BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sub sektor tanaman pangan merupakan bagian integral dari sektor pertanian dan
merupakan penghasil komoditi strategis berupa beras yang menjadi makanan pokok
sebagian besar penduduk Indonesia. Kebutuhan bahan pangan padi tidak pernah surut,
melainkan selalu bertambah sesuai dengan pertumbuhan penduduk selaku faktor yang
paling menentukan besarnya permintaan padi.
Padi merupakan bahan pangan yang memberikan energi berupa karbohidrat. Tidak
dapat dipungkiri bahwa padi menempati posisi yang sangat strategis bagi kehidupan
masyarakat, disatu sisi padi merupakan komoditi ekonomi yang menjadi sumber
penghasilan petani disisi lain padi juga berfungsi sebagai konsumsi utama sebahagian
besar penduduk, sampai saat ini padi sulit digantikan oleh komoditi lainnya dan harus
tersedia dalam jumlah yang memadai.
Kebutuhan padi sebagai makanan pokok dari tahun ke tahun semakin meningkat,
meski banyak alternatif pilihan pokok pengganti padi yang mengandung karbohidrat.
Karbohidrat dapat ditemui dalam berbagai jenis makanan lain seperti ubi kayu
(singkong), ubi jalar, jagung, sagu, gandum, kentang, talas dan masih banyak lagi.
Program pembangunan pertanian, sedang maupun yang akan dilaksanakan masih
akan memperoleh prioritas dalam rangkaian pembangunan nasional. Hal ini dapat
dipahami karena peran penting sektor pertanian dalam peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat yang sebahagian besar tinggal dipedesaan.
Sektor pertanian secara langsung memberikan dukungan positif terhadap
perekonomian rakyat, terutama dalam aspek penyediaan lapangan kerja, penghasilan
bahan pangan dan bahan baku industry sampai dengan peningkatan ekspor nonmigas
serta untuk menghemat devisa negara untuk kegiatan impor bahan pangan terutama
beras.
Pengembangan wilayah pedesaan yang baik merupakan salah satu tujuan utama
pembangunan pertanian yang berdaya saing sesuai dengan keunggulan komparatif
daerah, berkelanjutan dan berkeadilan (Nahriyanti, 2008).
Pengembangan komoditas tanaman pangan yang telah dilakukan di indonesia telah
mengalami perubahan baik modifikasi maupun reinovasi. Program-program yang telah
dijalankan tersebut antara lain adalah intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi dan
diversifikasi.
Pengembangan tanaman pangan tetap menjadi perhatian serius dari pemerintah,
karena tanaman tersebut merupakan komoditas penting dan strategis. Program
pengembangan tanaman pangan di Provinsi Jambi pada dasarnya merupakan bagian
integral yang tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian secara keseluruhan.
Salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat penting bagi masyarakat Jambi
Khususnya dan Indonesia pada umumnya adalah padi.
Padi merupakan komoditas pangan strategis yang masih terus mendapatkan
perhatian khusus dari pemerintah mengingat beras merupakan makan pokok bagi
sebagian besar penduduk, sehingga upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi
terus di upayakan. Bukti nyata upaya ini dapat terlihat dari adanya perkembangan
produksi padi yang di capai di Provinsi Jambi, di mana pada kurun waktu tahun 2000-
2008 telah terjadi peningkatan produksi yang cukup menggembirakan, dimana
berdasarkan data dari kementrian pertanian Republik Indonesia pada tahun 2000
produktivitas padi Provinsi Jambi baru mencapai 31,32 Kw/Ha, dan menurut data
dinas petanian tanaman pangan provinsi Jambi pada tahun 2009, produktivitas padi
Provinsi Jambi telah mencapai 4,344 ton/Ha (Terjadi peningkatan 37,61% pada kurun
waktu 2000-2009), namun produktivitas ini masih lebih rendah dari pada produktivitas
daerah lain.
