Anda di halaman 1dari 23

Idrus

Jumat, 03 Oktober 2014

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI PADI SAWAH PROGRAM PENGELOLAAN


TANAMAN TERPADU (PTT) DI KECAMATAN BATANG ASAM KABUPATEN
TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sub sektor tanaman pangan merupakan bagian integral dari sektor pertanian dan
merupakan penghasil komoditi strategis berupa beras yang menjadi makanan pokok
sebagian besar penduduk Indonesia. Kebutuhan bahan pangan padi tidak pernah surut,
melainkan selalu bertambah sesuai dengan pertumbuhan penduduk selaku faktor yang
paling menentukan besarnya permintaan padi.
Padi merupakan bahan pangan yang memberikan energi berupa karbohidrat. Tidak
dapat dipungkiri bahwa padi menempati posisi yang sangat strategis bagi kehidupan
masyarakat, disatu sisi padi merupakan komoditi ekonomi yang menjadi sumber
penghasilan petani disisi lain padi juga berfungsi sebagai konsumsi utama sebahagian
besar penduduk, sampai saat ini padi sulit digantikan oleh komoditi lainnya dan harus
tersedia dalam jumlah yang memadai.
Kebutuhan padi sebagai makanan pokok dari tahun ke tahun semakin meningkat,
meski banyak alternatif pilihan pokok pengganti padi yang mengandung karbohidrat.
Karbohidrat dapat ditemui dalam berbagai jenis makanan lain seperti ubi kayu
(singkong), ubi jalar, jagung, sagu, gandum, kentang, talas dan masih banyak lagi.
Program pembangunan pertanian, sedang maupun yang akan dilaksanakan masih
akan memperoleh prioritas dalam rangkaian pembangunan nasional. Hal ini dapat
dipahami karena peran penting sektor pertanian dalam peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat yang sebahagian besar tinggal dipedesaan.
Sektor pertanian secara langsung memberikan dukungan positif terhadap
perekonomian rakyat, terutama dalam aspek penyediaan lapangan kerja, penghasilan
bahan pangan dan bahan baku industry sampai dengan peningkatan ekspor nonmigas
serta untuk menghemat devisa negara untuk kegiatan impor bahan pangan terutama
beras.
Pengembangan wilayah pedesaan yang baik merupakan salah satu tujuan utama
pembangunan pertanian yang berdaya saing sesuai dengan keunggulan komparatif
daerah, berkelanjutan dan berkeadilan (Nahriyanti, 2008).
Pengembangan komoditas tanaman pangan yang telah dilakukan di indonesia telah
mengalami perubahan baik modifikasi maupun reinovasi. Program-program yang telah
dijalankan tersebut antara lain adalah intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi dan
diversifikasi.
Pengembangan tanaman pangan tetap menjadi perhatian serius dari pemerintah,
karena tanaman tersebut merupakan komoditas penting dan strategis. Program
pengembangan tanaman pangan di Provinsi Jambi pada dasarnya merupakan bagian
integral yang tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian secara keseluruhan.
Salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat penting bagi masyarakat Jambi
Khususnya dan Indonesia pada umumnya adalah padi.
Padi merupakan komoditas pangan strategis yang masih terus mendapatkan
perhatian khusus dari pemerintah mengingat beras merupakan makan pokok bagi
sebagian besar penduduk, sehingga upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi
terus di upayakan. Bukti nyata upaya ini dapat terlihat dari adanya perkembangan
produksi padi yang di capai di Provinsi Jambi, di mana pada kurun waktu tahun 2000-
2008 telah terjadi peningkatan produksi yang cukup menggembirakan, dimana
berdasarkan data dari kementrian pertanian Republik Indonesia pada tahun 2000
produktivitas padi Provinsi Jambi baru mencapai 31,32 Kw/Ha, dan menurut data
dinas petanian tanaman pangan provinsi Jambi pada tahun 2009, produktivitas padi
Provinsi Jambi telah mencapai 4,344 ton/Ha (Terjadi peningkatan 37,61% pada kurun
waktu 2000-2009), namun produktivitas ini masih lebih rendah dari pada produktivitas
daerah lain.
Kondisi luas panen, produksi dan produktivitas usaha tani padi sawah di kabupaten
Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat pada Tahun 2008-2012 No Tahun Luas panen (Ha) Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha) 1 2008 17.519 60.686 3,46 2 2009 19.301 70.705 3,66 3 2010
18.699 66.130 3,54 4 2011 22.902 86.624 3,78 5 2012 18.186 70.649 3,88 Rata-rata
17.456.6 61.798 3,66 Sumber : BPS Tanjung Jabung Barat 2013
Tabel 1 menunjukkan bahwa produktivitas usaha tani padi sawah di Tanjung
Jabung Barat berpluktuasi, dimana dalam kurun waktu Tahun 2008 s/d Tahun 2013
terjadi penurunan produktifitas pada Tahun 2010). Penurunan Produktifitas terjadi
karena penurunan luas panen, hal ini bisa terjadi karena ada gangguan dari
hama/penyakit atau karena aspek lingkungan.
Dalam upaya untuk meningkatkan produktifitas usahatani padi sawah pemerintah
terus berupaya mencari dan menemukan strategi yang memungkinkan dilaksanakan
sesuai kondisi dan potensi wilayah agar produktivitas usaha tani padi sawah khususnya
dapat ditingkatkan.
Salah satu upaya untuk maksud tersebut dilakukan oleh pihak BPTP (Badan
PengkajianTeknologi Pertanian) Provinsi Jambi melalui pendekatan yang dikenal
dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan kabupaten yang menjadi tempat
pengkajian sistem usahatani teknologi padi sawah melalui pendekatan pengelolaan
tanaman terpadu (PTT) yang mencakup komponen-komponen produksi, yaitu: varietas
unggul, benih bermutu, pengelolaan tanah, persemaian, bibit, cara tanam,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan, panen dan pasca panen,
tepat di Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam.
Desa Sri Agung pada awalnya merupakan daerah penempatan transmigran,
penduduk desa ini umumnya menggantung kan hidup nya pada sector pertanian pada
khususnya usaha tani padi sawah.
Desa ini pada Tahun 2004 di jadikan tempat pengkajian sistem usaha tani padi oleh
BPTP Provinsi Jambi. Perkembangan usaha tani padi sawah di desa ini selalu
meningkat setiap tahunnya hal ini dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa produktivitas padi sawah meningkat secara signifikan
pada tahun 2006, hal ini berarti peningkatan produksi terjadi setelah program
berjalan dua tahun hal ini juga mengindikasikan petani didesa Sri Agung
membutuhkan waktu lebih kurang dua tahun untuk mengadopsi program PTT. Tabel 2.
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Desa Sri Agung Tahun 2005 -
2009 No Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1 2005 1.510
5.683 3,7 2 2006 1.480 10.840 7,3 3 2007 1.410 10.152 7,2 4 2008 1.490 10.855 7,28 5
2009 1.475 10.830 7,34 Sumber : BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2010
Menurut Mubyarto (1995), lahan, tenaga kerja dan modal merupakan faktor
produksi atau input setelah terkombinasi dengan faktor lain akan memberikan
pengaruh terhadap produksi dan menghasilkan suatu produk atau output. Melalui
pengelolaan faktor produksi yang baik diharapkan dapat meningkatkan produksi serta
produktivitas usaha tani. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Analisis Efisiensi Usaha Tani Padi Sawah Program
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Di Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung
Jabung Barat Provinsi Jambi”

