Anda di halaman 1dari 20

VOL. 3, NO.

1,
ISSN: 2476-9703
OKTOBER, 2017

Journal homepage: http://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/muallimuna

Penerapan Pendekatan Inkuiri Pada Mata Pelajaran IPA untuk Mengembangkan


Karakter Siswa di SDN 01 Kota Bangun

INFORMASI ARTIKEL A B S T R AK

Penulis: Indonesia
Purniadi Putra Pendahuluan: Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan
Dosen Program Studi PGMI, penerapan pendekatan inkuiri pada mata pelajaran IPA
Institut Agama Islam dalam mengembangkan pendidikan karakter di kelas V
Sultan Muhammad Syafiuddi SDN 01 Kota Bangun Kabupaten Sambas. Penggunaan
Sambas
metode inkuiri dalam pembelajaran IPA terdiri dari
Email: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Metode:
usupurniadi@yahoo.com Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis
penelitian tindakan kelas. Hasil: Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap karakter siswa diperoleh nilai 46%
Kata Kunci: pada siklus I dan meningkat menjadi 76% pada siklus II.
Pendekatan Inkuiri,
Hasil pengamatan pada siklus I pertemuan I diperoleh
Ilmu Pengetahuan Alam,
Karakter, persentase sebesar 73% dengan kriteria cukup dan
Madrasah Ibtidaiyah meningkat pada pertemuan II menjadi 79%. Berdasarkan
hasil pengamatan tersebut maka disimpulkan bahwa
penggunaan pendekatan inkuiri dapat mengembangkan
Halaman: 28-47
karakter siswa, seperti karakter kerja sama, rasa ingin tahu,
dan komunikatif.

English
Introduction: This article aims to explain the application of
inquiry approaches in science subjects to develop character
student in grade V SDN 01 Kota Bangun, Sambas District.
The use of inquiry methods in science learning consists of
initial activities, core activities, and end activities. Method:
This research is a qualitative research with type of
classroom action research. Results: Based on observation
results on the student character obtained value 46% in cycle
I and increased to 76% in cycle II. Results of observation in
the first cycle of first meeting obtained a percentage of 73%
with medium criteria and increased at the second meeting
29 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2017

to 79%. Based on that observasion, it is concluded that the


use of inquiry approach can develop student character,
such as character of cooperation, curiosity, and
communicative.

1. PENDAHULUAN pendidikan di indonesia harus menyisipkan

Peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter tersebut dalam proses

pelaksanaan pendidikan karakter pada pendidikannya. Ada 18 nilai-nilai dalam

lembaga pendidikan formal dan bukan pendidikan karakter menurut kemendiknas

formal merupakan sebuah tuntutan yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja

didasarkan pada fenomena sosial yang keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa

berkembang, yakni meningkatnya ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta

kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti tanah air, menghargai prestasi, bersahabat

perkelahian massal dan berbagai kasus atau komunikatif, cinta damai, gemar

dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota- membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,

kota besar tertentu, gejala tersebut telah dan tanggung jawab. (Akhmad Muhaimin

sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Azzet, 2011: 17).

Oleh sebab itu, lembaga pendidikan formal Nilai universal agama yang dijadikan

sebagai wadah resmi pembinaan generasi dasar di dalam pendidikan karakter justru

muda diharapkan dapat meningkatkan sangat penting karena keyakinan seseorang

peranannya dalam pembentukan terhadap kebenaran beberapa nilai berasal

kepribadian peserta didik melalui dari agamanya bisa menjadi motivasi yang

peningkatan intensitas dan kualitas kuat dalam membangun karakter. Manakala

pendidikan karakter. hal ini, sudah tentu dapat membangun

Nilai karakter mulia berarti manusia karakter berdasarkan nilai universal dari

memiliki pengetahuan tentang potensi agama yang dipeluknya masing-masing.

dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai. Dengan demikian, anak didik akan

Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan mempunyai keimanan dan ketakwaan yang

pendidikan budaya dan karakter bangsa baik sekaligus berakhlak mulia.

yang dibuat oleh kemendikbud. Mulai (Kemendiknas, 2017).

tahun ajaran 2011, seluruh tingkat


Penerapan Pendekatan Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA..., Oleh:Purniadi Putra: 28-47 30

Karakter dimaknai sebagai cara proses inquiri. IPA juga merupakan salah

berfikir dan berperilaku yang khas tiap satu pembelajaran yang ada dalam dunia

individu untuk hidup dan bekerja sama pendidikan dari kebanyakan ilmu-ilmu

baik dalam lingkungan keluarga, yang ada pada tingkat Sekolah Dasar.

masyarakat, bangsa, dan negara. Individu Pembelajaran IPA berhubungan langsung

yang berkarakter baik adalah individu yang dengan lingkungan sekitar sehingga IPA

dapat membuat keputusan dan siap juga dapat berfungsi sebagai sarana untuk

mempertanggung jawabkan setiap akibat membentuk siswa menjadi manusia yang

dari keputusanya. Karakter dapat dianggap peduli terhadap lingkungan. Pada akhirnya

sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang IPA dapat juga menumbuhkan sikap siswa

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha untuk menjaga kelestarian lingkungan

Esa, diri sendiri, sesama manusia, sekitar. Secara konseptual yang dimaksud

lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dengan pengembangan pembelajaran IPA

dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dapat berupa contoh, aplikasi, pemahaman,

dan perbuatan berdasarkan norma-norma analisis, dan evaluasi dalam mata pelajaran

agama, hukum, tata karma, budaya, adat IPA.

istiadat, dan estetika. (Muchlas Samani, Realita yang terjadi pada SDN 01

dkk., 2012 : 41-42). Kota Bangun berkaitan dengan IPA dalam

Pembelajaran merupakan suatu proses pembelajaran tidak berjalan sesuai

proses yang berkesinambungan yang di dengan apa yang telah diungkapkan di atas.

