Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid merupakan kata benda yang
berarti keesaan Allah, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Perkataan tauhid berasal dari
bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada ( )وحدYuwahhidu ( )يوحدTauhidan (توحدا. )
Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa Allah SWT
adalah Esa, Tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam
bahasa Indonesia, yaitu “keesaan Allah”; mentauhidkan berarti “mengakui akan keesaan Allah
mengeesakan Allah”. Seperti halnya yang telah dijelaskan secara tegas dalam Qs Al-ikjlas 1-4
sebagai berikut :
ص َم د ُ ل َ ْم ي َ ل ِ د ْ َو ل َ ْم ي ُو ل َ د ْ َو ل َ ْم ي َ ك ُ ْن ل َ ه ُ ك ُ ف ُ ًو ا أ َ َح د َ َ ق ُ ْل ه ُ َو َّللاه ُ أ
ح د َّللاه ُ ال ه
Artinya: “Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (QS. Al-Ikhlas 1-4)
Sedangkan secara terminologis, menurut Syeikh Muhammad Abduh tauhid ialah : suatu
ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang
boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan pada-
Nya.Juga membahas tentang rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh
dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada
diri mereka.
Demikianlah bahwa Allah yang menguasai alam semesta ini, sudah pasti Dia Maha Esa,
artinya tunggal , hanya satu tidak lebih. Jika sekiranya ada penguasa selainny, niscaya akan timbul
perselisihan yang membawa kerusakan dan kehancuran.
Sedangkan untuk nama-namanya sendiri ilmu tauhid mempunyai banyak nama antara lain:
1. Ilmu tauhid
Artinya Tauhid ialah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (Meng-Esakan Allah) dan tidak
ada sekutunya. Dinamakan ilmu tauhid karenatujuannya ialah menetapkan ke Esaan Allah
dalam zat dan perbuatanNya dalam menjadikan alam semesta dan hanya Allah- lah yang
menjadi tempattujuan terakhir alam ini.
2. Ilmu Aqa’id atau Aqa’idul iman
Aqa’id adalah ilmu ikatan kepercayaan, karena dalam pengetahuan ini ada pasal-pasal yang
harus diikat, dibuhulkan dalam hati erat-erat , yang harus menjadi kepercayaan yang teguh.
3. Ilmu Kalam
Ilmu kalam artinya ilmu pembicaraan, karena membicarakan pengetahuan-pengetahuan
akan menjadi jelas, dan dengan pembicaraan yang tepat menurut undang-undang berarti
membicarakan kepercayaan yang benar dan dapat ditanamkan dalam hati manusia Disebut
ilmu kalam sebab dalam ilmu tauhid pembahasannya yang paling berat. dan paling banyak
menjadi bahan diskusi dan musyawarah ialah sifat Kalam pada Allah SWT.
4. Ilmu Ushuluddin
Ilmu ushuluddin ialah yang membahas pokok-pokok agama. Dinamakan demikian karena
memang soal kepercayaan itu betul-betul menjadi dasar pokok dari pada soal-soal yang lain
dalam agama.
5. Ilmu Hakikat
Ilmu Hakikat berarti ilmu sejati, karena ilmu ini menjelaskan hakikat segala sesuatu ,
sehingga dapat menyakini kepercayaan yang benar (hakiki)
6. Ilmu Ma’rifat
Disebut ilmu Ma’rifat karena dengan pengetahuan ini dapat mengetahui benar-benar akan
Allah dan segala sifat-sifatNya dan dengan keyakinan yang teguh.
Untuk pembagiannya sendiri tauhid dibagi menjadi tiga bagian yaitu tauhid rububiyah,
uluhiyah, dan asma wa sifat. Dalam pembahasan kita kali ini hanya akan membahas dua saja
yaitu Rububiyah dan Uluhiyah.
1. Tauhid Rububiyah
Pengertian tauhid rububiyah adalah mengesakan Allah dalam segala perbuatan-
Nya, dengan keyakinan bahwa Dialah satu-satunya Pencipta, Penguasa, Pengatur segala
urusan alam semesta. Dalam terminologi syari'at Islam, istilah tauhid rububiyyah berarti:
“percaya bahwa hanya allah-lah satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya
yang dengan takdirnya-Nya ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam
dengan sunnah-sunnah-Nya”. Allah adalah pemelihara makhluk, para rasul dan wali-
wali-Nya dengan segala spesifikasi yang telah diberikannya kepada mereka. Rezeki-Nya
meliputi semua hamba-Nya. Dialah penolong rasul-rasul-Nya dan wali-wali-Nya,
pemilik bagi semua makhluk-Nya, yang senantiasa memperbaiki keadaan mereka
dengan pilar-pilar kehidupan yang telah diberikannya kepada mereka, tuhan kepada
siapa derajat tertinggi dan kekuasaan itu berhenti, serta wali atau pelindung yang tak
terkalahkan yang mengendalikan urusan para wali dan rasul-Nya.