1.2 Masalah Penelitian


Program peningkatan produksi padi pada khususnya secara nasional telah
membawa Indonesia mencapai swasembada pangan Tahun 1984, namun tahun
berikutnya Indonesia kembali mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan rakyat
Indonesia, kemudian pada tahun 2009 Indonesia kembali mencapai swasembada
pangan, namun Tahun 2010 Indonesia kembali mengimpor beras.
Sesuai dengan paparan diatas melalui BPTP, pemerintah telah berupaya dan
menemukan suatu sistem bercocok tanam padi sawah yang mampu meningkatkan
produksi dan produktivitas usaha tani padi sawah. Hal ini dibuktikan dengan capaian
produktivitas usaha tani padi sawah di Desa Sri Agung melalui program PTT.
Secara tehnis PTT telah mampu meningkatkan produktivitas hampir 100 persen
dari capaian produktivitas sebelumnya dimana Program PTT dimulai pada Tahun 2004
(Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa produktifitas pada tahun 2005 adalah sebesar 3,7
ton/ha menjadi 7,3 ton/ha setelah program PTT yaitu tahun 2006 dan seterusnya),
namun apakah capaian produktivitas ini juga efisien masih perlu dipelajari lebih
lanjut kajian efisiensi ini penting di lakukan agar penggunaan sumberdaya yang ada
dapat menunjang upaya peningkatan pendapatan petani secara ekonomis di samping
agar sumberdaya yang ada termanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan petani
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Pendapatan yang maksimum dalam usaha tani padi sawah merupakan tujuan yang
diingin dicapai petani, pendapatan usahatani maksimum tercapai jika penggunaan
faktor produksi secara efisien.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan daerah potensial untuk
pengembangan usaha tani padi sawah di Provinsi Jambi , hal ini dapat dilihat dari luas
lahan yang ada. Tidak tercapainya produksi padi sawah yang optimum ini tidak
terlepas dari berbagai hambatan yang mempengaruhi petani dalam berusahatani,
antara lain: penggunaan lahan, tenaga kerja, dan benih.
Berdasarkan uraian di Atas, permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah: Apakah penggunaan faktor produksi pada usaha tani padi sawah program PTT
di Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat sudah efisien ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan masalah penelitian diatas, maka Tujuan dari
peneitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penggunaan faktor produksi pada usahatani padi sawah di
Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani
padi sawah di Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai ;
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan sutdi tingkat sarjana pada
Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
2. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran atau informasi dari pihak
yang membutuhkan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Usahatani


Usahatani diartikan sebagai sesuatu kegiatan mengorganisasi (mengelola) asset dan
cara dalam pertanian atau lebih tepatnya adalah suatu kegiatan yang mengorganisasi
sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang
pertanian (Daniel, 2004).
Menurut Suratiyah (2006), usahatani merupakan suatu kegiatan yang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya.
Rifai dan Hernanto (1996), mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam,
tenaga kerja, dan modal yang ditunjukkan kepada produksi dilapangan pertanian.
Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh
seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat gonologis,
politis maupun teritorial sebagai pengelolanya.
Hernanto (1996), menambahkan bahwa faktor-faktor dalam usahatani yang
mempengaruhi randahnya pendapatan usaha tani antara lain:
(1) kecilnya penguasaan dan pemakaian unsur produksi usahatani,
(2) keterampilan petani rendah.

Sedangkan faktor dari luar usahatani yang berpengaruh antara lain:


(1) masih lemahnya hasil yang di pasarkan,
(2) belum tersedianya teknologi pilihan, (3) kurangnya perangsang dalam produksi.
2.2 Usahatani Padi Sawah
Usahatani padi sawah merupakan usahatani dimana dalam proses produksinya
melibatkan sawah sebagai lahan, petani sebagai tenaga kerja, bibit, pupuk, obat-
obatan, dan adanya pengairan disamping skill atau kemampuan manajerial dalam
mengkoordinasikan factor-faktor produksi tersebut. Tinggi rendahnya produksi
ditentukan oleh penerapan teknologi yang baik dan efektif. Upaya peningkatan
produksi dengan menggunakan fakktor-faktor produksi tersebut dapat meningkatkan
produktivitas yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani.
Menurut Yandianto (2003), pengolahan padi sawah ada dua jenis yaitu pengolahan
tradisional dan pengolahan modern. Pengolahan sawah secara tradisonal dilakukan
sepenuhnya oleh tenaga manusia dengan bantuan hewan dan peralatn sederhana,
seperti Bajak, Cangkul, Garu, Sabit, dan lain-lain. Sedangkan pengolahan secara
modern dilakukan dengan menggunakan mesin, misalnya Traktor dan satu atau dua
orang tenaga operator.
Menurut Suprayitno (1996), diacu dalam jonhnos Hia (2009), menyatakan secara
umum kegiatan yang dilaksanakan oleh petani dalam berusahatani padi sawah
meliputi kegiatan
1). Penyediaan benih dan pemeliharaan serta penyiapan penanaman.
2). Pemeliharaan lahan.
3). Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan pemotongan/ penuaian padi dari
batangnya, merontokkan bulir dari tangkainya dan pembersihan.

