Anda di halaman 1dari 37

1

MENCARI JEJAK KHIDR


PADA ĀKHIR AL-ZAMĀN

IMRAN N. HOSEIN

IMRAN N. HOSEIN PUBLICATIONS

2
​Imran N. Hosein 1436 (Hijri): 2015 (Gregory XIII)

Diterbitkan oleh Penerbit Imran N. Hosein


3 Calcite Crescent
Union Hall Gardens
San Fernando
Trinidad and Tobago

Email : ​inhosein@hotmail.com
Website : ​www.imranhosein.org
Bookstore : ​www.imranhosein.com

Distribution: INH DISTRIBUTORS


​inhdistributorsmsia@gmail.com

Printed in
PERCETAKAN ZAFAR SDN. BHD
Let 18, jalan 4/10B,
Spring Crest Industrial park,
Batu Caves, 68100
Kuala Lumpur

3
َ ‫َﻗ‬
َ ‫ﺎل إِ ﱠﻧ َﻚ َﻟ ْﻦ َﺗ ْﺴ َﺘ ِﻄ ْﯿ َﻊ َﻣﻌ‬
‫ِﻲ َﺻ ْﺒ ًﺮا‬
“​Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku​ -

‫َو َﻛ ْﯿ َﻒ َﺗ ْﺼ ِﺒ ُﺮ َﻋَﻠﻰ َﻣﺎ َﻟ ْﻢ ُﺗ ِﺤ ْﻂ ِﺑ ِﻪ ُﺧ ْﺒ ًﺮا‬


Bagaimana kamu dapat sanggup bersabar terhadap sesuatu yang di
luar pemahamanmu​?”

(Qur’ān, Sūrah al-Kahf,18:67-68)

4
Untuk Alouette
dengan cinta

5
ISI

PENGANTAR ​7
KATA PERTAMA 10
DI MANA KHIDR DAPAT DITEMUKAN? 15
Mengangkat hijab yang memisahkan Dua Lautan Ilmu 20
Dzikr dan Fikr 20
Dua Lautan dalam Al-Qur’an 22
Ilmu Batin Internal dan interpretasi Mutashābihāt​ 23
Ilmu Batin Internal dan kemampuan melihat dan memperkirakan
peristiwa​ masa depan 24
Ilmu Batin Internal dan kemampuan menghubungkan berbagai
peristiwa sehingga membaca sejarah dengan tepat 26
BAGAIMANA KHIDR DAN MURIDNYA BERHUBUNGAN SATU SAMA
LAIN? 28
Murid harus mencari Khidrnya 28

6
Murid harus berendah hati saat berusaha diterima sebagai murid
Khidr 28
Guru atau pembimbing tidak sempurna 31
Pesan peringatan 31
Buku-buku karya IMRAN N. HOSEIN 33

PENGANTAR

aya menulis booklet ini akibat dari menikahi istri kedua


berkebangsaan Arab Aljazair pada hari terakhir bulan Dzul Hijjah
1435 di kota Iran, Mashad. Pernikahan ini berlangsung di Masjid
Imam Rida (‘alaihi al-Salām) yang merupakan seorang keturunan
ke-8 generasi Nabi Muhammad (sallalahu ‘alaihi wa sallam).
Dari sejak malam pertama pernikahan, dan selama 12 hari
bahagia berikutnya yang kami jalani bersama di Iran, saya
mencurahkan waktu untuk mengajarkan Surat Al-Kahf kepada istri
baru saya. Saya mendapati hal-hal aneh dan ajaib terjadi kepada saya
saat saya mengajarinya Surat tersebut, karena saya mengalami – lagi
dan lagi – pencerahan baru di Surat itu yang belum pernah saya
pahami sebelumnya.
Kami berdua merasa ini adalah sebuah tanda keberkahan dari
Tuhan, dan kami berdua bersyukur kepada Allah Yang Maha
Pengasih atas berkah-Nya kepada kami. Ini adalah bagian dari hadiah

7
untuk istri baru saya, dan sebagai ungkapan syukur kepada Allah
Ta’ala, sehingga buku ini ditulis.
Biarkan saya memulai membuka kepada para pembaca yang
terhormat bahwa saya baru berusia 18 tahun saat saya menemui
Khidr duduk di atas batu. ​Maulānā Dr. Muhammad Fadlur Rahmān
Ansāri (rahimahullah), yang adalah seorang ​Sufi ​shaikh Qāderiah, dan
guru saya dengan ingatan yang diberkahi pada akhirnya menjadi
Khidr saya, dan saya tidak pernah lagi sejak umur 18 tahun ‘melihat
kembali’ dalam hidup untuk mencari arah atau tujuan hidup baru.
Sebenarnya saya sangat beruntung karena dia mengajarkan dan
membimbing saya seakan barangkali, tidak ada lagi ulama Islam yang
hidup punya metodologi mempelajari Al-Qur’an, serta
mengidentifikasi hadits buatan.
Ada orang-orang yang akan membaca esai ini dan menangisi
kenyataan karena bertahun-tahun hidupnya telah berlalu, sementara
mereka masih mencari Khidr. Esai ini ditulis untuk menawarkan
harapan kepada orang-orang tersebut, dan untuk menguatkan tekad
​ engingatkan
mereka agar tidak berhenti mencari. ​Sūrah al-Kahf m
mereka mengenai pernyataan ​Mūsa (‘alaihi al-Salāam) t​ entang
pertemuan dua lautan – bahkan jika dia harus melanjutkan
perjalannya tanpa akhir:

‫ﺎل ُﻣ ْﻮ َﺳﻰ ِﻟ َﻔ َﺘﺎ ُه َﻻ َأ ْﺑ َﺮ ُح َﺣ ﱠﺘﻰ َأ ْﺑُﻠ َﻎ‬ َ ‫َوِإ ْذ َﻗ‬


‫َﻣ ْﺠ َﻤ َﻊ ا ْﻟ َﺒ ْﺤ َﺮ ْﯾ ِﻦ َأ ْو َأ ْﻣ ِﻀ َﻲ ُﺣ ُﻘ ًﺒﺎ‬

8
“Dan (​ingatlah​) ketika Musa berkata kepada muridnya:
“Aku tidak akan berhenti (​berjalan​) sebelum sampai ke pertemuan
dua lautan; atau aku akan terus berjalan entah sampai berapa tahun
lamanya.” (Al-Qur’an Surat Al-Kahf, 18:60).
Biarkan saya juga menjelaskan kepada para pembaca tersebut,
juga kepada yang lain, bahwa saya bukan Khidr zaman ini, dan saya
tidak mengaku diri saya sebagai siapa pun. Apa yang saya lakukan,
bagaimana pun, adalah menjelaskan profil guru hebat yang menjadi
model satu-satunya ulama yang bisa menanggapi tantangan zaman
modern dengan berhasil, dan untuk mendorong orang-orang yang
mencari Khidr agar menemukannya dengan mencari jejak-jejak yang
mirip dengan jejaknya.
Saya berdoa semoga booklet ini bisa membantu mereka dalam
pencarian itu. Amin!

