Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena
pengalaman. Belajar bukan hanya meningat akan tetapi lebih luas dari pada
itu, yakni mengalami atau merasakannya secara langsung dalam suatu
lingkunngan (pengelaman), hasil belajar bukan suatu pengusaan hasil latihan
melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami) oleh
orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain. Belajar
yang terjadi pada individu merupakan perilaku kompleks, tindak interaksi
antara pebelajar dan pembelajar yang bertujuan.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa.
Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran
yang berprestatif dan menyenangkan, perlu diketahui berbagai landasan yakni
prinsip-prinsip maupun teori belajar.
Pencapaian tujuan belajar merupakan maura dari seluruh aktivitas
pembelejaran. Agar tujuan belajar dapat tercapai sebagaimana diharapkan,
maka guru hendaknya memperhatikan secara cermat berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi atau menentukan ketercapaian tujuan belajar sehingga
semua potensi yang ada dapat didayakan secara optimal untuk mendukung
tercapainya tujuan terseut.
Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan guru adalah berkenaan
dengan prinsip-prinsip belajar dan asas-asas pembelajaran. Pemahaman dan
keterampilan merupakan prinsip-prinsip belajar dan asas pembelajaran akan
membantu guru untuk mampu mengelola proses pembelajaran secara tepat,
sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Mempertimbangankan pentingnya hal ini maka pada makalah ini
akan membahas secara mendalam prinsip-prinsip belajar dan asa

1
pembelajaran, dengan mennitikberatkan pembahasan pada pengertian prinsip-
prinsip belajar, prinsip-prinsip belajar, impilkasi prinsip-prinsip belajar dalam
pembelajaran dan asas-asas pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah
sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud prinsip-prinsip belajar ?
2. Apa contoh penerapan prinsip-prinsip belajar?
3. Bagaimana implikasi prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk Menjelaskan maksud prinsip-prinsip belajar
2. Untuk Mengetahui contoh penerapan prinsip-prinsip belajar.
3. Untuk Menjelaskan implikasi prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip – Prinsip Belajar

Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu


mengembangkan potensi – potensi peserta didik secara optimal. Upaya
untuk mendorong terwujudnya perkembangan potensi peserta didik tentunya
merupakan suatu proses panjang yang tidak dapat diukur dalam periode
tertentu, apalagi dalam waktu yang sangat singkat. Meskipun demikian,
indikator terjadinya perubahan ke arah perkembangan pada peserta didik
dapat dicermati melalui instrumen – instrumen pembelajaran yang dapat
digunakan guru. Oleh karena itu seluruh proses dan tahapan pembelajaran
harus mengarah pada upaya mencapai perkembangan potensi – potensi anak
tersebut.
Menurut Bruce Weil (1980) ada tiga prinsip penting dalam proses
pembelajaran, yaitu: Pertama, proses pembelajaran adalah membentuk
kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif
siswa. Kedua, berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus
dipelajari. Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan fisis, sosial, dan logika.
Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan
sosial. Atas dasar tiga prinsip pembelajaran tersebut diatas, maka proses
pembelajaran harus diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap
tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui
sejumlah kompetensi yang harus dimiliki, meliputi : kompetensi akademik,
kompetensi okupasional, kompetensi kultural, dan kompetensi temporal.
Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran
terarah pada upaya penigkatan potensi siswa secara komprehensip, maka
pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip – prinsip yang
benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar. Davies
(1991 :32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka

3
dasar bagi penerapan prinsip – prinsip belajar dalam proses pembelajaran,
yaitu:
1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya
sendiri. Tidak seorang pun yang dapat melakukan kegiatan belajar
tersebut untuknya.
2. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatanya) sendiri dan
untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan
belajar.
3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah
harus diberikan penguatan (reinforcement).
4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah – langkah
pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari
sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan
belajar dan mengingat lebih baik .

Prinsip belajar menunjuk kepada hal – hal penting yang harus


dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses
pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Prinsip
– prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya
dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip – prinsip belajar
dalam proses pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan
pembelajaran. Sementara bagi siswa prinsip – prinsip pembelajaran akan
membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip – prinsip belajar dapat


mengungkap batas – batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam
melaksanakan pembelajaran tentang teori dan prinsip –prinsip belajar dapat
membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat dari
tindakan – tindakan yang kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil
meningkatkan proses belajar siswa. Selain itu dengan dengan teori dan

4
prinsip – prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap yang
diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa.

B. Implikasi Prinsip – Prinsip Belajar dalam Pembelajaran


Berikut ini diuraikan beberapa prinsip yang dapat dikembangkan dalam
proses pembelajaran.

1. Prinsip Perhatian dan Motivasi


Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki
keterkaitan yang sangat erat. Untuk menumbuh perhatian diperlukan
adanya motivasi. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil
belajar pda umumnya meningkat jika anak memiliki motivasi yang kat
untuk belajar.
Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar
memiliki energi atau kekuatan untuk melakukan sesuatu dengan penuh
semangat. Motivasi sebagai suatu kekuatan yang mampu mengubah
energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk
mencapai tujuan tertentu. Hamalik (2001), mengemukakan bahwa
motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan). Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian
membentuk aktivitas nyata dalam berbagai bentuk kegiatan.
Motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan
seseorang akan sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat
motivasi untuk mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu
akan mendorong seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga.
Hanya dengan motivasilah anak didik dapat tergerak hatinya untuk
belajar bersama teman – temannya yang lain (Djamarah (2006:148).
Dalam kegiatan belajar, peran guru sangat penting di dalam
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Menyadari bahwa motivasi
terkait dengan kebutuhan, maka tugas guru adalah menyakinkan para
siswa agar tujuan belajar yang ingin diwujudkan menjadi suatu
kebutuhan bagi setiap siswa. Guru hendaknya dapat meyakinkan siswa

