Anda di halaman 1dari 9

SUKU JAWA

1. Jawa Timur (disingkat Jatim) adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau
Jawa, Indonesia. Ibu kotanya terletak di Surabaya. Luas wilayahnya 47.922 km², dan
jumlah penduduknya 42.030.633 jiwa (sensus 2017). Jawa Timur memiliki wilayah
terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak
kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di
utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat.
Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean serta
sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa (Kepulauan Masalembu), dan Samudera
Hindia (Pulau Sempu, dan Nusa Barung). Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan
Timur Indonesia, dan memiliki signifikansi perekonomian yang cukup tinggi, yakni
berkontribusi 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto nasional. Budaya Jawa adalah
budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa khususnya di Jawa
Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat dibagi menjadi 3
yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY dan budaya Jawa Timur. Budaya
Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan sehari
hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya Jawa selain
terdapat di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan orang
Jawa yaitu di Jakarta, Sumatera dan Suriname. Bahkan budaya Jawa termasuk salah satu
budaya di Indonesia yang paling banyak diminati di luar negeri. Beberapa budaya Jawa
yang diminati di luar negeri adalah Wayang Kulit, Keris, Batik dan Gamelan.
Di Malaysia dan Filipina dikenal istilah keris karena pengaruh Majapahit. LSM Kampung
Halaman dari Yogyakarta yang menggunakan wayang remaja adalah LSM Asia pertama
yang menerima penghargaan seni dari AS tahun 2011. Gamelan Jawa menjadi pelajaran
wajib di Amerika Serikat, Singapura dan Selandia Baru. Gamelan Jawa rutin digelar di
AS-Eropa atas permintaan warga AS-Eropa. Sastra Jawa Negarakretagama menjadi satu
satunya karya sastra Indonesia yang diakui UNESCO sebagai Memori Dunia. Menurut
Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N. Miksic
jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang
dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni.
Budaya Jawa termasuk unik karena membagi tingkat bahasa Jawa menjadi beberapa
tingkat yaitu Ngoko, Madya Krama.

2. BAHASA DAERAH

Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa dalam bertutur
sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada
awal dasawarsa 1990-an, kurang lebih hanya 42% orang Jawa yang menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 28% menggunakan bahasa Jawa dan
Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja. Bahasa
Jawa memiliki aturan perbedaan kosakata dan intonasi berdasarkan hubungan antara
pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini
memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa
biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat. Bahasa Daerah Jawa Timur
Lengkap Penjelasannya - Bahasa Jawa dan Madura merupakan bahasa yang paling
banyak digunakan masyarakat Jawa Timur. Bahasa Jawa di Jawa Timur bukan
merupakan bahasa Jawa baku karena dalam pergaulan sehari-hari umumnya
menggunakan bahasa Jawa kasar (ngoko). Sedangkan masyarakat yang berbatasan
dengan Jawa Tengah lebih halus dan mengenal tingkatan seperti di Jawa Tengah. Bahasa
pergaulan sehari-hari penduduk Malang adalah bahasa Jawa dialek Jawa Timuran dan
bahasa Madura. Akan tetapi, dalam pergaulan di kalangan anak muda Malang dikenal
adanya Osob Kiwalan Kera Ngalam (Boso Walikan Arek Malang) atau bahasa prokem.
Bahasa ini diucapkan dengan membalik susunan katanya, seperti pulang diucapkan
ngulap, tidak diucapkan kadit, dan lain sebagainya.

Dalam komunikasi sehari-hari, orang Jawa menggunakan bahasa Jawa yang


bertingkat-tingkat secara sosial. Bahasa Jawa resmi dibedakan atas tiga tingkatan
pemakaian bahasa, yaitu ngoko, madya, dan krami (krama). Bahasa ngoko dipakai untuk
orang yang sudah dikenal dekat dan akrab, serta terhadap orang lain yang lebih muda
usianya maupun lebih rendah derajat sosialnya (ngoko lugu dan ngoko ngandap).
Bahasa krami digunakan untuk berbicara dengan orang yang belum akrab, lebih
tua, dan lebih tinggi status sosialnya. Bahasa madya muncul sebagai variasi pemakaian
bahasa ngoko dan krami itu sendiri. Di daerah Surakarta danYogyakarta dikenal gaya
bahasa kedaton yang digunakan di lingkungan istana sultan dan kasunanan. Pada
masyarakat pedesaan berkembang bahasa resmi yang disebut krama desa. Bahasa Madura
terutama digunakan di Pulau Madura, tetapi pengaruhnya sampai ke daerah pesisir utara
termasuk Pasuruan, Sidoarjo, Situbondo, Besuki. Bondowoso, dan Jember. Bahasa
Madura terbagi menjadi dialek kangean, Sumenep, Pamekasan, Bangkalan, Probolinggo,
Bondowoso, dan Situbondo. Dalam pemakaiannya, bahasa Madura juga mengenal tiga
tingkatan yaitu Enja’iya (bahasa halus). Enghi-enten (bahasa tengahan), dan Enghi-
bhunten (bahasa kasar). Suku bangsa Tengger juga memakai bahasa Jawa dialek
Tengger. Hanya akibat suatu pemisahan diri ada unsur kebudayaan mereka yang berbeda
dengan kebudayaan Jawa. Suku Osing di daerah Banyuwangi hingga Muncar
menggunakan bahasa Osing. Bahasa Osing merupakan bahasa campuran antara Jawa,
Bali, dan Madura.