Kondisi luas panen, produksi dan produktivitas usaha tani padi sawah di kabupaten
Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat pada Tahun 2008-2012 No Tahun Luas panen (Ha) Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha) 1 2008 17.519 60.686 3,46 2 2009 19.301 70.705 3,66 3 2010
18.699 66.130 3,54 4 2011 22.902 86.624 3,78 5 2012 18.186 70.649 3,88 Rata-rata
17.456.6 61.798 3,66 Sumber : BPS Tanjung Jabung Barat 2013
Tabel 1 menunjukkan bahwa produktivitas usaha tani padi sawah di Tanjung
Jabung Barat berpluktuasi, dimana dalam kurun waktu Tahun 2008 s/d Tahun 2013
terjadi penurunan produktifitas pada Tahun 2010). Penurunan Produktifitas terjadi
karena penurunan luas panen, hal ini bisa terjadi karena ada gangguan dari
hama/penyakit atau karena aspek lingkungan.
Dalam upaya untuk meningkatkan produktifitas usahatani padi sawah pemerintah
terus berupaya mencari dan menemukan strategi yang memungkinkan dilaksanakan
sesuai kondisi dan potensi wilayah agar produktivitas usaha tani padi sawah khususnya
dapat ditingkatkan.
Salah satu upaya untuk maksud tersebut dilakukan oleh pihak BPTP (Badan
PengkajianTeknologi Pertanian) Provinsi Jambi melalui pendekatan yang dikenal
dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan kabupaten yang menjadi tempat
pengkajian sistem usahatani teknologi padi sawah melalui pendekatan pengelolaan
tanaman terpadu (PTT) yang mencakup komponen-komponen produksi, yaitu: varietas
unggul, benih bermutu, pengelolaan tanah, persemaian, bibit, cara tanam,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pengairan, panen dan pasca panen,
tepat di Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam.
Desa Sri Agung pada awalnya merupakan daerah penempatan transmigran,
penduduk desa ini umumnya menggantung kan hidup nya pada sector pertanian pada
khususnya usaha tani padi sawah.
Desa ini pada Tahun 2004 di jadikan tempat pengkajian sistem usaha tani padi oleh
BPTP Provinsi Jambi. Perkembangan usaha tani padi sawah di desa ini selalu
meningkat setiap tahunnya hal ini dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa produktivitas padi sawah meningkat secara signifikan
pada tahun 2006, hal ini berarti peningkatan produksi terjadi setelah program
berjalan dua tahun hal ini juga mengindikasikan petani didesa Sri Agung
membutuhkan waktu lebih kurang dua tahun untuk mengadopsi program PTT. Tabel 2.
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Desa Sri Agung Tahun 2005 -
2009 No Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1 2005 1.510
5.683 3,7 2 2006 1.480 10.840 7,3 3 2007 1.410 10.152 7,2 4 2008 1.490 10.855 7,28 5
2009 1.475 10.830 7,34 Sumber : BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2010
Menurut Mubyarto (1995), lahan, tenaga kerja dan modal merupakan faktor
produksi atau input setelah terkombinasi dengan faktor lain akan memberikan
pengaruh terhadap produksi dan menghasilkan suatu produk atau output. Melalui
pengelolaan faktor produksi yang baik diharapkan dapat meningkatkan produksi serta
produktivitas usaha tani. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Analisis Efisiensi Usaha Tani Padi Sawah Program
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Di Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung
Jabung Barat Provinsi Jambi”
2.3.3 Modal
Modal merupakan suatu bentuk kekayaan yang dapat berupa uang maupun barang
yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses produksi.
Menurut Hernanto (1996), modal dalam pengertian ekonomi adalah barang atau
uang yang secara bersama – sama dengan faktor produksi lain dan tenaga kerja serta
pengeolalaan menghasilkan barang – barang baru yaitu produksi pertanian, dan modal
yang tertinggi adalah modal operasional.
