Anda di halaman 1dari 9

©FKM-UNSIL 2011

ISBN 978-602-96943-1-4

HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD MODERN DENGAN STATUS GIZI (BB/TB Z-
Score) DI SD AL-MUTTAQIN TASIKMAYA
1)
Fitriyah Zulfa

1. Staf pengajar Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UNSIL

ABSTRAK

Masalah gizi yang terjadi di Negara-negara maju dan berkembang bukan saja masalah
kekurangan Gizi saja tetapi juga masalah Gizi lebih. Gaya hidup masa kini yang menyebabkan
kegemukan yaitu adanya kecenderungan anak-anak sekarang suka mengkonsumsi makanan-
makanan yang cepat saji atau dikenal dengan fast food yang mengandung lemak dan kalori tinggi
namun rendah lemak sangat disukai anak-anak. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan
antara kebiasaan konsumsi fast food modern dengan status gizi (BB/TB Z-score) pada anak
sekolah dasar. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan konsumsi fast food modern
dan variabel terikat nya adalah status gizi, sedangkan variabel pengganggu dalam penelitian ini
adalah aktivitas fisik, TKE, TKP. Penelitian ini menggunakan metode survei melalui pendekatan
cross sectional.Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 276 siswa dengan sampel 71
siswa yaitu kelas IV dan V SD Al-Muttaqin Tasikmalaya. Uji statistik yang digunakan yaitu
pearson product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor kebiasaan
konsumsi fast food modern 28,91 ± 5,36 yang berarti sering mengkonsumsi fast food modern dan
rata-rata z skor status gizi adalah 1,76 (normal) ± 0,69. Variabel pengganggunya adalah aktivitas
fisik dengan rata-rata1656,73 kkal/jam ± 188,22, rata-rata TKE adalah 92,44 ± 7,39, rata-rata
TKP adalah 106,27 ± 15,83. Hasil uji pearson product moment menunjukkan ada hubungan
kebiasaan konsumsi fast food modern dengan status gizi (p = 0,023 r = 0,269), sedangkan untuk
variabel pengganggu yaitu aktivitas fisik (p = 0,046 r = 0,238), TKE (p = 0,039 r = 0,246), TKP (p
= 0,025 r = 0,265). Kesimpulan penelitian ini ada hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food
modern dengan status gizi. Disarankan para murid dapat memilih makanan yang dapat
menyumbang gizi yang tidak berlebihan.

Kata kunci : Kebiasaan, konsumsi, fast food modern, Status gizi,siswa

Abstrack

Nutritional problems that occur in developed countries and developing not only the problem of
nutrient deficiency but also more nutrition problems. Contemporary lifestyle that causes obesity is
the tendency of children now prefer to consume foods that are known as fast food or fast foods
containing high fat and calories but low in fat so fond of children. The purpose of this research is
to know the relationship between the consumption habits of modern fast food and nutritional
status (weight / height Z-score) in children of primary school. The independent variables in this
study was the consumption habits of modern fast food and its dependent variable was the
nutritional status, while confounding variable in this study were physical activity, TKE, the scene.
This study used a survey method through a cross sectional.Jumlah population in this study as
many as 276 students with a sample of 71 students of class IV and V SD Al-Muttaqin
Tasikmalaya. The statistical test used is the Pearson product moment. The results showed that
the average score of modern fast food consumption habits 28.91 ± 5.36, which means frequently
ate fast food an average modern and nutritional status z score was 1.76 (normal) ± 0.69. Variable
intruder is physical activity with an average rata1656, 73 kcal / h ± 188.22, the average TKE was
92.44 ± 7.39, the average crime scene was 106.27 ± 15.83. Pearson product moment test results
showed no relationship of modern fast food consumption habits and nutritional status (p = 0.023 r
= 0.269), while for the confounding variable of physical activity (p = 0.046 r = 0.238), TKE (p =
0.039 r = 0.246) , TKP (p = 0.025 r = 0.265). The conclusion of this research is the relationship
between the consumption habits of modern fast food and nutritional status. Advised the students
to choose foods that can contribute nutrients that are not excessive.

Keywords: Habits, consumption, modern fast food, nutritional status, students

Prosiding Seminar Nasional


“Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia”
12 April 2011 120
©FKM-UNSIL 2011
ISBN 978-602-96943-1-4

PENDAHULUAN
Era globalisasi membawa dampak diperkenalkannya selera makan gaya fast food yang
populer di Amerika dan Eropa. Budaya makan pun telah berubah menjadi tinggi lemak jenuh dan
karbohidrat sederhana, rendah serat dan rendah zat gizi mikro. (Khomsan, 2004). Kegemukan atau
obesitas banyak terkait dengan jenis atau apa yang dimakan daripada jumlah yang dimakan. Rata-rata
konsumsi energi penduduk Cina lebih tinggi daripada penduduk Amerika, namun kejadian obesitas
25% lebih banyak di Amerika. Ternyata perbedaannya ada pada sumber energi, karena orang Cina
lebih banyak konsumsi karbohidrat kompleks dan lebih sedikit lemak daripada pola makan orang
Amerika yang lebih banyak lemak jenuh dan gula (Khomsan, 2004).
Data yang dikumpulkan Himpunan Obesitas Indonesia (2008) berdasarkan data dan
Departemen Kesehatan pada tahun 1993 jumlah penderita obesitas meningkat menjadi 6,3% untuk
anak laki-laki dan 8% untuk anak perempuan. Data baru yang dikumpulkan oleh Himpunan Obesitas
Indonesia yakni tahun 2008 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas untuk anak-anak pada sejumlah
Sekolah Dasar di Indonesia adalah 12% menderita obesitas dan 9% kegemukan dari 1.730 anak.
Peningkatan persentase obesitas anak di Indonesia tidak jauh berbeda dengan angka di Amerika
Serikat. Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir
naik dari 7,6%-10,8% menjadi 13%-14%. Sedangkan anak sekolah di Singapura naik dari 9% menjadi
19%.
Kegemukan saat anak-anak bisa disebabkan akibat makan melebihi kebutuhan, kurang
aktivitas fisik, dan karena pengaruh iklan makanan yang berlebihan. Gaya hidup masa kini juga bisa
menyebabkan kegemukan yaitu adanya kecenderungan suka mengkonsumsi makan cepat saji atau
fast food modern seperti burger, pizza, frenc fries dan lainnya yang mengandung lemak dan kalori
tinggi namun kurang serat, vitamin dan mineral.
Data yang diperoleh oleh kumpulan kegemukan Indonesia oleh Cahyono diperoleh Satu dari
tiga anak di perkotaan di kota Bandung mengalami kegemukan, melihat gejalanya saat ini, masalah
kegemukan pada anak cenderung meningkat. Menurut survei pada tahun 2000 sebanyak 0,77% anak
mengalami kegemukan, pada tahun 2002 meningkat menjadi 1,27% dan 4,60% pada tahun 2006.
Penelitian yang dilakukan pada 917 murid SD swasta favorit di Jakarta selatan menunjukkan dari
1.525 SD, terdapat 12,1% anak yang mengalami kegemukan.
Penelitian Harimurti (2008) menyebutkan bahwa peningkatan jumlah Obesitas pada anak-
anak saat ini karena anak-anak lebih senang mengkonsumsi fast food modern yang dapat
dikategorikan junk food, karena lebih banyak mengandung energi dan sedikit serat. Penelitian yang
dilakukan oleh Kamaruddin (2008) menunjukkan bahwa anak yang obesitas di SD 9 Kendari
dikarenakan pola makan yang berlebihan dan tinggi energi. Begitupun dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kartika (1998) menunjukkan bahwa remaja yang mengunjungi restoran fast food rata-
rata masih berpendidikan SD, SMP dan SMU dan berasal dari keluarga ekonomi menengah ke atas.
Prosiding Seminar Nasional
“Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia”
12 April 2011 121
©FKM-UNSIL 2011
ISBN 978-602-96943-1-4

Frekuensi remaja dalam konsumsi fast food rata-rata 1-2 kali seminggu, dengan jenis fast food yang
sering dikonsumsi adalah fried chicken, french fries dan soft drink. Sebagian besar remaja berstatus
gizi obesitas.
Berdasarkan hasil data yang didapatkan oleh penulis diketahui siswa di Sekolah Dasar di
Tasikmalaya mengalami angka obesitas sekitar 6,7%. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh
penulis di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya didapatkan bahwa SD tersebut berasal dari keluarga
menengah ke atas dan letaknya dekat dengan kota, sehingga mempunyai akses yang tinggi terhadap
makanan yang tergolong fast food modern. Kondisi tersebut menarik penulis untuk melakukan
penelitian pada anak kelas 4 dan 5 di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya dengan judul “Hubungan
Kebiasaan Konsumsi Fast Food Modern dengan Status Gizi (BB/TB z-score) pada Anak Sekolah
Dasar”.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan cross
sectional. Populasi adalah anak SD kelas 4, 5 dan 6 sebanyak 276 siswa. Sampel adalah populasi
yang memenuhi kriteria inklusi yaitu tidak mengalami sakit infeksi dalam satu bulan trakhir kemudian
karena masih terlau banyak maka digunakan rumus sampel Lemesshow sehingga didapatkan jumlah
sampel 71 anak.
Instrumen yang dipakai adalah: Food Frequency Questioner (FFQ), Timbangan injak merk x
dengan ketelitian 0,1 kg, Microtoise dengan ketelitian 01 cm, Formulir recall aktivitas fisik, Formulir
recall konsumsi makanan, software SPSS 13.00 dan Nutrisurvey. Semua data berdistribusi normal, uji
statistik menggunakan uji korelasi Product Moment.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Univariat
Skor Fast Food Modern dan status gizi
Tabel 1
Variabel Skor Kebiasaan Konsumsi Fast Food Modern
dan Status Gizi

Varibel Mean SD Min Maks


Skor kebiasaan Fast food 28,91 5,36 15,50 51,60
Status Gizi 1,76 0,69 0,46 2,96

Berdasarkan hasil penghitungan statistik diperoleh skor kebiasaan konsumsi fast food
modern dengan rata-rata 28,91 ± 5,36 sehingga dapat dikatakan skor kebiasaan konsumsi
fast food modern dengan kategori sering, dikonsumsi dengan rentang skor paling rendah
15,50 sampai dengan 51,60. Status gizi sampel rata-rata 1,76 ± 0,69 termasuk status gizi baik,
maksimum 2,96 (gizi lebih) dan terendah 0,46 termasuk gizi baik.
Prosiding Seminar Nasional
“Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia”
12 April 2011 122
©FKM-UNSIL 2011
ISBN 978-602-96943-1-4

Gambaran kebiasaan konsumsi fast food adalah sebagai berikut:

40 sozis >1 x/hari


30
20 fried chiken 1x/hr
10
0 nuget >1x/hari
jumlah orang

Grafik 4.1
Grafik 1 Jenis Fast Food Modern yang Sering Dikonsumsi

Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh jenis fast food modern yang sering di
konsumsi oleh responden adalah Nuget dengan frekuensi konsumsi lebih dari satu kali perhari
sehingga dapat dikategorikan sering dikonsumsi dengan jumlah responden sebanyak 35
orang.
A. Deskripsi Statistik Variabel Pengganggu
Tabel 2
Deskriptif Statistik Aktivitas Fisik, TKE, TKP

Variabel N Mean SD Min Maks


Aktivitas fisik 71 1656,73 188,22 1200 2001
Tingkat kecukupan energi 71 92,44 7,39 73,97 109,65
Tingkat kecukupan protein 71 106,27 15,83 72,22 145

Berdasarkan hasil penghitungan statistik diperoleh aktivitas fisik responden dengan jumlah
71 dengan rentang nilai rata-rata 1656,73 dengan standar deviasi 188,24 kkal/jam dan rentang
nilai paling rendah 1200 kkal/jam sampai dengan 2001kkal/jam.
Nilai rata-rata tingkat kecukupan energi responden dengan jumlah 71 adalah 92,44%
sehingga dikatakan tingkat kecukupan energi di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya dengan kategori baik,
standar deviasi 7,39 dan rentang nilai tingkat kecukupan energi paling rendah 73,97% sedangkan
nilai tingkat kecukupan energi paling tinggi 109,65% .
Berdasarkan hasil penghitungan statistik diperoleh nilai rata-rata tingkat kecukupan protein
responden dengan jumlah 71 adalah 106,2% sehingga dapat dikatakan tingkat kecukupan protein
di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya dengan kategori baik dengan standar deviasi 15,83 dan rentang
Prosiding Seminar Nasional
“Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia”
12 April 2011 123
©FKM-UNSIL 2011
ISBN 978-602-96943-1-4

nilai tingkat kecukupan protein paling rendah 72,22% sedangkan rentang nilai tingkat kecukupan
protein paling tinggi 145,00%.
2. Analisis Bivariat
A. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Modern Dengan Status Gizi

Observed
3.00 Linear

2.50

2.00
status gizi

1.50

1.00

0.50

0.00

10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00

kebiasaan konsumsi fast food

p = 0,023, r = 0,269
Grafik 2
Grafik Kebiasaan Konsumsi Fast Food Modern dengan Status Gizi

Grafik menunjukan semakin tinggi konsumsi fast food modern maka status gizi akan
semakin meningkat. Dari hasil uji statistik dengan pearson product moment menunjukkan p value
= 0,023 r = 0,269 yang artinya ada hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food modern
dengan status gizi (BB/TB Z-score) di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Agustridani (2007) yang menyatakan fast food
merupakan makanan siap saji yang mengandung tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah serat.
Konsumsi yang tinggi terhadap fast food (makanan sip saji) dapat menyebabkan terjadinya gizi
lebih atau kegemukan karena kandungan dari fast food tersebut.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Khosman (2004) Fast food adalah makanan bergizi
tinggi yang dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas terhadap anak-anak yang
mengkonsumsi makanan siap saji atau fast food selain itu fast food dapat menyebabkan penyakit
jantung, penyumbatan pembuluh darah dan sebaginya. Fast food dianggap negativ karena
ketidakseimbangannya, hal ini dengan mudah bisa dilihat dari besarnya porsi daging ayam atau
barger yang disajikan
Hasil ini sesuai dengan pernyataan Simamora, dkk (1996) fast food dapat menjadi salah
satu pendorong timbulnya kegemukan, karena dalam makanan tersebut banyak mengandung
lemak, protein dan garam yang relatif tinggi. Apabila makanan tersebut dikonsumsi secara
berlebihan akan mengakibatkan gizi lebih kegemukan.

Prosiding Seminar Nasional


“Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia”
12 April 2011 124
©FKM-UNSIL 2011
ISBN 978-602-96943-1-4

B. Hubungan Variabel Pengganggu (Aktivitas Fisik, TKE, TKP) Dengan Status Gizi
1. Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi (BB/TB z-score)
Observed
3.00 Linear

2.50

2.00

statusgizi
1.50

1.00

0.50

0.00

1200 1400 1600 1800 2000 2200

hasil aktffsk

p = 0,046
r = 0,238
Grafik 3
Grafik Hasil Aktivitas Fisik dengan Status Gizi

Grafik menunjukkan semakin tinggi aktivitas fisik maka status gizi akan semakin baik.
Dari hasil uji statistik dengan pearson product moment menunjukkan p value= 0,046 r = 0,238
yang artinya ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi (BB/TB Z-score) di SD Al-
Muttaqin Tasikmalaya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Agoes, dkk (2003) yang menyatakan bahwa dampak
kemajuan teknologi menyebabkan anak-anak cenderung menggemari permainan yang kurang
menggunakan energi, seperti menonton televisi, permainan dengan menggunakan remote
control, play station, atau game dikomputer.
Pendapat lain yang dikemukakan Cahyono (2005) Aktivitas fisik selalu membutuhkan
energi atau kalori,semakin banyak bergerak maka akan semakin banyak energi yang dibakar
dalam tubuh. Oleh karena itu jika asupan energi berlebihan dengan diimbangi dengan aktivitas
fisik yang seimbang maka seorang anak tidak akan menderita kegemukan atau status gizi
lebih.
Hal ini diduga dapat disebabkan karena walaupun aktivitas fisik mereka tinggi tapi
masukan makanan yang dapat menyebabkan resiko kegemukan lebih besar serta diperkuat
dengan adanya faktor genetik dari kedua orang tuanya yang cenderung mengalami
kegemukan, maka faktor aktifitas fisik merupakan salah satu faktor penyebab kegemukan
pada anak ( Depkes, 1995)
Dalam penelitian ini aktifitas fisik mengganggu hubungan antara antara kebiasaan
konsumsi fast food modern dengan status gizi (BB/TB Z-score), yang artinya aktifitas fisik
sebagai variabel pengganggu.

Prosiding Seminar Nasional


“Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia”
12 April 2011 125
©FKM-UNSIL 2011
ISBN 978-602-96943-1-4

2. Tingkat Kecukupan Energi Dengan Status Gizi


Observed
3.00 Linear

2.50

2.00

status gizi
1.50

1.00

0.50

0.00

70.00 80.00 90.00 100.00 110.00


hasil tke

p = 0,039
r = 0,246

Grafik 4
Grafik Tingkat Kecukupan Energi dengan Status Gizi
Grafik menunjukkan semakin tinggi tingkat kecukupan energi maka status gizi juga
semakin tinggi. Dari hasil uji statistik dengan pearson product moment menunjukkan p value =
0,039 r = 0,246 yang artinya ada hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan status gizi
(BB/TB Z-score) di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya.
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian olek Kamarudin (2008) menunjukan bahwa
anak yang status gizi lebih atau gemuk dikarenakan pola makan yang berlebihan dan tinggi
energi. Pendapat Harimurti (2008) yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah obesitas pada
anak-anak lebih senang mengkonsumsi fast food karena lebih banyak mengandung energi
dan sedikit serat.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Almatsier (2001) yang menyebutkan bahwa
status gizi dikatakan baik atau optimal apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi mungkin.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa status gizi baik
anak SD berdasarkan indeks BB/TB masih tinggi yaitu sebesar 60,5%, dan anak yang lebih
energi sebesar 50%. Seperti yang diungkapkan oleh Satoto (1990), bahwa pertumbuhan
menyeluruh sebagaimana diukur dengan berat badan lebih banyak dipengaruhi oleh masukan
energi.

Prosiding Seminar Nasional


“Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia”
12 April 2011 126
©FKM-UNSIL 2011
ISBN 978-602-96943-1-4

3. Tingkat Kecukupan Protein Dengan Status Gizi


Observed
3.00 Linear

2.50

2.00

status gizi
1.50

1.00

0.50

0.00

60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00

hasil tkp

p = 0.025
r = 0,265

Grafik 5
Grafik Tingkat Kecukupan Protein dengan Status Gizi

Grafik menunjukkan semakin tinggi tingkat kecukupan protein maka status gizi juga
semakin tinggi. Dari hasil uji statistik dengan pearson product moment menunjukkan p
value=0,025 r = 0,265 yang artinya ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan
status gizi (BB/TB Z-score) di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya.

KESIMPULAN
1. Anak yang sering mengkonsumsi fast food modern menunjukan rata-rata 28,91 dengan
standar deviasi 5,36 sehingga dapat dikategorikan sering mengkonsumsi fast food modern.
2. Status gizi siswa SD Al-Muttaqin Tasikmalaya menunjukan rata-rata 1,76 dengan standar
deviasi 0,69.
3. Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food modern dengan status gizi (p = 0,23 r =
0,269).

SARAN
Bagi Sekolah
Guru diharapkan dapat memperluas wawasannya mengenai makanan yang sehat sehingga dapat
memberikan arahan, pengawasan terhadap siswa tentang pemilihan makanan dan juga kepada para
guru agar dapat memberikan pengawasan terhadap makanan yang dijual di kantin sekolah maupun
yang dijual pedagang makanan lainnya di sekitar sekolah. Para guru diharapkan selalu mengadakan

Prosiding Seminar Nasional


“Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia”
12 April 2011 127
©FKM-UNSIL 2011
ISBN 978-602-96943-1-4

pembinaan dan penyuluhan secara berlanjut kepada siswa SD Al-Muttaqin Tasikmalaya, misalnya
pada saat upacara hari senin.
Kepada Pengurus Unit Kesehatan Sekolah supaya ikut memantau dan memberi pengarahan megenai
kesehatan khususnya damfak gizi lebih.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, D., dan Poppy, M., 2003, Mencegah dan Mengatasi Kegemukan Pada Anak Sekolah Dasar,
Puspa Swara, Jakarta.

Almatsier, S., 2001, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Depkes RI, 1995, Merencanakan Pola Jajan dan Makanan Kesehatan, dalam majalah UMMI Nomor
7/VI, Jakarta : Yayasan Ummu Salita.

Kamaruddin, T. Rita Irma,. 2008. Faktor-faktor Resiko Terjadinya obesitas pada Anak Sekolah dasar
Swasta 9 Kendari. Skripsi. Jurusan Gizi Poltekkes Kendari.

Khomsan, Ali, dkk,. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Simamora, J., dkk, 1996, Pedoman Hidup sehat, CV. Pionir Jaya, Bandung.

Stanley Lemeshow. 2003. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada Pers. Yogyakarta.
http : // putrakembara.org./rm/ alergi makan 2.shtml / diakses tanggal 24 Juli 2009.

http : // www.calorielab.com diakses tanggal 22 Juli 2009.

http : // www. Kompas.com edisi senin 9 september 2003.

http :// www. feedingminds.org

Subardja, Dedi. 2004. Obesitas Primer Pada Anak. PT. Kiblat Buku Utama. Bandung.

Utama, Racikah,. 2007. Obesitas Anak : Sindrom Metabolik Usia Dini. Majalah Farmacia Edisi Mei Vol
6 No 10.

Prosiding Seminar Nasional


“Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pencapaian MDG’s di Indonesia”
12 April 2011 128

Anda mungkin juga menyukai