berisik! (Sambil menutup telinga) Jangan ikut campur lo orang tua!
Ini urusan gue!”
Ibu : “Kata adikmu tadi kamu tidak mengaji. Kenapa nak? Kamu kan udah besar,
jadi berikanlah contoh yang baik kepada adikmu nak dan cobalah buat ibumu
bangga.”
Lukita : “Bacot banget sih lu orang tua, udah deh minggir sana!!” (Sambil menutup
pintu kamar dengan keras)

Pada senja harinya, ketika setelah sholat maghrib.

Ibu : “Mau kemana lagi kamu Lukita?! Ibu liat-liat kamu suka pulang larut malam
seperti perempuan liar”
Lukita : “Kalau emang iya trus kenapa lo?! Lo nggak suka? Suka-suka gue dong mau
ngapain.”
Lita : “Kak, jangan bentak-bentak ibu kak. Dosa kak ingat itu.”
Lukita : “Ahh!!! Masa bodo!”

Lukita pun pergi ke tempat dugem lagi. Di sana sudah ada teman-temannya yang
sedang menunggunya. Mereka pun dugem dengan memakan obat-obatan terlarang.

Lukita : “Eh guys nyokap gue tuh ya, udah seneng banget nyeramahain gue ditambah
lagi gue gak dikasih duit lagi, anjir.”
Sinta : “Eh kok gitu banget sih nyokap lu!”
Lukita : “Iya sih guys gue juga kesel sendiri. Eh btw, gimana sih biar gue bisa cepet
kaya, gue kesel miskin mulu. Kasih saran dong guys.”
Dechy : “Gimana kalo lo pergi ke dukun aja! Dukun tuh serba tau kalo tentang
masalah kekayaaan gitu. Ntar gue kasih alamat, gimana?”
Lukita : “Eh ide lo bener juga deh, yaudah deh besok gua langsung kesana.” (Dengan
perasaan senang)
Keesokan harinya pada saat cuaca hujan lebat dan berangin Lukita pun pergi ke
rumah Mbah Dukun.

Lukita : “Permisi… Mbah??”


Mbah Dukun : “Ada apa nak kamu datang kemari?” (Sambil matanya tertutup dan bersila).
Lukita : “Hmm.. Gini mbah, sebenernya aku pengen kaya, aku sudah capek hidup
miskin melulu Mbah, gimana ya caranya biar kaya?”
Mbah Dukun : “Berani bayar berapa kamu nak haa?!”
Lukita : “Hmm… Mbah mintanya berapa emangnya?”
Mbah Dukun : “3 Juta tapi ada syaratnya mau?”
Lukita : “Apa mbah syaratnya?”
Mbah Dukun : “Nanti pada saat saya ngasih jimat ke kamu nak yaitu Jimat Simala Setan.
Yang artinya di dalam jimat itu terdapat jin dan setan untuk mempercepat
kekayaan kamu. Dan jangan sampai orang lain tahu!” (Suara serak).
Lukita : “Yaudah deh Mbah aku mau bayar segitu, sapa takut?”
Mbah Dukun : “(Membaca mantra yang di depannya ada jimat) Jiwalakaji.”
Lukita : “(Meringis ketakutan melihat Mbah Dukun).”
Mbah Dukun : “Ini nak jimatnya, jaga baik baik ya! Ingat pesen Mbah, jangan sampai
ketahuan siapa-siapa, kalau tidak nanti kamu yang dapat celaka!”
Lukita : “Siap Mbah, aku yakin ga bakalan ketahuan siapa siapa! Makasih ya Mbah
love youuu hehehe.”

Keesokan malamnya Intan dan teman-temannya pergi ke club untuk berfoya-foya


seperti biasa. Setelah menghabiskan malamnya di club bareng teman – temannya, akhirnya
pukul 02.00 Lukita pulang ke rumahnya.

Lukita : “Ahh capek banget badan gue, tidur dulu ah!”

Tak lama kemudian, Lita memasuki kamar Lukita.

