Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA POLA PENGASUHAN ORANGTUA TERHADAP

PERILAKU ANAK

Sumayyah
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah malang
Sumayyahbinsyef30@gmail.com
Abstrak

Orangtua merupakan sosok yang paling dekat dengan kehidupan seorang anak, tak jarang
perilaku anak terbentuk karena adanya observasi dan modeling terhadap orangtuanya.Pola
pengasuhan yang orangtua terapkan dapat mempengaruhi perilaku anak. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara pola asuh pengasuhan orangtua terhadap perilaku anak.
Subjek penelitian ini adalah anak awal (umur 2-5) atau anak tengah (umur 6-12) dengan teknik
random sampling. Metode pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah rating
scale pola pengasuhan orangtua dan perilaku anak. Metode analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson yang dibantu oleh
Program SPPS.

Kata kunci: pola asuh pengasuhan orangtua, perilaku anak

Latar Belakang Penelitian

Orangtua merupakan sosok yang paling dekat dengan kehidupan seorang anak, tak jarang
perilaku anak terbentuk karena adanya observasi dan modeling terhadap orangtuanya. Sesuai
dengan teori Kognisi Albert Bandura yang mengemukakan bahwa “manusia cukup fleksibel
dalam mempelajari berbagai sikap, kemampuan, dan perilaku, serta cukup banyak pembelajaran
yang merupakan hasil dari pengalaman tidak langsung” (Feist and Feist, 2018).

Pola asuh yang salah akan berakibat pada kepribadian anak kedepannya. Salah contoh kasus
dalam Jurnal Psikologi Indonesia (Hidayati, 2014) di wilayah gugus IV Kecamatan Merakurak
Kabupaten Tuban dijumpai orangtua yang memaksakan kehendak pada anak. Pada acara
perpisahan sekolah, anak ingin mengikuti pementasan drama tetapi orang tua memaksakan
anaknya untuk tampil menari. Hasilnya anak menari dengan menggantungkan gerakan pada
teman karena tidak mampu menyesuaikan gerakan dengan irana dan tidak menjiwai
penampilannya.

Dari kasus di atas dapat dilihat bahwa pola asuh yang diterapkan orangtua tersebut adalah pola
asuh otoriter. Menurut Santrock (2012) anak-anak dari orangtua otoriter sering tidak bahagia,
takut dan ingin membandingkan dirinya dengan orang lain, memiliki komunikasi yang lemah
serta berperilaku agresif (Hidayati, 2014). Oleh karenanya pola asuh orangtua sangat
berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak, tidak hanya perilakunya tapi juga emosinya.

Dalam Psikologi Terdapat 4 macam pola pengasuhan orangtua menurut Baumrind yaitu pola
asuh otoritatif yaitu pola asuh dengan mendorong anak untuk mandiri namun tetap ada batasan
dalam semua tindakan anak, otoritarian yaitu pola asuh dengan mendesak anak agar mengikuti
pengarahan dari orangtua mereka, neglectful parenting yaitu pola asuh dimana orangtua sangat
tidak terlibat dalam kehidupan anak, dan indulgent parenting yaitu pola asuh dimana orangtua
sangat terlibat dengan kehidupan anak namun kurang memberikan tuntutan kepada anak
(Santrock, 2012). Oleh karenanya pola asuh yang berbeda-beda tersebut akan berhubungan
dengan perilaku yang berbeda-beda pula pada anak.

Pola Asuh
Pengertian Pola Asuh
Pola Asuh (Parenting Style) merupakan pola perilaku umum yang digunakan orangtua dalam
mengasuh anak-anaknya (Ormrod,2008). Pola asuh (parenting style) yang berbeda-beda
berhubungan dengan perilaku dan trait kepribadian yang berbeda-beda pada anak
(Baumrind,1971,1989,1991; Maccoby & Martin, 1983 dalam Ormrod 2008). Diana Baumrind
(1971) berkeyakinan bahwa orang tua seharusnya tidak menghukum atau bersikap dingin kepada
anak-anaknya, orang tua seharusnya mengembangkan aturan-aturan dan bersikap hangat kepada
anak-anaknya (Santrock, 2012).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh merupakan cara atau suatu
perilaku dalam mengasuh anak.

