Anda di halaman 1dari 9

ETIKA MENUNTUT ILMU

Definisi Menuntut Ilmu


Kewajiban menuntut ilmu
Menuntut ilmu merupakan salah satu hal yang utama dalam agama islam karena islam
memandang menuntut ilmu sebagai bagian dara ibadah. Dengan menuntut ilmu juga bisa
menjadikan kita berbeda dengan orang bodoh yang tidak berilmu. Hidup yang kita jalani akan
menjadi sangat sia-sia apabila kita hanya berdiam diri tanpa melakukan apa pun padahal
tanda-tanda Allah begitu banyak di dunia ini.
Menuntut ilmu tidak harus tentang agama saja, ilmu umum juga penting untuk
dipelajari agar kehidupan manusia menjadi seimbang. Dengan ilmu agama, keimanan
sesorang itu akan terjaga dan dengan ilmu umum harmonisasi antar sesama manusia
dan manusia dengan alam dan makhluk hidup yang lain akan terjalin.
Kewajiban menuntut ilmu pun ditegaskan oleh Allah dalam firman-fiman-Nya
sebagai berikut:
Q.S Al-'Alaq ayat 1-5 yang berbunyi :
ِ ‫) َعلَّ َم‬4( ‫) الَّ ِذ َعلَّ َم ِب ْالقَلَ ِم‬3(‫) ا ْق َرأ َو َربُّكَ األ َ ْك َر ُم‬2(‫ق‬
‫اإل ْنسنَ َما لَ ْم‬ ِ َ‫) َخلَق‬1( َ‫ا ْق َرأْ ِباس ِْم َر ِبكَ الَّذِى َخلَق‬
ٍ َ‫اإل ْنسن ِم ْن َعل‬
)5( ‫يَ ْعلَ ْم‬
(1) Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. (2) Allah telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah dan Yuhanmu lah yang
paling mulia. (4) Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam (pena). (5)
Allah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat 1-5 merupakan dalil yang amat tegas mengenai perintah Allah kepada Nabi Saw
tentang keutamaan membaca dan memahami makhluk-Nya, alam di sekelilingnya,
dan ilmu pengetahuan. Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW
dan umatnya agar membaca. Walaupun beliau belum pernah belajar baca tulis atau
tidak pandai membaca dan menulis. Maka dengan kekuasaan dan kodrat Allah Nabi
Muhammad dapat membaca dan mengikuti ucapan Malaikat Jibril.1

TH Thalhas, dkk. Tafsir Pase: Kajian Surah al-Fatihah dan Surah-Surah dalam Juz'amma. (Jakarta:Bale Kajian 1
Tafsir Al-Qur'an Pase, 2001). H, 245.
Perintah membaca ini mengandung hikmah yang sangat dalam sekali. Di mana
membaca merupakan pintu pengetahuan dan dengan ilmu pengetahuanlah manusia
dapat menunaikan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.2
Selanjutnya Allah menjelaskan bagaimana Allah SWT menciptakan manusia dari
segumpal darah menjadi manusia sebagai makhluk mulia, paling lengkap dan
sempurna yang dikaruniai dengan akal pikiran, ilmu pengetahuan dan kekuasaan yang
dapat menundukkan makhluk-makhluk lain di muka bumi.3
Selain itu Allah juga mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam (pena). Ini
berarti Allah menunjukkan kepada Nabi bahwa kalam dan pena itu sebagai alat untuk
menulis dan mencatat, sehingga dapat dibaca kembali. Dengan kalam dan pena Allah
sudah menunjukkan suatu media komunikasi, sehingga manusia dapat berhubungan
satu sama lain melalui media tulisan.
Allah pun telah menambahkan keterangan tentang limpahan karunia-Nya yang tidak
terhingga kepada umat manusia seluruhnya. Dialah yang mengajarkan berbagai
macam ilmu pengetahuan yang amat bermanfaat bagi umat manusia sehingga manusia
dapat menganggap dirinya lebih tinggi dan lebih sempurna dari makhluk lain.
Ayat 1-5 inilah yang merupakan dalil yang menunjukkan tentang keutamaan
membaca, menulis, dan ilmu pengetahuan baik agama maupun umum. Di sini dapat
disimpulkan bahwa membaca dan menulis merupakan kunci kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Tanpa kegiatan baca tulis, tidak mungkin ayat-ayat
dan ajaran Islam dapat disiarkan ke seluruh manusia yang tersebar di muka bumi ini.
Tidak mungkin pula berbagai informasi, temuan, pendapat, dan berbagai teori dicatat
dan disebarluaskan untuk diketahui oleh umat manusia.4
Selanjutnya Allah berfirman dalam Q.S at-Taubah ayat 122:
ِ ‫َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِم ُن ْونَ ِل َي ْن ِف ُر ْوا كآفَّةً فَلَ ْو ََل نَفَ َر ِم ْن ُك ِل ِف ْرقَ ٍة ِم ْن ُه ْم طآ ِئفَةٌ ِل َيتَفَ َّق ُه ْوا ِفى‬
‫الدي ِْن َو ِليُ ْنذ ُِر ْوا قَ ْو َم ُه ْم ِإذَا َر َجعُ ْوا‬
َ‫إِلَ ْي ِه ْم لَعَلَّ ُه ْم يَحْ ذَ ُر ْون‬
"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi penringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepada mereka seupaya mereka itu
dapat menjaga dirinya."

