Anda di halaman 1dari 20

A.

Siklus Hidup Sistem

Merupakan proses evolusioner yang terjadi dalam penerapan sistem atau sub sistem
informasi berbasis computer.

1. The planning phase

Kegiatan yang digunakan pada tahap ini antara lain :

a. Mengenali masalah yang dihadapi

b. Merumuskan problem yang sebenarnya

c. Menetapkan tujuan

d. Identifikasi keterbatasan

e. Melakukan studi kelayakan

f. Menyiapkan proposal

g. Disetujui/tidaknya usulan

h. Membangun mekanisme kontrol

2. The Analysis Phase

Ketika perencanaan selesai dan mekanisme pengendalian telah berjalan, tim proyek
beralih pada analisis sistem yang telah ada. Analisis sistem adalah penelitian atas
sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbarui.

Adapun tahapannya yaitu :

Mengumumkan Penelitian Sistem

Manajer khawatir terhadap penerapan aplikasi komputer baru yang mempengaruhi


kerja para pegawainya. Sehingga perlu dikomunikasikan kepada para pegawai
tentang:

a. Alasan perusahaan melaksanakan proyek

b. Bagaimana sistem baru akan menguntungkan perusahaan dan pegawai.


Mengorganisasikan Tim Proyek

Tim proyek yang akan melakukan penelitian sistem dikumpulkan. Agar proyek
berhasil, pemakai sangat perlu berperan aktif daripada berperan pasif. Banyak
perusahaan mempunyai kebijakan menjadikan pemakai sebagai pemimpin proyek dan
bukannya spesialis informasi.

Mendefinisikan Kebutuhan Informasi

Analis mempelajari kebutuhan informasi pemakai dengan terlibat dalam berbagai


kegiatan pengumpulan informasi (wawancara, pemgamatan, pencarian catatan, dan
survei). Dari semua metode tersebut, wawancara perorangan lebih disukai, dengan
alasan :

a. Menyediakan komunikasi dua arah dan pengamatan terhadap bahasa tubuh.

b. Dapat meningkatkan antusiasme pada proyek baik dari pihak spesialis maupun
pihak pemakai.

c. Dapat menjalin kepercayaan antara pemakai dan spesialis informasi.

d. Memberi kesempatan bagi peserta proyek untuk mengungkapan pandangan yang


berbeda bahkan bertentangan.

Dokumentasi dapat berupa flowchart, diagram aliran data (data flow diagram), dan
grafik serta penjelasan naratif dari proses dan data. Istilah kamus proyek sering
digunakan untuk menggambarkan semua dokumentasi yang menjelaskan suatu
sistem.

Mendefinisikan Kriteria Kinerja Sistem

Langkah selanjutnya adalah menspesifikasikan secara tepat apa yang harus dicapai
oleh sistem, yaitu kriteria kinerja sistem. Misalkan,

a. Laporan harus disiapkan dalam bentuk salinan kertas dan tampilan komputer;

b. Laporan harus tersedia tidak lebih dari 3 hari setelah akhir bulan;

c. Laporan harus membandingkan pendapatan dan biaya actual dengan anggarannya


baik untuk bulan lalu maupun sepanjang tahun hingga sekarang (year to date).
Menyiapkan Usulan Rancangan

Analis sistem memberikan kesempatan bagi manajer untuk membuat keputusan


teruskan atau hentikan untuk kedua kalinya. Dalam hal ini manajer harus menyetujui
tahap rancangan dan kungan bagi keputusan tersebut termasuk di dalam usulan
rancangan.

Menerima atau Menolak Proyek Rancangan

Manajer dan komite pengarah SIM mengevaluasi usulan rancangan dan menentukan
apakah akan memberikan persetujuan atau tidak. Dalam beberapa kasus, tim mungkin
diminta melakukan analisis lain dan menyerahkannya kembali atau mungkin proyek
ditinggalkan. Jika disetujui, proyek maju ke tahap rancangan.