2.3. Faktor-faktor Produksi


Menurut Soekartawi (2002), faktor produksi adalah semua kobanan yang diberikann
kepada tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilakan dengan baik. Dalam
berbagai pengalaman menunjukan bahwa factor produksi lahan, tenaga kerja, dan
modal untuk membeli bibit adalah factor produksi yang terpenting diantara factor
produksi yang lain.
Menurut Daniel (2004), factor produksi merupakan syarat mutlak yang diperlukan
lebih dulu dalam suatu proses produksi. Kadarsan (1995), menambahkan bahwa syarat
terpenting yang harus dipenuhi suatu usahatani dalam menciptakan hasil produksi dan
kemudian memperoleh pendapatan yang memuaskan adalah memiliki atau menguasai
faktor produksi yang diperlukan dengan jumlah yang semaksimal mungkin dan
kombinasi yang setepat mungkin. Dalam penelitian ini faktor produksi berupa
menejemen tidak dijelaskan, hal ini menurut Daniel (2004), disebabkan karena
sulitnya melakukan pengukuran terhadap variable tersebut.
2.3.1 Lahan
Pada sektor pertanian, tanah merupakan faktor produksi yang mempunyai
kedudukan yang paling penting disamping faktor produksi tenaga kerja, modal, dan
keterampilan petani dalam mengelola usahataninya, ini terbukti dari besarnya
balas jasa yang diterima tanah dibanding dengan faktor produksi lainnya. Lahan
sebagai salah satu produksi merupakan pabriknya hasil pertanian dimana tempat
produksi itu berlangsung dan produk itu keluar (Mubiyarto, 1989). Soeharjo dan
Patong (1973), luas lahan garapan dapat mempengaruhi cara berproduksi petani,
dimana pada luas lahan usahatani yang relatif kecil petani sukar untuk
mengusahakan dan memilih cabang usahatani yang menguntungkan. Luas lahan
dalam usahatani dapat dikatagorikan berdasarkan luasnya (untuk pulau jawa )
yaitu :
(1) lahan luas yaitu lahan yang luasnya lebih dari 2 ha,
(2) lahan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 ha – 1 ha,
(3) lahan sempit yaitu lahan yang luasnya 0,5 ha.
Selanjutnya dijelaskan oleh Soekartawi (1994), bahwa luas lahan akan
mempengaruhi skala usaha yang akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya
suatu usaha pertanian.

2.3.2 Tenaga Kerja


Dalam ilmu ekonomi yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan fisik
dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha
produksi (Daniel, 2004). Hernanto (1996), membedakan tenaga kerja menjadi tenaga
kerja manusia, ternak, dan mekanik. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga
kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga manusia dapat mengerjakan semua jenis
pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Berkaitan dengan umur,
jika umur relatif akan lebih cepat menyelesaikan pekerjaan dibandingkan dengan
umur yang relatif tua,Selanjutnya Suratiyah (2006), menambahkan bahwa tenaga
kerja merupakan faktor penting dalam usahatani keluarga, khususnya tenaga kerja
petani serta anggota keluarganya. Rumah tangga tani yang umumnya sangat terbatas
kmemampuannya dari segi modal, pranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan.
Jika masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka tidak perlu
mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat biaya. Dalam usaha kegiatan usaha
tani, dalam memudahkan analisis mengenai ketenaga kerjaan biasanya digunakan
satuan kerja yang disebut dengan Hari Kerja Setara Pria (HKSP), atau dapat pula
digunakan jumlah jam kerja atau harian kerja sebagai ukuran curahan tenaga kerja
(Soekartawi, 1989). Dalam penelitian ini digunakan ukuran Hari Kerja Setara Pria
(HKSP) dengan mengunakan faktor konversi, yaitu untuk pria adalah 1 HKSP, wanita
0,7 HKSP dan anak – anak 0,5 HKSP, dengan asumsi upah pria dan wanita bebeda.

2.3.3 Modal
Modal merupakan suatu bentuk kekayaan yang dapat berupa uang maupun barang
yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses produksi.
Menurut Hernanto (1996), modal dalam pengertian ekonomi adalah barang atau
uang yang secara bersama – sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta
pengeolalaan menghasilkan barang – barang baru yaitu produksi pertanian, dan modal
yang tertinggi adalah modal operasional.
Kadarsan (1995), menyatakan bahwa modal operasional atau disebut juga modal
lancar dipakai untuk membiayai semua pengeluaran yang menyebabkan perusahaan
aktif beroperasi. Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan
menjadi dua macam, yaitu : modal tidak bergerak (modal tetap), dan modal variabel
(modal tidak tetap). Modal tetap dapat didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan
dalam proses produksi yang tidak habis dalam satu kali proses produksi.
Faktor produksi seperti tanah, bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan
dalam modal tetap. Modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi yang habis terpakai dalam satu kali proses produksi, seperti: biaya produksi
yang dikeluarkan untuk membeli benih, dan upah tenaga kerja.
Menurut Soekartawi (2002), besar kecilnya modal dalam suatu usaha tergantung
dari berbagai faktor diantaranya: skala usaha, jenis komuditas, dan tersedianyakredit
atau pinjaman.
Modal berupa uang dimanfaatkan untuk membeli faktor input yang diperlukan
dalam kegiatanusaha tani antara lain : benih, pupuk, pestisida, peralatan, dan
membayar tenaga kerja. Benih padi yang bermutu baik yang berasal dari varietas
unggul merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat menentukan tinggi
rendahnya hasil tanaman.
Benih bermutu,selain memiliki daya tumbuh yang tinggi, juga dapat
mempertahankan kelangsungan pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik atau
mampu berkecambah dengan normal (Warisno, 1998).
Berbagai benih padi unggul dapat dengan mudah diperoleh di kios-kios sarana
produksi pertanian. Benih padi tersebut berlabel sertifikat sehingga petani
mengetahui jenis benih mana yang akan digunakan.
Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik organik maupun anorganik
dengan maksud untuk mengantikan unsure hara yang hilang dalam tanah dan untuk
meningkatkan produksi tanaman (Suprapto, 1995).
Dengan pemupukan diharapkan produksi usaha tani dapat meningkat, baik dari
jumlah maupun mutunya. Pupuk buatan sebagai salah satu hasil teknologi baru yang
memiliki keunggulan lebih produktif daripada pupuk kompos, dan pupuk kandang
merupakan sarana produksi dalam usaha tani mempunyai peranan penting untuk
meningkatkan produktifitas tanaman (Mubiyarto, 1989).