5
bahwa hasil belajar yang baik adalah susatu kebutuhan guna mencapai
sukses yang dicita-citakan. Perilaku atau sifat yang terpuji adalah
kebutuhan, karena seseorang kelak tidak mungkin dapat hidup harmonis
dan diterima lingkungan sosial masyarakat bilaman ia tidak dapat
menunjukan sikap atau perilaku yang baik. Keterampilan tertentu adalah
kebutuhan, karena setiap pekerjaan membutuhkan keterampilan.
Bilaman guru dapat merubah tujuan-tujuan belajar ini menjadi
kebutuhan, maka siswa akan lebih mudah untuk terdorong melakukan
aktivitas belajar.
Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal. Beberapa penulis
atau ahli yang lain menyebutnya motivasi instrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi internal atau motivasi instrinsik, adalah dorongan dari dalam
diri individu untuk melakukan suatu aktivitas. Sebagai contoh, seorang
siswa mempelajari pelajaran Fisika dengan sungguh-sungguh karena
terdorong untuk memperoleh pengetahuan atau mendalami mata
pelajaran tersebut. Siswa yang lain mengerjakan lukisan-lukisannya
dengan cermat dan sungguh- sungguh karena sangat tertarik dan
menyenangi lukisan yang dibuatnya.
Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri
individu. Tono seorang murid sekolah dasar, berusaha belajar dengan
sungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai yang tinggi pada mata
pelajaran matematika misalnya, karena orang tuanya menjanjikan akan
memberikan hadiah bilamana ia mendapatkan nilai yang tinggi pada
mata pelajatan tersebut. Seorang atlit berusaha keras mencapai prestasi,
karena ingin mendapat predikat juara dan memperoleh sejumlah hadiah
yang dijanjikan.
Tentu saja setiap siswa melakukan aktivitas belajar diharapkan
didorong oleh motivasi internal, karena hal itu menjadi pertanda tanda
telah tumbuhnya kesadaran di dalam diri siswa untuk belajar secara
sungguh-sungguh. Namun demikian tidak berarti bahwa motivasi
ekstenal tidak memiliki posisi yang penting bagi para siswa, karena
hasil- hasil penelitian juga banyak menunjukan bahwa pemberian

6
motivasi menjadi faktor yang memberi pengaruh besar bagi pencapaian
hasil belajar atau kesuksesan seseorang.
Motivasi eksternal melalui proses belajar dan interaksi individu
dengan lingkungannya dapat berubah menjadi motivasi internal. Sebagai
contoh, Rini seorang murid sekolah dasar pada mulanya terdorong untuk
mencapai prestasi atau hasi belajar yang baik tiap kali ulangan pada
salah satu mata pelajaran karena didorong oleh adanya janji orang
tuanya yang akan memberikan hadiah jika mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Dalam beberapa tahun terbukti Rini mampu mencapai hasil
belajar yang diharapkan seperti keinginan orang tuanya. Sejalan dengan
perubahan waktu, kesadaran akan pentingnya nilai atau hasil belajar
yang baik kini tumbuh di dalam diri Rini. Bahkan ia merasakan bahwa
hasil belajar yang baik merupakan kebutuhan yang harus ia dapatkan.
Ketika Rini lulus sekolah dasar dan memasuki sekolah menengah
pertama, orang tuanya tidak lagi menjanjikan untuk memberikan hadiah,
jika ia mencapai prestasi yang baik. Namun Rini tetap belajar dengan
giat karena ia menyadari bahwa hasil dari belajar yang baik adalah
kebutuhannya sendiri, dan karenanya diberikannya hadiah ataupun tidak
hal itu harus ia raih. Contoh ini menunjukkan bahwa motivasi eksternal
kini telah berubah menjadi motivasi internal. Proses perubahan dari
motivasi ekstrinsik menjadi motivasi instrinsik pada seseorang disebut
“transformasi motif” (Dimyati dan Mudjiono, 1994:41).
Penerapan prinsip-prinsip motivasi dalam proses pembelajaran
akan dapat berlangsung dengan baik, bilamana guru memahami
beberapa aspek yang berkenaan dengan dorongan psikologis sebagai
individu dalam diri siswa sebagai berikut;
a. Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek-aspek
biologis, sosial dan emosional, akan tetapi individu perlu juga
dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang ia miliki saat
ini.
b. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan
mondorong terjadinya peningkatan usaha.

7
c. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian.
d. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung
meningkatkan motivasi belajar.
e. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya
bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
f. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh
terhadap motivasi dan perilaku.
g. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi
kelas, memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin
mendapat hadiah dan bukan karena memang ingin belajar.
h. Kompetisi dan insentif dalam waktu tertentu dapa meningkatkan
motivasi.
i. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan
individu dalam suasana belajar yang memuaskan.
j. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat
itu dapat mempertinggi motivasi.

Agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik maka guru harus
berusaha:

 Merancng atau menyiapkan bahan ajar yang menarik


 Mengkondisikan proses belajar aktif
 Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yang
menyenangkan
 Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa di dalam belajar
(misalnya kebutuhan untuk dihargai, tidak merasa tertekan, dsb)
 Meyakinkan siswa bahwa mereka mampu mencapai suatu prestasi
 Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera
mungkun pula memberitahukan hasilnya kepada siswa.
 Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa
dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari

8
2. Prinsip Tranfer dan Retensi
Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip,
yaitu;
a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguat retensi.
b. Bahan yang bermakna dalam belajar dapat diserap dengan baik.
c. Retensi seseorang dapat dipengaruhi oleh kondisi psiskis dan fisik
dimana proses belajar itu terjadi.
d. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik.
e. Penelaahan bahan-bahan faktual, keterampikan dan konsep dapat
meningkatkan retensi.
f. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
g. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan
baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu.
h. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap
dengan baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara
menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dengan
memberikan ilustrasi unsur-unsur yang serupa.
i. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat
kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi
yang khas dan situasi yang agak sama dapat diciptakan.
j. Tahap akhir proses belajar seyogyanya memasukkan usaha untuk
menarik generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih
memperkuat retensi dan transfer.