3. Design Phase

Rancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem
baru. Jika sistem itu berbasis komputer, rancangan dapat menyertakan spesifikasi
jenis peralatann yang akan digunakan. Langkah-langkah tahapan rancangan yaitu :

Menyiapkan rancangan sistem yang terinci

Analis bekerja sama dengan pemakai dan mendokumentasikan rancangan sistem baru
dengan alat-alat yang dijelaskan dalam modul teknis. Beberapa alat memudahkan
analis untuk menyiapkan dokumentasi secara top-down, dimulai dengan gambaran
besar dan secara bertahap mengarah lebih rinci. Pendekatan top-down ini merupakan
ciri rancangan terstruktur (structured design), yaitu rancangan bergerak dari tingkat
sistem ke tingkat subsistem. Alat-alat dokumentasi yang popular yaitu diagram arus
data (data flow diagram), diagram hubungan entitas (entity relationship duagram),
kamus data (data dictionary), flowchart, model hubungan objek, dan spesifikasi kelas.

Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigurasi sistem

Analis mengidentifikasi konfigurasi – bukan merek atau model – peralatan komputer


yang akan memberikan hasil yang terbaik bagi sistem dalam menyelesaikan
pemrosesan. Identifikasi merupakan suatu proses berurutan, dimulai dengan berbagai
kombinasi yang dapat menyelesaikan setiap tugas.

Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem


Analis bekerja sama dengan manajer mengevaluasi berbagai alternatif. Alternatif yang
dipilih adalah yang paling memungkinkan subsistem memenuhi kriteria kinerja,
dengan kendala-kendala yang ada.

Mimilih konfigurasi terbaik

Analis mengevaluasi semua konfigurasi subsistem dan menyesuaikan kombinasi


peralatan sehingga semua subsistem menjadi satu konfigurasi tunggal. Setelah selesai,
analis membuat rekomendasi kepada manajer untuk disetujui. Bila manajer
menyetujui konfigurasi tersebut, persetujuan selanjutnya dilakukan oleh SC MIS.

Menyiapkan usulan penerapan

Analis menyiapkan usulan penerapan (implementation proposal) yang


mengikhtisarkan tugas-tugas penerapan yang harus dilakukan, keuntungan yang
diharapkan, dan biayanya.

Menyetujui atau menolak penerapan sistem

Keputusan untuk terus pada tahap penerapan sangatlah penting, karena usaha ini akan
sangat meningkatkan jumlah orang yang telibat. Jika keuntungan yang diharapkan
dari sistem melebihi biayanya, maka penerapan akan disetujui.

4. The Implementation Phase

Penerapan merupakan kegiatan memperoleh dan mengintegrasikan sumber daya fisik


dan konseptual yang menghasilkan suatu sistem yang bekerja. Adapun tahapannya
yaitu :

Merencanakan penerapan;

Manajer dan spesialis informasi harus memahami dengan baik pekerjaan yang
diperlukan untuk menerapkan rancangan sistem dan untuk mengembangkan rencana
penerapan yang sangat rinci.

Mengumumkan penerapan;

Proyek penerapan diumumkan kepada para pegawai dengan cara yang sama pada
penelitian sistem. Tujuannya adalah untuk menginformasikan kepada para pegawai
mengenai keputusan untuk menerapkan sistem baru dan meminta kerjasama mereka.
Mendapatkan sumber daya perangkat keras;

Rancangan sistem disediakan bagi para pemasok berbagai jenis perangkat keras yang
terdapat pada konfigurasi sistem yang disetujui. Setiap pemasok diberikan request for
proposal (RFP), yang berisi antara lain :

a. Surat yang ditransmisikan

b. Tujuan dan kendala sistem

c. Rancangan sistem : deskripsi ringkasan, kriteria kerja, konfigurasi peralatan,


dokumentasi sistem ringkasan, perkiraan volume transaksi, perkiraan ukuran file.

d. Jadual pemasangan

Selanjutnya mereka membuat usulan tertulis, bagaimana peralatan yang diusulkan


akan membuat sistem mencapai kriteria kinerjanya. Ketika semua usulan telah
diterima dan dianalisis, SC MIS memilih satu pemasok atau lebih. Spesialis informasi
memberi dukungan bagi keputusn tersebut dengan mempelajari usulan dan membuat
rekomendasi. Setelah disetujui, perusahaan melakukan pemesanan.

Mendapatkan sumber daya perangkat lunak;

Ketika perusahaan memutuskan untuk menciptakan sendiri perangkat lunak


aplikasinya, programmer menggunakan dokumentasi yang disiapkan oleh analis
sistem sebagai titik awal. Programmer dapat menyiapkan dokumentasi yang lebih
rinci seperti flowchart atau bahasa semu (psedudo code) yang terstruktur, dilakukan
pengkodean, dan pengujian program. Hasil akhirnya adalah software library dari
program aplikasi. Jika peangkat lunak aplikasi jadi (prewritten application software)
dibeli, pemilihan pemasok perangkat lunak dapat mengikuti prosedur yang sama
seperti yang digunakan untuk memilih pemasok perangkat keras, yaitu RFP dan
Usulan.

