Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelenjar saliva merupakan salah satu organ dalam sistem pencernaan serta
merupakan kelenjar sekretori yang memiliki duktus untuk mengeluarkan
sekresinya ke rongga mulut. Apabila terjadi peradangan pada salah satu kelenjar
saliva (kelenjar parotis) disebut Parotitis. Lokasinya terdapat di sisi kanan dan kiri
wajah manusi. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi yang pada 30-40 % kasusnya
merupakan infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus RNA untai
tunggal negative sense berukuran 100-600 nm, dengan panjang 15000 nukleotida
termasuk dalam genus Rubulavirus subfamily Paramyxsovirinae dan family
Paramyxoviridae (Sumarmo,2008). Penyebaran virus terjadi dengan kontak
langsung, percikan ludah, bahan mentah mungkin dengan urin. (Warta medika,
2009). Penyakit ini di Indonesia disebut gondongan atau radang kelenjar gondok
(Chin, 2000).
Sebanyak 6.584 kasus parotitis di Amerika dilaporkan pada tahun 2006,
dengan 76% terjadi diantara Maret dan Mei, namun tidak ada kematian yang
dilaporkan. Kejadian nasional parotitis adalah 2,2 per 100.000. Kasus ini juga
telah dilaporkan di Jerman, Inggris, Kanada. Namun, dibandingkan dengan
negara-negara lain, angka kejadian di AS sebenarnya masih relatif kecil,
meskipun tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan. Di Inggris, pada tahun
2004-2006 dilaporkan bahwa penyakit parotitis sebanyak lebih dari 70.000 kasus
(Dayan Gustavo, 2008). Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sejak tahun 1997-2008 terdapat 105 kasus
parotitis epidemika. Jumlah kasus tersebut semakin berkurang tiap tahunnya,
dengan jumlah 11-15 kasus/tahun sebelum tahun 2000 dan 1-5 kasus/tahun setelah
tahun 2000. Selama tahun 2008 hanya didapatkan satu kasus parotitis epidemika.
(Sari Pediatri, 2009).
Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan
berbagai komplikasi serius yang akan menambah resiko terjadinya kematian.

1
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan parotitis dapat berupa:
Meningoencepalitis, artritis, pancreatitis, miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis,
dan ketulian. Oleh karena itu, sebagai perawat kita harus melakukan tindakan
keperawatan dengan tepat untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi,
mendukung proses penyembuhan, menjaga atau mengembalikan fungsi
pencernaan, dan memberikan insformasi tentang proses penyakit dan tata cara
perawatan dirumah. Peran keluarga dan lingkungan juga mendorong penurunan
terjadinya parotitis, yaitu dengan cara hidup sehat.

B. Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Apa definisi dari parotitis?
2. Apa definisi etiologi dari parotitis?
3. Apa definisi patofisiologi dari parotitis?
4. Apa definisi manifestasi klinis dari parotitis?

C. Tujuan penulisan
Adapaun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk menjelaskan definisi dari parotitis?
2. Untuk menjelaskan definisi etiologi dari parotitis?
3. Untuk menjelaskan definisi patofisiologi dari parotitis?
4. Untuk menjelaskan definisi manifestasi klinis dari parotitis
D. Manfaat penulisan

Adapaun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai


berikut.
1. Pembaca dapat menjelaskan menjelaskan definisi dari parotitis?
2. Pembaca dapat menjelaskan menjelaskan definisi etiologi dari parotitis?
3. Pembaca dapat menjelaskan definisi patofisiologi dari parotitis?
4. Pembaca dapat menjelaskan definisi manifestasi klinis dari parotitis?

2
BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP MEDIS
A. Definisi parotitis
Parotitis merupakan penyakit infeksi pada kelenjar parotis akibat virus.
Penyakit ini merupakan penyebab edema kelenjar parotis yang paling sering.
Kejadian parotis saat ini berkurang karena adanya vaksinasi. Insidens parotitis
tertinggi pada anak-anak berusia 4-6 tahun. Onset penyakit ini diawali dengan
adanya rasa nyeri dan bengkak pada daerah sekitar kelenjar parotis. Masa inkubasi
berkisar antara 2 hingga 3 minggu. Gejala lainnya berupa demam, malaise.
Mialgia, serta sakit kepala (Susyana Tamin, 2011). Pada saluran kelenjar ludah,
terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan
saluran. Parotitis yang juga dikenal sebagai penyakit gondong ini adalah penyakit
yang biasanya menyerang anak-anak berusia 2-12 tahun. Jika seseorang pernah
menderita penyakit ini, maka orang itu akan memiliki kekebalan seumur
hidupnya. Penyakit Parotitis (gondongan) adalah suatu penyakit menular dimana
sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah
(kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan
pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit
gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau
epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun
(sekitar 85% kasus). (Warta Medika, 2009).
Parotitis merupakan penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar
ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu
pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah
terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan
saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem
saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang
beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang
menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon

3
kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh.
(Sumarmo,2008). Dalam sebuah jurnal penelitian oleh Puspita, Komang Yullan
(2014), menjelaskan bahwa ada suatu zat yakni chlorhexidine yang digunakan
dalam jangka waktu 2 minggu seringkali menimbulkan efek samping timbulnya
parotitis dengan tanda munculnya iritasi pada mukosa mulut, sensasi terbakar dan
perubahan persepsi rasa.
Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-
40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat
menjadi sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit.
Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18
hari. Ada dua macam klasifikasi dari parotitis, yaitu sebagai berikut :
1. Parotitis kambuhan
Maksud kambuhan disini adalah, apabila pasien yang sebelumnya telah
terinfeksi, kemudian kambuh kembali. Anak-anak yang biasanya terkena
parotitis tipe ini adalah ketika sampai pada usia antara 1 bulan hingga akhir
usia kanak-kanak (sampai 12 tahun).
2. Parotitis akut
Tanda yang nampak dari parotitis akut ini adalah rasa sakit yang tiba-tiba,
kemerahan dan pembengkakan pada daerah parotis. Tanda-tanda parotitis akut
ini dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang dilakukan pada penderita
terbelakang mental dan penderita usia lanjut. Hal mengenai pasca-bedah ini
khususnya apabila penggunaan anastesi umum lama dan ada gangguan hidrasi.

B. Etiologi Parotitis
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok
paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan
virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90–300 mµ.
Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan
jaringan terinfeksi lain. Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini
hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat
hancur pada suhu <4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet

4
selama 30 detik. Virus masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut. Virus
bereplikasi pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa
lokal dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang
berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kalenjar
parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus masuk ke sistem
saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel mononuclear. Masa
penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari ludah, cairan serebrospinal,
darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7
hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada
kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah
dan 3 hari setelah pembengkakan menghilang (Sumarmo, 2008).
Penyebab autoimun diketahui sebagai parotitis kronis autoimun. Sindrom
Sjogren’s meruapakan inflamasi kronis pada kelenjar saliva bisa menjadi sebuah
penyakit autoimun yang dikenal sebagai Sindrom Sjogren’s. Penyakit ini paling
umum muncul pada orang berumur 40-60 tahun, tetapi bisa juga menyerang anak
kecil. Pada sindrom Sjogren’s, prevalensi parotitis perempuan : laki-laki berkisar
9 : 1. Sindrom ini sering bermanifestasi dengan kekeringan berlebihan pada mata,
mulut, hidung, vagtna dan kulit. Blokade atau penyumbatan dari saluran parotis
utama, satu dari cabangnya, sering menyebabkan parotitis akut, inflamasi
selanjutnya terhadap super infeksi bakteri. Penyumbatan bisa terjadi akibat dari
batu saliva, sumbatan mucus, atau jarang dari tumor ganas. Batu saliva atau bisa
dikenal dengan sialolithiasis atau kalkulus saluran saliva merupakan bentukan dari
kalsium tetapi tidak mengindikasikan kelainan kalsium. Batu saliva pada kelenjar
parotis lebih sering terbentuk di hilum atau di dalam parenkim. Gejala yang
dirasakan pasien adalah terdapat bengkak yang hilang timbul disertai dengan rasa
nyeri. Dapat teraba batu pada kelenjar yang terlibat Batu saliva didiagnosa melalui
X-Ray, CT Scan atau USG (Professor of otolaryngology, 2009).

C. Patofisiologi Parotitis
Parotitis merupakan penyakit infeksi pada kelenjar parotis akibat virus.
Penyakit ini merupakan penyebab edema kelenjar parotis yang paling sering.