H Oemar Bakry. Tafsir Rahmat. (Jakarta: Mutiara, 1986). H, 1249. 2


TH Thalhas, dkk. Tafsir Pase: Kajian Surah al-Fatihah dan Surah-Surah dalam Juz'amma. H,248 3
TH Thalhas, dkk. Tafsir Pase: Kajian Surah al-Fatihah dan Surah-Surah dalam Juz'amma. H, 250. 4 4
Ayat ini berhubungan dengan ayat sebelumnya yaitu ayat 120
‫َّللاِ َو ََل َي ْر َغب ُْوا ِبأ َ ْنفُسِ ِه ْم َع ْن نَ ْف ِس ِه ذلِكَ ِبأَنَّ ُه ْم ََل‬
َّ ‫س ْو ِل‬ ِ ‫َما َكانَ ِأل َ ْه ِل ْال َم ِد ْينَ ِة َو َم ْن َح ْو َل ُه ْم ِمنَ ْألَع َْرا‬
ُ ‫ب أ َ ْن َيت َ َخلَّفُ ْوا َع ْن َر‬
‫ب‬َ ِ‫ار َو ََل يَنَالُ ْونَ ِم ْن َعد ٍُو نَي ًًْل إِ ََّل ُكت‬ َ َّ‫ظ ْال ُكف‬
ُ ‫طئ ُ ْونَ َم ْو ِطئًا يَ ِع ْي‬ َ ‫صةٌ فِ ْي‬
َ َ‫سبِ ْي ِل َّللاِ َو ََل ي‬ َ ‫صبٌ َو ََل َم ْخ َم‬ َ َ‫ظ َمأ ٌ َو ََل ن‬ َ ‫ُص ْيبُ ُه ْم‬
ِ ‫ي‬
َ‫ُض ْي ُع أَجْ َر ْال ُمحْ ِسنِيْن‬ َ ‫لَ ُه ْم بِ ِه َع َم ٌل‬
ِ ‫ص ِل ٌح إِ َّن َّللاَ ََل ي‬
"Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Saudi yang
berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rosulullah (berperang) dan tidak
patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka sendiri dari pada mencintai diri
Rosul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan , kepayahan
dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang
membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana
kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu
amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
berbuat baik."
Ketika turun ayat 120 mereka pun meninggalkan pelosok kampung dan mendatangi
Nabi SAW karena takut termasuk orang yang tidak berperang bersama beliau
sebagaimana dalam ayat ini. Allah kemudian menurunkan ayat 122 dan tidak
menginginkan kepergian mereka menuju Madinah. Sebagian mufassir berpendapat
bahwa maknanya adalah orang-orang mukmin hendaknya tidak berangkat semua
untuk memerangi musuh mereka dan meninggalkan Rosul senidirian, mengapa tidak
pergi daritiap-tiap golongan di antara mereka untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali dari berperang.5
Kewajiban menuntut ilmu juga terdapat dalam surat az-Zumar ayat 9:
‫اجدًا َوقَآ ئِ ًما َيحْ ذَ ُر ْاأل َ ِخ َرة َ َو َي ْر ُج ْوا َرحْ َمةَ َر ِب ِه قُ ْل ه َْل َي ْستَ ِوى ا َّل ِذيْنَ َي ْع َل ُم ْونَ َوالَّ ِذيْنَ ََل‬
ِ ‫س‬َ ‫أ َ َّم ْن ه َُو قَنِتٌ َءانَآ َء الَّ ْي ِل‬
ِ ‫َي ْعلَ ُم ْونَ ِإنَّ َما َيتَذَ َّك ُر أ ُ ْولُ ْوا األ َ ْل َبا‬
‫ب‬
"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan ia takut
kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, 'adakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?'
sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran."
2. Adab Menuntut Ilmu
Surat al-Mujaadalah ayat 11

Ahmad Muhammad Syakir, dkk. Tafsir Ath-Thabari (terj). (Jakarta:Pustaka Azzam: 2009). H, 380-395. 5
َ‫ش ُز ْوا َي ْرفَعِ َّللاُ الَّ ِذيْن‬ ُ ‫س ُح ْوا َي ْسفَحِ َّللاُ لَ ُك ْم َو اِذَا قِ ْي َل ا ْن‬
ُ ‫ش ُز ْوا فَا ْن‬ َ ‫س ُح ْوا فِى ْال َم َج ِل ِس فَا ْف‬
َّ َ‫َيايُّ َها الًّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا اِذَ قِ ْي َل لَ ُك ْم تَف‬
‫ت َوَّللاُ ِب َما تَ ْع َملُ ْونَ َخ ِب ْي ٌر‬ ٍ ‫واال ِع ْل َم دَ َرج‬
ْ ُ ‫ا َمنُ ْو ِم ْن ُك ْم َوا الَّ ِذيْنَ ا ُ ْوت‬
"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat"
Tafsir ayat:
Ayat sebelas surat al Mujaadalah menerangkan adab dan tertib sopan dalam pergaulan
harus dijaga. Di antaranya dalam persidangan atau dalam suatu majelis ilmu. Jika
tempat sempit hendaklah berlapang-lapang, memberikan tempat kepada orang lain.
Jika petugas atau guru dalam suatu majelis menyuruh pindah tempat duduk atau
berdiri maka hendaklah dipatuhi demi ketertiban majelis. Hal demikian sudah
dicontohkan oleh Rosulullah SAW kepada sahabat-sahabatnya. Rosulullah mengatur
duduk mereka dan mana yang harus berdiri.6
Ada dua riwayat yang dapat dikedepankan menjadi asbabun nuzul ayat ini. Yang
pertama adalah riwayat dari Imam Ibnu Jarir yang menerima hadis dari Qatadah,
Qatadah menceritakan bahwa kaum Muslimin apabila melihat seseorang datang
kepada mereka dengan menghadapkan diri, mereka merapatkan duduknya di hadapan
Rosulullah saw. Lalu turunlah ayat ini. Ke dua, hadis dari Imam Ibnu Abi Hatim yang
mengetengahkan hadis dari Muqatil bahwa ayat ini dturunkan pada hari jumat. Pada
hari itu datanglah rombongan orang-orang yang pernah ikut perang Badar, tetapi
tempat duduk yang ada yang sempit dan terbatas, serta mereka yang hadis tidak
melapangkan duduknya untuk orang-orang yang baru datang itu. Lalu Rosulullah saw.
Menyuruh berdiri beberapa orang yang jumlahnya sama dengan mereka, lalu beliau
mempersilahkan Ahlu Badar yang baru datang itu menempati tempat duduk mereka
yang disuruh berdiri. Maka, orang0orang yang disuruh berdiri itu merasa tidak senang
akan hal tersebut lalu turunlah ayat ini.7
Al Baghawi: Al Hasan berkata: Ibnu Mas'ud membaca ayat ini lalu berkata, "Wahai
kalian semua, pahamilah ayat ini dan hendaklah ayat ini memotivasi kalian untuk
menuntut ilmu, karena Allah SWT berfirman
ٍ ‫واال ِع ْل َم دَ َرج‬
‫ت‬ ْ ُ ‫يَ ْرفَع َّللاُ الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْو ِم ْن ُك ْم َوا الَّ ِذيْنَ ا ُ ْوت‬
ِ

H Omar Bakry. Tafsir Rahmat. H, 1093. 6


M Yunan Yusuf. Tafsir Al-Quran Bun-Yanun Marshush. (Tangerang: Lentera Hati, 2014). H, 83-84. 7
(Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat) orang beriman yang berilmu
berada beberapa derajat di atas orang yang tidak berilmu.8
Ayat ini berkaitan dengan majelis-majelis pengajian Rosulullah atau pengajian-
pengajian lain yang mengajarkan ajaran islam. Semakin lama jamaah suatu majelis
tersebut semakin banak sehingga tempat yang tadinya lapang menjadi sempit. Dalam
kondisi seperti itu memang dibuthkan hati yang lapang. Dengan hati yangg lapang lah
seseorang mampu memberikan tempat duduk kepada orang lain. Oleh sebab itu,
penggalan ayat ini memberi motivasi yang sangat kuat, bila seseorang memberi
tempat yang lapang kepada yang terlambat, Allah akan memberi kelapangan pula
kepadanya.9
Jika biasanya Al-Qur'an menggandengkan iman dan amal shaleh, namun dalam ayat
ini iman digandengkan dengan ilmu, "Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa
derajat." Dari redaksi ini dapat dipahami bahwa iman yang harus disempurnakan
dengan amal shaleh akan lebih tinggi nilainya lagi bila diiringi dengan ilmu. Iman dan
ilmu ibarat dua sisi mata uang. Iman tanpa ilmu akan membuat seseorang terjerumus
dalam perbuatan taklid, yakni ikut-ikutan dalam beragama. Sebaliknya, orang yang
berilmu tanpa iman akan membuat seseorang terjerumus dalam kebinasaan diri sendiri
dan kehancuran masyarakat.10
"Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." Mereka yang berlapang dada
berdasarkan iman dan ilmu itu diangkat ke kedudukan dan derajat yang tinggi. Allah
akan memberikan balasan bagi siapa saja yang beramal berdasarkan iman dan
ilmunya. Akan tetapi manusia harus tahu bahwa Allah adalah Zat yang Maha
Mengetahui apa hakikat dan motivasi yang mendrong lahirnya amal perbuatan. Nilai
sebuah perbuatan sangat bergantung dengan niat yang mendasarinya. Jika niatnya
mendapatkan ridha Allah, mka ia akan mendapat ridha Allah itu.
Adab menuntut ilmu juga dijelaskan dalam surah al-Jumuah ayat 5
‫ت َّللاِ َوَّللاُ َل‬ ِ َ‫س َمث َ ُل ا ْلقَ ْو ِم الَّ ِذيْنَ َكذَّب ُْوا ِبئ َا ي‬ ِ ‫َمث َ ُل الَّ ِذيْنَ ُح ِملُ ْوا التَّ ْورىةَ ث ُ َّم لَ ْم يَحْ ِملُ ْوهَا َك َمثَ ِل ْال ِح‬
َ ْ‫مار يَحْ ِم ُل أَ ْسفَ َرا ِبئ‬
َّ ‫َي ْهدِى ْالقَ ْو َم‬
َ‫الظ ِل ِميْن‬