3. PAKAIAN ADAT

Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang letaknya berada
paling timur. Secara geografis, provinsi ini juga mencakup pulau Madura yang
sebetulnya secara antropologis memiliki budaya yang sedikit berbeda dengan budaya
Jawa Timuran. Dirunut dari historisnya, Jawa Timur dikenal memiliki kebudayaan yang
telah maju sejak masa silam. Hal ini ditandai dengan penemuan beberapa prasasti dan
candi peninggalan kerajaan-kerajaan terdahulu yang pernah berkuasa di daerah tersebut,
seperti kerajaan Majapahit, Kanjuruhan, Kahuripan, Medang Kamulan, Singasari,
Janggala, dan lain sebagainya. Selain itu, beberapa peninggalan budaya kebendaan
seperti pakaian adat, rumah adat, senjata dan alat musik tradisional, serta beragam jenis
tari-tarian dan kesenian lainnya juga membuktikan bahwa kebudayaan Jawa Timur
memiliki eksistensinya sendiri sejak dulu. pakaian adat Jawa Timur yang bernama baju
pesaan dan baju mantenan. Pakaian Adat Jawa Timur Jika dilihat sekilas, pakaian adat
Jawa Timur sebetulnya memiliki beberapa kesamaan dengan pakaian adat yang biasa
dikenakan orang-orang Jawa Tengah. Hal ini disebabkan karena masyarakat Jawa Timur
sendiri secara historis memang memperoleh banyak sekali pengaruh dari kebudayaan
Jawa Tengah yang berkembang lebih dominan pada masa silam. Akan tetapi, meski
memiliki banyak kemiripan, ada beberapa hal yang membedakan kedua jenis pakaian
adat ini. Pertama, dari segi coraknya. Corak pakaian adat Jawa Tengah yang banyak
melambangkan nilai-nilai kesopanan dan tata krama, sangat kontras jika dibanding
pakaian adat Jawa Timur yang lebih menonjolkan nilai-nilai ketegasan namun tetap
sederhana dan menjunjung tinggi etika. Kedua, dari segi perlengkapan pakaian yang
dipakai. Pakaian adat Jawa Timur dikenakan bersama dengan beberapa aksesoris unik,
seperti penutup kepala (odheng), tongkat (sebum dhungket), arloji rantai, serta kain
selendang yang diselempangkan di bahu.

4. RUMAH ADAT
Rumah adat joglo jawa timuran merupakan rumah adat yang berasal dari provinsi
Jawa Timur. Rumah adat ini mempunyai kemiripan dengan rumah adat joglo Jawa
Tengah. Ciri khas rumah adat ini adalah bentuknya lebih minimalis tetapi artistik. Selain
itu rumah adat ini mempunyai filosofi dan sanepan yang terkandung didalam rumah adat
ini. Sehingga rumah adat ini kental akan kebudayaan leluhur terdahulu. Rumah adat Jawa
Timur biasa dikenal dengan istilah rumah joglo yang umunya berbentuk limasan atu dara
gepak. Provinsi Jawa Timur yang masih mempertahankan ciri khas rumah adat joglo
banyak ditemukan didaerah Ponorogo. Arsitektur rumah adat Jawa Timur meemilki
kesamaan dengan arsitektur rumah adat Jawa Tengah. Yang masih kental dengan dasar
filosofi. Pada umumnya rumah joglo terbuat dari kayu jati murni. Selain memilki
kekuatan yang baik, kayu jati mampu bertahan lebih lama.Rumah adat joglo lebih
mengacu pada bentuk atapnya yang mengerucut. Hal itu mengambil stilasi dari bentuk
gunung. Stilasi bentuk gunung bertujuan untuk pengambilan filosofi yang terkandung
didalamnya.