2.4 Fungsi Produksi


Menurut Daniel (2004), fungsi produksi merupakan salah satu fungsi yang
menunjukkan hubungan antara hasil fisik (output) dengan faktor – faktor produksi
(input). Input – input seperti lahan, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim dan sebagainya
mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh. Jika misalnya Y adalah
produksi/output dan Xi adalah input ke-I maka besar kecilnya Y juga tergantung dari
besar kecilnya X1,X2,X3,X4………..Xi yang digunakan. Hubungan X dan Y secara aljabar
dapat ditulis sebagai berikut : Y = f (X1, X2, X3, X4,…..Xi) Dimana: Y = Produksi /
output Xi = Input f = simbol fungsional untuk mencerminkan bentuk hubungan input
menjadi output. Doll dan Orazem (1984), menyatakan bahwa kurva fungsi produksi
melukiskan hubungan antara konsep average produk (AP) dengan marginal produk
(MP) yang disebut kurva total produksi (TP). Average produk menujukan kuantitas
produksi yang dihasilkan. AP = Y/X Dimana : AP = Average product Y = Output X =
Input Sedangkan marjinal produk (MP) mengukur banyaknya penambahan atau
pengurangan total output dari penambahan input. Secara visual (MP) mereprentasikan
slope dari fungsi produksi. MP = ∆Y/∆X Dimana : MP = Marginal Product ∆Y =
Perubahan ouput ∆X = Perubahan Input Rahim dan Hastuti (2008), membagi daerah
produksi menjadi tiga bagian berdasarkan kondisi AP dan MP.(gambar 1) Daerah 1
terletak diantara 0 dan X1 dengan nilai elastisitas yang lebih besar dari satu (Ԑ > 1),
dimana terjadi ketika MP > dari AP, AP akan meningkat pada daerah 1(satu). Hal ini
mengindikasikan bahwa setiap penambahan produksi sebesar satu satuan akan
menyebabkan peningkatan produksi yang lebih besar dari satu satuan. Daerah satu ini
disebut juga sebagai daerah irasional atau inevisien. Daerah II terletak antara X1 dan
X2 yang terjadi ketika MP mengalami penurunan dan kurang dari AP tetapi lebih besar
dari 0. Nilai elastisitas produksi yang berkisar antara 0 dan 1 (0 < Ԑ <1) menunjukan
bahwa setiap penambahan input sebesar satu satuan akan meningkatkan produksi
paling besar satu satuan dan paling kecil nol satuan. Daerah ini merupakan daerah
rasional atau efisien. Daerah III merupakan daerah dengan nilai elasitisitas lebih kecil
dari nol (Ԑ < 0) yang terjadi ketika MP bernilai negative yang berarti bahwa setiap
penambahan satu satuan input akan menyebabkan penurunan produksi. Daerah yang
disebut daerah irasional ini terjadi ketika excess kuantias dari input variable
dikombinasikan dengan input tetap menimbulkan penurunan total output. Fungsi
produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas.
Secara matematis persamaan Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut : Y =
aX1b1X2b2X3b3X4b4........Xibi eu Untuk memudahkan penghitungan fungsi produksi
Cobb-Douglas dapat ditransformasikan kedalam bentuk logaritma sehingga fungsi
produksi tersebut adalah sebagai berikut: Log Y = Log a + b1 Log X1 + b2 Log X2 + b3
Log X3 + b4 Log X4 ... + bi Log Xi Dimana: Y = Produksi a = Intersep Xi = Faktor
Produksi ke-i bi = Parameter Variabel Penduga ke-i u = Unsur Sisa (galat) i = 1 sampai
n e = Bilangan Natural Ganbar 1. Kurva hubungan Produk Total. Marginal produlk dan
Produk rata-rata Keterangan ‘ Kurva Produk Total Kurva Marginal Produk Kurva Produk
rata-rata Menurut Soekartawi (1994) fungsi Cobb-Douglas memiliki beberapa
kelebihan, antara lain:
(1) relative mudah dan sederhana dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain
karena dapat ditransformasikan kedalam bentuk linear sederhana,
(2) koefisien pangkatnya sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas produksi yang
optimum dari pemakaian factor-faktor produksi,
(3) jumlah elastisitas dugaan dari masing-masing factor produksi merupakan
produksi yang digunakan dalam proses pendugaan skala usaha (return to scale) atas
factor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi yang sedang
berlangsung.