Kadarsan (1995), menyatakan bahwa modal operasional atau disebut juga modal
lancar dipakai untuk membiayai semua pengeluaran yang menyebabkan perusahaan
aktif beroperasi. Dalam kegiatan proses produksi pertanian, maka modal dibedakan
menjadi dua macam, yaitu : modal tidak bergerak (modal tetap), dan modal variabel
(modal tidak tetap). Modal tetap dapat didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan
dalam proses produksi yang tidak habis dalam satu kali proses produksi.
Faktor produksi seperti tanah, bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan
dalam modal tetap. Modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi yang habis terpakai dalam satu kali proses produksi, seperti: biaya produksi
yang dikeluarkan untuk membeli benih, dan upah tenaga kerja.
Menurut Soekartawi (2002), besar kecilnya modal dalam suatu usaha tergantung
dari berbagai faktor diantaranya: skala usaha, jenis komuditas, dan tersedianyakredit
atau pinjaman.
Modal berupa uang dimanfaatkan untuk membeli faktor input yang diperlukan
dalam kegiatanusaha tani antara lain : benih, pupuk, pestisida, peralatan, dan
membayar tenaga kerja. Benih padi yang bermutu baik yang berasal dari varietas
unggul merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat menentukan tinggi
rendahnya hasil tanaman.
Benih bermutu,selain memiliki daya tumbuh yang tinggi, juga dapat
mempertahankan kelangsungan pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik atau
mampu berkecambah dengan normal (Warisno, 1998).
Berbagai benih padi unggul dapat dengan mudah diperoleh di kios-kios sarana
produksi pertanian. Benih padi tersebut berlabel sertifikat sehingga petani
mengetahui jenis benih mana yang akan digunakan.
Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik organik maupun anorganik
dengan maksud untuk mengantikan unsure hara yang hilang dalam tanah dan untuk
meningkatkan produksi tanaman (Suprapto, 1995).
Dengan pemupukan diharapkan produksi usaha tani dapat meningkat, baik dari
jumlah maupun mutunya. Pupuk buatan sebagai salah satu hasil teknologi baru yang
memiliki keunggulan lebih produktif daripada pupuk kompos, dan pupuk kandang
merupakan sarana produksi dalam usaha tani mempunyai peranan penting untuk
meningkatkan produktifitas tanaman (Mubiyarto, 1989).
2.5 Efisiensi
Penggunaan Faktor Produksi Dalam menghasilkan suatu produk sangat diperlukan
factor produksi atau korbanan. Besar kecilnya korbanan yang diperlukan untuk
menghasilakan produksi tertentu menentukan keadaan efisien proses produksi yang
bersangkutan. Konsep efisiensi dapat digolongkan menjadi tiga macam:
(1) Efisiensi teknik, merupakan suatu penggunaan factor produksi dimana factor
produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum,
(2) Efisiensi harga, merupakan suatu kondisi dimana nilai produksi produk marginal
sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan,
(3) Efisiensi ekonomi, merupakan usaha yang dilakukan dalam mencapai efisiensi
teknik dan efisiensi harga. Menurut Doll dan Orazem (1994), terdapat dua syarat
untuk mencapai efisien ekonomi yaitu syarat keharusan (necessary condition) dan
syarat kecukupan (sufficient condition. Syarat keharusan dapat terpenuhi apabila
berproduksi pada daerah II yaitu nilai elastisitas produksinya berkisar antara nol dan
satu (0 < Ԑ < 1). Sedangkan syarat kecukupan ditunjukan untuk nilai dan tujuan
individu atau kelompok.
Menurut Soekartawi (1994), untuk menentukan tingkat efisiensi penggunaan faktor
produksi dapat dilakukan dengan membandingkan NPM (nIlai Produksi Marginal).
Dengan harga masing-masing factor produksi (Hxi), yaitu : Ԑ = NPMxi/Hxi Selanjutnya
NPM (Nilai Produk Marginal) faktor produksi X dapat dituliskan sebagai berikut : NPMxi
= bi.Y.Hy Xi Dimana : NPM = nilai produk marginal Hy = Harga Produk Hxi = Harga
Faktor Produksi ke-i Y = Rata-Rata Produksi Padi sawah Xi = Rata-Rata Penggunaan
Faktor Produksi ke-i bi = Koefisien Regresi Faktor Produksi ke-i Berdasarkan
perbandingan antara NPM (Nilai Produk Marginal) dan harga faktor produksi (Hxi)
tersebut, dapat diketahui tingkat efisiensi sebagai berikut: artinya : penggunaan
faktor produksi ke-I tidak efisien, untuk mencapai efisiensi maka faktor produksi perlu
dikurangi. , artinya : penggunaan input sudah efisien. , artinya : penggunaan faktor
produksi X tidak efisien.
Menurut Boediono (1982), dalam memperoleh penggunaan faktor produksi yang
optimum bila MPx . Hy = Hx, dimana MP = Hy/Hx. Untuk mencapai suatu Kondisi
pendapat yang optimum dengan penggunaan lebih dari satu variabel faktor produksi
dengan formula diatas maka akan diperoleh:
3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
mencakup data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan
melakukan wawancara langsung dengan sampel dengan bantuan daftar pertanyaan
yang telah dipersiapkan, disamping itu juga dilakukan observasi lapang untuk melihat
secara langsung tentang beberapa aspek yang dinilai penting untuk diobeservasi
seperti fasilitas pengairan.
3.5 Metode Analisis Data Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah
metode analisis deskriptif dan metode kuantitatif. Analisis deskriptif, analisis ini
digunkan untuk menggambarkan kondisi dan situasi dalam penelitian yang berbentuk
penyataan-pernyataan, serta untuk memberi gambaran umum dan karakteristik
responden dalam penelitian ini (petani sampel). Analisis kuantitatif, yaitu dengan
menggunakan alat analisi regresi berganda. Untuk memudahlan dalam analisis data
variabel maka data diolah dengan menggunakan paket program NLOGIT. Alat analisis
yang digunakan berdasarkan fungsi produksi padi sawah, yang melibatkan dua variabel
yaitu variabel dependen (Y) dan variabel independen (X). bentuk dan persamaan
Cobb-Douglass (Soekartawi, 1994), adalah sebagai berikut: Y=A.Kb1.Lb2.Eu fungsi
produksi Cobb-Duoglas ini disempurnakan sesuai dengan model dalam bentuk
matematis sebagai berikut: Y=aX1b1.X2b2.X3b3.X4b4.X5b5.X6b6.eu Diamana : Y :
Produksi padi sawah (Kg) X1 : Luas Lahan (Ha) X2 : Tenaga kerja ( HKSP) X3 : Jumlah
benih (kg) X4 : Jumlah Pupuk Urea (kg) X5 : Jumlah pupuk SP-36 (kg) X6 : Jumlah
pupuk KCL (kg) a : Konstanta e : Kesalahan Pendugaan bi..bn : Parameter yang diduga
Untuk memudahkan pendugaan maka persamaan di atas dapat diubah menjadi
persamaan linear berganda yaitu sebagi berikut: Ln Y= Ln a+b1 Ln x1 + b2 Ln x2 + b3
Ln x3 + b4 Ln x4 + b5 Ln x5 + b6 Ln x6 + eu Selain melakukan analisis terhadap faktor
produksi dengan menggunakan regresi berganda dalam penelitian ini juga dianalisis
tingkat efisiensi ekonomis, sementara itu untuk mendapatkan efisiensi ekonomis
diperlukan nilai dari efisiensi teknis dan alokatif (harga) (Tasman, A. 2008). Alat
analisis yang digunakan adalah sebagai berikut, untuk efisiensi teknis yaitu: ET= Y*/Y
Dimana : ET: Efisiensi teknis Y*: Produksi Aktual Y: Produksi Maksimum Analisis tingkat
efisiensi harga (efficiensi alokatif) dari penggunaan factor produksi (Tasman A 2008),
digunakan rumus Dimana : Px = Harga factor produksi Py = Harga output EA = Efesiensi
Alokatif Y = Ouput / produksi b = Elastisitas X = Faktor produksi NPM = Nilai produk
marginal artinya penggunaan faktor produksi X belum efisien. , artinya penggunaan
faktor produksi X sudah efisien. , artinya penggunaan faktor produksi X tidak efisien.
Dan analisis untuk efisiensi ekonomi (Tasman, A.2008), digunakan rumus sebagai
berikut : EE = ET x EA Dimana : EE = Efisiensi Ekonomi ET = Efisiensi Teknis EA =
Efisiensi Alokatif Dalam penelitian ini Efisiensi dikatagorikan menjadi dua baik untuk
efisiensi teknis, alokatif maupun efisiensi ekonomis yaitu: 1. Efisien, jika efisiensi
yang dicapai petani (dalam persen) berada antara 100 - 1 standar deviasi sampai
dengan 100 + 1 standar deviasi. 2. Tidak Efisien, jika nilai dari efisiensi yang dicapai
petani (dalam persen) lebih kecil dari 100 - 1 standar deviasi atau lebih besar dari 100
+ 1 standar deviasi.
Untuk melihat apakah masing-masing koefisien signifikan atau tidak, maka
dilakukan dengan menggunakan alat uji hipotesis t statistik dan F statistik (Supranto,
1995). Uji F statistik. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui variabel independent
mana saja yang berpengaruh terhadap variabel dependent secara bersama-sama. Nilai
F hitung diperoleh dengan rumus: Dimana: R2 = Koefisiensi determinasi k = Banyaknya
perubahabn bebas n = Banyaknya perubahan sampel Nilai F hitung yang didapat
selanjutnya dibandingkan dengan nilai F tabel pada derajat bebas (df) tertentu
dengan tingkat keyakinan tertentu dengan keputusan sebagai berikut: Fhitung <
Ftabel H0 diterima Fhitung ≥ Ftabel H1 diterima Uji R2 Uji ini bertujuan untuk
mengetahui persentase variable dependen yang dapat dijelaskan oleh variable
independen dalam model yang digunakan. Nilai R2 dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut ; R2 = Dimana: R2 = koefisien determinasi berganda. Xi = Jumlah
variabel deviasi ke-i dan nilai rata-rata (Xi-X). Yi = Jumlah simpangan suatu variabel
dari nilai rata-rata. bi = Koefisien regresi variabel ke-i. Yi = Kuadrat simpangan suatu
variabel ke-i dari nilai rata-rata (Yi-Y)2 Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 yaitu 0≤R2≤1.
Makin mendekati 1 nilai R2 berarti semakin kuat hubungan yang terdapat antara
variabel terikat dengan variabel bebas. Uji t statistik. Uji ini dimaksud untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat signifikan variabel independent
terhadap variabel dependen secara parsial atau sendiri-sendiri. Nilai t hitung dapat
diperoleh dengan rumus sebagai berikut: Dimana: t = t hitung b = koefisien regresi
hasil estimasi. Se = simpangan baku atau standar error Uji hipotesis ini akan
dirumuskan sebagai berikut: H0 : bi = 0 artinya variabel X berpengaruh signifikan
terhadap variabel Y H1 : bi ≠ 0 artinya variabel X berpengaruh signifikan terhadap
variabel Y Nilai t hitung yang didapat selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel
pada derajat bebas (df) tertentu dengan tingkat keyakinan tertentu dengan keputusan
sebagai berikut: thitung < ttabel H0 diterima thitung ≥ ttabel H1 diterima Menurut
Boediono (1982), dalam memperoleh penggunaan faktor produksi yang optimum bila
MPx .Hy = Hx, dimana MPx = Hx/Hy.
Untuk mencapai suatu kondisi pendapatan yang optimum dengan penggunaan lebih
dari satu variabel faktor produksi yang optimum, maka akan diperoleh: Menurut
Rahim dan Hastuti (2008), untuk melihat besarnya pendapatan yang diperoleh dari
usahatani dapat diukur dari selisih total penerima (TR) dengan total biaya (TC).
Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih yang
diterima oleh petani dalam satu kali musim tanam. Secara matematis rumus
pendapatan sebagai berikut : Pd = TR – TC Pd = Hy . Y – Hx . X Dimana : Pd =
Pendapatan TR = Total Penerima (total revenue) TC = Total Biaya (total cost) Hy =
Harga Produk Y = Produksi Hx = Harga Faktor Produksi yang Digunakan X = Faktor
Produksi yang Digunakan Untuk melihat tingkat pendapatan yang diperoleh oleh
petani, apakah usahatani padi yang dilaksanakan layak atau tidak untuk dilaksanakan
pada musim tanam berikutnya, dengan mengunakan criteria investasi yaitu revenue
cost ratio (R/C) rasio, dimana criteria R/C > 1, maka usahatani yang dilakukan
menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2008. Jambi dalam Angka 2008.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. Jambi.
Badan Pusat Statistik. 2010. Tanjung Jabung Barat dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat Bobihoe. 2008.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawa Irigasi di Provinsi Jambi.
BPTP Jambi 2008.
Boediono. 1982. Ekonomi Pembangunan.
LP3ES. Jakarta. Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2011. Jambi dalam Angka.
Provinsi Jambi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan BPS. 2010. Jambi dalam Angka.
Provinsi Jambi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikutura. 2008. Data
Perkembangan Komoditi Padi Sawah. Provinsi Jambi. Doll PJ, dan Orazem F. 1994.
Production Economics Theory With Application Second edition. Canada; John Wliey
and Sons, Inc. Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kadarsan, H, W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis.
PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta Mubyarto, 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian.
LP3ES. Jakarta. Rahim, A. dan Hastuti D.R.D, 2008. Pengantar Teori dan Kasus
Ekonometrika Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. Soeharjo dan Patong, D. 1973.
Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani. LP3ES edisi 3. Jakarta. Soekartawi, 1989. Prinsip
Dasar Ekonomi Pertanian Edisi 3. LP3ES. Jakarta Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi
Produksi Dengan Pokok Bahasan Dengan Fungsi Produksi Cobb-Douglass. PT. Raja
Grafinso. Jakarta. Soekartawi, 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia.
Jakarta. Suratiyah, Ken, 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Tasman,
Aulia. 2008. Analisis Efisiensi dan Produktivitas. Edisi Pertama Penerbit Lampiran 1.
Kelas Kemampauan Kelompok Tani di Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam
Kabuoaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2012 No Kelas Kemampuan Kelompok Tani
Jml. Anggota Kelas Kelompok Tani 1 Tani Mukti 21 Madya 2 Margo Utomo 23 Madya 3
Sri Sedono 26 Madya 4 Harapan Jaya 27 Madya 5 Usaha Baru 27 Madya 6 Sido Makmur
28 Madya 7 Karya Makmur 1 29 Madya 8 Pelita Jaya 30 Pemula 9 Sido Mukti 30 Madya
10 Sido Rukun 30 Lanjut 11 Sumber Baru 31 Madya 12. Sri Maju 32 Madya 13. Panca
Usaha 33 Madya 14. Karya Baru 35 Madya 15. Sri Mukti 35 Madya 16. Sri Jaya 37 Madya
17. Bina Tani 43 Madya 18. Karya Makmur 2 43 Madya 19. Sido Rahayu 51 Madya 20
Karya Mukti 53 Madya Sumber : Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Desa Sri Agung Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Tahun 2013
Diposkan oleh Idrus di 04.18
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Mengenai Saya
Idrus
Jambi, Jambi, Indonesia
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2014 (37)
o▼ Oktober (3)
► Okt 13 (1)
▼ Okt 03 (2)
ANALISIS EFISIENSI
USAHA TANI PADI
SAWAH PROGRAM
P...
PTT (Pengelolaan
Tanaman
Terpadu) PADI
SAWAH
o► September(6)
o► Agustus (6)
o► Juli (1)
o► Juni (1)
o► Mei (1)
o► Maret (4)
o► Februari (15)