Tauhid rububiyah mencakup dimensi-dimensi keimanan berikut ini:
a. Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah yang bersifat umum. Misalnya,
menciptakan, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, menguasai.
b. Beriman kepada takdir Allah.
c. Beriman kepada zat Allah.
ُ ّ …ه َُوُ َ ّاَّليُ َخلَ َُقُلَ ُْكُ َماُ ّ ُفُ ْ َاْل ْر
ضُ َ َّجي ًعا
Artinya: “Dia-lah Allah yang menjadikan segla yang ada di bumi untuk kamu.”
(QS. al-Baqarah: 29)
Dalam bagian tauhid yang satu ini, seluruh manusia dari anak cucu Adam, tidak
ada yang mengingkarinya kecuali hanya sebagian kecil dan sangat jarang. Bahkan hati
manusia telah diberikan fitrah agar mengakui dan meyakini (bahwa Dia-lah Tuhan
sekalian alam) melebihi keyakinannya kepada selain-Nya (yang ada di dalam alam
semesta ini).
Akan tetapi bagian tauhid ini belum memadai atau mencukupi untuk menjadikan
seseorang sebagai orang yang bertauhid di hadapan Tuhannya, kecuali setelah Allah
memberikannya hidayah kepada dua bagian tauhid lainnya, yaitu tauhid uluhiyah dan
tauhid asma` wa shifat (nama-nama dan sifat-sifat-Nya). Hal ini dikarenakan Allah
subhanahu wa ta'ala telah mengabarkan kepada manusia melalui kitab-Nya, bahwa kaum
musyrikin juga mengakui dan meyakini bagian tauhid rububiyah ini. Akan tetapi,
keyakinan dan pengakuan mereka tersebut sama sekali tidak bermanfaat bagi mereka,
dikarenakan mereka belum mengesakan Allah dalam ibadah, (yaitu pengertian dari
tauhid Uluhiyah).
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, ''Kalaulah bagian tauhid ini (tauhid
rububiyah) dapat menyelamatkan manusia dengan sendirinya, maka akan selamat
pulalah kaum musyrikin. Oleh karena itu, tauhid uluhiyahlah yang menjadi pembeda dan
pemisah antara kaum musyrikin dan kaum muwwahhidin (kaum yang bertauhid)''
[Madaarijus Salikiin (1/324)].
2. Tauhid Uluhiyah
Pengertian tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah,
maka tidak boleh (haram) seorang hamba mendirikan shalat, berdoa, berkorban
(menyembelih hewan) kecuali hanya untuk Allah, dan tidak pula thawaf kecuali di
rumah-Nya (ka`bah), dan tidak pula ber-istighatsah kepada orang yang telah meninggal
(mayat) dan kepada sesuatu yang gha'ib, dan tidak pula bertawakkal kecuali hanya
kepada Sang Pemilik segala urusan dan ciptaan, Zat yang mempunyai sifat uluhiyah,
yaitu (sifat yang merupakan bagian dari) sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang tidak
dimiliki oleh selain-Nya.
Oleh karena itu, tidak boleh (haram) bagi seorang hamba menyerahkan apapun dari
jenis ibadahnya kepada selain Allah. Hanya Allah yang berhak memiliki (ibadah hamba-
Nya), adapun selain-Nya (maka tidak berhak sedikitpun). Dan bagian tauhid ini pula
yang menjadi misi dakwah semua rasul Allah, Allah berfirman dalam QS. An-Nahl:36
dan QS. Az-Zumar:11 sebagai berikut:
ي ي ي ي يي َّ
ۖ اًن
س ا َ ْل تَ عَ ا لَ ْوا أَتْلُ مَ ا َح َّرمَ َربُّكُ ْم عَ لَيْ كُ ْم ۖ أًَل تُ ْش رُك وا ب ه َش يْ ئاا ۖ َوِب لْ َوال َد يْ ين إ ْح
ي ٍ ي
َ َوًَل تَ ْق تُ لُوا أ َْوًَل دَ ُك ْم م ْن إي ْم ََل ق ۖ ََنْ ُن نَ ْر ُزقُ ُك ْم َوإي ََّي ُه ْم ۖ َوًَل تَ ْق َربُوا ا لْفَ َواح
ش مَ ا