2.5 Efisiensi
Penggunaan Faktor Produksi Dalam menghasilkan suatu produk sangat diperlukan
factor produksi atau korbanan. Besar kecilnya korbanan yang diperlukan untuk
menghasilakan produksi tertentu menentukan keadaan efisien proses produksi yang
bersangkutan. Konsep efisiensi dapat digolongkan menjadi tiga macam:
(1) Efisiensi teknik, merupakan suatu penggunaan factor produksi dimana factor
produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum,
(2) Efisiensi harga, merupakan suatu kondisi dimana nilai produksi produk marginal
sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan,
(3) Efisiensi ekonomi, merupakan usaha yang dilakukan dalam mencapai efisiensi
teknik dan efisiensi harga. Menurut Doll dan Orazem (1994), terdapat dua syarat
untuk mencapai efisien ekonomi yaitu syarat keharusan (necessary condition) dan
syarat kecukupan (sufficient condition. Syarat keharusan dapat terpenuhi apabila
berproduksi pada daerah II yaitu nilai elastisitas produksinya berkisar antara nol dan
satu (0 < Ԑ < 1). Sedangkan syarat kecukupan ditunjukan untuk nilai dan tujuan
individu atau kelompok.
Menurut Soekartawi (1994), untuk menentukan tingkat efisiensi penggunaan faktor
produksi dapat dilakukan dengan membandingkan NPM (nIlai Produksi Marginal).
Dengan harga masing-masing factor produksi (Hxi), yaitu : Ԑ = NPMxi/Hxi Selanjutnya
NPM (Nilai Produk Marginal) faktor produksi X dapat dituliskan sebagai berikut : NPMxi
= bi.Y.Hy Xi Dimana : NPM = nilai produk marginal Hy = Harga Produk Hxi = Harga
Faktor Produksi ke-i Y = Rata-Rata Produksi Padi sawah Xi = Rata-Rata Penggunaan
Faktor Produksi ke-i bi = Koefisien Regresi Faktor Produksi ke-i Berdasarkan
perbandingan antara NPM (Nilai Produk Marginal) dan harga faktor produksi (Hxi)
tersebut, dapat diketahui tingkat efisiensi sebagai berikut: artinya : penggunaan
faktor produksi ke-I tidak efisien, untuk mencapai efisiensi maka faktor produksi perlu
dikurangi. , artinya : penggunaan input sudah efisien. , artinya : penggunaan faktor
produksi X tidak efisien.
Menurut Boediono (1982), dalam memperoleh penggunaan faktor produksi yang
optimum bila MPx . Hy = Hx, dimana MP = Hy/Hx. Untuk mencapai suatu Kondisi
pendapat yang optimum dengan penggunaan lebih dari satu variabel faktor produksi
dengan formula diatas maka akan diperoleh:

2.6 Konsep Pendapatan Usahatani


Pendapatan merupakan indikator keberhasilan usahatani, dengan pendapatan yang
tinggi membuat petani akan bergairah untuk mengusahakan cabang usahatani
tersebut pada musim tanam berikutnya.
Menurut Rahim dan Hastuti (2008), untuk besarnya pendapatan yang diperoleh dari
usaha tani dapat diukur dari selisih total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC).
Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih yang
diterima oleh petani dalam satu kali musim tanam. Pendapatan yang diperoleh
berasal dari selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan.
Secara matematis rumus pendapatansebagai berikut : Pd = TR – TC Pd = Hy . Y – Hx . X
Dimana: Pd = Pendapatan TR = Total Penerima (total revenue) TC = Total Biaya (total
cost) Hy = Harga Produk Y = Produksi Hx = Harga Faktor Produksi yang Digunakan X =
Faktor Produksi yang Digunakan Untuk melihat tingkat pendapatan yang diperoleh
oleh petani, apakah usahatani padi yang dilaksanakan layak atau tidak untuk
dilaksanakan pada musim tanam berikutnya, dengan mengunakan criteria investasi
yaitu revenue cost ratio (R/C) rasio, dimana criteria R/C > 1, maka usahatani yang
dilakukan menguntungkan usahatani yang dilakukan petani.

2.7 Kerangka pemikiran


Sistem agribisnis merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari beberapa
subsistem dan subsistem tersebut harus dilaksanakan secara menyeluruh,
berkesinambungan serta dengan menjadi keterkaitan yang erat antar subsistem yang
satu dengan subsistem yang lain. Dalam suatu sistem agribisnis jagung terdiri dari
beberapa subsistem yang harus ditangani secara terpadu dan terintegrasi satu sama
lain.
Beberapa subsistem yang terdapat dalam sistem agribisnis yaitu
(1) Subsistem agro-input faktor produksi yaitu penyediaan dan penyaluran bibit,
pupuk, pestisida dan lain-lain,
(2) Subsistem usahatani/ produksi yang menyangkut pengolahan lahan serta
pemeliharaan, dimana penggunaan agro-input diusahakan mencapai tingkat efektif
dan efisien untuk mencapai produksi optimal melalui penerapan pola dan sistem
usahatani yang tepat,
(3) Subsistem pengolahan dan pemasaran dimana pengolahan dilakukan untuk
menciptakan produk yang lebih mudah diangkat dan mampu meningkatkan kualitas
hasil sehingga mencapai efisiensi fungsi pemasaran, harga yang diterima petani
menjadi lebih baik.
Pemasaran dikatakan efisien apabila terciptanya keadaan dimana pihak produsen,
lembaga pemasaran dan konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktifitas
pemasaran tersebut,
(4) Lembaga penunjang, yang ikut berperan dalam mendukung aktifitas agribisnis
karena mampu memberikan informasi dan pengetahuan yang penting dalam
pengembangan sistem agribisnis.
Agribisnis merupakan rangkaian kegiatan berbasis pertanian yang saling berkaitan
dalam suatu sistem produksi, pengolahan, distribusi, pemasaran dan berbagai
kegiatan penunjangnya. Kegiatan agribisnis dapat menghasilkan produk pangan dan
atau produk non pangan serta berperan dalam meningkatkan pendapatan dan daya
beli masyarakat. Adapun tujuannya adalah untuk mendorong berkembangnya usaha
pertanian yang mampu menghasilkan produk pertanian yang optimal dan yang berdaya
saing, menghasilkan nilai tambah bagi peningkatan dan kesejahteraan petani dan
tenaga kerja pertanian dengan melaksanakan kegiatan usahatani padi sawah yang
efisien. Penerapan sistem agribisnis padi sawah yang terkoordinir dan efisien secara
ekonomis dengan baik diharapkan menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan
pendapatan petani padi sawah khususnya di daerah penelitian. Berikut ini adalah
kerangka pemikiran penelitian diatas. Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret Sampai bulan April 2012. Lokasi pemilihan ini dipilih
dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan daerah
yang mengusahakan tanaman padi sawah dan telah menerapkan PTT dengan hasil
yang relative tinggi (lebih kurang dari 7 ton/ha) Ruang lingkup penelitian ini dibatasi
pada masalah tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi
sawah. Faktor produksi yang dianalisis dalam penelitian ini adalah lahan, tenaga
kerja, benih, pupuk dan obat-obatan. Efisiensi penggunaan input dihubungkan dengan
perilaku petani dalam menerapkan inovasi PTT. Sebagai objek penelitian adalah
petani padi sawah.
Pengambilan data di lapangan selama satu kali musim tanam. Adapun data yang
bias dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
1. Identitas petani yang terdiri dari umur, suku, tingkat pendidikan, jumlah
anggota keluarga dan pengalaman berusahatani.
2. Luas lahan (ha) dan jumlah produksi padi sawah (kg/musim tanam).
3. Jumlah penggunaan tenaga kerja (HKSP), benih (kg), pupuk (kg) dan obat-
obatan (liter)/musim tanam
4. Biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani padi sawah/ musim tanam
(Rp)
5. Harga jual produksi padi sawah (Rp/Kg) 6. Data-data lain yang dianggap perlu
dan berhubungan dengan penelitian ini.