Menyiapkan database;

Pengelola database (database administrator – DBA) bertanggung jawab untuks emua


kegiatan ynag berhubungan dengan data, dan mencakup persiapan database. Hal
tersebut memerlukan pengumpulan data baru atau data yang telah ada perlu dibentuk
kembali sehingga sesuai dengan rancangan sistem baru dan menggunakan sistem
manajemen basis data (database management sistem – DBMS).

Menyiapkan fasilitas fisik;

Jika perangkat keras dan sistem baru tidak sesuai dengan fasilitas yang ada, perlu
dilakukan konstruksi baru atau perombakan. Sehingga pembangunan fasilitas tersebut
merupakan tugas berat dan harus dijadualkan sehingga sesuai dengan keseluruhan
rencana proyek.

Mendidik peserta dan pemakai;

Sistem baru kemungkinan besar akan mempengaruhi banyak orang. Beberapa orang
akan membuat sistem bekerja. Mereka disebut dengan peserta, yang meliputi operator
entry data, pegawai coding, dan pegawai administrasi lainnya. Semuanya harus
dididik tentang peran mereka dalam sistem. Pendidikan harus dijadualkan jauh setelah
siklus hidup dimulai, tepat sebelum bahan-bahan yang dipelajari mulai diterapkan.

Menyiapkan usulan cutover;

Proses menghentikan penggunaan sistem lama dan memulai menggunakan sistem


baru disebut cutover. Ketika seluruh pekerjaan pengembangan hampir selesai , tim
proyek merekomendasikan kepada manajer agar dilaksanakan cutover (dalam memo
atau laporan lisan)

Menyetujui atau menolak masuk ke sistem baru;

Manajer dan SC MIS menelaah status proyek dan menyetujui atau menolak
rekomendasi tersebut. Bila manajemen menyetujui maka manajemen menentukan
tanggal cutover. Namun, bila manajemen menolak maka manajemen menentukan
tindakan yang harus diambil dan tugas yang harus diselesaikan sebelum cutover akan
dipertimbangkan kembali, kemudian manajemen menjadualkan tanggal baru.

Masuk ke sistem baru.

Ada 4 pendekatan dasar (cutover), yaitu :

a. Percontohan (pilot) yaitu suatu sistem percobaan yang diterapkan dalam satu
subset dari keseluruhan operasi.
b. Serentak (immediate) merupakan pendekatan yang paling sederhana yakni
beralih dari sistem lama ke sistem baru pada saat yang ditentukan.

c. Bertahap (phased), sistem baru digunakan berdasarkan bagian per bagian pada
suatu waktu.

d. Paralel (parallel), mengharuskan sistem lama dipertahankan sampai sistem baru


telah diperiksa secara menyeluruh. Akan memberikan pengamanan yang paling
baik terhadap kegagalan tetapi yang paling mahal, karena kedua sumber daya
harus dipertahankan.

Cutover menandakan berakhirnya bagian pengembangan dari siklus hidup sistem.


Penggunaan sistem dapat dimulai sekarang.

5. The Use Phase

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Penggunaan sistem (use the system)

b. Evaluasi atau pemeriksaan (audit the system)

6. Maintain the System

a. Melakukan perbaikan, memutakhirkan dan menyempurnakan sistem (to keep


system current / to improve the system)

b. Menyiapkan usulan reengineering bila diperlukan (reengineering proposal)

B. Metodologi System Development Life Cycle

1. Model Waterfall

Waterfall model menggambarkan langkah-langkah yang bersifat selangkah demi


selangkah secara berurutan, sehingga mempunyai karakteristik yang menguntungkan,
seperti :

a. Memiliki sasaran sendiri-sendiri

b. Memungkinkan managerial control secara departmentalisasi

c. Jadwal dapat diatur sesuai dengan tenggat waktu masing-masing


Namun, metode ini memiliki kelemahan-kelemahan seperti :

a. Metode ini merupakan proses yang berlanjut, jika ada revisi dipertengahan
membuat kurang fleksibel.

2. Model Spiral

Model Spirall merupakan model pengembangan perangkat lunak yang evolusioner


yang memadukan sifat iteratif model protype dan aspek sisematis dari mode
sekuensial. Version Release meningkat setiap iterasi terjadi.