Muhhammad Ahmad Isawi. 2009. Tafsir Ibnu Mas'ud(terj). (Jakarta: Pustaka Azzam). H, 981. 8
M Yunan Yusuf. Tafsir Al-Quran Bun-yanun Marshush. H,84-85. 9
M Yunan Yusuf. Tafsir Al-Quran Bun-yanun Marshush. H, 85-87 10
"Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka
tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa ktab-kitab yang tebal.
Amatlah sangat buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu.
Dan Allah tidada memberi petunjuk kepada kaum yang zhalim."
Tafsir surat al-Jumuah ayat 5
Ayat ini berbicara tentang bangsa Yahudi yang telah diberikan kitab Taurat akan
tetapi mereka tidak mengamalkan isinya. Banyak ajaran taurat yang mereka
kesampingkan, tidak mereka jadikan pedoman dalam hidup, antara lain ajaran tentang
akan datangnya seorang Nabi yang bernama Muhammad saw. Yang pada waktu itu
sudah berada di tengah-tengah Madinah. Padahal, mereka sangat berbangga hati
terhadap kitab Taurat tersebut. Kondisi seperti ini dianalogikan oleh al-Qur'an dengan
"adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal." Orang-orang Yahudi
tersebut diibaratkan dengan hewan keledai yang membawa beban di punggungnya
kitab-kitab yang banyak dan tebal-tebal. Walaupun keledai itu merasa berat membawa
kitab yang banyak dan tebal tersebut, namun keledai sama sekali tidak memahami ini
kandungan kitab-kitab yang dibawanya itu. Begitu hina nya orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Allah. Jika orang sudah mendustakan ayat-ayat Allah, tentulah
Allah tidak memberikan petunjuk-Nya kepada orang-orang seperti itu dan Allah tiada
memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
Sama hal nya ketika seseorang menguasai suatu ilmu namun ia tidak membaginya
dengan orang lain, maka ia tidak mendapatkan berkah dari ilmu tersebut dan jauh dari
petunjuk Allah.11 Apa gunanya jika ilmu hanya dijadikan sebagai kebanggaan semata,
tidak ada manfaat yang dapat ditarik dari ilmu itu.
3. Sikap Seorang Ulama Terhadap Sang Pencipta
Surat Faathir ayat 28
َ َ‫شى َّللاَ ِم ْن ِعبَا ِد ِه ْالعُلَ َم ُؤا ا َِّن َّللا‬
‫ع ِزي ٌْز َغفُ ْو ٌر‬ َ ‫ف اَ ْل َوانُهُ َكذَلِكَ اِنَّ َما يَ ْخ‬
ٌ ‫اب َواأل َ ْنعَ ِام ُم ْخت َ ِل‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
ِ ‫اس َوالد ََّو‬
"Dan demikian pula manusia, binatang-binatang melata, dan binatang ternak
berbagai macam warnanya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-
hamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu pengetahuan. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."
Tafsir surat Faathir ayat 28

M Yunan Yusuf. Tafsir Al-Quran Bun-yanun Marshush. H, 369-373 11


Maksud ayat ini adalah manusia dan binatang melata itu juga berwarna-warni, sama seperti
buah-buahan dan gunung-gunung: merah, putih, hitam, kuning, dll. Firman Allah
"sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hambahamba-Nya hanyalah para ulama."
Maksudnya adalah mereka yang takut kepada Allah sehingga menjaga diri dari azab dengan
taat kepada-Nya adalah Ulama, yaitu orang-orang yang mengetahui kekuasaan Allah atas
segala sesuatu, dan bahwa Allah bisa melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Itu karena
barangsiapa mengetahui hal itu, maka ia meyakini adzab-Nya atas maksiat yang
dilakukannya, sehingga ia takut kepada Allah sekiranya Dia menghukumnya.12
Al-Qurthubi dari Ibnu Mas'ud: Cukuplah seseorang dianggap alim (berilmu) dengan takutnya
kepada Allah, dan cukuplah orang dianggap bodoh dengan terperdayanya (mudah
terperdaya).13
Al-Hakim:... Dari Zirr bin Hubaisy, ia berkata: Seorang laki-laki dari Murad bernama
Shafwan bin Assal menemui Rosulullah SAW ketika beliau sedang berada di dalam masjid.
Maka Rosulullah SAW bertanya kepadanya, "apa yang membuatmu datang ke sini?" ia
menjawab "Untuk menuntut Ilmu" Maka Nabi SAW bersabda " Sesungguhnya para malaikat
akan mengepakkan sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa
yang dilakukannya."14
Semakin tinggi ilmu seseorang akan semakin takut dia terhadap Allah. Dengan mengamati
semua yang ada di alam ini akan menjadikan manusia terus berpikir dan menemukan ayat-
ayat Allah yang membuatnya semakin bertaqwa kepada Allah.
4. Hukum Menyembunyikan Ilmu
Surat al-Baqarah ayat159-160
(159) Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami
turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas)dan petunjuk, setelah kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan
dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat me laknati. (160) kecuali mereka
yang telah bertaubat dan mengadakan perbaikan serta menerangkan (kebenarannya),
maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya, dan Aku lah Yang Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan
mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat
dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalamnya, tidak akan diringankan siksa