3.2. Jenis dan Sumber Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari petani padi
sawah itu sediri yang terpilih melalui wawancara langsung dengan menggunakan
daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder
merupakan data pendukung yang diperoleh danri instansi pemerintah terkait dengan
penelitian, literature dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang erat hubungannya
dengan permaslahan yang diteliti.

3.3. Metode Penarikan Sampel


Penelitian dilakukan di Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Provinsi Jambi. Terdapat 6 (enam) desa yang menghasilkan padi sawah yaitu Desa
Lubuk Bernai, Kampung baru, Tanjung Bojo, Dusun Kebun, Suban dan Desa Sri Agung.
Desa Sri Agung yang terdiri dari 4 dusun dan 26 RT. dipilih secara sengaja atau
(purposive) sebagai sampel dengan pertimbangan bahwa desa ini adalah lokasi
penerapan program PTT, disamping itu usahatani padi sawah sebagai mata
pencaharian pokok penduduk. Sampel dalam penelitian ini adalah petani padi sawah
di Desa Sri Agung. Penarikan sampel dilakuan secara stratified Random Sampling.
Petani sawah di desa Sri Agung tergabung dalam 20 kelompok tani (Lampiran 1) dari
berbagai kelas kemampuan kelompok. Mengingat Analisis efisiensi diperkirakan ada
kaitan dengan kelas kemampuan kelompok, maka sampel diambil dari kelas
kemampuan kelompok tani, masing-masing 1 kelas.
Menurut data yang tersedia diketahui bahwa di Desa Sri Agung terdapat 1 kelas
Pemula, 1 kelas Lanjut dan 18 kelas Madya. Kelas Lanjut dan Pemula dipilih secara
sengaja (hanya ada kelas) dan dari 18 kelas Madya diambil sampel satu kelompok
yaitu Sumber Baru dengan pertimbangan mengikuti saran PPL. Jumlah anggota
masing-masing kelompok tani adalah 30, 30 dan 31 (lampiran1), sehingga jumlah
seluruh petani dari 3 kelompok adalah 91. Jumlah sampel yang diambil dalam
penelitian menggunakan Rumus Slavin dengan rumus sebagai berikut ; N n = ---------- 1
+ Ne2 Dimana n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi E = Persen Kelonggaran (tingkat
kesalahan yang diperkenankan) Sehingga jumlah sampel dengan α = 10 % adalah 91/1
+ 91 x (0.1)2 = 48 Jumlah sampel per kelompok tani diambil secara proporsional
sebagai berikut a. Kelompok Tani Sido Rukun = 30 / 91 x 48 = 16 petani b. Kelompok
Tani Pelita Jaya = 30 / 91 x 48 = 16 petani c. Kelompok Tani Sumber Baru = 31 / 91 x
48 = 16 petani Penarikan sampel dari tiap kelompok tani dilakukan secara random
secara undian.

3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
mencakup data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan
melakukan wawancara langsung dengan sampel dengan bantuan daftar pertanyaan
yang telah dipersiapkan, disamping itu juga dilakukan observasi lapang untuk melihat
secara langsung tentang beberapa aspek yang dinilai penting untuk diobeservasi
seperti fasilitas pengairan.