Kelebihan

a. Cocok untuk proyek skala besar

b. Manajemen kesalahan baik

c. Menggunakan prototype sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap


keadaan didalam evolusi produk.

Kelemahan

a. Waktu pengembangan cukup lama

b. Dibutuhkan ahli dalam penanganan resiko

c. Kesulitan dalam meyakinkan konsumen.


3. Sosiotechnical Approach

Pendekatan ini mulai dikembangkan yang didasari pada masalah keperilakuan.


Pendekatan ini memiliki tujuan untuk mengoptimalkan dua aspek, yaitu :

a. Technical System untuk memaksimalkan penyelesaian tugas

b. Social System untuk memaksimalkan kualitas working lofe system user.

Tahap analisis dan desain sistem aplikasi dengan pendekatan ini :

a. Diagnotis and entry, melakukan identifikasi masalah, menentukan apakah


organisasi setuju untuk merubah, menganalisa sistem social dan sistem teknik dan
mekanisme organisasi, menentukan kebutuhan strategis dari sistem.

b. Management of the change process, memastikan implementasi proses perubahan


yang akan terjadi dapat disetujui dan diterima oleh organisasi

c. System design, disain teknikal dan social sistem

d. Adjustment of coordinating mechanism, perubahan pada satu subsistem mungkin


mengharuskan perubahan pada sistem yang lain.

e. Implementation, implementasi sistem sociotechnical yang baru.

4. Politycal Approach

Pendekatan ini muncul didasarkan pada pemikiran bahwa keterlibatan pengguna


merupakan stretegi pengembangan sistem aplikasi yang tepat. Keterlibatan calon
pengguna mendukung ke arah desain sistem aplikasi yang baik yang sesuai dengan
kebutuhan. Dengan menggunakan pendekatan ini, maka critical task yang harus
dilakukan adalah dengan mempelajari latar belakang organisasi tersebut, yang
nantinya dapat dilakukan evaluasi apakah sistem akan menggunakan struktur yang
ada atau harus merubah struktur.

5. Prototyping Approach

Prototype memberikan ide bagi pembuat dan pemakai potensial tentang cara sistem
berfungsi dalam bentuk lengkapnya. Proses akan menghasilkan prototype
(prototyping).

Daya tarik prototype, yaitu :

a. Komunikasi antar analis sistem dengan pemakai membaik.

b. Analis dapat bekerja dengan lebih baik dalam menentukan kebutuhan pemakai.

c. Pemakai berperan lebih aktif dalam pengembangan sistem.

d. Lebih efisien dan dapat menghemat biaya pengembangan.

e. Penerapan lebih mudah.

Potensi kegagalan prototype, yaitu :

a. Bersifat tergesa-gesa.

b. Berharap sesuatu yang tidak realistis dari sistem operasionalnya.

c. Prorotipe I tidak efisien terhadap sistem yang dikodekan dengan bahasa


pemrograman.

d. User interface tidak mencerminkan teknik perancangan yang baik.

Penerapannya mempunyai prospek yang baik, dengan karakteristik sebagai berikut :

a. Risiko tinggi

b. Pertimbangan interaksi pemakai

c. Jumlah pemakai banyak

d. Dibutuhkan penyelesaian yang cepat


e. Perkiraan tahap penggunaan sistem yang pendek

f. Sistem yang inovatif

g. Perilaku pemakai yang sukar ditebak.

6. Rapid Application Development

Pengembangan Aplikasi Cepat (rapid application development – RAD)

RAD merupakan seperangkat strategi, metodologi dan peralatan yang terintegrasi


dalam satu kerangka kerja menyeluruh (information engineering – IE).

Metodologi RAD akan memberi respon yang cepat terhadap kebutuhan pemakai,
tetapi dengan lingkup yang lebih luas.

Unsur-unsur penting RAD, yaitu :

a. Manajemen, harus mendukung RAD sepenuhnya dan menyediakan lingkungan


kerja yang membuat kegiatan tersebut sangat menyenangkan.

b. Manusia, dibentuk beberapa Tim yang terspesialisasi yang dikenal dengan istilah
SWAT (Skilled with advanced tools).

c. Metodologi, yaitu siklus hidup RAD yang terdiri dari perencanaan kebutuhan,
rancangan pemakai, konstruksi, dan cutover.

d. Peralatan, terdiri dari bahasa pemrograman generasi ke-4 dan peralatan CASE
(computer aided software engineering)

Kelebihan

a. Pengembangan yang cepat

b. Adanya prototype

c. Pengurangan penulisan kode yang kompleks, dikarenakan reuse code yang sudah
ada.