Ahmad Muhammad Syakir, dkk. Tafsir Ath-Thabari (terj). (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009). 531-534 12
Muhhammad Ahmad Isawi. 2009. Tafsir Ibnu Mas'ud(terj). (Jakarta: Pustaka Azzam). H, 833 13
Muhammad Ahmad Isawi, Tafsir Ibnu Mas'ud (terj). H, 834 14
dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh. Dan Tuhan mu adalah Tuhan
Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan yang (yang hak disembah) melainkan Dia, Yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."
Meskipun ayat ini turun dalam konteks kecaman terhadap orang-orang Yahudi,
namun redaksinya yang bersifatt umum menjadikannya kecaman terhadap setiap
orang yang menyembunyikan apa pun yang diperintahkan agama unuk disampaikan,
baik ajaran agama maupun ilmu penegtahuan atau hak manusia. Dalam konteks ini
Rosulullah SAW bersabda,:"Siapa yang ditanyai tentang ilmu , lalu ia
menyembunyikannya, maka di hari kemudian diletakkan di mulutnya kendali yang
terbuat dari api neraka." Walau demikian, perlu dicatat bahwa setiap ucapan ada
tempatnya dan setiap tempat ada juga ucapannya yang sesuai. Memang tidak semua
apa yang diketahui boleh disebar luaskan, walaupun itu bahagain dari ilmu syariat dan
bagian dari informasi tentang pengetahuan hukum.15
Tentu saja Allah memberi kesempatan bertaubat kepada mereka yang
mnyembunyikan keterangan yang dibutuhkan itu, karena itu pula lanjutan ayat
tersebut menyatakan :Kecuali mereka yang bertaubat denga menesali perbuatannya
serta memohon ampun dan mengadakan perbaikan dengan jalan bertekad untuk tidak
mengulanginya. Perbaikan yang dimakud paling tidak yang setimpal dengan
kerusakan yang ditimbulkan, iserta menerangkan kebenaran , paling tidak dalam
kadar yang ia sembunyikan. Maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan
Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kata Aku yang
digunakan dalam penutup ayat ini mengisyaratkan bahwa taubat adalah wewenang
Allah sendiri.16
As-Suyuthi: ath-Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, ia berkata: "Siapa saja
hamba yang diberi ilmu oleh Allah lalu menyembunyikannya, ia akan menghadap
Allah pada hari kiamat nanti dengan dikendalikan tali kendali dari api."
Menurut Ibnu al Jauzi (al-La'inuun) semua makhluk yang dapat melaknati, mereka
adalah orang-orang yang beriman.17
Al-Baghawi: Ibnu Mas'ud berkata: Tidaklah dua orang Muslim saling mengutuk
kecuali kutukan tersebut akan kembali kepada orang-orang yahudi dan Nashrani yang
menyembunyikan perihal (kenabian) Muhammad Saw dan sifatnya.18

15
16

Muhhammad Ahmad Isawi. 2009. Tafsir Ibnu Mas'ud(terj). (Jakarta: Pustaka Azzam). H, 222 17
5. Posisi dan Balasan Orang yang Menuntut Ilmu
Surat al-Ankabut ayat 69
َ‫سبُلَنَا َوإِ َّن َّللاَ لَ َم َع ْال ُمحْ ِسنِيْن‬
ُ ‫َوالَّ ِذيْنَ َجا َهد ُْوا فِيْنَ لَنَ ْه ِديَنَّ ُه ْم‬
Dan orang-orang yang berjihad pada Kami, pasti Kami tunjuki mereka jalan-jalan
Kami dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta al-Muhsinin."
Ayat di atas bagai menyatakan: orang-orang yang Kami uji, tetapi enggan berjihad
dan bemujahadah tetapi mengikuti hawa nafsu mereka dan berfoya-foya dalam
kelezatan dunia, mereka itu mendapat nista dan siksa. Dan orang-orang yang
berjihad mengerahkan kemampuannya dan secara bersungguh-sunggug memikul
kesulitan sehingga jihad mereka itu berada pada sisi Kami, karena mereka
melakukannya demi Allah, maka pasti Kami tunjuki jalan-jalan Kami, yakni Kami
mengantar mereka menuju aneka jalan kedamaian dan kebahagiaan.19
Surat ali-Imron
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal."
Surat al-Mujadalah

Muhammad Ahmad Isawi, Tafsir Ibnu Mas'ud (terj). H, 223 18


M Quraish Shihab. Tafsir al-Misbah. (Jakarta: Lentera Hati, 2002). H, 545547. 19

Anda mungkin juga menyukai