3. Prinsip Keaktifan
Keaktifan anak dalam belajr merupakan persoalan penting dan
mendasar yang harus dipahami, didasari dan dikembangkan oleh setiap
guru di dalam proses pembelajaran. Demikian pula berarti harus dapat
diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan

9
belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik inteltualm
emosional dan fisik jika dibutuhkan.
Pandangan mendasar yang perlu menjadi karangka pikir setiap guru
adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah mahluk yang aktif.
Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu.
Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat
berkembang kearah yang positif bilamana lingkunganna memberikan
ruang yang baik untuk subur keaktifan itu. Keadaan ini menyebabkan
setiap guru perlu menggali potensi-potensi keberagaman siswa melalui
melalui keaktifan yang mereka kearah tujuan positif atau tujuan
pembelajaran. Hal ini pula yang mendasari pemikiran bahwa kegiatan
pembelajaran harus dapat memberikan dan mendorong seluas-luasnya
keaktifan. Ketidaktepatan pemilihan pendekatan pembelajaran sangat
memungkinkan keaktifan siswa menjadi tidak tumbuh subur, bahkan
justru menjadi kehilangan keaktifannya. Menurut teori belajar kognitif,
belajar menujukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah
informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa
mengadakan transformasi. Bahkan sekedar mengadakan transformasi,
karena jika kita cermati paham konstruktivis semua pengetahuan yang
kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu
barang yang dapat ditrasfer begitu saja dari pikiran orang yang
mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai
pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud menstranefer
konsep, ide dan pengertian kepada seorang murid, pemindahan itu harus
diintetrprestasikan dan dikonstuksikan oleh si murid, lewat
pengelamannya, (Glasersferld dalam Bettencourt, 1989). Banyanknya
siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan atau dijelaskan oleh
gurunya menunjukan bahwa pengetahuan itu tidak dapat begitu saja
dipidahkan, melainkan harus dikonstruksinya atau paling tidak
dinterprestasikan sendiri oleh siswa.
Dalam proses konstruksi itu menurut Glasersferld, diperlukan
beberapa kemampuan ; (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan

10
kembali pengamatan, (kemampuan membandingkan, mengambil
keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, dan (3)
kemmapuan untuk lebih menyukai pengaalaman yang satu dari pada
pengalaman yang lai. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan
kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk
berdasarkan interaksi dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
Kemampuan membandingkan penting untuk menarik sifat yang lebih
umum dari pengalaman-pengalaman khusus, serta melihat kesamaan dan
perbedaanya untuk dapat membuat klasifikasi dan membangun suatu
pengetahuan..
Implikasi prinsip keaktifan atau aktivitas bagi guru di dalam proses
pembelajaran adalah :
a. Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk
brekreativitas dalam proses belajarnya.
b. Memberi kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau
inkuiri dan eksperimen.
c. Memberi tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru.
d. Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang
memberikan respons terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
e. Mengunakan multi metode dan multi media di dalam pembelajaran.

4. Prinsip Keterlibatan Langsung


Keterlibatan langsung siswa di dalam proses pembelajaran memiliki
intensitas keaktifan yang lebih tinggi. Dalam keadaan ini siswa tidak
hanya sekedar aktif mendengar, mengamati dan mengikuti, akan tetapi
terlibat langsung di dalam melaksanakan suatu percobaan, peragaan atau
mendemonstrasikan sesuatu. Dengan keterlibatan langsung ini berarti
siswa aktif mengalami dan melakukan proses belajar sendiri. Sejumlah
hasil penelitian membuktikan lebih dari 60 % sesuatu yang diperoleh
dari kegiatan belajar didapatkan dari keterlibatan langsung Edgar Dale
dalam krucut pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang
paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung.

11
Keterlibatan langsung siswa memberi banyak sekali manfaat baik
manfaat yang langsung dirasakan pada saat terjadinya proses
pembelajaran terjadi. Sebagaimana telah banyak dibahas pada bagian
sebelumnya, terutama berkaitan dengan teori-teori belajar, bahwa belajar
pada hakikatnya adalah suatu perubahan. Perubahan-perubahan sebagai
akibat hasil belajar sebagian dapat di lihat pada waktu relatif singkat,
bahkan bersamaan dengan kegiatan belajar itu sendiri. Namun sebagian
besar perubahan hasil belajar tersebut dapat diamati atau perubahannya
memerlukan waktu yang lama. Perubahan tingkah laku dalam waktu
yang cepat sebagai akibat terjadinya proses belajar misalnya perubahan-
perubahan motorik atau aspek-aspek keterampilan. Anak belajar cara
memegang pensil yang benar, belajar merapikan buku ,meraut pensil,
dan sebagainya. Ibu-ibu belajar membuat kue, memasak, menjahit
pakaian. Berkenaan dengan aspek kognitif , misalnya anak belajar
membaca, berhitung, menulis dan seagainya. Perubahan-perubahan
sebagai hasil belajar berkenaan dengan aspek-aspek di atas, pada
umumnya dapat dilihat dalam waktu singkat, meskipun proses menjadi
lebih baik juga memerlukan waktu yang lama. Perubahan-perubahan
tingkah laku yang memerlukan waktu lama, misalnya melatih
kemampuan berfikir kritis, merubah sikap, pengembangan aspek-aspek
emosional. Bilamana proses belajar untuk mencapai perubahan-
perubahan tersebut melibatkan peran langsung siswa, maka akan terjad
perubahan-perubahan yang lebih cepat karena siswa terlibat di dalam
mengalami sendiri, atau mempraktekan sendiri dimensi-dimensi
kemampuannya. Dengan demikian pula sekaligus siswa mengetahui
kemampuan-kemampuan dirinya, sehingga memungkinkan tumbuhnya
dorongan atau motivasi untuk mengembangkan diri.
Impliakasi prinsip keterlibatan langsung bagi guru adalah :
a. Mengaktifkan peran individual atau kelompok kecil di dalam
penyelesaian tugas.
b. Menggunakan media secara langsung dan melibatkan siswa di dalam
praktik penggunaan tersebut.

12
c. Memberi kelulusan kepada siswa untuk melakukan berbagai
percobaan atau eksperimen.
d. Memberikan tugas-tugas praktik
Bagi siswa, implikasi prinsip keterlibatan langsung ini adalah (1)
siswa harus terdorong aktif untuk mengalami sendiri dalam
melakukan aktivitas pembelajaran, (2) siswa dituntut untuk aktif
mengerjakan tugas-tugas.

5. Prinsip Pengulungan
Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat
terhadap prinsip belajar pengulangan ini adalah teori psikologi daya.
Berdasarkan teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada
manusia yang meliputi daya berfikir, mengingat, mengamati,
menghapal, menanggapi dan sebagainya. Melalui latihan-latihan maka
daya-daya tersebut semakin berkembang. Sebaliknya semakin kurang
pemberian latihan, maka daya-daya tersebut semakin lambat
perkembangannya.
Di samping teori psikologi daya, prinsip pengulangan ini juga
didasari oleh teori Psikologi Asosiasi atau Connecsionisme yang
dipelopori oleh Thorndike dengan salah satu hukum belarnya “Low of
exercise”, yang mengemukakan bahwa belajar adalah pembentukan
hubungan stimulasi dan respons. Pandangan psikologi condisioning juga
memberikan dasar yang kokoh bagi pentingnya proses latihan. Psikologi
ini berpandangan bahwa munculnya respon, tidak saja disebabkan oleh
adanya stimulasi, akan tetapi lebih banyak disebabkan karena adanya
stimulasi yang dikondisikan banyak perilaku individu yang dapat
dikondisikan. Dalam konteks ini dikondisikan dapat diartikan dengan
dibiaskan. Belajar adalah merupkan salah satu bentuk upaya untuk
mengkondisikan atau membiasakan suatu perilaku. Sebagai contoh,
anak-anak kelas satu sekolah dasar diharuskan untuk berbaris setiap kali
bel atau lonceng berbunyi, sehingga pada kesempatan lain meskipun

13
tidak disuruh berbaris, setiap kali mendengar bunyi bel masuk, mereka
selalu berbaris.
Stephen R. Covey, pengarang buku The 7 of Effective People,
mengemukakan bahwa kebiasaan sebagai titik pertemuan dari
pengetahuan, keterampilan,dan keinginan, Pengetahuan adalah
paragdima teoritis, apa yang haru dilakukan dan mengapa.
Keterampilan adalah bagaimana untuk melakukan. Agar sesuatu bisa
menjadi kebiasaaan ke dalam hidup kita, kita harus mempunyai ketiga
hal tersebut. Pandangannya ini di gambarkan sebagai berikut :

Pengetahuan
(apa yang harus dilakukan, mengapa)

KEBIASAAN
keterampilan
(bagaimana Keinginan
melakukan) (mau melakukan)

Pola terbentuknya kebiasaan

Mengajar pada hakikatnya adalah membentuk suatu kebiasaan,


sehingga melalui pengulangan-pengulangan siswa akan terbiasa
melakukan sesuatu dengan baik sesuai perilaku yang diharapkan. Agar
kebiasaan itu menjadi efektif, maka seseorang terlebih dahulu harus
memilik pengetahuan berkenaan dengan sesuatu yang dilakukan. Di
samping itu akan sangat baik bilamana ia memahami alasan mengapa
sesuatu itu penting untuk dilakukan. Memilki pengetahuan dan alasan

14
tentang sesuatu hal yang akan dilakukan dapat terlaksana dengan baik
bilamana individu memiliki perangkat keterampilan bagaiman
melakukannya. Suatu tindakan tertentu dapat tumbuh subur menjadi
kebiasaan bilamana didukung dengan motivasi atau keinginan yang kuat
untuk melakukan secara terus-menerus. Karena itu di dalam kegiatan
pembelajaran, setiap guru di samping sangat penting memberikan
pengetahuan dan alasan kepada siswa untuk melakukan sesuatu, tentu
harus diiringi dengan cara melakukannya dengan baik. Kedua hal ini
akan dapat efektif bilamana siswa memiliki keinginan atau dorongan
untuk melakukannya menjadi suatu kebiasaan.
Implikasi Prinsip-prinsip pengulangan bagi guru adalah :
a. Memilah pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan
pengulangan ;
b. Merancang kegiatan pengulangan ;
c. Mengembangkan soal-soal latihan;
d. Mengimplesentasikan kegiatan-kegiatan pengulangan yang
bervariasi.

Sedangkan pada siswa sangat dituntut untuk memiliki kesadaran


yang mendalam agar bersedia melakukan pengulangan latihan-latihan
baik yang ditugaskan oleh guru maupun atas isiatif dan dorongan diri
sendiri.