Dimensi Pola Asuh


Dalam Santrock (2012) Baumrind mendeskripsikan 4 tipe gaya pengasuhan, yaitu :
1. Pengasuhan Otoritarian (Authoritarian Parenting) adalah gaya yang
bersifat membatasi dan menghukum, dimana orang tua mendesak anaknya
agar mematuhi orang tua serta menghormati usaha dan jerih payah mereka.
Sebagai contoh, orang tua otoritarian mungkin mengatakan, “Lakukan sesuai
perintahku atau tidak sama sekali”. Orang tua otoritarian juga mungkin
memukul anak, menetapkan aturan-aturan secara kaku tanpa memberikan
penjelasan, dan menunjukkan kemarahan terhadap anak. Anak-anak dari
orang tua otoritarian sering kali tidak bahagia, takut, dan cemas ketika
membandingkan dirinya dengan orang lain, tidak memiliki inisiatif, dan
memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
2. Pengasuhan otoritatif (Authoritative Parenting) adalah Gaya pengasuhan
yang mendorong anak-anak untuk mandiri namun masih tetap memberi
batasan dan terhadap tindakan-tindakan mereka. Mereka masih mengijinkan
musyawarah verbal; mereka juga hangat dan mengasuh anaknya. Orang tua
autoritatif diasosisasikan dengan anak-anak yang secara sosial kompeten.
Orang tua yang otoritatif akan merasa sangat senang dan juga tidak segan-
segan memberikan dukungan pada anaknya sebagai respons terhadap tingkah
laku konstuktif. Dimana anak dengan orang tua otoritatif sering kali terlihat
riang-gembira, memiliki kendali diri dan percaya diri, serta berorientasi pada
prestasi; mereka cenderung mempertahankan relasi yang bersahabat dengan
kawan-kawan sebaya, kooperatif dengan orang dewasa, dan mampu mengatasi
stres dengan baik, mereka akan membuat tingkah laku anaknya menjadi
matang, mandiri, dan sesuai usia anak-anaknya.
3. Pengasuhan yang melalaikan (Neglectful Parenting) adalah Gaya
pengasuhan dimana orang tua sangat tidak terlibat didalam kehidupan anak;
pengasuhan ini diasosiasikan dengan anak-anak yang secara sosial tidak
kompeten,khususnya dalam hal kurangnya kendali diri. Pengabaian dan
penganiayaan yang dilakukan orang tua sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pribadi dan sosial anak (Ormrod,2008). Pada umumnya, anak
yang sering mengalami pengabaian akan memiliki sifat yang rendah diri,
kurang mengembangkan keterampilan sosial yang dimiliki, dan prestasi
sekolah yang dibawah rata-rata.
4. Pengasuhan yang memanjakan (Indulgent Parenting) adalah gaya dimana
orang tua sangat terlibat dengan anak-anaknya namun kurang memberikan
tuntutan atau kendali terhadap mereka. Hasilnya adalah anak-anak yang tidak
pernah belajar mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu berharap
kemauan mereka dituruti. Orang tua pada teori ini memang sengaja mengasuh
anak-anaknya seperti ini karena mereka berkeyakinan bahwa akan
memghasilkan anak yang kreatif dan percaya diri. Meskipun demikian, anak-
anak dari orang tua yang memanjakan, jarang belajar menghormati orang lain
dan kesulitan mengendalikan perilakunya. Mereka mungkin mendominasi,
egosentris, tidak patuh, dan kesulitan dalam relasi dengan kawan sebaya.

Faktor Penyebab Pola Asuh


1. Kontrol dan Pemantauan
Menurut Baldwin (Lestari, 2012) kontrol diartikan sebagai penekanan
terhadap adanya batasan – batasan terhadap perilaku yang disampai secara
jelas pada anak. Kontrol pada dasarnya dibedakan menjadi 2 yaitu, kontrol
yang jelas adalah dilakukan melalui pemberian hukuman dan kontrol tersamar
adalah kontrol yang dilakukan melalui pemberian pujian serta hadiah.
Pemantauan merupakan salah satu cara orang tua untuk mengembangkan
kontrol pada anak seperti memantau keberadaan anak, aktivitas yang
dilakukannya dan teman – temannya.
2. Dukungan dan Keterlibatan
Dukungan orang tua adalah interaksi yang dikembangkan oleh orang tua
dicirikan oleh perawatan, kehangatan, persetujuan, dan berbagai perasaan
positif orang tua terhadap anak. Dukungan orang tua terbukti berdampak
positif pada harga diri, penurunan perilaku agresi, kepuasan hidup, dan
pencapaian prestasi akademik (Lestari, 2012)
Keterlibatan orangtua merupakan derajat yang ditunjukkan orangtua dalam hal
ketertarikan, berpengetahuan dan kesediaan untuk berperan aktif dalam
aktifitas anak sehari – hari (Wong, 2008 dalam Lestari, 2012)
3. Komunikasi
Hasil penelitian menegaskan bahwa komunikas orangtua–anak dapat
mempengaruhi fungsi keluarga secara keseluruhan dan kesejahteraan
psikososial pada diri anak (Shek, 2000 dalam Lestari, 2012). Komunikas
orangtua–anak sangat penting dilakukan agar orangtua mampu melakukan
pengontrolan, pemantauan serta dukungan pada anak.
4. Kedekatan
Kehangatan merupakan salah satu dimensi dalam pengasuhan yang memberi
pengaruh positif bagi perkembangan. Kedektan adalah aspek penting dalam
kehangatan yang memprediksikan kekuasaan pengasuhan dan keterlibatan
anak dalam aktifitas keluarga (Paulson, Hill & Holmbeck, 1991 dalam
Lestari).
5. Pendisiplinan
Pendisiplinan merupakan salah satu bentuk dari upaya orangtua untuk
melakukan kontrol terhadap anak (Lestari, 2012). Tujuan pendisiplinan ini
yaitu agar anak menaati peraturan, menguasai suatu kompetensi, melakukan
pengaturan diri dan mengurangi perilaku – perilaku negatif.

Anak
Pengertian Anak
Anak adalah amanah Allah kepada setiap orangtua serta pada anak lah digantungkan harapan
akan masa depan suatu bangsa sehingga berbagai cara dilakukan orangtua untuk mempersiapkan
masa depan untuk anaknya (Hidayati, 2014).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan anak adalah darah daging dari orangtua itu
sendiri yang dirawat agar menjadi yang terbaik bagi masa depannya.
Hubungan Antara Pola Pengasuhan Orangtua dengan Perilaku Anak

Pola asuh keluarga sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Setiap keluarga biasanya
memiliki pola asuh terhadap anak yang berbedabeda. Pola asuh juga berpengaruh terhadap
keberhasilan keluarga dalam mentransfer dan menanamkan nilai-nilai agama, kebaikan dan norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat. Keutuhan orang tua dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan
dalam membantu anak untuk membangun kepercayaan terhadap kedua orang tuanya, yang merupakan
unsur esensial dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar keterampilan
sosial anak, Orang tua sekarang cenderung hanya memberikan kebutuhan materi kepada anaknya
sehingga mereka menjadi pribadi yang tidak lengkap (Shochib, 2010:8).
Secara garis besar pola asuh orang tua dibedakan atas 3 jenis yaitu otoriter, demokratis dan permisif.
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang selalu menuntut dan mengendalikan semata-mata karena
kekuasaan, tanpa kehangatan, bimbingan, dan komunikasi dua arah, mengendalikan dan menilai
perilaku anak dengan standar mutlak. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang menerima dan
melibatkan anak sepenuhnya. Orang tua tipe ini memiliki tingkat pengendalian yang tinggi dan
mengharuskan anak-anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan sosial sesuai dengan usia dan
kemampuan mereka. Akan tetapi, mereka tetap memberi kehangatan, bimbingan dan komunikasi dua
arah.
Mereka memberikan penjelasan dan alasan atas hukuman dan larangan, pola asuh permisif adalah pola
asuh yang selalu menerima, responsif, sedikit memberikan tuntutan pada anakanaknya dan orang tua
serba membolehkan apa saja yang dilakukan oleh anak (Hurlock, 1997: 93). Dalam pelaksanaannya
tentunya setiap jenis pola asuh ini, mempunyai dampak yang berbeda terhadap kepribadian dan
perilaku anak.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan atau pola asuh mempengaruhi
perilaku anak dan aktivitas anak.

2.5. Kerangka Pemikiran

Pola Pengasuhan

1. Otoritarian
2. Otoritatif
3. Neglectful Parenting
4. Indulgent Parenting

Perilaku Anak

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah: “Ada hubungan antara pola pengasuhan orangtua
dengan perilaku anak ”. Artinya semakin orangtua mengerti pola pengasuhan yang baik maka
perilaku anak akan baik.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional.

Variabel dan Definisi Operasional


Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perilaku anak.
Pola Asuh (Parenting Style) merupakan pola perilaku umum yang digunakan orangtua
dalam mengasuh anak-anaknya (Ormrod,2008). Pola asuh (parenting style) yang berbeda-beda
berhubungan dengan perilaku dan trait kepribadian yang berbeda-beda pada anak
(Baumrind,1971,1989,1991; Maccoby & Martin, 1983 dalam Ormrod 2008). Diana Baumrind
(1971) berkeyakinan bahwa orang tua seharusnya tidak menghukum atau bersikap dingin kepada
anak-anaknya, orang tua seharusnya mengembangkan aturan-aturan dan bersikap hangat kepada
anak-anaknya (Santrock, 2012).
Anak adalah amanah Allah kepada setiap orangtua serta pada anak lah digantungkan
harapan akan masa depan suatu bangsa sehingga berbagai cara dilakukan orangtua untuk
mempersiapkan masa depan untuk anaknya (Hidayati, 2014).

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi pada penelitian ini adalah anak awal (umur 2-5) atau anak tengah (umur 6-12)
dengan orang tua dengan status sebagai Bapak Kandung dan atau Ibu kandung . Sedangkan
sampel pada penelitian ini yang diambil dengan teknik random sampling.
Instrumen Penelitian
Metode pengumpul data pada penelitian ini adalah dengan menggeunakan rating scale

Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penyusunan Proposal.
Penelitian ini diawali dengan menyusun proposal penelitian. Peneliti melakukan Melakukan
analisis permasalahan yang urgent untuk diselesaikan, menentukan variabel penelitian,
melakukan kajian teori, serta merumuskan hipotesis penelitian.
2. Adaptasi Rating Scale Penelitian
Setelah variabel ditentukan dan dilakukan kajian teori, peneliti memilih rating scale sebagai
alat ukur
3. Uji Coba Instrumen Penelitian
Setelah rating scale dilakukan maka akan dilakukan dengan perhitungan dengan angka yang
telah ditentukan.
4. Melakukan Penelitian
Penelitian (rating scale) dilakukan secara randomisasi. Analisis Data Penelitian
Setelah data terkumpul akan dilakukan perhitungan, scoring dengan SPSS kemudian
dilakukan analisis.

Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode korelasi Product
Moment dari Karl Pearson. Metode ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara pola
pengasuhan dengan belanja kompulsif pakaian. Analisis data pada penelitian ini dilakukan
dengan bantuan program SPSS.

3.7. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan rumah suatu keluarga yang dilakukan pada tanggal 2 Januari hingga
14 Februari 2019

DAFTAR PUSTAKA
Feist, Jess dan Feist Gregory J. 2013. Teori Kepribadian : Theories of Personality, edisi ke-
8, buku 2. Jakarta : Salemba Humanika.
Hidayati, Nur Istiqomah. 2014. Pola Asuh Otoriter Orang Tua, Kecerdasan Emosi, dan
Kemandirian Anak SD. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 03. No. 01. Hh 1-8.
Ni’matuzahroh dan Susanti Prasetyaningrum. 2014. Observasi dalam Psikologi. Malang :
UMM Press.
Ningrum, Wulan Ratna. 2016. Pengaruh Peranan dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Hasil
Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Bogor Barat. Jurnal
Pendidikan. Vol. 17. No. 02. Hh 129-137
Nuperawati, Trika, Yufiarti & M. Syarief Sumantri. 2018. Hubungan antara Persepsi Siswa
tentang Pola Asuh Orang Tua dan Regulasi Diri dengan Keterampilan Sosial. Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini. Vol. 02. No. 01. Hh 27-36.
Ormrod, Jeane.E. 2008. Psikologi Pendidikan : Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang.
Jakarta: Erlangga.
Santrock, J.W. 2012. Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup, edisi ke-13,
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Vernanda Ririk Dwi Kristiani, Ria Novianti, Febrialismanto. 2014. Hubungan Pola Asuh
Orang Tua Dengan Perilaku Agresif Anak Usia 3-4 Tahun Di Kelompok Bermain Sayang
Bunda Desa Sri Gading Kecamatan Lubuk Dalam Kabupaten Siak. Jurnal Online
Mahasiswa. Vol. 01. No. 02.

Anda mungkin juga menyukai