Kelemahan

a. Tidak relevan untuk proyek skala besar


b. Memerlukan komitmen yang kuat antara pengembang dengan consumer

c. Membutuhkan sumber daya yang besar untuk proyek skala besar

7. Agile Development

Model Agile merupakan model pengembangan jangka pendek yang memerlukan


adaptasi cepat dan pengembangan terhadap perubahan dalam bentuk apapun. Dalam
agile terdapat beberapa poin penting diantaranya sebagai berikut:

a. Interaksi antar personal lebih penting daripada proses dan alat.

b. Software yang berfungsi lebih penting daripada dokumentasi yang lengkap

c. Kolaborasi dengan klien lebih penting daripada negoisasi kontrak.

d. Sikap tanggap lebih penting daripada mengikuti rencana/plan.

Kelebihan

a. Functional dapat dibuat dengan cepat dan dilakukan testing

b. Perubahan dengan cepat ditangani

Kelemahan

a. Analisis, desain, dan pengembangan sulit diprediksi

b. Dapat memunculkan permasalahan dari arsitektur maupun desain.


C. Peran Auditor dan SDLC (Auditor Role and SDLC)

Terkadang suatu sistem dibagun tanpa prosedur yang baik dan tanpa dokumentasi
yang baik pula, sehingga dapat menimbulkan masalah bagi semuap pihak yang terkait,
termasuk para pengguna ataupun para auditornya. Mungkin saja suatu sistem didesain
tanpa mengindahkan accounting polices dan berakibat pada sistem yang menghasilkan
pembukuan yang tidak akurat. Kasus lain mungkin saja sistem akan memberi peluang
adanya kesalahan, penyalahgunaan ataupun kasus-kasus lainnya yang dapat terjadi.

Sebenarnya risiko tersebut dapat di hindari apabila sistem tersebut didesain dengan
prosedur dan didokumentasikan dengan baik. System reliability akan ditingkatkan
dengan mengindari hal-hal berikut:

1. Implementasi aplikasi yang tidak memiliki kontrol aplikasi yang memadai;

2. Pengembangan aplikasi yang tidak memenuhi tujuan manajemen atau tidak beroperasi
sesuai dengan spesifikasi asli;

3. Implementasi aplikasi yang belum diuji secara memadai; dan

4. Implementasi aplikasi yang rentan terhadap modifikasi yang tidak sah

Tingkat auditabilitas sistem dapat ditingkatkan dengan :

1. Standarisasi praktik dan prosedur pengembangan sistem aplikasi. Hal ini nantinya
tidak saja memudahkan auditor dalam mereview proses pengembangan sistem, tetapi
juga dalam memeriksa aspek teknis dalam sistem aplikasinya;
2. Dokumentasi yang memadai, karena akan tersedia audit trail dari proses
pengembangan stau pemeliharaan sistem aplikasi.
Tujuan dari kontrol pengembangan sistem dan aplikasi dan dokumentasinya adalah untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif (dalam hal ini baik, disiplin aturan, serta kegiatan
yang terdokumentasi) yang pada akhirnya akan menjamin keyakinan efektivitas dan
efisiensi sistem tersebut. ketersediaan dan dijalankannya dengan sungguh-sungguh
kontrol internal sistem merupakan salah satu bukti penting ketaatan (evidence of
compliance).
Peranan Auditor
Dari sudut pandanga audit, pengembangan dan dokumentasi sistem adalah penting
sekali untuk mendapatkan perhatian, ataupun perlunya mekanisme didalamnya, dan audit
diharapkan dapat menjaga compliance terhadap prosedur yang ada. Oleh karena itu
perusahaan perlu menetapkan standard metodologi dan dokumentasi yang baik dan
membangun ketaatan prosedur yang ada dari awal pelaksanaan. Sebab, akan lebih mudah
jika kesalahan dapat kita temukan lebih awal. Jika ternyata memang ada kelemahan
dalam sistem, mungkin perlu adanya penambahan pengendalian internal dalam sistem
aplikasi yang akan lebih baik juga dipersiapkan dari awal. Berdasarkan alasan tersebut
maka pada organisasi besar selalu didalam struktur systems development team disertakan
auditor atau quality assurance member. Keikutsertaan auditor ini penting dan merupakan
salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh auditor internal.
Pilihan antara dua pandangan bukan hanya pilihan pada waktu peninjauan auditor.
Dalam ulasan ex post, peran auditor pasif, review dari mereka dapat mengarah pada
perbaikan kontrol. Kemudian auditor aktif, mereka menjadi kontrol umum yang
berkontribusi pada operasi sistem yang andal. Kontribusi ini akan menjadi signifikan
khususnya ketika perusahaan tidak memiliki departemen audit internal yang sesuai,
sebaiknya menyertakan keterlibatan auditor dalam desain dan pengujian kontrol sebagai
kontrol pengembangan sistem yang direkomendasikan.