dalamnya sarat akan nilai-nilai kehidupan Proses pembelajaran sains justru tidak aktif

yang berguna bagi kehidupan manusia dan dalam setiap proses pembelajaran IPA

membentuk manusia yang kreatif. Ilmu khususnya di kelas V yang notabene peneliti

Pengetahuan Alam (IPA) juga dikenal adalah sebagai wali kelasnya. Hal ini

dengan istilah sains berhubungan dengan berimbas hingga rendahnya minat siswa

cara mencari tahu tentang alam secara terhadap IPA dan berakibat juga pada hasil

sistematis, sehingga IPA bukan hanya pembelajaran yang rendah disetiap

penguasaan kumpulan pengetahuan yang evaluasi. Pada akhirnya terbukti pada hasil

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional

prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu (UASBN) yang rendah pada tahun ajaran
31 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2017

2015/2016. peningkatan aktivitas merupakan fokus

Ada beberapa faktor yang peneliti untuk memperbaiki proses

mengakibatkan rendahnya aktivitas siswa pembelajaran agar lebih aktif. Pada

dalam pembelajaran IPA tersebut. Di akhirnya adalah memperbaiki nilai IPA

antaranya adalah faktor dari peneliti sendiri pada UASBN tahun ajaran berikutnya.

yang mungkin salah menerapkan metode Adapun alternatif penelitian yang

dan media pembelajaran. Menurut data di akan peneliti gunakan dalam penelitian ini

lapangan bahwa nilai-nilai pendidikan adalah melalui pendekatan inkuiri dalam

karakter kurang diterapkan, sehingga nlai proses pembelajaran IPA. Alasan pemilihan

kerja sama, komunikasi dalam pembelajaran pendekatan inkuiri ini adalah karena

tidak sesuai apa yang diinginkan. Nilai pendekatan inkuiri ini lebih tepat

pendidikan karakter juga belum biasa digunakan dalam proses pembelajaran IPA

diterapkan dalam pembelajaran khusus dan metode inkuiri ini bisa menumbuhkan

pada mata pelajaran IPA di kelas V. nilai karakter siswa. Hal ini dijelaskan

Sedangkan kesalahan penggunaan metode dalam latar belakang kurikulum Ilmu

dan media dengan tujuan dan standar Pengetahuan Alam (IPA) yang memuat

kompetensi serta kompetensi dasar adalah bahwa pembelajaran IPA sebaiknya

faktor berikutnya. dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

Bedasarkan realitas dan faktor-faktor Inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan

di atas, peneliti menganggap perlu berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

diadakannya penelitian berbasis Penelitian mengkomunikasikanya sebagai aspek

Tindakan Kelas (PTK) untuk memecahkan penting kecakapan hidup (life skill). Oleh

masalah dan meningkatkan aktivitas siswa karena itu pembelajaran IPA di SD/MI

yang rendah khususnya pada proses menekankan pada pemberian pengalaman

pembelajaran IPA di kelas sekaligus ingin belajar secara langsung melalui penggunaan

menumbuhkan nilai-nilai pendidikan dan pengembangan keterampilan proses

karakter di kelas V SDN 01 Kota Bangun. dan sikap ilmiah.

Hal ini perlu segera dilaksanakan agar Berdasarkan uraian di atas, fokus

asumsi yang berkembang pada mayoritas penelitian ini adalah: (1) untuk

siswa bahwa IPA adalah pembelajaran yang mendiskripsikan rancangan pembelajaran

sulit dapat segera dihilangkan. Selain itu, IPA dengan pendekatan inkuiri dalam
Penerapan Pendekatan Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA..., Oleh:Purniadi Putra: 28-47 32

mengembangkan karakter siswa kelas V pendapat. Belajar pada hakikatnya adalah

SDN 01 Kota Bangun, (2) untuk mengkaji suatu proses yang ditandai dengan adanya

pelaksanaan pembelajaran IPA dengan perubahan pada diri seseorang. Perubahan

pendekatan inkuiri dalam mengembangkan sebagai hasil dari proses belajar dapat

karakter siswa kelas V SDN Kota Bangun, diindikasikan dalam berbagai bentuk

(3) untuk mengetahui perkembangan seperti berubahnya pengetahuan,

karakter siswa dalam aktifitas belajar siswa pemahaman, sikap, life skill dan

kelas V SDN 01 Kota Bangun. kemampuan serta attitude. Belajar

merupakan tindakan dan perilaku siswa

Kajian Literatur yang kompleks. Sebagai tindakan, maka

a. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Pengalaman belajar yang baik hanya Beberapa pakar dalam dunia

bisa didapat apabila peserta didik mau pendidikan mendifinisikan belajar dalam

mengaktifkan dirinya sendiri dengan berbagai pengertian, di antaranya adalah:

bereaksi terhadap lingkungan. Belajar yang (1) George J. Mouly dalam bukunya yang

berhasil mesti melalui berbagai macam berjudul Psychology For Effective Teaching,

aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. dalam Trianto (2008: 12) mengatakan bahwa

Semakin banyak siswa melakukan aktivitas “belajar pada dasarnya adalah proses

dalam pembelajaran, maka hasil perubahan tingkah laku seseorang berkat

pembelajaran akan lebih mudah tercapai. adanya pengalaman,” (2) Kimble dan

Namun tentunya segala aktivitas tersebut Garmezi, dalam Tianto (2008: 12)

harus tetap dalam arahan guru dan tidak menyatakan bahwa “belajar adalah

keluar dari materi pembelajaran. perubahan tingkah laku yang relative

Beberapa faktor mempengaruhi permanen, terjadi sebagai hasil dari

aktivitas yang menjadi penyebab proses pengalaman.” (3) Garry dan Kingsley,

pembelajaran yaitu: (1) siswa tidak memiliki dalam Trianto (2008: 13) menyatakan bahwa

kemampuan dalam merumuskan pendapat, “belajar adalah proses perubahan tingkah

(2) siswa kurang memiliki keberagaman laku yang orisinil melalui pengalaman dan

dalam menyampaikan pendapat, (3) siswa latihan-latihan.”

belum memiliki keberanian menyampaikan Dengan demikian, dari beberapa


33 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2017

pengertian belajar menurut pakar (ilmu pengetahuan alam). Namun dalam

pendidikan di atas dapat diambil perkembanganya science diterjemahkan

kesimpulan bahwa inti belajar adalah sebagai sains yang berarti Ilmu

adanya perubahan tingkah laku berupa Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun

keterampilan, kebiasaan, sikap, pengertian ini kurang pas dan bertentangan

pengetahuan, pemahaman dan apresiasi dengan etimologi. Sedangkan menurut

karena adanya suatu pengalaman belajar Laksmi Prihantoro (1986: 13), (dalam

berupa interaksi antara individu dengan Trianto 2008: 60) “IPA adalah pengetahuan

lingkunganya. yang sistematis dan dirumuskan, yang

b. Pembelajaran IPA berhubungan dengan gejala-gejala

Ilmu Pengetahuan Alam atau sains kebendaan dan didasarkan terutama atas

semula timbul dari rasa ingin tahu manusia, pengamatan dan dedukasi.

dari rasa keingintahuan tersebut membuat Adapun Wahyana (dalam Trianto,

manusia selalu mengamati terhadap gejala- 2008: 61) mengatakan bahwa “IPA adalah

gejala alam yang ada dan mencoba suatu kumpulan pengetahuan yang

memahaminya. Hasrat ingin tahu manusia tersusun secara sistematik, dan dalam

terpuaskan kalau dia memperoleh penggunaanya secara umum terbatas pada

pengetahuan mengenai hal yang gejala-gejala alam. Perkembanganya tidak

dipertanyakanya dan pengetahuan yang hanya ditandai dengan adanya fakta-fakta,

diinginkanya adalah pengetahuan yang tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap

benar. Pengetahuan yang benar atau ilmiah.”

kebenaran memang secara inherent dapat Dari beberapa pendapat mengenai

dicapai manusia, baik melalui pendekatan pengertian IPA di atas, maka dapat

non-ilmiah maupun pendekatan ilmiah. disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan

Menurut Jujun Suriasumantri, Alam merupakan ilmu pengetahuan yang

(dalam Trianto, 2008: 60) sains berasal dari mempelajari tentang gejala alam dan

bahasa asing “science” dari kata latin kebendaan yang bersifat sistematis dan

“scientia” yang berarti saya tahu. Kata dilakukan dengan cara mengamati

“science” sebenarnya berarti ilmu lingkungan sekitar dan di lingkungan

pengetahuan yang terdiri dari social sciences kehidupan sehari-hari yang dialami oleh

(ilmu pengetahuan sosial) dan natural science siswa.


Penerapan Pendekatan Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA..., Oleh:Purniadi Putra: 28-47 34

c. Pendekatan Inkuiri dipelajari secara langsung terkait dengan

Pendekatan inkuiri merupakan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan

unsur pendekatan pembelajaran Contextual pemberian ilustri atau contoh, sumber

Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran belajar, media, dan lain sebagainya, yang

dengan pendekatan CTL menurut Trianto memang baik secara langsung maupun

(2008: 10), adalah konsep belajar yang tidak diupayakan terkait atau ada

membantu guru mengaitkan antara materi hubungan dengan pengalaman hidup nyata

yang diajarkanya dengan situasi dunia (Rusman, 2011: 187).

nyata siswa dan mendorong siswa membuat Dalam setiap metode maupun

hubungan antara pengetahuan yang pendekatan yang digunakan dalam dunia

dimilikinya dengan penerapanya dalam pendidikan khususnya di kelas, pasti

kehidupan mereka sehari-hari, dengan memiliki sisi positif dan negatif. Begitu

melibatkan tujuh komponen utama pula dalam penerapan pendekatan inkuiri

pembelajaran kontekstual yaitu ini, terdapat kelebihan dan kelemahan

Constructivism, Inquiry, Questioning, Learning dalam penerapanya di kelas.

Community, Modelling, Reflection, dan d. Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan

Authentic Assesment. Inkuiri

Pendekatan CTL ini pada dasarnya Adapun kelebihan pendekatan

dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, inkuiri adalah: 1) siswa aktif dalam kegiatan

bidang apa saja dan kelas yang bagaimana belajar, sebab ia berfikir bagaimana cara

pun keadaanya. Namun, yang paling tepat memecahkan masalah dan menggunakan

adalah digunakan dalam pembelajaran kemampuan untuk hasil akhir, 2)

sains, alasannya karena materi dalam sains perkembangan cara berfikir ilmiah, seperti

merupakan dunia nyata atau kontekstual menggali pertanyaan, mencari jawaban dan

bagi siswa yang mereka alami sehari-hari. menyimpulkan atau memproses keterangan

Dengan demikian, inti dari pendekatan CTL dengan pendekatan inkuiri dapat

adalah keterkaitan setiap materi atau topik dikembangkan seluas-luasnya, 3) dapat

pembelajaran dengan kehidupan nyata. melatih anak untuk belajar sendiri dengan

Untuk mengaitkan dengan berbagai cara, positif sehingga dapat mengembangkan

selain karena memang materi yang pendidikan demokrasi, 4) melatih siswa


35 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2017

mengembangkan sikap kritis terhadap mereka perbuat dan memberi keyakinan

masalah yang muncul dalam kehidupan pada diri sendiri, (4) Administrator, yang

siswa sehari-hari yang berkaitan dengan bertanggung jawab terhadap seluruh

sains, 5) mengembangkan sikap kegiatan di dalam kelas. (5) Pengarah,

bertanggung jawab terhadap hasil yang memimpin arus kegiatan

pembelajaran baik dalam suatu kelompok pembelajaran dan cara berpikir siswa agar

maupun secara individu. terarah dan terfokus pada tujuan

Adapun kelemahan dari pendekatan pembelajaran yang diharapkan. (6) Manajer,

inquiri ini adalah 1) pembelajaran dengan yang mengelola segala sumber belajar,

pendekatan inkuiri memerlukan kecerdasan waktu, dan organisasi kelas. (7) Rewarder,

anak yang tinggi, sebab apabila anak kurang yang memberi penghargaan pada prestasi

cerdas hasilnya akan kurang efektif, dan 2) yang dicapai oleh siswa dalam proses

pendekatan ini tidak cocok diterapkan pada pembelajaran demi peningkatan semangat

kelas-kelas rendah. heuristik pada siswa.

e. Langkah-Langkah Pendekatan Inkuiri Trianto dalam bukunya yang

Dalam pendekatan inkuiri ini, proses berjudul “Mendesain Pembelajaran

pembelajaran di kelas cenderung Kontekstual (Contextual Teaching and

menitikberatkan kegiatan pembelajaran Learning) di Kelas” membagi inkuiri

yang berpusat pada siswa. Guru tidak lagi menjadi beberapa siklus yang terdiri dari:

berperan sebagai pemberi informasi dan (1) Observasi (Observation). (2) Bertanya

siswa sebagai penerima informasi, (Questioning). (3) Mengajukan dugaan

sekalipun hal itu sangat diperlukan. (Hyphotesis). (4) Pengumpulan data (Data

Peranan utama guru dalam menciptakan gathering). (5) Penyimpulan (Conclussion).

kondisi inkuiri adalah sebagai berikut: (1) Rusman dalam bukunya dengan judul

Motivator, yang memberi rangsangan dan “Model-Model Pembelajaran” Model

pemberi semangat supaya siswa menjadi pembelajaran Inquiry (menemukan)

lebih aktif dan lebih bergairah dalam merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui

berfikir. (2) Fasilitator, yang menunjukkan upaya menemukan akan memberikan

jalan keluar jika ada hambatan dalam proses penegasan bahwa pengetahuan dan

berpikir siswa. (3) penanya, untuk keterampilan serta kemampuan-

menyadarkan siswa dari kekeliruan yang kemampuan lain yang diperlukan bukan
Penerapan Pendekatan Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA..., Oleh:Purniadi Putra: 28-47 36

merupakan hasil dari mengingat informasi yang diperoleh, tidak yakin

seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan dengan cara yang digunakan untuk

hasil menemukan sendiri. menyelesaikan soal, dan cepat menyerah

Adapun langkah-langkah dalam ketika tidak tahu bagaimana menyelesaikan

proses pembelajaran dengan menerapkan soal tersebut. (Putra, Internalisasi

pendekatan inkuiri menurut Trianto (2008: Pendidikan Karakter pada Pembelajaran

30) di antaranya adalah: (1) merumuskan IPA melalui Model, 2017)

masalah, (2) mengamati atau melakukan Berdasarkan fungsi dan tujuan

observasi, (3) menganalisis dan menyajikan pendidikan nasional, pendidikan di setiap

hasil data tulisan, gambar, laporan, bagan, jenjang, termasuk pendidikan dasar (MI/SD)

tabel dan karya lainya, dan (4) harus diselenggarakan secara sistematis.

mengkomunikasikan atau menyajikan hasil Pembentukan karakter peserta didik

karya pada pembaca, teman sekelas, guru sehingga mampu bersaing, beretika,

atau audien yang lain secara kelompok bermoral, sopan santun dan berinteraksi

ataupun individu. dengan masyarakat. Menurut penelitian

f. Pendididikan Karakter Suyanto dalam jurnal (Latip, 2013),

Banyak faktor yang menyebabkan Berdasarkan penelitian yang diterbitkan

kepribadian atau karakter siswa memburuk. oleh Character Education Partnership, ternyata

Hal ini dapat dilihat dari perilaku atau etika kesuksesan seseorang tidak ditentukan

siswa dalam belajar; mudah putus asa jika semata-mata oleh pengetahuan dan

belum bisa, tidak jujur dalam belajar, kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi

kurang dapat menghargai pendapat teman, lebih oleh kemampuan mengelola diri dan

kurang demokratis, tidak disiplin dalam orang lain (soft skill). Penelitian ini

belajar, tidak mandiri dalam belajar, dan mengungkapkan, kesuksesan hanya

juga kurang kreatif. Pada pembelajaran ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan

Agama Islam misalnya, siswa kurang biasa sisanya 80% oleh soft skill. Bahkan orang-

menunjukkan prilaku yang kontraproduktif orang tersukses di dunia bisa berhasil

dalam persoalan-persoalan akhlak. Mereka dikarenakan lebih banyak didukung

membaca tetapi tidak memahami makna kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal

dari suatu pertanyaan, tidak mencerna ini mengisyaratkan bahwa mutu


37 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2017

pendidikan karakter peserta didik sangat masyarakat sangat banyak masalah yang

penting untuk ditingkatkan. ditimbulkan oleh karakter yang tidak baik.

Menurut Kusuma dalam jurnal Lebih-lebih apabila kita mendambakan

(Kamal, 2012) istilah merupakan istilah kebahagiaan dalam kehidupan akhirat.

serapan dari bahasa Inggris character. National Science Educational

Encarta Dictionaries menyatakan bahwa Standard (NSES) (1996) menyatakan,”

karakter adalah kata benda yang memiliki learning science is an active process. Learning

arti: (1) kualitas-kualitas pembeda; (2) science is something student to do, not

kualitas-kualitas posistif; (3) reputasi; (4) something that is done to them”. Proses

seseorang dalam buku atau film; (5) orang pembelajaran IPA memberikan kesempatan

yang luar biasa; (6) individu dalam kepada siswa untuk melibatkan segala

kaitannya dengan kepribadian, tingkah laku keterampilan proses yang dimiliki. Sebagai

atau tampilan; (7) huruf atau simbol; (8) unit contohnya ketika siswa sedang melakukan

data komputer. Arti pada nomor (7) dan (8) eksperimen/ percobaan, siswa menempuh

ini tidak relevan dengan kajian pendidikan langkah-langkah percobaan yakni

karakter. mengambil data. Ketika anak mengambil

Pendidikan karakter yang data anak harus jujur terhadap data yang

diintegrasikan dalam pembelajaran berbagai diambil, artinya anak tidak diperkenankan

bidang studi dapat memberikan untuk memanipulasi data meskipun data

pengalaman yang bermakna bagi murid- yang diperoleh tidak sesuai dengan teori.

murid karena mereka memahami, Percobaan apabila tidak dilandasi

menginternalisasi, mengaktualisasikannya kejujuran akan menyebabkan hal yang fatal.

melalui poses pembelajaran. Dengan Apabila siswa memaknai sikap ini, maka

demikian, nilai-nilai tersebut dapat terserap jujur akan senantiasa melandasi sikapnya

secara alami lewat kegiatan seharihari. dalam kehidupan sehari-hari yang akhirnya

Apabila nilai-nilai tersebut juga dibawa sampai pada masa dewasa yang

dikembangan melalui kultur sekolah, maka akan membentuk karakter siswa. Dengan

kemungkinan besar pendidikan karakter adanya sikap jujur, makabudaya

lebih efektif. Pembentukan karakter harus mencontekakan berkurang. Pada jangkauan

menjadi prioritas utama karena sudah yang lebih luas, dengan adanya sikap jujur

terbukti bahwa dalam kehidupan angka korupsi yang semakin merajalela


Penerapan Pendekatan Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA..., Oleh:Purniadi Putra: 28-47 38

dapat ditanggulangi. Pada beberapa knowing and understanding (knowledge

percobaan, tidak dipungkiri adanya domain). Termasuk: fakta, konsep, hukum

kegagalan. Beberapa siswa mungkin akan (prinsip-prinsip), beberapa hipotesis dan

mengulang percobaan untuk meyakinkan teori yang digunakan para saintis, dan

dirinya bahwa apa yang dilakukan sesuai masalah-mamasalah sains dan sosial.

dengan prosedur yang ditentukan. (Putra, Kedua, exploring and discovering (process of

Implementasi Pendidikan Karakter Dalam science domain), yakni penggunaan beberapa

Pembelajaran IPA di MIN Pemangkat proses sains untuk belajar bagaimana para

Kabupaten Sambas Kalimantan Barat, 2017). saintis berpikir dan bekerja (Rezba, dkk.,

Pentingnya sains, bagi 1995). Ketiga, imagining and creating

pengembangan karakter warga masyarakat (creativity domain). Terdapat beberapa

dan negara telah menjadi perhatian para kemampuan penting manusia dalam

pengembang pendidikan sains di beberapa domain ini, yaitu mengkombinasikan

negara, misalnya Amerika Serikat dan beberapa objek dan ide melalui cara-cara

negara-negara anggota Organization for baru; menghasilkan alternative atau

Economic Cooperation and Development menggunakan objek yang tidak biasa

(OECD) melalui PISA (Rustaman, 2007: 24). digunakan; berfikir mengimajinasikan;

Sains diyakini berperan penting dalam memimpikan; dan menghasilkan ide-ide

pengembangan karakter warga masyarakat yang luar biasa. Keempat, feeling and valuing

dan negara karena kemajuan produk sains (attitudinal domain). Ranah ini mencakup:

yang amat pesat, keampuhan proses sains pengembangan sikap positif terhadap sains

yang dapat ditransfer pada berbagai bidang secara umum, sains di sekolah, dan para

lain, dan kekentalan muatan nilai, sikap, guru sains; pengembangan sikap positip

dan moral di dalam sains (Rutherford & terhadap diri sendiri, misalnya ungkapan

Ahlgren, 1990). yang mencerminkan rasa percaya diri ”I can

Allan J. Mac Cormack dan Robert E. do it!”; pengembangan kepekaan, dan

Yager (Prasetyo, 1998: 146-151) sejak tahun penghargaan, terhadap perasaan orang lain;

1989 mengembangkan lima ranah dalam dan pengambilan keputusan tentang

taksonomi untuk pendidikan sains. Kelima masalah-masalah sosial dan lingkungan.

ranah tersebut seperti berikut. Pertama, Kelima, using and applying (application and
39 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2017

connection domain). Yang termasuk ranah menyatakan bahwa penelitian tindakan

penerapan adalah: mengamati contoh bertujuan mengembangkan keterampilan

konsep-konsep sains dalam kehidupan baru atau cara pendekatan baru dan untuk

sehari-hari; menerapkan konsep- konsep memecahkan masalah dengan penerapan

dan keterampilan-keterampilan sains yang langsung di dunia kerja atau dunia aktual

telah dipelajari untuk masalah-masalah yang lain.”

teknologi sehari-hari; mengambil keputusan Ada beberapa pendapat mengenai

untuk diri sendiri yang berkaitan dengan pengertian PTK di antaranya: (1) menurut

kesehatan, gizi, dan gaya hidup Suhardjono (2008: 58) “Penelitian Tindakan

berdasarkan pengetahuan sains daripada Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan

berdasarkan apa yang ”didengar” dan yang yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki

”dikatakan” atau emosi; serta memadukan mutu praktik pembelajaran di kelasnya.” (2)

sains dengan subjek-subjek lain. (Darmiyati Dalam bukunya yang berjudul Action

Zuchdi, 2010). Research Principles and Practice McNiff

Pendidikan karakter terintegrasi ke (1992:1) dalam Supardi (2008:102)

dalam pembelajaran khususnya bidang berpendapat bahwa “PTK sebagai bentuk

studi IPA memberikan sebuah penelitian reflektif yang dilakukan oleh

kebermaknaan dalam proses pembelajaran pendidik sendiri terhadap kurikulum,

dalam mengembangkan nilai-nilai karakter pengembangan sekolah, meningkatkan

siswa melalui potensi yang dimiliki melalui prestasi belajar, pengembangan keahlian

berfikir ilmiah. Hal ini tentunya mengajar dan sebagainya.” (3) Menurut

pembelajaran IPA di SD/MI dengan Wijaya Kusumah, (2010: 9), PTK adalah

berbagai metode memberikan signifikansi penelitian yang dilakukan oleh guru di

terhadap pembelajaran IPA dalam kelasnya sendiri dengan cara

menumbuhkan Pendidikan Karakter. merencanakan, melaksanakan, dan

merefleksikan tindakan secara kolaboratif


2. METODE dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki
Adapun bentuk penelitian yang kinerja sebagai guru.
digunakan dalam penelitian ini adalah Dengan menekankan guru atau peneliti
bentuk Penelitian Tindakan Kelas (Classroom dalam menggunakan pendekatan inkuiri
Action Research). Menurut Sumadi (2003: 94) pada pembelajaran IPA dalam membina
Penerapan Pendekatan Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA..., Oleh:Purniadi Putra: 28-47 40

pendidikan karakter di kelas V SDN 01 Kota sebagai observer. Pada waktu observasi

Bangun. Bentuk penelitian tindakan ini dilakukan, observer mengamati proses

sesuai dengan permasalahan yang terjadi di pembelajaran dan mengumpulkan data

kelas V SDN 01 Kota Bangun Kabupaten yang sudah tersedia pada lembar IPKG I,

Sambas, dengan subjek penelitian sebanyak lembar IPKG II dan Lembar observasi

16 orang. mengenai segala sesuatu yang terjadi pada

Adapun teknik pengumpul data proses pembelajaran tersebut, baik yang

yang peneliti gunakan dalam penelitian terjadi pada peneliti, aktifitas siswa serta

tindakan kelas ini adalah teknik observasi situasi kelas.

atau pengamatan, hasilnya dipergunakan Teknik analisa yang peneliti

untuk memperoleh data tentang aktivitas gunakan dalam penelitian ini adalah

belajar siswa. Observasi dilakukan terhadap berbentuk analisa kualitatif. Faktor analisis

aktivitas belajar siswa selama proses meliputi: (1) tingkat partisipasi atau

pembelajaran berlangsung. Adapun keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

observasi yang dilakukan meliputi kegiatan yang meliputi aspek mengajukan

pemusatan perhatian terhadap suatu obyek pertanyaan, menjawab pertanyaan, terlibat

dengan menggunakan seluruh alat indera. aktif, kerja sama, dan inovatif dengan

Observasi sangat sesuai digunakan dalam kategori sangat aktif, aktif dan tidak aktif,

sebuah penelitian yang berhubungan (2) tingkat keberhasilan pendekatan inkuiri

dengan kondisi dan interaksi antara belajar- dengan kategori berhasil, kurang berhasil

mengajar, murid-guru dan tingkah laku. dan tidak berhasil.

Sedangkan alat pengumpul data yang Secara garis besar, kegiatan analisis

peneliti gunakan dalam penelitian tindakan data meliputi tiga langkah yaitu: (1)

kelas ini adalah dengan menggunakan kegiatan dalam langkah persiapan ini antara

lembar IPKG I untuk menilai perencanaan lain; mengecek nama dan kelengkapan

pembelajaran (RPP). Lembar IPKG II untuk identitas obyek, mengecek kelengkapan

menilai proses pembelajaran. Dan lembar data seperti memeriksa instrument

observasi untuk menilai aktivitas siswa pengumpul data, serta mengecek macam

selama proses pembelajaran. Disilah peneliti isian data. (2) tabulasi dan (3) penerapan

perlu berkolaborasi dengan teman sejawat data sesuai dengan pendekatan penelitian.
41 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2017

Maksudnya adalah pengolahan data yang mendapatkan alat dan bahan kemudian

diperoleh dengan menggunakan rumus- guru memberikan penjelasan kepada siswa

rumus atau aturan yang ada, sesuai dengan tentang kegiatan yang akan dilakukan pada

pendekatan inkuiri dalam penelitian yang pengamatan. Setelah itu guru meminta

sudah di desain sebelumnya. siswa untuk meletakkan alat dan bahan di

atas meja dalam kelompok. Pada langkah


3. HASIL DAN PEMBAHASAN Merumuskan Masalah guru meminta siswa
Pelaksanaan mata pelajaran IPA untuk mengamati alat/media dan tanya
dengan pendekatan Inkuiri dilaksanakan jawab tentang alat/media untuk
dalam tiga tahap kegiatan, yaitu: kegiatan merumuskan masalah yang akan dibahas di
awal, kegiatan inti, kegiatan akhir. Berikut antaranya bagaimana membandingkan sifat
ini diuraikan proses pelaksanaan kegiatan kemampuan menghantarkan panas dari
selama 2 x pertemuan dalam siklus I. berbagai benda?, bagaimana kemampuan
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru daya hantar besi?, bagaimana daya hantar
adalah mempersiapkan kondisi kelas untuk kayu? bagaimana cara menguji jenis benda
siap belajar dilanjutkan dengan berdo’a, sebagai benda konduktor? Di dalam
kemudian guru dan siswa bertanya jawab kelompok siswa dibimbing guru
tentang benda-benda yang terbuat dari menganalisa masalah yang ditemukan
logam-logam kemudian guru kemudian melakukan tanya jawab tentang
membangkitkan ingatan peserta didik pada percobaan tersebut dan mengajukan
pembelajaran sebelumnya. Selanjutnya guru rumusan masalah yang dapat menuntun
menyampaikan tujuan pembelajaran. siswa menemukan jawaban dari percobaan
Pada kegiatan inti, proses yang dilihatnya yaitu “Mengapa benda
pembelajaran dilaksanakan dalam 3 tahap yang terbuat cari besi dapat terasa panas?”.
yaitu, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada langkah Merumuskan
Pada tahap Eksplorasi dilaksanakan langkah- Hipotesis siswa menjawab rumusan
langkah pendekatan Inkuiri yaitu Orientasi. masalah yang diajukan guru berdasarkan
Pada langkah ini guru membagi siswa pengetahuan siswa kemudian siswa diminta
dalam beberapa kelompok kemudian guru untuk memberikan dugaan sementara yang
membagikan alat dan bahan untuk berkaitan dengan pertanyaan pada tahap
melakukan percobaan. Setelah semua siswa perumusan masalah. Guru meminta siswa
Penerapan Pendekatan Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA..., Oleh:Purniadi Putra: 28-47 42

mencatat jawaban sementara yang diajukan dan mengarahkan siswa dalam membuat

oleh siswa yang lain. Kemudian siswa kesimpulan dan memberikan data yang

merumuskan hipotesis bahwa benda yang akurat dalam menyimpulkan merumuskan

terbuat besi dan alumunium merupakan kesimpulan

benda konduktor panas. Pada langkah Pada kegiatan Akhir, guru meminta

Elaborasi yaitu Mengumpulkan Data guru siswa mengemukakan hal-hal apa saja yang

membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) telah dipelajari, kemudian membimbing

tentang percobaan benda penghantar panas, siswa menyimpulkan pelajaran dan

guru meminta siswa untuk memperhatikan meminta siswa mencatat hal-hal yang dirasa

penjelasan guru tentang langkah-langkah penting. Kemudian memberikan tindak

kerja yang akan dilakukan dalam kelompok. lanjut

Kemudian melakukan percobaan sesuai Berdasarkan data yang diperoleh,

dengan langkah-langkah yang ada dalam terlihat bahwa setelah pertemuan pertama

LKS di dalam kelompok siswa secara dan kedua dalam siklus I terjadi

berkelompok dibimbing guru untuk peningkatan pengembangan karakter siswa

mengumpulkan data untuk mencari dengan indikator kinerja tersebut di atas.

informasi atas masalah yang sedang Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan

dibahas. Pada langkah. Menguji Hipotesis Pelaksanaan pembelajaran siklus I

Memandu siswa dalam menguji hipotesis dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan

kemudian mengajukan pertanyaan yang dengan alokasi waktu masing-masing

dapat memotivasi dalam menguji hipotesis. pertemuan 3x35 menit. Dalam pelaksanaan

Membimbing siswa dalam menguji hipotesa dilakukan pengamatan terhadap siswa dan

kemudian mengarahkan siswa dalam guru. Hasil penilaian kegiatan guru pada

menguji hipotesa sesuai dengan panduan pertemuan pertama memperoleh persentase

diskusi. Pada langkah Konfirmasi yaitu skor 42 % dan mengalami peningkatan pada

Merumuskan Kesimpulan. Pada langkah ini pertemuan kedua dengan skor 52%. Jadi

guru mengajukan pertanyaan yang rata-rata penilaian kegiatan guru pada

memudahkan siswa dalam membuat siklus I adalah 46% dan termasuk dalam

kesimpulan, kemudian mendatangi setiap kriteria baik. Peningkatan pembelajaran

kelompok saat merumuskan kesimpulan yang terjadi pada siklus I dikarenakan


43 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2017

deskriptor dalam aspek guru sudah dengan materi. Terutama dalam kelompok

terlaksana dengan baik. belajar, siswa saling mengajukan

Hasil pengamatan aktivitas siswa pertanyaan berkaitan kerja kelompok.

pada siklus I pertemuan I diperoleh Pada pelaksanaan pembelajaran

persentase sebesar 73%. dengan kriteria adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri

cukup dan meningkat pada pertemuan II yang dilakukan oleh para pelaku

menjadi 79%. dengan kriteria baik. Jadi rata- pendidikan dalam suatu situasi

rata penilaian aspek siswa pada siklus I ini kependidikan untuk memperbaiki

memperoleh skor rata-rata 76% dan masuk rasionalitas dan keadilan tentang: (a)

dalam kriteria baik. Peningkatan yang praktik–praktik kependidikan mereka, (b)

terjadi pada siklus I pertemuan II pemahaman tentang praktik–praktik

dikarenakan guru dan siswa sudah tersebut, dan (c) situasi dimana praktik–

melaksanakan deskriptor yang belum praktik tersebut dilaksanakan, pelaksanan

muncul pada siklus I pertemuan I pada penelitian ini dibagi dalam dua siklus

format penilaian aspek guru dan siswa terdiri dari empat tahap, yaitu:

dilaksanakan dengan baik sehingga perencanaan, pelaksanaan tindakan,

mengalami peningkatan pada siklus I observasi dan refleksi.

pertemuan II. Pelaksanaan pembelajaran siklus II

Berdasarkan hasil indikator kinerja dilaksanakan 1 kali pertemuan dengan

aktivitas, maka jelaslah bahwa penggunaan alokasi waktu 3 x 35 menit. Dari hasil

pendekatan inkuiri dalam mata pelajaran pengamatan pelaksanaan pembelajaran

IPA dalam membina pendidikan karakter di pada siklus II telah terlaksana dengan baik

kelas V SDN 01 Kota Bangun Kabupaten dan sesuai dengan perencanaan yang telah

Sambas dikategorikan sangat berhasil. Hasil disusun. Hasil pengamatan terhadap

belajar siswa dilihat pada tiga aspek yaitu aktivitas guru diperoleh persentase

kognitif, afektif, psikomotor. Keberhasilan mencapai menjadi 79%. dengan kriteria

tersebut dapat peneliti lebih perjelas sebagai baik. Jadi rata-rata penilaian aspek siswa

berikut: (a) siswa bersikap kritis Selama pada siklus I ini memperoleh skor rata-rata

proses pelaksanaan pembelajaran di kelas, 76% dan masuk dalam kriteria baik.

siswa sangat antusias dalam mengajukan Penelitian ini diawali dengan

beberapa pertanyaan yang berhubungan kegiatan observasi langsung dan


Penerapan Pendekatan Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA..., Oleh:Purniadi Putra: 28-47 44

mengambil data awal hasil belajar siswa. pertanyaan. Aktivitas siswa dalam

Dari hasil observasi tersebut peneliti menjawab pertanyaan baik dari guru

menyampaikan untuk melaksanakan proses maupun dari teman dalam kelompoknya

penilitian dengan mengambil materi gaya sangat terlihat interaktif. Siswa tidak lagi

dengan menerapkan pendekatan inkuiri mengalami keraguan atau ketakutan untuk

pada mata pelajaran IPA dengan tujuan menjawab beberapa pertanyaan, (b)

untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa aktivitas terlibat aktif artinya pembinaan

kelas V tentang gaya. pendidikan karakter ini sangat nampak

Berdasarkan pada hasil observasi ketika siswa diminta untuk belajar secara

dan diskusi yang telah dilakuakn peneliti kelompok. Antara siswa yang satu dengan

dengan guru kelas V ditemukan bahwa siswa yang lain terlibat langsung dalam

siswa cenderung pasif dalam proses kegiatan kelompok mereka masing-masing.

pembelajaran dan dari data hasil ulangan Terlebih lagi siswa terlihat sibuk dan

harian siswa. Proses perbaikan yang atraktif dalam mengerjakan tugas

diharapkan mampu meningkatkan hasil kelompok. (c) nilai pendidikan karakter

belajar IPA siswa kelas V, adapun yang kerja sama juga sangat nampak dalam kerja,

disepakati yaitu melaksanakan antara teman dalam kelompok siswa

pembelajaran IPA dengan menerapkan masing-masing saling memberi masukan

pendekatan inkuiri. Metode inkuiri adalah dan saran serta bahu membahu dalam

metode dimana siswa disorong untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

belajar melalui keterlibatan aktif mereka disepakati sebelumnya, (d) nilai

sendiri dengan konsep–konsep dan prinsip– pendidikan karakter inovatif, berkaitan

prinsip dan guru mendorong siswa untuk dengan pendekatan yang diterapkan

memiliki pengalaman dan melakukan peneliti dalam penelitian ini, unsur inovatif

percobaan yang memungkinkan siswa sangat diperlukan dalam pembelajaran ini.

menemukan prinsip-prinsip untuk diri Hal ini terbukti sangat berhasil dengan

mereka sendiri. adanya beberapa ide dan temuan-temuan

Hasil penggunaan pendekatan yang secara tidak sengaja didapat oleh

inkuri dalam pembelajaran IPA antara lain siswa dalam kegiatan kerja kelompok.