3.5 Metode Analisis Data Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah
metode analisis deskriptif dan metode kuantitatif. Analisis deskriptif, analisis ini
digunkan untuk menggambarkan kondisi dan situasi dalam penelitian yang berbentuk
penyataan-pernyataan, serta untuk memberi gambaran umum dan karakteristik
responden dalam penelitian ini (petani sampel). Analisis kuantitatif, yaitu dengan
menggunakan alat analisi regresi berganda. Untuk memudahlan dalam analisis data
variabel maka data diolah dengan menggunakan paket program NLOGIT. Alat analisis
yang digunakan berdasarkan fungsi produksi padi sawah, yang melibatkan dua variabel
yaitu variabel dependen (Y) dan variabel independen (X). bentuk dan persamaan
Cobb-Douglass (Soekartawi, 1994), adalah sebagai berikut: Y=A.Kb1.Lb2.Eu fungsi
produksi Cobb-Duoglas ini disempurnakan sesuai dengan model dalam bentuk
matematis sebagai berikut: Y=aX1b1.X2b2.X3b3.X4b4.X5b5.X6b6.eu Diamana : Y :
Produksi padi sawah (Kg) X1 : Luas Lahan (Ha) X2 : Tenaga kerja ( HKSP) X3 : Jumlah
benih (kg) X4 : Jumlah Pupuk Urea (kg) X5 : Jumlah pupuk SP-36 (kg) X6 : Jumlah
pupuk KCL (kg) a : Konstanta e : Kesalahan Pendugaan bi..bn : Parameter yang diduga
Untuk memudahkan pendugaan maka persamaan di atas dapat diubah menjadi
persamaan linear berganda yaitu sebagi berikut: Ln Y= Ln a+b1 Ln x1 + b2 Ln x2 + b3
Ln x3 + b4 Ln x4 + b5 Ln x5 + b6 Ln x6 + eu Selain melakukan analisis terhadap faktor
produksi dengan menggunakan regresi berganda dalam penelitian ini juga dianalisis
tingkat efisiensi ekonomis, sementara itu untuk mendapatkan efisiensi ekonomis
diperlukan nilai dari efisiensi teknis dan alokatif (harga) (Tasman, A. 2008). Alat
analisis yang digunakan adalah sebagai berikut, untuk efisiensi teknis yaitu: ET= Y*/Y
Dimana : ET: Efisiensi teknis Y*: Produksi Aktual Y: Produksi Maksimum Analisis tingkat
efisiensi harga (efficiensi alokatif) dari penggunaan factor produksi (Tasman A 2008),
digunakan rumus Dimana : Px = Harga factor produksi Py = Harga output EA = Efesiensi
Alokatif Y = Ouput / produksi b = Elastisitas X = Faktor produksi NPM = Nilai produk
marginal artinya penggunaan faktor produksi X belum efisien. , artinya penggunaan
faktor produksi X sudah efisien. , artinya penggunaan faktor produksi X tidak efisien.
Dan analisis untuk efisiensi ekonomi (Tasman, A.2008), digunakan rumus sebagai
berikut : EE = ET x EA Dimana : EE = Efisiensi Ekonomi ET = Efisiensi Teknis EA =
Efisiensi Alokatif Dalam penelitian ini Efisiensi dikatagorikan menjadi dua baik untuk
efisiensi teknis, alokatif maupun efisiensi ekonomis yaitu: 1. Efisien, jika efisiensi
yang dicapai petani (dalam persen) berada antara 100 - 1 standar deviasi sampai
dengan 100 + 1 standar deviasi. 2. Tidak Efisien, jika nilai dari efisiensi yang dicapai
petani (dalam persen) lebih kecil dari 100 - 1 standar deviasi atau lebih besar dari 100
+ 1 standar deviasi.
Untuk melihat apakah masing-masing koefisien signifikan atau tidak, maka
dilakukan dengan menggunakan alat uji hipotesis t statistik dan F statistik (Supranto,
1995). Uji F statistik. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui variabel independent
mana saja yang berpengaruh terhadap variabel dependent secara bersama-sama. Nilai
F hitung diperoleh dengan rumus: Dimana: R2 = Koefisiensi determinasi k = Banyaknya
perubahabn bebas n = Banyaknya perubahan sampel Nilai F hitung yang didapat
selanjutnya dibandingkan dengan nilai F tabel pada derajat bebas (df) tertentu
dengan tingkat keyakinan tertentu dengan keputusan sebagai berikut: Fhitung <
Ftabel H0 diterima Fhitung ≥ Ftabel H1 diterima Uji R2 Uji ini bertujuan untuk
mengetahui persentase variable dependen yang dapat dijelaskan oleh variable
independen dalam model yang digunakan. Nilai R2 dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut ; R2 = Dimana: R2 = koefisien determinasi berganda. Xi = Jumlah
variabel deviasi ke-i dan nilai rata-rata (Xi-X). Yi = Jumlah simpangan suatu variabel
dari nilai rata-rata. bi = Koefisien regresi variabel ke-i. Yi = Kuadrat simpangan suatu
variabel ke-i dari nilai rata-rata (Yi-Y)2 Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 yaitu 0≤R2≤1.
Makin mendekati 1 nilai R2 berarti semakin kuat hubungan yang terdapat antara
variabel terikat dengan variabel bebas. Uji t statistik. Uji ini dimaksud untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat signifikan variabel independent
terhadap variabel dependen secara parsial atau sendiri-sendiri. Nilai t hitung dapat
diperoleh dengan rumus sebagai berikut: Dimana: t = t hitung b = koefisien regresi
hasil estimasi. Se = simpangan baku atau standar error Uji hipotesis ini akan
dirumuskan sebagai berikut: H0 : bi = 0 artinya variabel X berpengaruh signifikan
terhadap variabel Y H1 : bi ≠ 0 artinya variabel X berpengaruh signifikan terhadap
variabel Y Nilai t hitung yang didapat selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel
pada derajat bebas (df) tertentu dengan tingkat keyakinan tertentu dengan keputusan
sebagai berikut: thitung < ttabel H0 diterima thitung ≥ ttabel H1 diterima Menurut
Boediono (1982), dalam memperoleh penggunaan faktor produksi yang optimum bila
MPx .Hy = Hx, dimana MPx = Hx/Hy.
Untuk mencapai suatu kondisi pendapatan yang optimum dengan penggunaan lebih
dari satu variabel faktor produksi yang optimum, maka akan diperoleh: Menurut
Rahim dan Hastuti (2008), untuk melihat besarnya pendapatan yang diperoleh dari
usahatani dapat diukur dari selisih total penerima (TR) dengan total biaya (TC).
Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih yang
diterima oleh petani dalam satu kali musim tanam. Secara matematis rumus
pendapatan sebagai berikut : Pd = TR – TC Pd = Hy . Y – Hx . X Dimana : Pd =
Pendapatan TR = Total Penerima (total revenue) TC = Total Biaya (total cost) Hy =
Harga Produk Y = Produksi Hx = Harga Faktor Produksi yang Digunakan X = Faktor
Produksi yang Digunakan Untuk melihat tingkat pendapatan yang diperoleh oleh
petani, apakah usahatani padi yang dilaksanakan layak atau tidak untuk dilaksanakan
pada musim tanam berikutnya, dengan mengunakan criteria investasi yaitu revenue
cost ratio (R/C) rasio, dimana criteria R/C > 1, maka usahatani yang dilakukan
menguntungkan.

3.6 Konsep Pengukuran


1. Efesiensi Ekonomi, adalah suatu keadaan usahataniyang mencapai keuntungan
maksimu yang dapat dilihat dengan pebandingan antara nilai produk marginal (NPM)
dengan harga faktor produk (Hx) sama dengan satu.
2. Efisiensi Teknis, merupakan suatu penggunaan factor produksi dimana factor
produksi yang dipakai mengahasilkan produksi yang maksimum.
3. Efisiensi alokatif, merupakan rasio antara output actual dengan output yang
dapat dicapai pada tingkat biaya yang sama, tetapi output yang digunakan dapat
menyamakan Maginal Rate of Technical Subtitution (MRTS) dengan harga input.
4. Produksi, adalah besarnya jumlah produksi atau output produksi tanaman padi
sawah yang dihasilkan oleh petani dan pengukurannya dalam suatu kilogram (kwintal/
Ha/ musim tanam)
5. Luas lahan, adalah luas llahan areal usahatani padi sawah satuan pengukuran
adalah hektar (ha)
6. Benih,adalah jumlah benih yang digunakan oleh petani dalam satu kali musim
tanam (kwintal/ Ha/ musim tanam).
7. Tenaga kerja adalah banyaknya jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam satu
kali musim tanam padi (HKSP)
8. Jumlah pupuk, adalah jumlah pupuk yang digunakan dalam usahatani padi
sawah oleh petani, diukur dalam kilogram (kwintal/ Ha/ musim tanam)
9. Harga obat-obatan, jumlah obat-obatan yang digunakan dalam proses produksi
pada usahatani padi sawah, satuan yang digunakan adalah (liter/ Ha/ musim tanam)
10. Harga faktor produksi adalah nilai dari masing-masing factor produksi yang
digunakan (Rp/ Ha/ musim tanam)
11. Biaya usahatani adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk menghasilakan
padi sawah selam satu kali musim tanam. Biaya tersebut terdiri dari biaya tunai dan
biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai terdiri dari pembelian sarana produksi dan
upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya yang diperhitung meliputi biaya sewa lahan,
biaya penyusutan alat dan biaya tenaga kerja dalam keluarga (Rp/ ha/ musim tanam)
12. Pendapatan usahatani padi sawah adalah penerimaan bersih dari usahatani
padi sawah dalam satu kali tanam yang dihitung dari pengurangan penerimaan kotor
dengan total biaya produksi (Rp/ ha/ musim tanam).

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2008. Jambi dalam Angka 2008.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. Jambi.
Badan Pusat Statistik. 2010. Tanjung Jabung Barat dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat Bobihoe. 2008.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawa Irigasi di Provinsi Jambi.
BPTP Jambi 2008.
Boediono. 1982. Ekonomi Pembangunan.
LP3ES. Jakarta. Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2011. Jambi dalam Angka.
Provinsi Jambi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan BPS. 2010. Jambi dalam Angka.
Provinsi Jambi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikutura. 2008. Data
Perkembangan Komoditi Padi Sawah. Provinsi Jambi. Doll PJ, dan Orazem F. 1994.
Production Economics Theory With Application Second edition. Canada; John Wliey
and Sons, Inc. Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kadarsan, H, W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis.
PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta Mubyarto, 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian.
LP3ES. Jakarta. Rahim, A. dan Hastuti D.R.D, 2008. Pengantar Teori dan Kasus
Ekonometrika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. Soeharjo dan Patong, D. 1973.
Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. LP3ES edisi 3. Jakarta. Soekartawi, 1989. Prinsip
Dasar Ekonomi Pertanian Edisi 3. LP3ES. Jakarta Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi
Produksi Dengan Pokok Bahasan Dengan Fungsi Produksi Cobb-Douglass. PT. Raja
Grafinso. Jakarta. Soekartawi, 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia.
Jakarta. Suratiyah, Ken, 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Tasman,
Aulia. 2008. Analisis Efisiensi dan Produktivitas. Edisi Pertama Penerbit Lampiran 1.
Kelas Kemampauan Kelompok Tani di Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam
Kabuoaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2012 No Kelas Kemampuan Kelompok Tani
Jml. Anggota Kelas Kelompok Tani 1 Tani Mukti 21 Madya 2 Margo Utomo 23 Madya 3
Sri Sedono 26 Madya 4 Harapan Jaya 27 Madya 5 Usaha Baru 27 Madya 6 Sido Makmur
28 Madya 7 Karya Makmur 1 29 Madya 8 Pelita Jaya 30 Pemula 9 Sido Mukti 30 Madya
10 Sido Rukun 30 Lanjut 11 Sumber Baru 31 Madya 12. Sri Maju 32 Madya 13. Panca
Usaha 33 Madya 14. Karya Baru 35 Madya 15. Sri Mukti 35 Madya 16. Sri Jaya 37 Madya
17. Bina Tani 43 Madya 18. Karya Makmur 2 43 Madya 19. Sido Rahayu 51 Madya 20
Karya Mukti 53 Madya Sumber : Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Tahun 2013
Diposkan oleh Idrus di 04.18
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)


Google+ Followers

Mengenai Saya

Idrus
Jambi, Jambi, Indonesia
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog

 ▼ 2014 (37)

o▼ Oktober (3)

 ► Okt 13 (1)

 ▼ Okt 03 (2)

 ANALISIS EFISIENSI
USAHA TANI PADI
SAWAH PROGRAM
P...

 PTT (Pengelolaan
Tanaman
Terpadu) PADI
SAWAH

o► September(6)

o► Agustus (6)

o► Juli (1)

o► Juni (1)

o► Mei (1)

o► Maret (4)

o► Februari (15)

Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai