Tromato 3
Tromato 3
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
1. Combustio
a. Definisi
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat
kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal),
listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau 2. radiasi (radiation).
b. Klasifikasi luka bakar
1) Yang termasuk luka bakar ringan (minor) :
- Tingkat II: kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang
dewasa atau kurang dari 10% Total Body Surface Area pada
anakanak.
- Tingkat III: kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak
disertai komplikasi.
2) Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) :
- Tingkat II: 15% – 25% Total Body Surface Area pada orang
dewasa atau kurang dari 10% – 20% Total Body Surface Area pada
anak-anak.
- Tingkat III: kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak
disertai komplikasi.
3) Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):
- Tingkat II: 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang
dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area pada anak-
anak.
- Tingkat III: 10% atau lebih.
- Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan
perineum.
- Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi
pernafasan.
- Luka bakar sengatan listrik (elektrik).
- Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya
tahan tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau
masalah kesehatan sebelumnya.
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke–4 atau 5 sampai hari ke–
21. Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi fibroblas, sel inflamasi,
pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid. Fibroblas
(menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah kedaerah luka mulai
24 jam pertama setelah terjadi luka. Diawali dengan mensintesis kolagen
dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah
terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan
permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah
kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka.
Kapilarisasi dan epitelisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran
darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi
penyembuhan.
c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke–21 dan berakhir 1–2 tahun.
Fibroblas terus mensintesis kolagen. Kolagen menyalin dirinya,
menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil,
kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih. Dalam fase ini
terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan
kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas luka.
Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta
peningkatan kekuatan jaringan. Terbentuk jaringan parut 50– 80% sama
kuatnya dengan jaringan sebelumnya. Kemudian terdapat pengurangan
secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan.
Cara Penilaian
a. Rule of Palm
Satu tangkupan tangan pasien dianggap sebagai 1% dari area
permukaan tubuhnya. Tangan yang dimaksudkan adalah tangan orang
yang mengalami luka bakar itu sendiri, sehingga pengukuran ini dapat
dilakukan pada semua usia. Pada pasien didapatkan luas luka 15%,
sehingga kemungkinan besar metode yang digunakan adalah rule of
palm atau Lund and Browder.
b. Rule of nine
Kepala dan leher anterior : 4.5%
Kepala dan leher posterior : 4.5%
Lengan kanan anterior : 4.5%
Lengan kanan posterior : 4.5%
Lengan kiri anterior : 4.5%
Lengan kiri posterior : 4.5%
Tungkai kanan anterior : 9%
Tungkai kanan posterior : 9%
Tungkai kiri anterior : 9%
Tungkai kiri posterior : 9%
Badan anterior : 18%
Badan posterior : 18%
Genitalia : 1%
Total 100%
2. WSD (Water Seal Drainase) adalah suatu unit yang bekerja sebagai
drain untuk mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada.
Cara Pemasangan WSD
a. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV
dan V, di linea aksillaris anterior dan media
b. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah
ditentukan.
c. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga,
perdalam sampai muskulus interkostalis.
d. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian
dilebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut untuk
memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru.
e. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah
dibuat dengan menggunakan Kelly forceps
f. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan
jahitan ke dinding dada
g. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan.
h. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah
dimasukkan.
Tujuan Pemasangan, diantaranya :
a. Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga
pleura.
b. Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura.
c. Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap
sebagian.
d. Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga
dada
Interpretasi Pada Kasus
Undulasi: yaitu aliran air pada selang WSD sesuai dengan ritme
respirasi pasien. Jika undulasi (+), menginterpretasikan bahwa
pemasangan WSD sudah benar. Sedangkan jika undulasi (-). Ada
dua kemungkinan yaitu lubang selang WSD tersumbat bekuan
darah atau cairan sudah dikeluaran semua sehingga paru-paru bisa
mengembang sempurna.
Bubble: yaitu gelembung udara yang didapatkan pada selang
WSD. Bubble (+) mengindikasikan adanya pneuomothorax atau
fistel pneumothorax.
3. Hemothorax
Penyebab utama hemothorax (<1500 ml darah) adalah laserasi paru
atau laserasi pembuluh darah intercostal atau arteri mamaria
interna akibat adanya trauma tembus maupun tumpul. Diskolasi
fraktur tulang belakang torakal juga berhubungan dengan
hemothoraks. Perdarahan biasanya bersifat self-limited dan tidak
memerlukan intervensi operatif. Hemothoraks yang bersifat akut
dan luas yang dapat dilihat melalui rontgen thoraks, sebaiknya
ditangani dengan pemasangan chest tube ukuran besar (36-40
French). Melalui chest tube, darah dievakuasi untuk menekan
resiko terjadinya pembekuan pada hemothoraks.
a. Pemeriksaan penunjang
Analisis Cairan Pleura
Pada analisis cairan pleura, setelah dilakukan aspirasi,
cairan tersebut diperiksa kadar hemoglobin atau hematokrit.
Dikatakan hemotoraks jika kadar hemoglobin atau
hematokrit cairan pleura separuh atau lebih dari kadar
hemoglobin atau hematokrit darah perifer
b. Farmakologi
- Pemberian Oksigen mengatasi gangguan ventilasi
yang diakibatkan oleh kompresi
- Resusitasi cairan
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian
volume darah yang dilakukan bersamaan dengan
dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus cairan
kristaloid (cairan RL) secara cepat dengan jarum besar
dan kemudian pemnberian darah dengan golongan
spesifik secepatnya
- Farmakologi Tramadol
Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada
reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik
pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga mengeblok
sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Di samping itu
tramadol menghambat pelepasan neurotransmitter dari
saraf aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya
impuls nyeri terhambat.
Asam tranexamat
Kegunaan dari asam traneksamat adalah untuk
mencegah, menghentikan ataupun menghentikan
pendarahan masif. Biasanya zat ini diberikan pada
prosedur pembedahan, epistaksis atau mimisan,
pendarahan berat saat menstruasi atau angioedema
herediter (masalah sistem kekebalan tubuh).
Ranitidine
Ranitidin digunakan untuk menangani gejala dan
penyakit akibat produksi asam lambung yang berlebihan.
Kelebihan asam lambung dapat membuat dinding sistem
pencernaan mengalami iritasi dan peradangan. Inflamasi
ini kemudian dapat berujung pada beberapa penyakit,
seperti tukak lambung, tukak duodenum, sakit maag,
nyeri ulu hati, serta gangguan pencernaan.
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, D. (2017) Visum et Repertum Tata Laksana dan Teknik Pembuatan. 2nd
edn. Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
American College of Surgeons (ACS) Committes on Trauma. Dvanced trauma
life support (ATLS) student course manual. Edisi ke 9. 2012
Ministry of Health and Family Welfare Government of India. Practical Handbook
of Burns Management. Available at:
https://dghs.gov.in/WriteReadData/userfiles/file/Practical_handbook-
revised_Karoon.pdf.
Bickley, Lynn S; Szilagyi, Peter G. 2009. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan
Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta : EGC
Wijaya Prasetya Ika. Syok Hipovolemik. Editor : Sudoyo Aru, dkk.Dalam: Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : PusatPenerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006. Hal 180-1.
Cristanto, liwang, F., hanifati, S., & Pradipta, A., D. 2014. Kapita Selekta
Kedokteran. Ed IV. Jilid I. Jakarta: Media Aekulapius.