Imran N. Hosein
Di Pulau Karibia, Trinidad
Jumadil al-Awwal 1436/April 2015

9
BAB SATU

KATA PERTAMA

UJI bagi Allah Maha Bijaksana, dan shalawat serta salam atas
baginda Rasulullah ​(sallalahu ‘alaihi wa sallam) yang menyesali karena
Mūsa (​ ‘alaihi al-Salām) tidak lebih bersabar saat bersama Khidr ​(‘alaihi
al-Salām), guru dan pembimbing tertinggi ​Ākhir al-Zamān, jika ​Mūsa
lebih bersabar kita bisa belajar lebih banyak dari Khidr melalui Sūrah
al-Kahf dalam Al-Quran yang diberkahi:

ُ ‫ﺺ‬
‫اﷲ‬ َ ‫َو ِد ْد َﻧﺎ َأ ْن ُﻣ ْﻮ َﺳﻰ َﻛ‬
‫ﺎن َﺻ َﺒ َﺮ َﺣ ﱠﺘﻰ َﯾ ُﻘ ﱠ‬
‫َﻋَﻠ ْﯿ َﻨﺎ ِﻣ ْﻦ َﺧ َﺒ ِﺮ ِﻫ َﻤﺎ‬

10
“Kita berharap ​Mūsa lebih bersabar sehingga Allah bisa
menceritakan kepada kita lebih banyak tentang keduanya”.
(Sahih Bukhāri)
Dunia saat ini seperti kulit pisang yang dilempar ke tempat
sampah dan membusuk. Orang-orang yang memiliki hati yang bisa
mendalami kenyataan dunia saat ini, adalah orang-orang yang terus
menerus merasa kehilangan, dunia aneh yang secara simbolis di
mata mereka telah tereduksi menjadi hanya sebagai tanah tandus
karena dunia ini menolak nur (atau cahaya).

‫ﺎﻋُﻠ ْﻮ َن َﻣﺎ َﻋَﻠ ْﯿ َﻬﺎ َﺻ ِﻌ ْﯿﺪًا ُﺟ ُﺮ ًزا‬


ِ ‫َوِإ ﱠﻧﺎ َﻟ َﺠ‬
​“Dan sesungguhnya Kami (​pada akhirnya​) benar-benar akan
menjadikan (​bumi dan)​ apa yang di atasnya menjadi
tanah yang rata lagi tandus!”
(Qur’ān, Sūrah al-Kahf, 18:8)
Mereka merasa jijik terhadap dunia ini. Mereka merindukan jalan
keluar dari kehidupan tandus yang menolak kedamaian, ketenangan,
dan kebahagiaan sejati. Mereka merindukan air hujan turun dari
langit yang akan mengobati rasa haus di dalam hati mereka yang
kelelahan – haus akan kebenaran dan kedamaian batin.
Sedikit orang yang merasa jijik dengan dunia saat ini melihat
dengan sakit dan frustrasi yang semakin meningkat kepada manusia
lainnya yang menganggap dunia ini sebagai dunia terbaik, yang
mengagumi canggihnya teknologi zaman modern dan yang
menganggap hal itu sebagai kemajuan, dan yang merasa paling

11
bahagia mengunjungi mall mewah di kota untuk membelanjakan
lebih dan lebih uang kertas, plastik, dan elektronik dengan membeli
jeans biru, perangkat elektronik terbaru, dan kulit pisang busuk
lainnya:

‫ﺎﻷ ْﺧ َﺴ ِﺮ ْﯾ َﻦ َأ ْﻋ َﻤﺎ ًﻻ‬


َ ‫ُﻗ ْﻞ َﻫ ْﻞ ُﻧ َﻨ ّﱢﺒ ُﺌ ُﻜ ْﻢ ِﺑ‬

َ ‫َاﱠﻟ ِﺬ ْﯾ َﻦ َﺿ ﱠﻞ َﺳ ْﻌ ُﯿ ُﻬ ْﻢ ﻓِﻰ ْا‬


‫ﻟﺤ َﯿﺎ ِة اﻟ ﱡﺪ ْﻧ َﯿﺎ َو ُﻫ ْﻢ‬
‫َﯾ ْﺤ َﺴ ُﺒ ْﻮ َن َأ ﱠﻧ ُﻬ ْﻢ ُﯾ ْﺤ ِﺴ ُﻨ ْﻮ َن ُﺻ ْﻨ ًﻌﺎ‬
“Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"
“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam
(mengejar tidak lebih dari kesenangan) kehidupan dunia
ini, dan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya.”
(Qur’ān, Sūrah al-Kahf, 18:103-104)
Adalah orang-orang yang seperti itu – sedikit orang yang merasa
kehilangan di dunia aneh saat ini – yang dibicarakan ​Sūrah al-Kahf,​
jika sekiranya mereka bisa mendengar. Inilah pesan dari ​Sūrah
Al-Kahf:
Saat ​Mūsa ​(‘alaihi al-salām) melewati batu itu dan melanjutkan
perjalanan menjauhi batu itu, perjalanannya menjadi melelahkan dan
dia jemu dengan keletihan dan penderitaan:

12
َ ‫ﺎو َزا َﻗ‬
َ ‫ﺎل ِﻟ َﻔ َﺘﺎ ُه َا ِﺗ َﻨﺎ َﻏﺪ‬
‫َاء َﻧﺎ َﻟ َﻘ ْﺪ َﻟ ِﻘ ْﯿ َﻨﺎ ِﻣ ْﻦ‬ َ ‫َﻓَﻠ ﱠﻤﺎ َﺟ‬
‫ﺎﻫ َﺬا َﻧ َﺼ َﺒﺎ‬َ ‫َﺳ َﻔ ِﺮ َﻧ‬
“Maka tatkala mereka berjalan semakin jauh (dari batu itu),
berkatalah Musa kepada muridnya: Bawalah ke mari
makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih
karena perjalanan kita ini.”
(Qur’ān, Sūrah al-Kahf, 18:62)
Kehidupan pada ​Ākhir al-Zamān tepat seperti itu. Saat kita
kehilangan jalan di dunia tandus ini, hidup menjadi meletihkan,
tanpa pesona dan kebahagiaan.
Sūrah Al-Kahf melanjutkan dengan menyampaikan pesan bahwa
orang-orang tersebut harus berbalik dan menyusuri jejak mereka
dalam kehidupan untuk mencari batu itu sebagai tempat duduk
ulama dan pembimbing tertinggi zaman ini:

ِ ‫ﺎر َﺗﺪﱠا َﻋَﻠﻰ َا َﺛ‬


‫ﺎر ِﻫ َﻤﺎ‬ ْ ‫ِﻚ َﻣﺎ ٌﻛﻨﱠﺎ َﻧ ْﺒ ِﻎ َﻓ‬َ ‫ﺎل َذﻟ‬
َ ‫َﻗ‬
‫َﻗ َﺼ َﺼﺎ‬
“Musa berkata: “(Batu) Itulah (​tempat)​ yang kita cari". Lalu
keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula (menuju ke batu
itu).”
(Qur’ān, Sūrah al-Kahf, 18:64)

13
Hanya pembimbing itu yang bisa menjelaskan kenyataan
dunia ​Ākhir al-Zamān, dan hanya pembimbing itu yang bisa
memberikan petunjuk ke jalan keluar dari bahaya yang menunggu
mereka ke mana pun mereka pergi. Ini karena dia adalah manusia
yang paling berilmu.
Allah Ta’ala langsung mengingatkan bahaya hebat terhadap
keimanan yang akan menembus dunia Akhir Zaman ketika Dia
menyatakan, dalam Hadits al-Qudsi di buku ​Sahih al-Bukhāri, bahwa
999 dari setiap 1000 orang (pada Ā​ khir al-Zamān)​ akan memasuki
api neraka.
Sūrah al-Kahf juga memberikan petunjuk penting saat berkata
kepada orang-orang tersebut bahwa mereka seharusnya:

‫ْﻋ ْﻮ َن َر ﱠﺑ ُﻬ ْﻢ ِﺑﺎ ْﻟ َﻐ َﺬا ِة‬


ُ ‫واﺻ ِﺒ ْﺮ َﻧ ْﻔ َﺴ َﻚ َﻣ َﻊ اﱠﻟ ِﺬ ْﯾ َﻦ َﯾﺪ‬ ْ َ
‫ﺎك‬َ ‫ُو َن َو ْﺟ َﻬ ُﻪ َو َﻻ َﺗ ْﻌ ُﺪ َﻋ ْﯿ َﻨ‬ ْ ‫َوا ْﻟ َﻌ ِﺸ ﱢﻲ ُﯾ ِﺮ ْﯾﺪ‬
‫َﻋ ْﻨ ُﻬ ْﻢ ُﺗ ِﺮ ْﯾ ُﺪ ِز ْﯾ َﻨ َﺔ ا ْﻟ َﺤ َﯿﺎ ِة اﻟ ﱡﺪ ْﻧ َﯿﺎ َو َﻻ ُﺗ ِﻄ ْﻊ َﻣ ْﻦ‬
َ ‫َأ ْﻏ َﻔ ْﻠ َﻨﺎ َﻗ ْﻠ َﺒ ُﻪ َﻋ ْﻦ ِذ ْﻛ ِﺮ َﻧﺎ َوا ﱠﺗ َﺒ َﻊ َﻫ َﻮا ُه َو َﻛ‬
‫ﺎن‬
‫َأ ْﻣ ُﺮ ُه ُﻓ ُﺮ ًﻃﺎ‬
“Dan bersabarlah kamu (​biarkan hatimu bahagia)​
bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap
keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling
dari mereka (​karena)​ mengharapkan perhiasan kehidupan
dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang

14
hatinya telah Kami lalaikan dari Dzikr (mengingati)
Kami, serta menuruti hawa nafsunya sehingga
keadaannya itu tidak bermanfaat.”

(Qur’ān, Sūrah al-Kahf, 18:28)


Orang-orang yang merindukan Allah biasanya akan memisahkan
diri dari kota-kota tidak bertuhan dan dekaden zaman modern untuk
mencari perlindungan di desa-desa terpencil. Di semua kisah sejarah
spiritual manusia, pencarian penglihatan selalu menuntut penarikan
diri di kesunyian ​sendiri.

BAB DUA

DI MANA KHIDR DAPAT DITEMUKAN?

embimbing dan guru terbaik Ā​ khir al-Zamān dapat dikenali


karena dia duduk di atas batu dan dengan demikian sekokoh batu
dalam pendiriannya. Dia tidak duduk di atas pasir yang mudah goyah

15
mengikuti ke mana pun arah angin yang bertiup di London, New
York, Paris, dll.

‫ﺎل َأ َرَأ ْﯾ َﺖ ِإ ْذ َأ َو ْﯾ َﻨﺎ ِاَﻟﻰ ﱠ‬


‫اﻟﺼ ْﺨ َﺮ ِة‬ َ ‫َﻗ‬

“Muridnya menjawab: “Tahukah kamu tatkala kita mencari


tempat berlindung di batu tadi​ …..

‫َﻓ َﻮ َﺟﺪَا َﻋ ْﺒﺪًا ِﻣ ْﻦ ِﻋ َﺒﺎ ِد َﻧﺎ‬


“(Lalu di atas batu itu) mereka bertemu dengan seorang
hamba di antara hamba-hamba Kami​ (yakni Khidr)”.
(Qur’ān, Sūrah al-Kahf, 18:63 and 65)
Jika contohnya, model perilaku Nabi Muhammad (sallalahu
‘alaihi wa sallam) tidak membolehkan pria dan wanita berjabat
tangan atau memeluk dan mencium satu sama lain saat saling
menyapa secara sosial, dan jika Dajjāl telah membuat agama
universal baru dan jalan hidup yang membuat itu penting atau
diizinkan bagi pria dan wanita melakukannya, ​Khidr zaman ini (dan
orang-orang yang mengikutinya) akan berdiri sekokoh batu menolak
ikut melakukan perbuatan dosa meninggalkan Sunnah Nabi yang
diberkahi tersebut.
Mereka, di sisi lain, yang duduk di pasir yang mudah goyah, akan
terus menerus menyesuaikan diri mereka agar mengikuti apa pun
yang disyaratkan Dajjal di London, New York, dan Paris, bahkan jika

16
ini mensyaratkan mereka agar mengkhianati Nabi Muhammad
(sallalahu ‘alaihi wa sallam).
Pembimbing dan guru Akhir Zaman dapat ditemukan di ​Majma’a
al-Bahrain (​ ​yakni,​ tempat bertemunya dua lautan):

‫ﺎل ُ​ﻣ ْﻮ َﺳﻰ ِﻟ َﻔ َﺘﺎ ُه َﻻ َأ ْﺑ َﺮ ُح َﺣ ﱠﺘﻰ َأ ْﺑُﻠ َﻎ َﻣ ْﺠ َﻤ َﻊ‬ َ ‫َوِإ ْذ َﻗ‬


‫ْاﻟ َﺒ ْﺤ َﺮ ْﯾ ِﻦ َأ ْو َأ ْﻣ ِﻀ َﻲ ُﺣ ُﻘ ًﺒﺎ‬
“Dan (ingatlah)! Ketika (dalam pencariannya) Musa berkata
kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti sebelum
sampai ke pertemuan dua buah lautan; bahkan jika aku
(harus) terus berjalan sampai entah berapa tahun (dalam
pencarianku ini)!”
(Qur’ān, Sūrah al-Kahf, 18:60)
Dua lautan adalah ​lautan ilmu yang didapat secara eksternal dan
lautan ilmu yang diterima secara internal: ​dan karena Dia
mengintegrasi dua lautan ilmu ini menjadi keseluruhan yang
harmonis, ilmunya kreatif dan dinamis (berlawanan dengan statis
dan mekanis). Dia tidak mengingat ​Kitāb ini dan ​Kitāb itu dan ​Kitāb
lainnya, lalu menghabiskan sisa hidupnya mengulangi hal yang sama
lagi dan lagi seperti beo. Melainkan ilmu segar dan pemikiran asli
mengalir darinya seperti air hujan jatuh di atas tanah yang tandus.
Dia mengajarkan, dan ingatlah! Bahkan tanah yang tandus menjadi
hijau mewah – dan itulah bagaimana dia mendapatkan nama ​Khidr
yang berarti hijau ​(Sahih Bukhāri).

17
Penulis ini tidak punya ilmu pengatahuan tentang siapa ​Khidr
dalam ​Qur’ān​, tidak pula dia mencari tahu tentang hal itu. Apa pun
informasi yang disampaikan dalam ​Qur’ān dan ​Hadits mengenai
Khidr sudah cukup bagi penulis ini – dan dia tidak mencari informasi
tambahan.
Sama seperti dia membawa tanah yang mati kembali hidup,
bagitu pula dia mampu membawa hati yang mati kembali hidup
dengan memberikan makna dan tujuan hidup. Dia adalah gembala
terbaik yang bisa mengenali serigala zaman ini, dan yang tahu
bagaimana melindungi domba dari serigala – khususnya kawanan
serigala sistem perbankan yang dikuasai Zionis dan sistem keuangan
petro-dolar yang telah memberikan nyawa baru kepada uang
elektronik, plastik, dan kertas modern yang penuh dengan tipu daya
dan jelas ​Harām.​
Khidr​ zaman ini dapat dikenali karena dia punya dua kualitas.

‫َﻓ َﻮ َﺟﺪَا َﻋ ْﺒﺪًا ِﻣ ْﻦ ِﻋ َﺒﺎ ِد َﻧﺎ َا َﺗ ْﯿ َﻨﺎ ُه َر ْﺣ َﻤ ًﺔ ِﻣ ْﻦ ِﻋ ْﻨ ِﺪ َﻧﺎ‬


‫ﺎﻋ ْﻠ ًﻤﺎ‬
ِ ‫َو َﻋﱠﻠ ْﻤ َﻨﺎ ُه ِﻣ ْﻦ َﻟ ُﺪ ﱠﻧ‬
“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara
hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya
rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan
kepadanya ilmu (langsung) dari sisi Kami.”

18
(Qur’ān, Sūrah al-Kahf, 18:65)
Pertama, dia selalu seorang manusia lelaki (tidak pernah wanita
atau malaikat, dll.) dengan rahmat,kebaikan dan kasih tertinggi. Dan
kedua, dia diberkahi dengan ilmu batin intuitif spiritual karena
menerima ilmu langsung dari Allah. Ilmu spiritual itu memberinya
kemampuan untuk mengenali dan menginterpretasi ilmu yang
datang dari atas dalam ​bentuk eksternal (‘perahu’, ‘anak lelaki’, dan
‘dinding hampir roboh’) yang memerlukan interpretasi agar
kenyataan internal​nya bisa didalami sehingga dengan benar
dipahami.
Apakah mungkin bagi ulama untuk mengintegrasi ilmu yang
didapat secara eksternal​ dengan ilmu yang ​diterima secara internal​?
Penulis ini sadar akan fakta bahwa pembatas yang tak terlihat
(Barzakh)​ memisahkan lautan air asin dari lautan air segar​.

‫ات َو َﻫ َﺬا‬ٌ ‫ِي َﻣ َﺮ َج ا ْﻟ َﺒ ْﺤ َﺮ ْﯾ ِﻦ َﻫ َﺬا َﻋ ْﺬ ٌب ُﻓ َﺮ‬ ْ ‫َو ُﻫ َﻮاﱠﻟﺬ‬


‫ﺎج َو َﺟ َﻌ َﻞ َﺑ ْﯿ َﻨ ُﻬ َﻤﺎ َﺑ ْﺮ َز ًﺧﺎ َو ِﺣ ْﺠ ًﺮا‬ ٌ ‫ِﻣ ْﻠ ٌﺢ ُا َﺟ‬
‫َﻣ ْﺤ ُﺠ ْﻮ ًرا‬
“Dan Dialah yang memberikan ​kebebasan gerakan kepada dua
bagian air – pertama yang segar dan menghilangkan haus
dan yang lain asin lagi pahit – dan Dia telah jadikan antara
keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.”
(Qur’ān, al-Furqān, 25:53)

19
ِ ‫َﻣ َﺮ َج ا ْﻟ َﺒ ْﺤ َﺮ ْﯾ ِﻦ َﯾ ْﻠ َﺘ ِﻘ َﯿ‬
‫ﺎن )( َﺑ ْﯿ َﻨ ُﻬ َﻤﺎ َﺑ ْﺮ َز ٌخ َﻻ‬
() ‫ﺎن‬ ِ ‫َﯾ ْﺒ ِﻐ َﯿ‬
“Dia telah memberikan kebebasan kepada dua bagian besar air,
kemudian keduanya bertemu: [tapi] di antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.”
(Qur’ān, al-Rahmān, 55:19-20)

Penulis ini mengenali dua lautan ilmu analog dengan dua bagian
air – yang segar dan yang asin. Ilmu yang ​didapat secara eksternal
analog dengan air ​asin​, dan ilmu yang ​diterima secara internal analog
dengan air segar. Sama seperti dua bagian air, yang asin dan yang
segar, begitu pula dua lautan ilmu, ada ​Hijāb atau pembatas yang
ditentukan Tuhan yang memisahkan keduanya. Hanya saat Allah
mengangkat atau menghilangkan ​Hijāb yang memisahkan dua lautan
ilmu sehingga ulama Al-​Qur’ān dapat berhasil menyatukan lautan
ilmu yang ​didapat secara eksternal dengan lautan ilmu yang ​diterima
secara internal​.

Mengangkat Hijāb yang memisahkan


Dua Lautan Ilmu
Karena Allah Ta’ala telah menyatakan bahwa Dia adalah ​Nūr atau
cahaya ​Samawāt, a​ tau alam paralel, dan al-​Ard, atau alam materi,

20
implikasinya adalah bahwa ​Nūr-N ​ ya ​menembus semua ciptaan;
sehingga dengan ​Nūr ​Allah, ​Hijāb a​ tau pembatas yang memisahkan
dua lautan bisa ditembus atau diangkat. Kunci rahasia agar ulama
bisa mendapatkan ​Nūr ​Allah sehingga pembatas tak terlihat bisa
ditembus atau diangkat, adalah ​Rahmah h ​ arus menembus
kehidupannya. Karena alasan inilah Allah pun menyebutkan ​Rahmah
saat memberitahu kita bahwa Dia menganugerahkan ilmu secara
langsung dari-Nya kepada ​Khidr ​(‘alaihi al-Salām).

Dzikr dan Fikr


Allah Maha Bijaksana akan mengangkat ​Hijāb a​ tau pembatas hanya
bagi orang-orang yang berusaha mencari ilmu dengan memeluk dua
instrumen ​Dzikr (​yakni, ​mengingat Allah Ta’ala) dan ​Fikr ​(​yakni,
berpikir secara mendalam). Saat mereka melakukannya pada
akhirnya mereka diberkahi mengenali kehadiran Kebenaran
(​al-Haq)​ , dan cahaya (​Nūr)​ dalam semua ciptaan Allah, dan bisa juga
mengenali dan menolak ​al-Bātil a​ tau kebatilan kapan pun dan di
manapun itu mengangkat kepala jeleknya. Hal ini khususnya penting
saat Kebenaran didandani seakan tampak seperti kebatilan dan
sebaliknya:

‫ﻼ ِف اﻟﱠﻠ ْﯿ ِﻞ‬ َ ‫اﺧ ِﺘ‬ َ ‫ات و ْا‬


ْ ‫ض َو‬ ِ ‫ر‬
ْ ‫ﻷ‬ َ ِ ‫ﺎو‬ ‫ِﻲ َﺧ ْﻠ ِﻖ ﱠ‬
َ ‫اﻟﺴ َﻤ‬ ‫اﱠ‬
ْ ‫ِن ﻓ‬
‫ﺎب )( َاﱠﻟ ِﺬ ْﯾ َﻦ‬ ِ ‫ﺎت ِ ُﻷوﻟِﻲ ْا َﻷ ْﻟ َﺒ‬ ٍ ‫ﺎر ََﻻ َﯾ‬ِ ‫َواﻟ ﱠﻨ َﻬ‬
‫ﺎﻣﺎ َو ُﻗ ُﻌ ْﻮدًا َو َﻋَﻠﻰ ُﺟ ُﻨ ْﻮ ِﺑ ِﻬ ْﻢ‬ َ ‫َﯾ ْﺬ ُﻛ ُﺮ ْو َن‬
ً ‫اﷲ ِﻗ َﯿ‬
‫ض‬ ِ ‫ات َو ْا َﻷ ْر‬ ِ ‫ﺎو‬
َ ‫اﻟﺴ َﻤ‬ ‫ِﻲ َﺧ ْﻠ ِﻖ ﱠ‬ ْ ‫َو َﯾ َﺘ َﻔ ﱠﻜ ُﺮ ْو َن ﻓ‬

21
َ ‫ﻼ ُﺳ ْﺒ َﺤﺎ َﻧ َﻚ َﻓ ِﻘ َﻨﺎ َﻋ َﺬ‬
‫اب‬ ِ ‫َر ﱠﺑ َﻨﺎ َﻣﺎ َﺧَﻠ ْﻘ َﺖ َﻫ َﺬا َﺑ‬
ً ‫ﺎﻃ‬
ِ ‫اﻟ ﱠﻨ‬
‫ﺎر‬
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, [dan] yang
mengingat Allah saat mereka berdiri, duduk, atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini tanpa makna
dan tujuan; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab
api neraka.”
(Qur’ān, Ali-`Imran, 3:190-191)
Kita seharusnya dengan hati-hati memperhatikan bahwa saat
Dzikr dan ​Fikr ​dilakukan secara simultan, ​Dzikr harus mendahului
dan menembus ​Fikr.
Dengan demikian ​Fikr ​yang tepat tidak mungkin bisa dilakukan tanpa
Dzikr.
Seharusnya menjadi masalah yang sangat menyedihkan bagi
para pembaca kami bahwa saat ini penggabungan ​Dzikr t​ ampaknya
telah meninggalkan ​Fikr. ​Sama mengganggunya dengan hasil
sekulerisasi pendidikan karena ​Dzikr sekarang telah dipisahkan dari
Fikr.

Dua Lautan dalam Al-Qur’ān

22
Ilmu yang datang dari Allah Ta’ala pertama-tama ada di dalam
Al-​Qur`ān ​yang diberkahi yang terdiri dari dua lautan ​Ayāt. ​Ada
lautan ​Ayāt Mukhkamāt, ​yakni ​yang jelas dan sederhana, lautan ini
dikenal sebagai ​Umm al-Kitāb – ibu (atau jantungnya) Kitab. Ada lagi,
lautan ​Ayāt ​kedua dalam Al-​Qur’ān ​yang ​Mutasyābihāt, yakni harus
melalui Ta’wil atau interpretasi agar bisa dipahami dengan tepat.
Sūrat al-Kahf menyampaikan pesan melalui narasi pertemuan
​ alam Al-Qur’an yang
Musā dengan Khidr ini, bahwa dua lautan ​Ayāt d
diberkahi tentang apa pun yang dipelajari, harus secara harmonis
diintegrasikan agar ulama, guru, dan pembimbing menembus
kenyataan dunia pada Ā​ khir al-Zamān.
Ulama Islam yang masyhur, dan guru dan pembimbing saya
dengan ingatan yang diberkahi, ​Maulānā ​Dr. Muhammad Fadlur
Rahmān Ansāri (rahimahullāh) telah menjelaskan dalam karya
besarnya ​’The Quranic Foundation and Structure of Muslim Society’
[Dasar dan Struktur Masyarakat Muslim menurut Al-Qur’an] (​ dalam 2
volume) bahwa penyatuan ilmu yang disampaikan dalam semua ayat
Al-​Qur`ān khususnya berkaitan dengan hal tertentu menjadi
harmonis secara keseluruhan tidak mungkin bisa dilakukan tanpa
menentukan sistem makna Al-​Qur`ān tentang hal tersebut. Tapi
pikiran manusia dengan alat rasionalnya tidak cukup untuk
menembus sistem makna tersebut. Melainkan dua lautan harus
bergabung bersama sebagai keseluruhan yang harmonis agar sistem
makna Al-​Qur’ān ​dapat ditemukan dan dipahami. Dua lautan itu
adalah kepala dan hati, yakni ​kesadaran rasional dan kesadaran
spiritual emosional. Pembacaan Al-​Qur’ān secara terus menerus dan