Lita : “Kebiasaan kakak ini selalu pulang pagi. Mana barang-barangnya gak
diberesin lagi.”

Lalu Lita membereskan barang-barang Lukita kemudian menemukan sebuah barang


asing yaitu jimat yang diberikan oleh Mbah Dukun.

Lita : “Apa ini? Kok kak Lukita menyimpan barang seperti ini?!”

Tak lama kemudian Lukita bangun dari tidurnya dan memergoki Lita sedang
memegang jimatnya.

Lukita : “Ngapain kamu masuk-masuk kamar aku?! Dasar lancang!”


Lita : “Benda apa ini kak?”
Lukita : “Pengen tahu aja kamu! Sana pergi dari kamarku!”
Lita keluar dari kamar Lukita.

Lita : “Benda apa itu ya? Kok seperti benda pusaka? Apa jangan-jangan yang
disimpan Kak Lukita itu jimat? Jadi selama ini Kak Lukita bermain dukun
makanya uangnya banyak.”

Setelah itu pada malam harinya, Ibu dan Lita sedang pergi keluar rumah, Lukita
berada di rumah sendirian. Ketika Lukita sedang asyik bermain handphone di kamar, tiba-tiba
datanglah sosok hantu yang keluar dari jimat milik Lukita, hantu tersebut marah karena
jimatnya telah diketahui oleh orang lain. Lukita merasa ketakutan yang luar biasa. Hantu
tersebut semakin mendekati Lukita dan mencekik leher Lukita.

Lukita : “Arghhhh.”

Tiba-tiba saja Ibu dan Lita datang dan kebingungan melihat Lukita yang kesakitan.
Lalu mereka berdua datang menghampiri Lukita yang kesakitan.

Lita : “Loh, Kak Lukita kenapa?”


Ibu : “Kamu kenapa nak? Apa yang sudah terjadi?”

Lukita tidak menjawab pertanyaan Ibu dan Lita, dia hanya bisa menangis ketakutan
dan berlari memeluk Ibunya. Keesokan harinya, Lukita memutuskan untuk menemui dukun
yang memberi jimat kepadanya.

Lukita : “Mbah, kemarin malam saya hampir saja dibunuh sama hantu penghuni jimat
ini mbah, hantu itu marah sama saya mbah, hantu itu mau membunuh saya,
saya takut mbah, tolong bantu saya.”
Mbah Dukun : “Loh, gimana ceritanya? Apa kamu melanggar perjanjiannya? Apa ada orang
lain yang melihat jimat ini?”
Lukita : “Ada mbah, adik saya sendiri yang telah melihat jimat ini. Lalu apa yang
harus saya lakukan mbah agar hantu tersebut tidak marah lagi kepada saya?”
Mbah Dukun : “Saya tidak bisa membantu kamu karena kamu sudah melanggar
perjanjiannya.”
Lukita : “Saya mohon mbah, tolong bantu saya, saya masih ingin hidup mbah”
Mbah Dukun : “Maaf saya tidak bisa, silahkan keluar dari ruangan ini. Semoga hantu itu
mau memaafkanmu.”

Akhirnya, Lukita keluar dari ruangan tersebut dan kembali ke rumah. Sesampainya di
rumah, Lukita memilih berada di dalam kamar dan bermain handphone. Pada waktu ia
membuka salah satu sosial media, ia menemukan bahwa terdapat situs yang berisi berita
peramal yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit dalam atau ruqyah. Keesokan
harinya ia pergi ke peramal tersebut. Peramal tersebut bernama Roy Kimoshi.

Host : “Kembali lagi dengan saya di acara Kurma. Semua masalah akan
diselesaikan disini. Kita sambut pembawa acara kita Roy Kimoshi”(Tepuk
tangan dari penonton).
Roy : (Datang ke panggung sambil melambaikan tangannya ke penonton). “Jadi
ada seorang partisipan kita yang sedang mengalami syok berat. Karena dia
terus dihantui oleh sosok hantu. Kita panggil partisipan kita.”