D. Evaluasi Pengembangan Aplikasi (Application Development Evaluation)


Kunci suskes dari sebuah implementasi membutuhkan pembuatan perencanaa yang
baik, rencana ini harus mencakup kerangka waktu beserta kerangka anggaran yang
nantinya akan menunjukkan seluruh aktivitas poko dalam rencana implementasi.
Rencana implementasi ini harus di monitor terus-menerus dan setiap terdapat
penyimpangan harus dilaporkan. Banyak aktivitas implementasi yang perlu dilakukan,
termasuk pelatihan personil, persiapan fisik, perancangan sistem terinsi, pengujian
program, pembuatan standar, dokumentasi, konversi data, dan peralihan sistem. Dan juga
sistem yang ada harsu dievaluasi untuk tujuan pengendalian yang berkelanjutan.
Aspek-aspek atau tahap yang perlu dievaluasi dari suatu kegiatan pengembangan
sistem antara lain:
1. Definisi masalah / peluang (problem / opportunity definition)
Suatu sistem secara luas penggunaannya dapat dikembangkan untuk membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi, atau menciptakan peluang yang dapat buat
dalam sebuah persaingan yang ada. Latar-belakang permasalahan dan peluang yang
digunakan untuk mengembangkan sistem informasi ini harus jelas dan dikonstruksi
dengan tepat. Identifikasi masalah dan peluang yang tepat dan fokus dapat mendorong
pengembangan sistem yang tepat sesuai dengan kebutuhan users nya.
2. Manajemen proses perubahan (management of the change process)
Salah satu ukuran dari keberhasilan teknologi informasi adalah manajemen perubahan
yang baik. Indikator dari poin ini misalnya adalanya terjadi perubahan (mungkin
implementasi TI berdampak pada cara kerja atau struktur organisasi) tidak
menimbulkan gejolak atau ketidakpuasan staf. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam manajemen perubahan, yaitu:
a. Unfreezing the organization; persiapan organisasi terhadap akan terjadinya
perubahan, sistem feedback kepada anggota organisasi atas sikap dan tingkah
lakunya, menggunakan teknik sebagai suatu pendidikan, berpartisipasi dalam
mengambil keputusan. Aktivitas-aktivitas ini membantu menghindari terjadinya
gangguan pada proses perubahan oleh para stakeholder.
b. Moving the organization; perubahan ke sisitem baru.
c. Refreezing the organization; membantu pengguna sistem untuk beradaptasi
dengan adanya aturan baru salah satu cara memberikan feedback yang baik
terhadap perubahan attitude dan behavior mereka.
3. Penialain kelayakan (entry the feasibility assessment)
Dalam tahap ini bertujuan untuk mendapatkan komitmen untuk melakukan perubahan
serta mengevaluasi apakah penyelesaian masalah dengan metode cost-effective dapat
membuat problem dan kesempatan teridentifikasi. Jika entry sukses maka desainer
dapat melanjutkan dengan studi awal untuk mengevaluasi feasibility dari sistem baru,
dengan beberapa kriteria seperti:
a. Technical feasibility; apakah feasibility yang ada mendukung proyek? Apakah
tekknologi ini sudah tersedia atau harus dikembangkan?
b. Operational feasibility; apakah data dapat dikumpulkan untuk menjalankan sistem
ini? Apakah output nya dapat digunakan?
c. Economic feasibility; apakah keuntungan dari sistem ini sesuai dengan biaya yang
sudah atau akan dikeluarkan?
d. Behavioral feasibility; apa pengaruh sistem tersebut pada kualitas user atau
kebiasaan kerja mereka?
4. Analisis sistem yang ada (analysis of the existing system)
Sistem yang baru diusulkan (proposed systems) umumnya menggantikan sistem yang
sudah ada (current / existing systems). Seorang desainer harus mengerti tentang sistem
yang ada sekarang bila desainer itu ingin mengusulkan sistem baru yang akan
meningkatkan high-quality work. Analisis terhadap sistem yang sedang berjalan
biasanya menggunakan dua pendekatan, yaitu: studying the existing organizational
history, structure and culture, and studying the existing product and information
flows.
5. Perumusan pesyaratan strategis (formulation of strategic requirements)
Formulasi tujuan atau alasan mengapa dikembangkan sistem dan kaitannya dengan
manfaat jangka pendek maupun jangka panjang. Tujuan harus dirumuskan secara
jelas. Pencapaian strategic suatu sistem harus disiapkan, mungkin dalam batasan yang
tidak begitu jelas (seperti meningkatkan assets shareholders) atau sangat spesifik
(mengurangi tingkat keluar masuk karyawan pada bagian penjualan sebesar 30%).
6. Desain organisasi dan pekerjaan (organizational and job design)
Pada bebara kasus, pencapaian tujuan strategis dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan struktur organisasi dan tugas pada organisasi tersebut. Perubahan yang
terjadinya misalnya organisasi menjadi semakin ramping, atau perlu adanya jabatan
CIO.
7. Desain sistem pemrosesan informasi (information processing systems design)
Suatu sistem aplikasi dirancang oleh tim aplikasi yang disebut developer. Jika auditor
ikut berpartisipasi dalam proses pengembangan sistem (sebagai quality assurance)
maka tahap ini merupakan tahap yang penting bagi keterlibatan mereka. Dari sisi
efektivitas sistem, maka QA harus mengajukan pertimbangan apakah desain yang
dibuat telah memenuhi kebutuhan seperti yang diinginkan para stakeholders.
Dari sisi efisiensi sistem, QA harus dapat menilai tingkat penugasan sumber daya
yang paling masuk akal untuk menjalankan sistem tersebut. ketika melakukan
evaluasi terhadap tahap ini, apapun tingkat keterlibatan QA maka QA harus menguji
enam efektivitas berikut:
a. Elicitation (mendapatkan) of detailed requirements;
b. Design of the data / information flow;
c. Design of the database;
d. Design of the user interface;
e. Physical design;
f. Design and acquisition of the hardware / system software platform.
8. Akuisisi dan pengembangan perangkat lunak aplikasi (application software
acquisition and development)
Untuk dapat memenuhi kebutuhan sistem informasi suatu organisasi, pilihannya
adalah membeli software yang sudah tersedia di pasaran yang dilihat dapat memenuhi
kebutuhan organisasi, atau merancang software sendiri. Software umum yang tersedia
mungkin dapat dibeli untuk digunakan pada organisasi kita, tetapi bila tidak ada
software yang dapat memenuhi kebutuhan aplikasi sistem baru, maka perlu
dikembangkan sendiri. Mengembangkan sistem ini mungkin organisasi memerlukan
kebutuhan yang spesifik dalam sistemnya, dalam hal ini organisasi dapat membangun
sendiri staf TI (in house developed) atau dengan software house outsource. Dalam
tahap tersebut, auditor sebaiknya terlibat, sebagai contoh auditor harus memasukkan
beberapa modul audit pada sistem sehingga sistem tersebut dapat dimonitor terus
menerus.
9. Akuisisi perangkat keras / perangkat lunak sistem (hardware / system software
acquisition)
Jika suatu hardware atau software baru harus dibeli untuk menunjang sistem yang
baru, maka diperlukan suatu proposa pembelian (procurement). Supplier harus
dikumpulkan dan dievaluasi sebelum ditentukan siapa rekanan/vendor yang cocok.
Auditor terlibat pada tahap ini dengan tujuan untuk melihat kepatuhan dari supplier,
seperti berapa lama supplier menanggapi keluhan yang disampaikan oleh pemakai.
10. Pengembangan prosedur (procedures development)
Selama tahap ini, desainer menetapkan aktifitas yang harus dilakukan user untuk
menunjang operasional sistem dan untuk memperoleh output yang dapat digunakan
secara optimal. Penegmbangan prosedur melibatkan: (a) design of procedures; (b)
testing procedures; (c) implementation procedures; and (d) documentation
procedures. Auditor harus memperhatikan beberapa hal pada tahap ini, seperti:
a. Auditor harus memperhatikan kualitas dari prosedur yang didesain,
b. Jika sistem tersebut mempunyai pengaruh behavioral, maka auditor harus
melakukan pengecekan untuk melihat apakah prosedur yang didesain telah
memasukan semua hal penting bagi stakeholders,
c. Melakukan evaluasi pendekatan yang digunakan, dan
d. Melakukan evaluasi kualitas sistem dan dokumentasi.
11. Ujian penerimaan (acceptance testing)
Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasikan seberapa jauh kesiapan sistem, dan
adakah kesalahan yang berpengaruh terhadap penggunaan sistem ini. Kesalahan dapat
terjadi antara lain pada sistem software support, user interface, procedure manual, job
design, desain struktur organisasi, dan sebagainya. Tahap ini melengkapi semua tes
yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu program testing, run-stream test, system test,
user testing, quality assurance testing. Auditor harus mencari jawaban dari
pertanyaan dibawah ini dalam tahap ini:
a. Bagaimana proses testing direncanakan?
b. Bagaimana proses desain dan pengembangan tes data?
c. Metode apa saja yang digunakan, dan apa hasil tes yang diperoleh?
d. Apa tindakan yang akan dilakukan jika terdapat kekurangan sebagai hasil tes?
e. Apa perubahan tes data yang telah dilakukan berdasarkan pengalaman
penggunaan metode tes tersebut?
f. Bagaimana kontrol yang dilakukan terhadap tes data dan proses tes dilakukan?
12. Konversi (conversion)
Terdiri dari aktivitas yang diambil untuk mengoperasikan sistem ini, pada beberapa
kasus harus dilakukan masa transisi antara sistem yang sedang berjalan dengan sistem
baru. Konversi dari sistem lama ke sistem baru dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu:
a. Sistem yang lama diberhentikan dan langsung diganti dengan sistem yang baru,
b. Sistem lama dan baru dijalankan bersamaan pada periode tertentu, tetapi dengan
fungsi yang berbeda dan user menggunakan output kedua sistem tersebut,
c. Sistem lama dan baru dijalankan bersamaan untuk semua fungsi dan output sistem
lama maupun sistem yang baru digunakan bersama-sama.