berpengaruh pada: (a) aktivitas menjawab


45 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2017

Berdasarkan refleksi data pada siklus kesimpulan penelitian sebagai berikut:

I, kondisi-kondisi yang belum maksimal a. Penerapan pendekatan inkuiri dengan

pada beberapa aspek dan perlu pendekatan pembelajaran Contextual

ditingkatkan lagi. Beberapa aspek yang Teaching and Learning (CTL) dalam

perlu ditingkatkan tersebut adalah: (a) pembelajaran IPA dengan perencanaan

aktivitas menjawab pertanyaan (31%), (b) yang matang mampu meningkatkan

aktivitas kerja sama (31%), (c) aktivitas karakter di kelas V SDN 01 Kota Bangun

inovatif (37%). Adapun kondisi belajar Kabupaten Sambas.

yang sudah baik dan perlu dipertahankan b. Penerapan pendekatan inkuiri pada

dan ditingkatkan lagi adalah: (a) aktivitas Siswa kelas V SDN 1 Kota Bangun

mengajukan pertanyaan (65%). (b) aktivitas meningkatkan aktivitas siswa dalam

terlibat aktif (70%). mengajukan pertanyaan, menjawab

Berdasarkan lembar observasi, hasil pertanyaan, terlibat aktif, kerja sama

pelaksanaan penelitian pada siklus II ini dan inovatif, hal ini pendidikan karakter

disajikan dengan persentase hasil sebagai sudah diterapkan

berikut: (1) tentang aktivitas mengajukan c. Penerapan pendekatan inkuiri dalam

pertanyaan, persentasenya adalah 76%, (2) pembelajaran IPA meningkatkan rata-

tantang aktivitas menjawab pertanyaan, rata aktivitas belajar siswa. Yakni pada

persentasenya adalah 65%, (3) tentang siklus I sebesar 46 % meningkat menjadi

aktivitas terlibat aktif, persentasenya adalah 76 % .

89%. (4) tentang aktivitas kerja sama,


Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti
persentasenya adalah 84%, (5) tentang
menyarankan beberapa hal berikut:
aktivitas inovatif, persentasenya adalah
a. Hendaknya dewan guru terlebih khusus
70%.
staf pengajar di SDN 1 Kota Bangun

dapat memanfaatkan pendekatan


4. PENUTUP
pembelajaran inkuiri sebagai salah satu
Berdasarkan hasil tindakan yang
alternatif untuk dapat meningkatkan
telah dilaksanakan pada penelitian tindakan
aktivitas belajar siswa dan
kelas baik pada siklus I pertemuan pertama
menumbuhkan pendidikan karakter
dan kedua, serta siklus II pertemuan
sehingga hasil belajar yang sesuai
pertama dan kedua, maka dapat ditarik
Penerapan Pendekatan Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA..., Oleh:Purniadi Putra: 28-47 46

dengan tujuan pembelajaran yang Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Ilmu


Pengetahuan Alam Sekolah Dasar. Jakarta.
maksimal dan memuaskan.

b. Pembelajaran dengan menggunakan [7] Gulo,W. (2002). Strategi Belajar


Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia
pendekatan inkuiri dapat digunakan Widiasarana Indonesia.
guru sebagai sarana yang efektif untuk
[8] Haryanto. (2004). Sains Ilmu
melatih siswa untuk bersosialisasi Pengetahuan Alam Untuk Sekolah Dasar
Kelas V SD/MI. Jakarta: Erlangga.
dengan temannya dalam kelompok.

c. Guru hendaknya dapat membimbing [9] Kamal, R. (2012). Pendidikan Nilai


Karakter. Forum Tarbiyah, 120-121.
siswa dalam proses pembelajaran

berdasarkan pada penemuan- [10] Kemendiknas, http://rumah


inspirasi.com/18-nilai-dalam-
penemuan, bukan lagi hanya terbatas pendidikan-karakter-bangsa/jam 05. 40
pada pembelajaran konsep-konsep tanggal 17 oktober 2017.

ataupun fakta-fakta. [11] Latip, A. E. (2013). Pembelajaran


Berbasis Karakter. MP, 43.
RUJUKAN
[12] Muchlas Samani, dkk.,(2012) Pendidikan
[1] Akhmad, Muhaimin Azzet, (2011). Karakter, Bandung: PT Remaja
Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, Rosdakarya.
Jogjakarta: Ar-Ruz Media.
[13] Putra, P. (2017). Implementasi
[2] Arikunto, Suharsimi. (1989). Prosedur Pendidikan Karakter Dalam
Penelitian. Jakarta: PT. Bina Aksara. Pembelajaran IPA di MIN Pemangkat
Kabupaten Sambas Kalimantan Barat.
[3] Burhan Bungin. (2007). Metodologi JIP: Jurnal Ilmiah PGMI, 57.
Penelitian Kualitatif. Surabaya: Rajawali
Pers. [14] Putra, P. (2017). Internalisasi
Pendidikan Karakter pada
[4] Darmiyati Zuchdi, Z. K. (2010). Pembelajaran IPA melalui Model.
Pengembangan Model Pendidikan MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah
Karakter Terintegrasi. Edisi Khusus Dies Ibtidaiyah, 78-79.
Natalis UNY (p. 4). Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta. [15] Purwo Sutanto, Handayani & Sarjan.
Sains 5 untuk kelas 5 Sekolah Dasar dan
[5] Departemen Pendidikan Nasional. Madrasah Ibtidaiyah. Klaten: Sahabat.
(2002). Penelitian Berbasis Kelas. Jakarta:
Balitbang. [16] Rusman, (2011), Model-Model
Pembelajaran; Mengembangkan
[6] Departemen Pendidikan Nasional. Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT
(2005). Kurikulum Tingkat Satuan RajaGrafindo Persada).
47 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2017

[17] Sardiman A.M. (2011). Interaksi dan


Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

[18] Suharsimi Arikunto, Suhardjono &


Supardi. (2008). Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

[19] Sukarno, dkk. (1981). Dasar-dasar


Pendidikan Sains. Jakarta: Bhratara karya
Aksara.

[20] Suryabrata, Sumadi. (2003). Metodologi


Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

[21] Trianto. (2008). Mendesain Pembelajaran


Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) di Kelas. Surabaya: Cerdas
Pustaka Publisher.

[22] Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama.


(2010). Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Indeks.

Anda mungkin juga menyukai