Lukita masuk ke ruangan.


Roy : “Selamat datang Lukita.”
Lukita : “ Selamat datang juga kak Roy.”
Roy : “Oke, sekarang ceritakan bagimana masalah yang sedang kamu alami, saya
seperti melihat aura-aura kegelapan yang sedang ada di tubuhmu.”
Lukita : (Sambil menangis) “Iya betul, akhir-akhir ini saya sedang dihantui oleh
sesosok makhluk menyeramkan dan setiap jam 2 malam dia selalu datang ke
kamar saya dan mencoba mencekik leher saya.”
Roy : “Pasti ada penyebab dari permasalahan kamu. Coba kamu ceritakan saja
semuanya.”
Lukita : “Jadi gini kak Roy, sebelum permasalahan ini terjadi saya sempat pergi ke
dukun dan diberi jimat. Saya ingin cepat kaya Kak Roy. Karena hidup saya
terus menerus kesusahan dan merasa kesulitan. Saya merasa iri dan kesal
terhadap teman-teman saya yang hidup serba kecukupan.”
Roy : “Hmm.... Saya mencium aroma-aroma jahat yang menggerogoti hidup kamu.
Saya ingin melihat jimat itu. Bisa saya pinjam sebentar? Untuk mengetahui
lebih jelas apa yang ada di dalamnya.”
Lukita : “Jangan Kak Roy! Dukun itu memberikan syarat bahwa jimat itu tidak boleh
dilihat oleh siapapun. Kemarin adik saya melihat jimat itu dan malam harinya
saya diteror oleh hantu itu sampai mencekik leher saya.”
Roy : “Tidak apa apa, tidak usah cemas serahkan jimat itu pada saya. Mungkin saja
saya bisa membantu mengeluarkan sesuatu yang ada didalamnya.”

Tiba-tiba saat Lukita mengeluarkan jimat tersebut Lukita merasakan badannya terasa
sakit dan pandangannya kabur. Ia juga menjerit-jerit kepanasan.

Lukita : “Arghhhhh..... Panas!!!! Panassss!!! Ngikngikngikngikngik..................”


Roy : “Siapa kamu? Darimana asalmu?”
Lukita : (Senyum menakutkan). “Saya pesuruh dari Mbah Dukun yang tinggal di
jimat ini. Saya gak akan keluar dari tubuh ini!
Hihihihihihihihihihihihihihiihihihi.”
Roy : “Keluar kamu dari tubuh itu, dan kembalilah kamu pada tempat asalmu.
Duniamu dan dunia kita itu berbeda.” (Sambil memegang lengan intan, Roy
pun membakar jimat itu dan berusaha sekuat tenaga untuk memusnahkan jimat
itu).
Lukita : “Aaaaahhhhhhhhhhhhhhh PANAS!!!!!!!! PANAS!!!!!!!” (Intan pun jatuh
pingsan).

Tak lama kemudian Lukita pun tersadar dari pingsannya. Dan diberi minum oleh Host
Kurma.

Roy : “Akhirnya kamu sadar juga. Saya tadi melihat dalam bayangan saya bahwa
kamu telah durhaka terhadap ibu kamu. Kamu pun sering pergi ke club untuk
minum-minuman keras dan mengonsumsi obat obatan terlarang. Segeralah
bertaubat dan meminta ampun terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Jangan
mengulangi hal-hal tercela tersebut.”
Lukita : (Sambil menangis Intan pun merenungi perbuatan yang sudah ia lakukan
sebelumnya). “Baik Kak Roy saya akan segera bertaubat dan tidak akan
mengulangi perbuatan itu lagi.

Keesokan harinya Lukita bertemu dengan teman-temannya dan menceritakan bahwa


selama ini yang mereka perbuat itu salah dan menyesatkan.

Lukita : “Teman-teman, aku rasa perbuatan kita selama ini itu membuat Allah
marah.”
Dechy : “Idih kesambet apa lo! Tiba – tiba ngomong begituan.”
Sinta : “Eh.. apa jangan – jangan lo kena pengaruh dukun ya?!” (Teman-temannya
tertawa).
Lukita : “Enggak guys beneran, kemarin gue dapet azab diteror hantu. Perbuatan
seperti itu tuh menyesatkan, kita bisa masuk neraka. Mending kita semua
mengakhiri perbuatan kita yang kayak biasanya pergi ke club itu.” (Wajahnya
memelas).
Dechy : “Waduhhh serem amat azab lo!”
Sinta : “Hmm... Betul juga kata lo Luk. Jadi kita harus gimana?”
Lukita : “Gimana kita minta pencerahan sama Ustadzah, kebetulan deket rumah gue
ada tuh.”

Akhirnya Lukita mengajak teman-temannya untuk kembali ke jalan yang benar, yaitu
pergi ke Bu Ustadzah di Masjid.

Lukita, Sinta : “Assalamualaikum.”


& Dechy
Bu Ustadzah : “Waalaikumussalam.. ada apa ya kok rame-rame kesini?”
Lukita : “Kami mau meminta pencerahan Bu.”
Bu Ustadzah : “Memang apa yang terjadi?”
Dechy : “Sebelumnya kami ini sering pergi ke club malam. Kami banyak minum-
minum disana.”
Bu Usadzah : “Astaghfirullah.. apakah orang tua kalian mengetahui hal ini?”
Sinta : “Tidak Bu.. kami juga beberapa kali minum pil koplo.”
Lukita : “Saya juga sering membentak ibu saya. Bahkan saya pergi ke dukun untuk
memperkaya diri.”
Bu Ustadzah : “Kalian itu masih muda, tidak seharusnya kalian menyia-nyiakan waktu
untuk hal tidak berguna seperti itu. Apakah kalian tidak merasa malu dengan
perbuatan yang sudah kalian lakukan? Jangan sampai kalian menjadi anak
durhaka. Tidak pantas bagi seorang anak membentak orang tuanya apalagi
ibunya. Segeralah kalian menyesalinya, minta maaflah pada orang tua dan
segeralah bertaubat.”
Lukita : “Apakah perbuatan kami dimaafkan Bu sama Allah?”
Bu Ustadzah : “Sesungguhnya Allah itu Maha Pemaaf. Allah membukakan pintu taubat
bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh untuk betaubat. Asalkan kalian tidak
mengulangi perbuatan kalian lagi.”
Dechy : “Kami takut diazab seperti Lukita Bu.”
Bu Ustadzah : “Azab Allah tergantung dengan perbuatan kalian di dunia ini. Memang ada
azab yang diberikan saat masih hidup dan ada juga azab yang diberikan
diakhirat. Azab yang diberikan didunia merupakan teguran dari Allah karena
kita telah melakukan perbuatan yang salah dan supaya kita segera kembali
pada jalan yang benar.”
Sinta : “Ohh begitu yaa.”
Dechy : “Yaudah Bu kami pamit dulu.”
Lukita : “Terimakasih sudah memberikan kami petunjuk atas perbuatan kami.”
Bu Ustadzah : “Iya sama-sama. Jangan lupa jalankan yang saya beri tahu tadi.”
Dechy : “Assalamualaikum.”
Bu Ustadzah : “Waalaikumussalam. Ada-ada saja anak-anak jaman sekarang.”

Kesimpulan:
Hormatilah orang tuamu,sayangilah mereka,cintailah dan jangan pernah kamu menyakitinya
sedikitpun. Karena sesungguhnya mereka lah yang bisa membuat kalian hidup dan ada di
dunia ini, tanpa jasa mereka kalian tidak berarti apa-apa di dunia ini. Dan janganlah kamu
melakukan perbuatan yang salah demi untuk kesenangan sesaat. Sesungguhnya azab Allah
sangatlah pedih.

Anda mungkin juga menyukai