Perubahan ini melibatkan empat kegiatan penting, yaitu personnel training,


installation of the new hardware and software, concersion of files and programs,
scheduling of operations test running. Auditor biasanya memperhatikan beberapa
aspek, seperti:

a. Jika sering terjadi gangguan maka asset safeguarding, data integrity, systems
effectiveness dan systems efficiency beresiko tinggi.
b. Proses konversi dapat merupakan waktu bagi timbulnya pertentangan dan user
menjadi kecewa dengan sistem ini.
c. Terkadang pertukaran haeus dilakukan antara data integrity yang diambil pada
sistem baru dan kebutuhan untuk menjalankan sistem baru.
d. Perencanaan aktivitas yang baik harus dilakukan selama tahap konversi.
13. Operasional dan pemeliharaan (operational and maintenance)
Pada tahap ini, sistem yang dijalankan secara oprasional, secara periodeik mungkin
perlu dilakukan modofikasi terhadap sistem untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Evaluasi akan menunjukkan apakah sistem masih harus disesuaikan atau di update.
Terdapat tiga tipe perubahan yang dapat dilakukan pada sistem ini, yaitu:
a. Repair maintenance; merupakan perawatan yang bersifat perbaikan atas kesalahan
sistem yang bersifat minor, contohnya kesalahan logic.
b. Adaptive maintenance; merupakan perawatan yang bersifat penyesuaian atas suatu
fungsi sistem yang perlu di perbaharui, misalnya perubahan pada lingkungan user
mungkin memerlukan sedikit modofikasi sistem.
c. Perfective maintenance; merupakan perawatan yang bersifat pengembangan,
penyempurnaan atau perubahan sistem yang bersifat minor, artinya tidak
memerlukan dokumen input baru, dan sebagainya. Perubahan dilakukan untuk
efisiensi proses dapat lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Gondodiyoto, S. 2007. Audit Sistem Informasi + Pendekatan CobIT. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
McLeod, Raymond, Management Information System, 7th ed., Prentice Hall, New Jersey,
1998.
McNurlin, Barbara C,; Sparague, Ralph H Jr., Information Systems Management in Practice,
4th ed., Prentice Hall, New Jersey, 1998.
https://medium.com/@purwanto.dev/metodologi-system-development-life-cycle-sdlc-
2f0349df1364 diakses tanggal 13 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai