Ayat 1-5 merupakan dalil yang amat tegas mengenai perintah Allah kepada Nabi Saw
tentang keutamaan membaca dan memahami makhluk-Nya, alam di sekelilingnya,
dan ilmu pengetahuan. Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW
dan umatnya agar membaca. Walaupun beliau belum pernah belajar baca tulis atau
tidak pandai membaca dan menulis. Maka dengan kekuasaan dan kodrat Allah Nabi
Muhammad dapat membaca dan mengikuti ucapan Malaikat Jibril.1
TH Thalhas, dkk. Tafsir Pase: Kajian Surah al-Fatihah dan Surah-Surah dalam Juz'amma. (Jakarta:Bale Kajian 1
Tafsir Al-Qur'an Pase, 2001). H, 245.
Perintah membaca ini mengandung hikmah yang sangat dalam sekali. Di mana
membaca merupakan pintu pengetahuan dan dengan ilmu pengetahuanlah manusia
dapat menunaikan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.2
Selanjutnya Allah menjelaskan bagaimana Allah SWT menciptakan manusia dari
segumpal darah menjadi manusia sebagai makhluk mulia, paling lengkap dan
sempurna yang dikaruniai dengan akal pikiran, ilmu pengetahuan dan kekuasaan yang
dapat menundukkan makhluk-makhluk lain di muka bumi.3
Selain itu Allah juga mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam (pena). Ini
berarti Allah menunjukkan kepada Nabi bahwa kalam dan pena itu sebagai alat untuk
menulis dan mencatat, sehingga dapat dibaca kembali. Dengan kalam dan pena Allah
sudah menunjukkan suatu media komunikasi, sehingga manusia dapat berhubungan
satu sama lain melalui media tulisan.
Allah pun telah menambahkan keterangan tentang limpahan karunia-Nya yang tidak
terhingga kepada umat manusia seluruhnya. Dialah yang mengajarkan berbagai
macam ilmu pengetahuan yang amat bermanfaat bagi umat manusia sehingga manusia
dapat menganggap dirinya lebih tinggi dan lebih sempurna dari makhluk lain.
Ayat 1-5 inilah yang merupakan dalil yang menunjukkan tentang keutamaan
membaca, menulis, dan ilmu pengetahuan baik agama maupun umum. Di sini dapat
disimpulkan bahwa membaca dan menulis merupakan kunci kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Tanpa kegiatan baca tulis, tidak mungkin ayat-ayat
dan ajaran Islam dapat disiarkan ke seluruh manusia yang tersebar di muka bumi ini.
Tidak mungkin pula berbagai informasi, temuan, pendapat, dan berbagai teori dicatat
dan disebarluaskan untuk diketahui oleh umat manusia.4
Selanjutnya Allah berfirman dalam Q.S at-Taubah ayat 122:
ِ َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِم ُن ْونَ ِل َي ْن ِف ُر ْوا كآفَّةً فَلَ ْو ََل نَفَ َر ِم ْن ُك ِل ِف ْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم طآ ِئفَةٌ ِل َيتَفَ َّق ُه ْوا ِفى
الدي ِْن َو ِليُ ْنذ ُِر ْوا قَ ْو َم ُه ْم ِإذَا َر َجعُ ْوا
َإِلَ ْي ِه ْم لَعَلَّ ُه ْم يَحْ ذَ ُر ْون
"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi penringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepada mereka seupaya mereka itu
dapat menjaga dirinya."
Ahmad Muhammad Syakir, dkk. Tafsir Ath-Thabari (terj). (Jakarta:Pustaka Azzam: 2009). H, 380-395. 5
َش ُز ْوا َي ْرفَعِ َّللاُ الَّ ِذيْن ُ س ُح ْوا َي ْسفَحِ َّللاُ لَ ُك ْم َو اِذَا قِ ْي َل ا ْن
ُ ش ُز ْوا فَا ْن َ س ُح ْوا فِى ْال َم َج ِل ِس فَا ْف
َّ ََيايُّ َها الًّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا اِذَ قِ ْي َل لَ ُك ْم تَف
ت َوَّللاُ ِب َما تَ ْع َملُ ْونَ َخ ِب ْي ٌر ٍ واال ِع ْل َم دَ َرج
ْ ُ ا َمنُ ْو ِم ْن ُك ْم َوا الَّ ِذيْنَ ا ُ ْوت
"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat"
Tafsir ayat:
Ayat sebelas surat al Mujaadalah menerangkan adab dan tertib sopan dalam pergaulan
harus dijaga. Di antaranya dalam persidangan atau dalam suatu majelis ilmu. Jika
tempat sempit hendaklah berlapang-lapang, memberikan tempat kepada orang lain.