23
bacaan ​Dzikr lainnya memungkinkan kesadaran spiritual emosional
teraktivasi dan berkembang sampai bisa menyatukan dua lautan ini
menjadi satu keseluruhan yang harmonis.
Bahaya bagi ulama yang mencari ilmu jika hanya berbekal satu
dari dua lautan, ​atau dengan keadaan tidak seimbang antara dua
lautan ini. Contohnya Iblis, kepalanya menguasai hatinya dan dia
menyatakan bahwa dia lebih baik daripada Adam (​ ‘alaihi al-Salām) saat
menolak mematuhi perintah Allah untuk bersujud di hadapan Adam.
Dan contohnya terjadi pada Mansur al-Hallāj, hatinya menguasai
kepalanya sehingga dia menyatakan, suatu perbuatan syirik, Ana
al-Haq – ​yakni, “​Akulah Tuhan​”.

Ilmu Batin dan


Interpretasi Mutasyābihat

Setelah ​Khidr ​menjelaskan kepada ​Mūsa h​ al yang dipahami secara


tidak tepat, dia menyatakan kepada ​Mūsa:

َ ‫ذَﻟِﻚَ ﺗَﺄِْوﯾْﻞُ ﻣَﺎﻟَﻢْ َﺗ ْﺴ ِﻄ ْﻊ ﻋَﻠَﯿِْﻪ‬


‫ﺻﺒْﺮًا‬
“Inilah Ta’wil (interpretasi) yang kamu tidak sabar untuk
memahaminya”.
(Qur`ān, Sūrah al-Kahf, 18:82)
Di sini ​Sūrat al-Kahf ​menyampaikan informasi penting yang
lebih jauh lagi bahwa interpretasi ​Ayāt ​Mutasyābihāt ​atau pertanda
religius tidak mungkin bisa dilakukan tanpa ilmu yang diterima

24
secara langsung dari Allah Ta’ala dan Allah Maha Bijaksana memilih
kapan menurunkan ilmu tersebut kepada hamba-Nya. Barangkali
karena alasan ini sehingga ​Eskatologi Islam ​(yakni “Ilmu Ākhir
al-Zamān) tidak bisa dikembangkan sebagai suatu cabang ilmu
sebelum zaman ini, karena hanya pada zaman inilah Dia menurunkan
ilmu batin tersebut sehingga dua lautan bisa bergabung bersama
menjadi terintegrasi secara harmonis.

Ilmu Batin, Kemampuan Melihat Ke Depan


Dan Memperkirakan Berbagai Peristiwa

Khidr pada Ā​ khir al-Zamān, yang duduk di atas batu, mampu, dengan
izin Allah, melihat ke depan peristiwa-peristiwa yang belum
terungkap pada proses sejarah. Ilmu melihat masa depan tersebut di
luar jangkauan pemikiran konvensional, sehingga ​Mūsa ​(​‘alaihi al-Salām)​ ,
yang secara simbolis mewakili ​Banū Isrāil d ​ alam ​Sūrat al-Khaf,
sepenuhnya tidak peduli pada fakta bahwa seorang Raja akan datang
untuk merompak perahu itu, atau bahwa anak lelaki itu akan tumbuh
menjadi sesat sehingga akan menjadi ancaman bagi keimanan orang
tuanya.
Penolakan ​Ilmu batin tersebut bisa, contohnya membuat orang
menari pada setiap nada yang dimainkan ​Dajjāl ​dan pada akhirnya

25
menjadi bagian dari pasukan Dajjal yang sekarang dikenal sebagai
ISIS.
Ilmu yang memungkinkan melihat berbagai peristiwa masa
depan akan menjadi sangat penting pada Ā​ khir al-Zamān saat
tatanan-dunia Ya’juj dan Ma’juj (yakni tatanan-dunia Kristen-Yahudi
Zionis) ​berusaha ​mengatur krisis kekayaan dan harta masyarakat
luas untuk mereduksi mereka sampai pada keadaan fakir dan miskin
sehingga sama saja dengan perbudakan. Kondisi perbudakan
tersebut akan menjadi penting jika ​Dajjāl berhasil mendirikan
kekuasaannya di seluruh dunia. Allah Ta’ala mengizinkan proses
krisis di Yunani dan sebagai akibatnya, ​Alhamdu lillāh, ​Yunani kini
kembali bergabung bersama ​Rūm (yang dipimpin Kristen Ortodoks
Rusia).
Ilmu tersebut juga memungkinkan orang-orang beriman
memahami strategi ​Dajjāl saat dia menargetkan kaum muda pada
Ākhir al-Zamān, dan kemudian memperalat mereka di ISIS ​dan di
mana pun untuk menghancurkan bukan saja iman orang tua mereka
dan orang tua lainnya, namun juga mengancam integritas ​Ummah.​
Orang-orang beriman tahu cara menanggapi dengan tepat dengan
melepaskan diri saat kaum muda yang tersesat pada Ā​ khir al-Zamān
yang bisa mengikutsertakan anak-anak mereka, dan cucu-cucu
mereka, mengancam ​Imān o ​ rang tua mereka, kakek-nenek mereka,
dan orang tua lainnya, juga integritas ​Ummah:

“Pada hari akhir (dunia) akan muncul kaum muda dengan


pemikiran dan ide yang bodoh. Mereka akan memberikan
khotbah yang baik, tapi mereka akan keluar dari Islam

26
seperti anak panah lepas dari busurnya, keimanan mereka
tidak melebihi tenggorokan mereka. Maka, di mana pun
kalian menemukan mereka, bunuhlah mereka, karena akan
ada penghargaan untuk pembunuh mereka pada Hari
Kebangkitan.” (Mohon diperhatikan hanyalah mereka yang
membunuh manusia lain dengan zalim yang seharusnya
dibunuh.)
(Sahih Bukāri)