5. KEBIASAAN ADAT

A. FESTIFAL BANDENG

Festival ini biasa digelar setiap tahunnya sebelum Hari Raya Idul Fitri atau dalam
rangka menyambut / memperingati hari besar Islam lainnya. Hal itu karena
merupakan sebuah budaya tradisional tahunan dari masyarakat serta upaya dari
Pemerintah Sidoarjo untuk melestarikan ikan bandeng, karena Sidoarjo terkenal
sebagai penghasil ikan jenis ini, itu terbukti dari logo Kabupaten Sidoarjo. Dahulu,
sebelum lumpur lapindo melanda, festival ini nggak cuma memamerkan ikan
bandeng ukuran jumbo milik petani tambak, tapi juga ada kegiatan lelang bandeng
kawak (Bahasa Indonesia: Besar).

B. GANJURAN

Ini merupakan sebuah serangkaian acara yang ada / untuk sebuah pernikahan.
Umumnya, di kebanyakan wilayah Indonesia, pihak pria yang akan melamar, tetapi
sebuah budaya / tradisi ganjuran, si pihak wanitalah yang melamar pria. Tradisi ini
biasa dilakukan di Jawa Timur di daerah Bojonegoro, Gresik, Lamongan dan Tuban.

C. KARAPAN SAPI

Pulau Madura yang secara administratif masuk dalam Provinsi Jawa Timur,
memiliki sebuah acara dan tradisi unik bernama Karapan Sapi. Yaitu, sapi untuk
beradu kecepatan yang dipasangkan untuk menarik kereta dari kayu sebagai tempat
joki berdiri serta mengendalikan sapi. Acara ini biasa diselenggarakan pada bulan
Agustus-Oktober, dengan bulan terakhir untuk acara final. Dahulu ini bukanlah
sebuah acara perlombaan yang memperebutkan sebuah piala bergilir yang dulu
bernama Piala Presiden dan berubah menjadi Piala Gubernur sejak tahun 2013.
Melainkan, sebuah cara untuk mencari sapi yang kuat untuk membajak sawah.
karapan sapi ini juga dikritik bahkan sudah keluar fatwa pelarangan mengenai
karapan sapi. Karena, dianggap menyiksa sapi dengan cara rekeng.

D. Maulid Nabi Muhammad SAW

kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja (Arab: ‫مولد النبي‬, Mawlid an-Nabī),
adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya
jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah.
Kata maulidatau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi
merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi
Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan
dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.

E. Tradisi Siraman Gong Kyai Pradah

Tradisi siraman pusaka Gong Kyai Pradah yang digelar di Alon-alon Lodoyo
Sutojayan Kabupaten Blitar, merupakan tradisi budaya yang dilakukan secara turun
temurun. Even budaya ini setiap tahun dilaksanakan bertepatan dengan peringatan
Maulid Nabi Mohammad SAW. Selain melastarikan budaya, siraman Gong Kayai
Pradah ini dnilai dapat memberdayakan ekonomi masyarakat Kabupaten Blitar,
khususnya warga Kecamatan Sutojayan. Bupati Blitar, Drs H Rijanto mengatakan,
siraman Gong Kyai Pradah ini merupakan acara tradisional masyarakat Kabupaten
Blitar, khususnya warga Lodoyo yang secara rutin digelar setiap bulan Maulid.
“Tradisi ini sudah turun temurun dilakukan, yang harus kita lestarikan,” kata Bupati
Blitar di sela-sela acara siraman Gong Kyai Pradah. Lebih lanjut Bupati menjelaskan,
selain melestarikan budaya, acara ini juga memberdayakan ekonomi masyarakat.
Wisata-wisata di Kabupaten Blitar akan semakin baik. Bupati mengaku, jika
masyarakat antusuias dengan adanya tradisi ini. Ribuan warga, tidak hanya
masyarakat Lodoyo, bahkan masyarakat dari luar Kabupaten Blitar pun menghadiri
acara ini. “Kita tentu mendukung kegiatan ini. Kita berharap tradisi Siraman Gong
Kyai Pradah ini terus ada dan dilestarikan ke anak turun, karena kegiatan ini sangat
baik dan posirtif,” tandas Bupati Blitar.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan ini selalu dikemas dengan baik, seperti
adanya ratusan penjual UKM disekitar Alun-alun Lodoyo, tempat kegiatan Siraman
Gong Kyai Pradah dilakukan. Selain itu, sebelum acara dimulai banyak
dipertunjukkan kesenian daerah.

Usai melakukan siraman pusaka Gong Kyai Pradah, Bupati Blitar menyiramkan air
bekas jamasan kepada warga masyarakat yang menyaksikan prosesi dari bawah
panggung. Warga meyakini, bahwa air bekas jamasan pusaka Gong Kyai Pradah bisa
membawa berkah dan awet muda. (Fajar AT)

Anda mungkin juga menyukai