6. Prinsip Tantangan

Deporator (2000;23) mengemukakan bahwa studi-studi


menunjukan bahwa siswa lebih banyak belajar jika pelajarannya
memuaskan, menantang serta ramah, dan mereka memiliki peran di
dalam pengambilan keputusan. Bilamana anak merasa tertantang dalam
suatu pelajaran, maka ia dapat mengabaikan aktivitas lain yang dapat
menggangu kegiatan belajarnya. Mihaly Csikszaentmihalyi, psikolog
dari Universitas Chicago dikenal dengan penelitiannya dalam

15
mendokumentasikan suatu keadaan flow, yang dia definisikan sebagai
suatu “keadaan di mana seseorang sangat terlibat dalam sebuah kegiatan
sehingga hal ini seakan tak berarti lagi”. Goleman menjelaskan tentang
keadaan flow ini. Jika tuntutan terlalu sedikit, orang akan menjadi bosan.
Jika tuntutan terlalu besar untuk diatasi, mereka akan menjadi cemas.
Flow terjadi di daerah genting antara kebosanan dan kecemasan.
Kurt Lewin dalam sebuah teori yang dinamakannya “ Teori
Medan” (Field Theory), mengemukankan bahwa siswa di dalam suatu
situasi belajar, siswa berhadapan dengan cita-cita yang ingin dicapainya,
akan tetapi ia selalu dihadapkan pada hambatan yaitu mempelajari bahan
belajar. Melalui motif dalam dirinya dan dorongan dari luar (termasuk
guru) tumbuh dorongan untuk mempelajari bahan belajar tersebut.
Bilamana hambatan-hambatan belajar dapat diatas medan baru dan
tujuan baru, demikian seterusnya. Agar motif pada anak tumbuh dengan
kuat guna mengatasi hambatan yang dihadapi, maka bahan belajar harus
menantang. Dalam keadaan ini guru perlu sekali menemukan dan
mempersiapkan bahan-bahan belajar yang menarik, baru dan mampu
mendorong keikutsertaan siswa untuk mencermati dan memecahkan
masalah. Bahan pelajaran yang diharapkan adalah yang sebesar mungkin
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi.
Model-model pembelajaran yang menempatkan siswa hanya
menerima saja apa yang diberikan atau disampaikan oleh guru, memiliki
kadar keterlibatan mental yang sangat rendah. Dalam pandangan
konstruktivisme semua pengetahuan yang kita perolah adalah konstruksi
kita sendiri. Karena itu mereka menolak kemungkinan transfer
pengetahuan dari seseorang kepada orang lain.
Dalam kaitan dengan prinsip-prinsip tantangan ini diharapkan guru
secara cermat dapat memilih dan menetukan pendekatan-pendekatan dan
metode pembelajaran yang dapat memberikan tantangan bagi siswa
untuk belajar.
Beberapa bentukk kegiatan berikut dapat dijadikan sebagai acuan
bagi guru untuk menciptakan tantangan dalam kegiatan belajar, yaitu :

16
1. Merancang dan mengelola kegiatan inquiry dan eksperimen;
2. Memberikan tugas-tugas pemecahan masalah kepada siswa;
3. Mendorongan siswa untuk membuat kesimpulan pada setiap sesi
pembelajaran;
4. Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang menarik;
5. Membimbing siswa menemukan fakta, konsep, prinsip dan
generalisasi;
6. Merangcang dan mengelola kegiatan diskusi.

7. Prinsip Balikan dan penguatan

Prinsip balikan dan penguatan pada dasarnya merupakan


implementasi dari teori belajar yang dikemukakan oleh Skiner melalui
Teori Operant Conditioning dan salah satu hukum belajar dari Thorndika
yaitu “law of effect” . Menurut hukum belajar ini, siswa akan belajar
lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Hasil belajar, apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang
menyenangkan dan berpengaruh positif bagi upaya-upaya belajar
berikutnya. Namun dorongan belajar menurut Skinner tidak hanya
muncul karena penguatan yang menyenangkan, akan tetapi juga
terdorong oleh penguatan yang tidak menyenangkan, dengan kata lain
penguatan positif dan negatif dapat memperkuat belajar.
Di dalam proses pembelajaran sehari-hari sebagian besar guru
seringkali mengembalikan berkas pekerjaan siswa dengan
mencantumkan nilai atau skor tertentu dari hasil pekerjaannya. Sebagian
guru yang lain tidak terbiasa mengembalikan pekerjaan siswa beserta
hasil koreksinya, sehingga siswa-siswa tidak mengetahui hasil yang
mereka dapatkan. Padahal menurut Skinner pemberitahhuan kepada
siswa tentang hasil yang mereka dapatkan sangat penting untuk
menumbuhkan motivasi belajar mereka. Nilai yang baik dapat merupkan
operant conditioning atau penguatan positif. Demikian pula jika siswa

17
tidak mendapatkan nilai yang baik, juga akan memberikan manfaat
dalam rangka mendorong aktivitas belajar yang lebih giat lagi. Anak
yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa
takut jika tidak naik kelas. Perasaan takut karena khawatir tidak naik
kelas, maka anak tertodorong untuk belajar lebih giat. Dalam keadaan ini
rasa takut tidak naik kelas dapat mendorong anak belajar lebih giat, dan
keadaan ini dinamakan penguatan negatif, karena siswa mencoba
menghindari peristiwa yang tidak menyenangkan. Oleh sebab itu
penguatan negatif juga disebut ascape conditioning atau penguatan
positif. Demikian pula jika siswa tidak mendapatkan nilai yang baik, juga
akan memberikan manfaat dalam rangka mendorong aktivitas belajar
yang lebih giat lagi. Anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu
ulangan akan merasa takut jika tidak naik kelas. Perasaan takut karena
hawatir tidak naik kelas,
Maka anak terdorong untuk belajar lebih giat. Dalam keadaan ini rasa
takut tidak naik kelas dapat mendorong anak belajar lebih giat, dan
keadaan ini dinamakan penguatan negatif, karena siswa mencoba
menghindari peristiwa yang tidak menyenangkan. Oleh sebab itu
penguatan negatif juga disebut ascape conditioning.
Memberi penguatan (reinforcement) merupakan tindakan atau
respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya
peningkatan kualitas tingkah laku pada waktu yang lain. Sebagai contoh,
ketika seorang siswa berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, rapi dan
diselesaikan tepat pada waktunya”. Bisa juga guru mendekati siswa
tersebut, kemudian mengelus-elus pundaknya dan mengatakan :
“sungguh, kamu telah bekerja keras, dan hasilnya bagus sekali”. Cara-
cara tersebut mempunyai arti penting untuk membesarkan hati siswa dan
mendorong motivasinya guna lebih giat mengerjakan pekerjaan agar
lebih baik pada waktu-waktu berikutnya.
Memberikan penguatan dan balikan merupakan hal yang
kedengarannya sederhana dan mudah, akan tetapi seringkali tidak terlalu
mudah untuk dilakukan oleh setiap guru. Hambatannya bisa dalam

18
berbagai bentuk yang berbeda. Beberapa orang guru mungkin belum
terbiasa melakukannya, sangat mungkin karena anggapan mereka yang
belum menempatkan “penguatan” sebagai sesuatu yang latihan dalam
proses pembelajaran. Karena itu perlu upaya-upaya latihan agar keadaan
tersebut menjadi terbiasa untuk dilakukan. Sumantri dan Permana
(1999:274) mengemukakan secara khusus beberapa tujuan dari peberian
penguatan, yaitu :
a. Membangkitkan motivasi belajar peseta didik
b. Merangsang peserta didik berpikir lebih baik
c. Menimbulkan perhatian peserta didik.
d. Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi
e. Mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam
belajar ke arah perilaku yang mendukung belajar.

Terdapat beberapa jenis penguatan yang dapat dilakukan guru:

1. Penguatan verbal, yaitu pengutan yang diberikan guru berupa kat-


kata/ kalimat yang diucapkan, seperti “bagus”, “baik”, “smart”,
“tepat” dan sebagainya.
2. Penguatan gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau mimik
muka yang memberi arti/kesan baik kepada peserta didik. Penguatan
gestural dapat berupa; tepuk tangan, acungan jempol, anggukan,
tersenyum dan sebagainya.
3. Penguatan dengan cara mendekati, yaitu perhatian guru terhadap
perilaku peserta didik dengan cara mendekatinya. Penguatan dengan
cara mendekati ini dapat dilakukan ketika peserta didik, menjawab
pertanyaan, bertanya, berdiskusi atau sedang melakukan aktivitas-
aktivitas lainnya.
4. Penguatan dengan cara sentuhan, yaitu penguatan yang dilakukan
guru dengan cara menyentuh peserta didik, seperti menepuk pundak,
menjabat tangan, mengusap kepala peserta didik, atau bentuk-bentuk
lainnya.

19
5. Penguatan dengan cara memberikan kegiatan yang menyenangkan.
Memberikan pengharagaan kepada kemampuan peserta didik dalam
suatu bidang tertentu, seperti peserta didik yang pandai bernyanyi
diberikan kesempatan untuk melatih vokal pada temannya.
6. Penguatan berupa tanda atau benda, yaitu mmemberikan penguatan
kepada peserta didik berupa simbol-simbol atau benda-benda.
Penguatan ini dapat berupa komenter tertulis atas karya peserta didik,
hadiah, piagam, lencana, dan sebagainya.

Ketepatan pemberian dan penggunaan penguatan harus mendapat


perhatian guru. Bilamana penguatan dipergunakan pada situasi dan
wakti yang tidak tepat, maka hal itu dapat kehilangan keefektifannya.
Sebaliknya bilamana penguatan itu dipergunakan secara tepat, maka
akan memberikan pengaruh yang positif terhadap aktivitas belajar
peserta didik.

Berikut adalah beberapa antara situasi yang cocok untuk diberikan


penguatan :

a. Pada saat peserta didik menjawab pertanyaan, atau merespon


stimulasi guru atau peserta didik yang lain.
b. Pada saat peserta didik menyelesaikan PR.
c. Pada saat peserta didik mengerjakan tugas-tugas latihan
d. Pada waktu perbaikan dan penyempuranaan tugas
e. Pada saat menyelesaikan tugas –tugas kelompok dan mandiri
f. Pada saat membahas dan membagikan hasil-hasil latihan dan
ulangan
g. Pada saat situasi tertentu tatkala peserta didik mengikuti kegiata
secara bersungguh-sungguh.

Implikasi prinsip-prinsip balikan dan penguatan bagi guru antara


lain
: (1) memberikan balikan dan penguatan secara tepat, baik teknik,
waktu maupun bentuknya, (2) memberikan kepada siswa jawaban

20
yang benar, (3) mengoreksi dan membahas pekerjaan siswa, (4)
memberikan catatan pada hasil pekerjaan siswa baik berupa angka
maupun komentar-komentar tertentu, (5) memberikan lembar
jawaban atau kerja siswa, (6) mengumumkan atau
menginformasikan peringkat secara terbuka, (7) memberikan
pengharagaan.

8. Prinsip Perbedaan Individual


Sebelum guru menentukan strategi pembelajaran, metode dan
teknik-teknik evaluasi yang akan dipergunakan, maka guru terlebih
dahulu dituntut untuk memahami karakteristik siswa dengan baik. Hal ini
dikarenakan dari hasil sejumlah riset menunjukan bahwa keberagaman
faktor, seperti sikap siswa, kemampuan dan gaya belajar, pengetahuan
serta kemampuannya dan konteks pembelajaran merupakan komponen
yang memberikan damfak sangat penting terhadap apa yang
sesungguhnya harus siswa-siswa pelajari (Killen, 1999:5).
Pengenalan terhadap siswa dalam interaksi belajar mengajar,
menrupakan faktor yang sangat mendasar dan penting untuk dilakukan
oleh setiap guru agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat
menyentuh kepentingan siswa, minat-minat mereka, kemampuan serta
berbagai karakteristik yang terdapat pada siswa, dan pada akhinya dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Pengenalan terhadap siswa mengandung arti bahwa guru harus dapat
memahami dan menghargai keunikan cara belajar siswa dan kebutuhan-
kebutuhan perkembangan mereka. Upaya-upaya mengaenal dan
memahami siswa merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus-
menerus karena kebutuhan siswa tidak bersifat menetap, akan tetapi
mengalami perubahan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.
Bahkan seringkali perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa
berlangsung dengan cepat sehingga guru tidak jarang mengalami
kesulitan untuk dapat mengenal dan memahaminya secara ceermat.
Disamping ini pula kebutuhan-kebutuhan mereka menggambarkan

21
keragaman intelegensial, kemampuan maupun ketidak mampuan
(Parkey, 1998:276). Bagi anak-anak yang memiliki kualitas itelegensi
yang baik dan berada dalam tahap atau masa perkembangan tertentu
memiliki sejumlah kebutuhan yang berbeda dengan anak-anak yang
tergolong memiliki intelegensi yang rendah walau pun sama-sama berada
pada tahap perkembangan tertentu. Dalam pandangan DePorter & Her
hernaki (2001:177) terdapat tiga karakteristik atau modalitas belajar
siswa yang perlu diketahui oleh setiap pendidik dalam proses
pembelajaran, yaitu:
a. Orang-orang visual, yang sering kali ditandai suka mencoret-coret
ketika berbicara ditelfon, berbicara dengan tepat, lebih suka melihat
peta daripada mendengar penjelasan.
b. Orang-orang yang auditorial, yang sering ditandai suka berbicara
sendiri, lebih suka mendarkan ceramah atau seminar dari pada
membaca buku, lebih suka berbicara dari pada menulis.
c. Orang-orang yang kinestetik, yang sering ditandai berpikir lebih baik
ketika bergerak atau berjalan, banyak menggerakan anggota tubuh
ketika berbicara, sulit untuk duduk dan diam.

Peserta didik adalah individual yang memiliki keunikan, berbeda satu


sama lain dan tidak satupun yang memiliki ciri-ciri persis sama
mesikipun mereka itu kembar. Setiap individu pasti memiliki
karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya,. Perbedaan
individual ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami. Berbagai
faktor dalam diri invidual berkembang melalui cara-cara yang bervariasi
dan oleh karena itu menghasilkan dinamika karakteristik individual yang
bervariasi pula. Karakteristik individual yang berbeda sehingga tiap
individu sebagai kesatuan jasmani dan rohani mewujudkan dirinya secara
utuh dalam keunikannya. Keunikan lingkungan yang dimiliki oleh masih-
masing individu. Perbedaan individual tersebut membawa implikasi
inferatif terhadap setiap layanan pendidikan untuk memperhatikan
karakteristik anak didik yang unik dan bervariasi tersebut.
Menyamaratakan pendidikan terhadap individu yang memiliki

22
karakteristik berbeda satu sama lain berarti mengingkari hakikat dan
kodrat kemanusiannya sehingga akan berakibat diperolehnya hasil yang
kurang memuaskan.

Pembelajran yang bersiat klasik yang mengabaikan perbedaan-


perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Cara-cara
yang dapat ditempuh oleh guru antara lain penggunaan metode atau
pendekatan secara bervariasi sehingga semakin besar memberikan
peluang tumbuhnya perhatian siswa di dalam latar belakang perbedaan
individual. Demikian pula dalam mengembangkan instruksional yang
dapat membantu melayani perbedan-perbedaan individual siswa dalam
belajar. Upaya lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan menambah
waktu belajar bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan rendah, atau
memberikan pengayaan bagi siswa-siswa yang memiliki kemampuan
lebih dari yang lain. Pemberian tugas-tugas hendaknya juga
memperhatikan kemampuan siswa, sehingga siswa-siswa yang memiliki
kemampuan kurang tidak merasa gagal bahkan prustasi dalam
belajar.impikasi prinsi-prinsip perbedaan individual ini adalah
mengharuskan agar setiap guru memberikan perhatian secara sungguh-
sungguh terhadap semua keunikan yang melekat pada diri siswa.
Demikian pula guru harus dapat melayani siswa sesuai dengan
karakteristik merka masing-masing.

Secara spesifik berkenaan dengan implikasi atau penerapan prinsip-


prinsip perbedaan individual dalam proses pembelajaran, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai berikut:

1. Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan


kelemahan dirinya untuk selanjutnya mendapat perlakuan dan
layanan kegiatan belajar yang mereka butuhkan.
2. Para siswa harus terus didorong untuk mampu memahami potensi
dirinya untuk selanjutnya mampu merencanakan dan melaksanakan
kegiatan.

23
3. Peserta didik membutuhkan variasi layanan, tugas , bahan dan
metode yang selaras dengan minat, tujuan dan latar belakang meraka.
Hal ini terutama disebabkan para peserta didik cenderung memilih
kegiatan belajar yang sesuaii dengan pengalaman masa lampau yang
mereka rasakan bermakna untuk dirinya.
4. Para siswa harus dapat membantu untuk memahami kekuatan dan
kelemahan dirinya seta pemenuhan kebutuhan belajar maupun
bimbingan yang berbeda dengan siswa-siswa yang lain.
5. Kesempatan –kesempatan yang tersedia untuk belajr dapat lebih
diperkuat bilamana para siswa tidak merasa terancam oleh proses
yang ia kuti serta lingkungannya sehingga mereka memiliki
keleluasaan untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan belajar.
6. Para siswa yang telah memahami kekuatan dirinya akan lebih
cenderung memiliki dorongan dan minat untuk belajar secara lebih
sungguh-sungguh.

Disamping prinsip-prinsip diatas, berikut ini dijelaskan pula beberapa


prinsip belajar dikaji dari ranah pembelajaran, mencakup prinsip
pembelajaran kognitif, prinsip pembelajaran afektif dan prinsip
pembelaajaran psikomotorik.

Prinsip belajar kogntif

Beberapa hal berikut ini sangat penting diperhatikan dalam proses


pembeajaran kognitif ;

a. Perhatian harus dipusatkan pada aspek-aspek lingkungan yang


relevan sebelum roses belajar kognitif terjadi.
b. Hasil belajr kognitif akan bervariasi sesua dengan taraf dan jenis
perbedaan individual yang ada.

24
c. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata atau kemampuan
membaca , kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung
terhadap proses belajar kognitif.
d. Pengalaman belajar harus di organisasikan kedalam satuan-satuan
atau unit-unit yang sesuai.
e. Bila menyajikan konsep, bermaknaan dalam konsep amatlah penting,
perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian
sangat di perlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar
bermakna
f. Dalam pemecahan masalah, para siswa haru dibantu untuk
mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan
inforamasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisikan masalah
dan memungkinkan tumbuhnya kemampuan berpikir uang multy
dimensional (divergent thinking)

Prinsip belajar afektif

Pembelajaran afektif dapat dilaksanakan dengan baik dalam upaya


mencapai hasil yang diharapkan bilamana guru memperhatikan beberapa
hal berikut :

a. Sikap dan nilai tidak hanya diperoleh dari proses pembelajaran


langsung, akan tetapi sering diperoleh melalui proses indentifikasi
dari orang lain.
b. Sikap lebih mdah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan
c. Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standaar
perilaku kelompok.
d. Bagaimana para siswa menyesuaikan diri dan memberi reaksi
terhadap situasi akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses
belajar afektif.
e. Dalam banyak kesempatan nilai-nilai penting yang diperoleh pada
masa kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang hayat

25
f. Proses belajar disekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan
yang erat.
g. Model interaksi guru dan siswa yang positif dalam proses
pembelajaran di kelas, dapat memberikan kontribusi bagi tumbuhnya
sikap positif di kalangan siswa.
h. Para siswa dapat dibantu agar lebih matang dengan cara memberikan
dorongan bagi mereka untuk lebih mengenal dan memahami sikap,
peranan serta emosi.

Prinsip belajar psikomotorik

Terdapat beberapa hal penting yang perlu diketahui guru berkenaan


dengan pembelajaran psikomotorik :

a. Perkembangan psikomotorik anak, sebagaian berlangsung secar


beraturaan, dan sebagian diantaranya tidak beraturan
b. Di dalam tugas suatu kelompok akan menunjukan variasi
kemampuan dasar psikomotorik
c. Struktur regawi dan system syaraf individu membantu menentukan
taraf penampilan psikomotorik
d. Melalui aktivitas bermain dan aktivitas informal lainnya para siswa
akan memperoleh kemampuan menontrol gerakannya secara lebih
baik.
e. Seirama dengan kematangan fisik dan mental, kemampuan belajar
untuk memadukan dan memperluas gerakan motorik akan lebih dapat
diperkuat.
f. Faktor-faktor lingkungan memberikan pengatuh terhadap entuk dan
cakupan penampilan psikomotor individu
g. Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif siswa dapat
menambah efisiensi belajar psiokomotorik
h. Tugas-tugas psikomotorik yang terlalu sukar bagi siswa dapat
menimbulkan keputusasaan dan kelelahan yang lebih cepat.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Prinsip belajar dapat diartikan sebagai pandangan-pandangan


mendasar dan dianggap penting yang dijadikan sebagai pegangan di dalam
melaksanakan kegiatan belajar. Prinsip belajar dapat merupakan akumulasi
pengalaman panjang guru tentang hal-hal positif yang mendukung terjadinya
proses belajar dan pencapaian hasil belajar yang diharapkan, atau bersumber
dar temuan-temuan penelitian yang sengaja untuk menguji validitas prinsip-
prinsip belajar tertentu yang diyakini efektivitasnya.. Prinsip-prinsip belajar
bermanfaat untuk memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya
dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses
pembelajaran. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar
dalam proses pembelajaran sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang dirumuskan. Sementara bagi siswa prinsip-prinsip belajar
akan memebantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
Prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan perhatian dan motivasi,
transfer dan tetensi, prinsip keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan,
tantangan, balikan dan penguatan, dan perbedaan individual.

B. Saran

Penyusun menyampaikan, kemungkinan makalai ini masih terdapat


kekurangan, untuk itu kami menerima kritik dan saran guna memperbaikinya.
Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk memperbaiki
atau memperdalam tentang ilmu itu.

27
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah., S B Zain Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta : Asdi Mahasatya

Anurrahman. (2016). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Tim Pengembang MKDP. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran/Tim

Pengembang MKDP kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :Rajawali Pers.

Rusman. (2013). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer

Bandung : Alfabeta

Dimyati dan Mudjiono. (2015). Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta : Rineka Cipta.

28

Anda mungkin juga menyukai