Ilmu Batin dan Kemampuan Menghubungkan


berbagai peristiwa sehingga membaca sejarah
dengan akurat
Ilmu spiritual guru dan pembimbing seperti ​Khidr (​ ‘alaihi al-Salām),
mengizinkannya bukan saja melihat masa depan, dengan izin Allah,
namun juga melihat ke masa lalu sehingga bisa mengungkap apa
yang telah atau mungkin telah ditutup-tutupi dengan hati-hati. Maka
dari itu ilmu dan kekuatan pemahaman konvensional ​Mūsa (​ ‘alaihi
al-Salām) ​tidak bisa memahami dinding yang secara suka rela dibangun
kembali di kota yang tidak mau menunjukkan keramahan. Implikasi
dari jenis ilmu ini pada Ā​ khir al-Zamān​, adalah mungkin bagi
pembimbing tersebut membaca ulang dan mengkaji ulang sejarah
dengan sangat berbeda dari apa yang sudah dicatat sejarah. Dia
mampu melakukan apa yang orang lain tidak mampu lakukan. Dia
mampu menghubungkan berbagai peristiwa sejarah untuk
menemukan pergerakan sejarah seiring dengan mendekatnya akhir
sejarah.

27
BAB TIGA

BAGAIMANA KHIDR DAN MURIDNYA

28
BERHUBUNGAN SATU SAMA LAIN?

Murid harus mencari Khidr-nya


hidr pada ​Ākhir al-Zamān t​ idak mencari, memilih, dan
menseleksi muridnya – tidak pada Ā​ khir al-Zamān ​– melainkan,
​ un berusaha
muridnya harus mencari guru tersebut – karena ​Mūsa p
keras mencari ​Khidr.

Murid harus berendah hati saat


berusaha diterima sebagai murid Khidr
Saat mereka menemukannya, mereka harus berendah hati meminta
izin darinya agar bisa bersamanya sehingga mereka mendapatkan
pelajaran darinya. Hal ini karena kerendahan hati ada dalam inti
proses ​Khidr ​memberikan ilmu pada Ā​ khir al-Zamān. K
​ ebijaksanaan
Tuhan menakdirkan cobaan sangat merendahkan hati untuk ​Mūsa
yang masyhur saat dia diperintahkan, ​agar dapat menemukan orang
paling berilmu, dia harus membawa ikan di dalam keranjang
kemudian memulai perjalanannya sambil terus menunggu waktu dan
tempat di mana ikan itu melompat keluar dari keranjang dan
menyusuri jalannya menuju air.
Sūrat al-Kahf m ​ emperingatkan akan ada murid dengan
metodologi belajar yang digunakan ​Khidr ​pada ​Ākhir al-Zamān
merasa berbeda dari yang biasanya berlaku saat murid diajari. Sang

29
murid tidak boleh bertanya atau berargumen saat menantang
gurunya, melainkan dengan rendah hati dan sopan mencari
klarifikasi atau penjelasan yang lebih jauh. ​Sang murid tidak
mendebat gurunya. Melainkan sang murid menunggu dengan sabar
datangnya pemahaman tentang apa yang diajarkan, atau apa yang
ditawarkan guru sebagai klarifikasi atau penjelasan lebih jauh.
Mungkin dalam ayat paling kuat dalam ​Sūrat a ​ l-Kahf, Khidr
menanggapi permintaan ​Mūsa ​agar diterima sebagai murid dengan
pernyataan sangat kuat berikut ini:

َ ‫َﻗ‬
َ ‫ﺎل ِإ ﱠﻧ َﻚ َﻟ ْﻦ َﺗ ْﺴ َﺘ ِﻄ ْﯿ َﻊ َﻣﻌ‬
‫ِﻲ َﺻ ْﺒ ًﺮا‬
[Khidr] menjawab,”Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup
sabar bersamaku ​–

‫َو َﻛ ْﯿ َﻒ َﺗ ْﺼ ِﺒ ُﺮ َﻋَﻠﻰ َﻣﺎَﻟ ْﻢ ُﺗ ِﺤ ْﻂ ِﺑ ِﻪ ُﺧ ْﺒ ًﺮا‬


Karena bagaimana kamu dapat sanggup bersabar terhadap
sesuatu yang di luar pemahamanmu​?”
(Qur’ān, Sūrah al-Kahf, 18:67-68)

Muhammad Asad, penafsir modern Al-Qur’ān membuat


penafsiran berikut mengenai dua ayat dalam ​Sūrat i​ ni:

Lit., “bahwa, engkau tidak diliputi dengan pengalaman


(khubran)mu”: menurut Razi, ilusi pada fakta bahwa

30
bahkan seorang nabi seperti Musa tidak sepenuhnya
memahami kenyataan hakiki dari berbagai hal (​haga’iq
al-asya’ kama hiya​): dan, terlebih pada umumnya,
kurangnya ketenangan hati manusia kapan pun dia
berhadapan dengan sesuatu yang belim pernah dialami
atau tidak bisa dengan cepat dipahami. Dalam analisis
terakhir ayat di atas maknanya – seiring dengan
pengalaman berikutnya yang sepenuhnya dihadapi Musa –
bahwa penampilan dan kenyataan tidak selalu bertepatan;
lebih dari itu, menyentuh secara halus atas kenyataan
dalam bahwa manusia tidak bisa benar-benar memahami
atau bahkan membayangkan apa pun yang tidak ada
imbangannya – setidaknya dalam unsur komponennya –
dalam pengalaman intelektualnya sendiri; dan inilah alasan
Al-Qur’an menggunakan metafora atau alegori
berhubungan dengan “segala hal di luar jangkauan persepsi
indera makhluk” (al-ghaib), (​Qur’ān; 18:68)​
Pandangan pribadi saya adalah bahwa dunia akan berubah pesat
pada Ā​ khir al-Zamān ​sehingga tidak bisa dipahami oleh ulama
konvensional. Hanya ulama sangat spesial yang diperkaya dengan
ilmu spiritual, yakni ​Khidr a​ dalah contoh terbaiknya​, m​ ampu
mendalami, memahami, dan menjelaskan dunia pada Ā​ khir al-Zamān.
Mungkin saya diizinkan berbagi dengan para pembaca yang
terhormat mengenai informasi yang sangat pribadi ini bahwa Allah
Maha Pengasih memberikan ilmu kepada ayah saya dengan ingatan
yang diberkahi, Ibrahim Nazar Hosein, yang pernah menjadi Kepala
Sekolah, dan saya diberkahi di antara anak-anaknya, mewarisi
darinya anugerah ilmu itu.