Jika petugas atau guru dalam suatu majelis menyuruh pindah tempat duduk atau
berdiri maka hendaklah dipatuhi demi ketertiban majelis. Hal demikian sudah
dicontohkan oleh Rosulullah SAW kepada sahabat-sahabatnya. Rosulullah mengatur
duduk mereka dan mana yang harus berdiri.6
Ada dua riwayat yang dapat dikedepankan menjadi asbabun nuzul ayat ini. Yang
pertama adalah riwayat dari Imam Ibnu Jarir yang menerima hadis dari Qatadah,
Qatadah menceritakan bahwa kaum Muslimin apabila melihat seseorang datang
kepada mereka dengan menghadapkan diri, mereka merapatkan duduknya di hadapan
Rosulullah saw. Lalu turunlah ayat ini. Ke dua, hadis dari Imam Ibnu Abi Hatim yang
mengetengahkan hadis dari Muqatil bahwa ayat ini dturunkan pada hari jumat. Pada
hari itu datanglah rombongan orang-orang yang pernah ikut perang Badar, tetapi
tempat duduk yang ada yang sempit dan terbatas, serta mereka yang hadis tidak
melapangkan duduknya untuk orang-orang yang baru datang itu. Lalu Rosulullah saw.
Menyuruh berdiri beberapa orang yang jumlahnya sama dengan mereka, lalu beliau
mempersilahkan Ahlu Badar yang baru datang itu menempati tempat duduk mereka
yang disuruh berdiri. Maka, orang0orang yang disuruh berdiri itu merasa tidak senang
akan hal tersebut lalu turunlah ayat ini.7
Al Baghawi: Al Hasan berkata: Ibnu Mas'ud membaca ayat ini lalu berkata, "Wahai
kalian semua, pahamilah ayat ini dan hendaklah ayat ini memotivasi kalian untuk
menuntut ilmu, karena Allah SWT berfirman
ٍ واال ِع ْل َم دَ َرج
ت ْ ُ يَ ْرفَع َّللاُ الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْو ِم ْن ُك ْم َوا الَّ ِذيْنَ ا ُ ْوت
ِ
Muhhammad Ahmad Isawi. 2009. Tafsir Ibnu Mas'ud(terj). (Jakarta: Pustaka Azzam). H, 981. 8
M Yunan Yusuf. Tafsir Al-Quran Bun-yanun Marshush. H,84-85. 9
M Yunan Yusuf. Tafsir Al-Quran Bun-yanun Marshush. H, 85-87 10
"Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka
tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa ktab-kitab yang tebal.
Amatlah sangat buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu.
Dan Allah tidada memberi petunjuk kepada kaum yang zhalim."
Tafsir surat al-Jumuah ayat 5
Ayat ini berbicara tentang bangsa Yahudi yang telah diberikan kitab Taurat akan
tetapi mereka tidak mengamalkan isinya. Banyak ajaran taurat yang mereka
kesampingkan, tidak mereka jadikan pedoman dalam hidup, antara lain ajaran tentang
akan datangnya seorang Nabi yang bernama Muhammad saw. Yang pada waktu itu
sudah berada di tengah-tengah Madinah. Padahal, mereka sangat berbangga hati
terhadap kitab Taurat tersebut. Kondisi seperti ini dianalogikan oleh al-Qur'an dengan
"adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal." Orang-orang Yahudi
tersebut diibaratkan dengan hewan keledai yang membawa beban di punggungnya
kitab-kitab yang banyak dan tebal-tebal. Walaupun keledai itu merasa berat membawa
kitab yang banyak dan tebal tersebut, namun keledai sama sekali tidak memahami ini
kandungan kitab-kitab yang dibawanya itu. Begitu hina nya orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Allah. Jika orang sudah mendustakan ayat-ayat Allah, tentulah
Allah tidak memberikan petunjuk-Nya kepada orang-orang seperti itu dan Allah tiada
memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
Sama hal nya ketika seseorang menguasai suatu ilmu namun ia tidak membaginya
dengan orang lain, maka ia tidak mendapatkan berkah dari ilmu tersebut dan jauh dari
petunjuk Allah.11 Apa gunanya jika ilmu hanya dijadikan sebagai kebanggaan semata,
tidak ada manfaat yang dapat ditarik dari ilmu itu.
3. Sikap Seorang Ulama Terhadap Sang Pencipta
Surat Faathir ayat 28
َ َشى َّللاَ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْالعُلَ َم ُؤا ا َِّن َّللا
ع ِزي ٌْز َغفُ ْو ٌر َ ف اَ ْل َوانُهُ َكذَلِكَ اِنَّ َما يَ ْخ
ٌ اب َواأل َ ْنعَ ِام ُم ْخت َ ِل ِ ََّو ِمنَ الن
ِ اس َوالد ََّو
"Dan demikian pula manusia, binatang-binatang melata, dan binatang ternak
berbagai macam warnanya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-
hamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu pengetahuan. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."
Tafsir surat Faathir ayat 28
Ahmad Muhammad Syakir, dkk. Tafsir Ath-Thabari (terj). (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009). 531-534 12
Muhhammad Ahmad Isawi. 2009. Tafsir Ibnu Mas'ud(terj). (Jakarta: Pustaka Azzam). H, 833 13
Muhammad Ahmad Isawi, Tafsir Ibnu Mas'ud (terj). H, 834 14
dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh. Dan Tuhan mu adalah Tuhan
Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan yang (yang hak disembah) melainkan Dia, Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."
Meskipun ayat ini turun dalam konteks kecaman terhadap orang-orang Yahudi,
namun redaksinya yang bersifatt umum menjadikannya kecaman terhadap setiap
orang yang menyembunyikan apa pun yang diperintahkan agama unuk disampaikan,
baik ajaran agama maupun ilmu penegtahuan atau hak manusia. Dalam konteks ini
Rosulullah SAW bersabda,:"Siapa yang ditanyai tentang ilmu , lalu ia
menyembunyikannya, maka di hari kemudian diletakkan di mulutnya kendali yang
terbuat dari api neraka." Walau demikian, perlu dicatat bahwa setiap ucapan ada
tempatnya dan setiap tempat ada juga ucapannya yang sesuai. Memang tidak semua
apa yang diketahui boleh disebar luaskan, walaupun itu bahagain dari ilmu syariat dan
bagian dari informasi tentang pengetahuan hukum.15
Tentu saja Allah memberi kesempatan bertaubat kepada mereka yang
mnyembunyikan keterangan yang dibutuhkan itu, karena itu pula lanjutan ayat
tersebut menyatakan :Kecuali mereka yang bertaubat denga menesali perbuatannya
serta memohon ampun dan mengadakan perbaikan dengan jalan bertekad untuk tidak
mengulanginya. Perbaikan yang dimakud paling tidak yang setimpal dengan
kerusakan yang ditimbulkan, iserta menerangkan kebenaran , paling tidak dalam
kadar yang ia sembunyikan. Maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan
Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kata Aku yang
digunakan dalam penutup ayat ini mengisyaratkan bahwa taubat adalah wewenang
Allah sendiri.16
As-Suyuthi: ath-Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, ia berkata: "Siapa saja
hamba yang diberi ilmu oleh Allah lalu menyembunyikannya, ia akan menghadap
Allah pada hari kiamat nanti dengan dikendalikan tali kendali dari api."
Menurut Ibnu al Jauzi (al-La'inuun) semua makhluk yang dapat melaknati, mereka
adalah orang-orang yang beriman.17
Al-Baghawi: Ibnu Mas'ud berkata: Tidaklah dua orang Muslim saling mengutuk
kecuali kutukan tersebut akan kembali kepada orang-orang yahudi dan Nashrani yang
menyembunyikan perihal (kenabian) Muhammad Saw dan sifatnya.18
15
16
Muhhammad Ahmad Isawi. 2009. Tafsir Ibnu Mas'ud(terj). (Jakarta: Pustaka Azzam). H, 222 17
5. Posisi dan Balasan Orang yang Menuntut Ilmu
Surat al-Ankabut ayat 69
َسبُلَنَا َوإِ َّن َّللاَ لَ َم َع ْال ُمحْ ِسنِيْن
ُ َوالَّ ِذيْنَ َجا َهد ُْوا فِيْنَ لَنَ ْه ِديَنَّ ُه ْم
Dan orang-orang yang berjihad pada Kami, pasti Kami tunjuki mereka jalan-jalan
Kami dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta al-Muhsinin."
Ayat di atas bagai menyatakan: orang-orang yang Kami uji, tetapi enggan berjihad
dan bemujahadah tetapi mengikuti hawa nafsu mereka dan berfoya-foya dalam
kelezatan dunia, mereka itu mendapat nista dan siksa. Dan orang-orang yang
berjihad mengerahkan kemampuannya dan secara bersungguh-sunggug memikul
kesulitan sehingga jihad mereka itu berada pada sisi Kami, karena mereka
melakukannya demi Allah, maka pasti Kami tunjuki jalan-jalan Kami, yakni Kami
mengantar mereka menuju aneka jalan kedamaian dan kebahagiaan.19
Surat ali-Imron
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal."
Surat al-Mujadalah