31
Guru atau pembimbing tidak sempurna
Guru tidak sempurna. Jika murid tidak merasa yakin sang guru
mendapat petunjuk yang benar maka dia seharusnya
meninggalkannya dan mencari guru lain. Tapi murid tidak boleh
berargumen atau berdebat dengan ​Khidr.

Pesan Peringatan
Khidr t​ idak menoleransi orang-orang yang mengaku paling berilmu
atau paling tinggi derajatnya dari umat manusia lainnya. Dia
memperingatkan mereka bahwa mereka tidak akan mempunyai
kesabaran yang mereka butuhkan untuk mendapatkan ilmu darinya,
- ilmu yang akan tetap di luar jangkauan mereka.
Dia mendiamkan mereka (karena kesombongan mereka) dengan
melarang mereka mengajukan pertanyaan.
Jika murid yang tidak sabar tetap berdebat dengannya, murid itu
pada akhirnya akan berpisah darinya:

َ ‫ِﻲ َو َﺑ ْﯿﻨ‬
‫ِﻚ‬ َ ‫ﺎل َﻫ َﺬا ﻓ‬
ُ ‫ِﺮ‬
ْ ‫اق َﺑ ْﯿﻨ‬ َ ‫َﻗ‬
“​(​Khidhir​) berkata: Inilah (tempat dan waktu) kita saling
berpisah – aku dan kamu​!”
(Qur’ān, Sūrah, al-Kahf, 18:78)

32
Buku-buku Karya IMRAN N.
HOSEIN

33
(untuk informasi harga dan pemesanan, kunjungi
www.imranhosein.com​)

● SIGN OF THE LAST DAY IN THE MODERN AGE; Tanda-tanda


Hari Akhir pada Zaman Modern
● SURAH AL-KAHF AND THE MODERN AGE; Surat Al-Kahf
dan Zaman Modern
● SURAH AL-KAHF: TEXT TRANSLATION AND MODERN
COMMENTARY (English and Arabic); Surat Al-Kahf: Teks Arab,
Terjemahan, dan Penafsiran Modern
● THE GOLD DINAR AND SILVER DIRHAM – ISLAM AND
THE FUTURE OF MONEY (English and Malay); Dinar Emas dan
Dirham Perak – Islam dan Uang Masa Depan
● JERUSALEM IN THE QUR’AN – AN ISLAMIC VIEW OF THE
DESTINY OF JERUSALEM (English, Arabic and Malay);
Jerusalem dalam Al-Qur’an – Pandangan Islam mengenai Takdir
Jerusalem
● MADINA RETURN TO CENTRE STAGE IN AKHIR AL –
ZAMAN (English and Malay); Madinah Kembali ke Pusat
Panggung pada Akhir Zaman
● ISLAM AND BUDDHISM IN THE MODERN WORLD; Islam
dan Budha di Dunia Modern

34
● THE PROHIBITION OF RIBA IN THE QUR’AN AND
SUNNAH (English and Malay); Larangan Riba dalam Al-Qur’an
dan Sunah
● THE CALIPHATE, THE HEJAZ AND THE SAUDI-WAHHABI
NATION-STATE – 2​ND edition; Khilafah, Hijaz, dan
Negara-Bangsa Saudi-Wahabi
● ONE JAMAAT – ONE AMEER: THE ORGANIZATION OF A
MUSLIM COMMUNITY IN THE AGE OF FITAN; Satu Jama’ah
– Satu Amir: Organisasi Masyarakat Muslim pada Zaman Fitan
● THE RELIGION OF ABRAHAM AND THE STATE OF ISRAEL
(now being revised); Agama Ibrahim dan Negara Israel
● THE STRATEGIC IMPORTANCE OF DREAM AND VISIONS
IN ISLAM 2​ND edition; Kepentingan Strategis Mimpi dan
Penglihatan dalam Islam
● FASTING AND POWER; Puasa dan Kekuatan
● THE QURANIC METHOD OF CURING ALCOHOLISM AND
DRUG ADDICTION (2​ND edition); Metode Al-Qur’an dalam
Menyembuhkan Kecanduan Alkohol dan Narkoba
● GEORGE BERNARD SHAW AND THE ISLAMIC SCHOLAR;
George Bernard Shaw dan Ulama Islam
● A MUSLIM RESPONSE TO THE 9/11 ATTACK ON AMERICA;
Tanggapan Muslim terhadap Serangan 9/11 di Amerika

35
● THE ISLAMIC TREVELOGUE – TRAVELING THOUGH THE
SOUTH IN THE EMISSION OF ISLAM; Catatan Perjalanan
Islami – Perjalanan ke Selatan dengan Misi Da’wah Islam
● AN ISLAMIC VIEW OF GOG AND MAGOG IN THE MODERN
WORLD 2​ND edition (English, Arabic and Malay); Pandangan
Islam tentang Ya’juj dan Ma’juj di Dunia Modern
● IQBAL AND PAKISTAN’S MOMENT OF TRUTH; Iqbal dan
Momen Kebenaran Pakistan
● EXPLAINING ISRAEL’S MYSTERIOUS IMPERIAL AGENDA;
Menjelaskan Agenda Imperial Misterius Israel
● THE IMPORTANCE OF THE PROHIBITION OF RIBA IN
ISLAM (English and Malay); Pentingnya Larangan Riba dalam
Islam
● THE QURANIC FOUNDATION AND STRUCTURE OF
MUSLIM SOCIETY (in 2 volumes) by MAULANA DR.
MUHAMMAD FAZLUR RAHMAN ANSARI. Dasar dan Struktur
Masyarakat Muslim menurut Al-Qur’an (dalam 2 volume) oleh
Maulana DR. Muhammad Fazlur Rahman Ansari

Buku-buku Imran N. Hosein yang mempelopori eskatologi Islam


menyediakan informasi, analisis, dan petunjuk yang sangat penting
bagi sejumlah besar masyarakat, baik Muslim maupun non-Muslim,
memungkinkan mereka menghubungkan berbagai peristiwa

36
sehingga dapat memahami kenyataan zaman modern. Di antara
buku-buku itu sebagai best-seller-nya berjudul ​'Jerusalem dalam
Al-Qur’an', 'Pandangan Islam mengenai Ya’juj dan Ma’juj di Dunia
Modern', 'Surat al-Kahf dan Zaman Modern', ‘Dinar Emas dan Dirham
Perak – Islam dan Uang Masa Depan’, dll (Tersedia di toko bukunya
www.imranhosein.com).

IMRAN N. HOSEIN
PUBLICATIONS

37

Anda mungkin juga menyukai