5
Kejadian parotitis saat ini berkurang karena adanya vaksinasi. Insidens parotitis
tertinggi pada anak-anak berusia antara 4-6 tahun. Onset penyakit ini diawali
dengan adanya rasa nyeri dan bengkak pada daerah sekitar kelenjar parotis. Masa
inkubasi berkisar antara 2 hingga 3 minggu. Gejala lainnya berupa demam,
malaise, mialgia, serta sakit kepala (Tamin, Susyana & Duhita Yassi, 2011).
Masa inkubasi 15 sampai 21 hari kemudian virus bereplikasi di dalam
traktus respiratorius di dalam traktus respiratorius atas dan nodus limfatikus
servikalis, dari sini virus menyebar melalui aliran darah ke organ-organ lain,
termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara, thyroidea, jantung, hati, ginjal
dan saraf otak. Bila testis terkena maka terdapat pendarahan kecil dan nekrosis sel
epitel tubuli seminiferus. Pada pancreas kadang terdapat degenerasi dan nekrosis
jaringan. Adenitis kelenjar liur manifestasi viremia awal. Viruria biasanya terjadi
dan disertai oleh gangguan ginjal (Suprohaita et al, 2000). Perjalanan penyakit
klasik dimulai dengan demam, sakit kepala, anoreksia dan malaise. Dalam 24 jam
anak mengeluh sakit telinga yang bertambah dengan gerakan mengunyah, esok
harinya tampak glandula parotis yang membesar dan cepat bertambah besar,
mencapai ukuran maksimal dalam 1-3 hari, biasanya demam menghilang 1-6 hari
dan suhu menjadi normal sebelum hilangnya pembengkakan kelenjar.bagian
bawah daun telinga terangkat keatas dan keluar oleh pembengkakan glandula
parotis. Pembengkakan dapat disertai nyeri hebat, nyeri mulai berkurang setelah
tercapai pembengkakan maksimal berlangsung selama 6-10 hari. Biasanya satu
glandula parotis membesar kemudian diikuti yang lainnya dalam beberapa hari.
Adakalanya kanan dan kiri membesar bersamaaan parotis unilateral ditemukan
kira-kira 25% (Berker, 2004).

D. Manifestasi Klinis
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami
keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit
(subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang
mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit
tersebut.Masa tunas (masa inkubasi) penyakit gondong sekitar 12-24 hari dengan

6
rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan
berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut (Obi Andareto,
2015) :
1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita gondong mengalami gejala, demam (suhu
badan 38,5-40oC), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri
rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang
(sulit membuka mulut)
2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang
diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua
kelenjar mengalami pembengkakan
3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur-
angsur mengempis.
4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar dibawah rahang (submandibula)
dan kelenjar dibawah lidah (sublingual) . pada pria akil balik adakalanya
terjadi pembengkakan buah akar (testis) karena penyebaran melalui aliran
darah.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya
leukopenia ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun.
Normalnya leukosit dalam darah adalah 4x109/L darah dengan
limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis
polimorfonuklear tingkat sedang.
2. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan
pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang
lebih 2 minggu. Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L
darah.
3. Pemeriksaan serologis

7
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk
menunjukan adanya infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:
a. Hemaglutination inhibition (HI) test
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset
cepat dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan
titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya
parotitis.
b. Neutralization (NT) test
Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk
biakan fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi
hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi
dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam
serum adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan
imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal.
c. Complement – Fixation (CF) test
Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah
respon antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa
infeksi parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai
titer puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan
kemudian menurun secara lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang
rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis
standar apapun menunjukan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap
antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu
setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.
d. Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus
dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor
serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat
hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada
pada biakan yang diberi serum hiperimun.

8
F. Penatalaksanaan
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh atau hilang
sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi
spesifik bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis
seluruhnya simptomatis dan suportif.Pasien dengan parotitis harus ditangani
dengan kompres hangat, sialagog seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis
eksterna. Cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena
terbatasnya asupan oral. Jika respons suboptimal atau pasien sakit dan mengalami
dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai. Berikut tata laksana
yang sesuai dengan kasus yang diderita
1. Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum
cukup baik).
a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukupMedikamentosa : Analgetik-
antipiretik Penderita rawat inap
2. Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat,
gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi.
a. Diet lunak, cair dan tidak kering
b. Analgetik-antipiretik
c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi
3. Terapi komplikasi
a. Encephalitis
Simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk
mengurangi sakit kepala.
b. Orkhitis
1) Istrahat yang cukup
2) Pemberian analgetik
3) Sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg/kg/24 jam, peroralm,
selama 2 – 4 hari)

9
c. Pankreatiti
Terapi simptomatis dengan cairan yang cukup.

G. Pencegahan
Pencegahan adalah solusi terbaik supaya terhindar dari penyakit ini. Cara
pencegahan terbaik untuk parotitis adalah dengan imunisasi rutin rekomendasi
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2011. Vaksin ini merupakan kombinasi
dengan vaksin measles (campak) dan rubella (campak Jerman). Diberikan
sebanyak 2 kali, yaitu pada usia 15 bulan dan kemudian usia 5–6 tahun (FK
UNUD, 2011). Penecegahan bisa dilakukan secara pasif dan aktif. Berikut adalah
perbedaan pencegahan secara pasif dan aktif.
1. Pasif : Gamma globulin parotitis hiperimun tidak efektif dalam mencegah
parotitis atau mengurangi komplikasi.
2. Aktif : Pemberian rutin vaksin parotitis hidup yang dilemahkan. Anak yang
divaksinasi biasanya tidak mengalami demam atau reaksi klinis lain yang
dapat dideteksi, tidak mengeksresi virus, dan tidak menular terhadap kontak
yang rentan. Jarang parotitis dapat berkembang 7 – 10 hari sesudah vaksinasi.
Vaksin memicu antibody pada sekitar 96% resipien seronegatif dan
mempunyai kemanjuran protektif sekitar 97% terhadap infeksi parotitis
alamiah. Proteksi tampak berakhir lama. Pada suatu wabah parotitis, beberapa
anak yang telah diimunisasi dengan vaksin parotitis sebelumnya mengalami
sakit yang ditandai dengan demam, malaise, mual, dan ruam popular merah
yang melibatkan badan dan tungkai tetapi mentelamatkan telapak tangan dan
kaki. Ruam berakhir sekitar 24 jam. Tidak ada virus yang diisolasi dari anak,
tetapi kenaikan titer antibody parotitis ditunjukkan.

H. Komplikasi
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa
penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.
Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat
menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika

10
infeksi terjadi setelah masa pubertas. Dibawah ini adalah komplikasi yang dapat
terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang kurang dini :
1. Meningoensepalitis : Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala
ringan, yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh
yang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering
pada anak-anak.
2. Ketulian : Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun
insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf
unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.
3. Orkitis : Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis
yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang
permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan
gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah,
gejala sistemik, dan sakit pada testis.
4. Ensefalitis atau Meningitis : Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya
berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10%
penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1
diantara 400-6.000 penderita yang mengalami ensefalitis cenderung
mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau
kelumpuhan otot wajah.
5. Ooforitis : Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada
penderita wanita pasca pubertas.
6. Pankreatitis : kelainan berat tetapi jarang terjadi. Pankreatitis dapat terjadi
karena infeksi virus parotitis yang menyebabkan jejas primer sel asiner dan
terjadi efek destruktif enim-enim pankreas yang dilepas oleh sel asiner
sehingga leukosit akan meleppaskan sitokin pro inflamatorik yang
menyebabkan terjadinya inflamasi lokal dam edema pada pankreas
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita
merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang
dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.

11
7. Nefritis : Kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan
viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak
belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah
parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna
tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.
8. Miokarditis : Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi
infeksi ringan miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui.
Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis.
Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T,
flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi,
pembesaran jantung dan bising sistolik.
9. Artritis : Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan
pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna.
Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis
yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah
berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya
paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.

I. Prognosis
Prognosis pasien parotitis hidup karena gejala ringan dan tidak ditemukan
keterlibatan infeksi susunan saraf pusat. Parotitis bersifat self-limiting dan hanya
memerlukan pengobatan suportif. Prognosis fungsi karena walaupun pasien sudah
memasuki usia pubertas, orkitis terjadi unilateral. Sehingga kecil kemungkinan
terjadi atrofi testis kecil. Infeksi virus parotitis epidemika memberikan imunitas
jangka panjang, dan tidak menyebabkan kekambuhan pada pasien sehingga
prognosis sanactionam baik (Pudjiadi & Hadinegoro, 2009).

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Identitas

12
Identitas pasien meliputi nama, umur, suku / bangsa, agama, pendidikan,
alamat.
2) Keluhan Utama
Umumnya pada pasien penderita parotitis, pasien mengeluhkan demam,
nyeri di bawah telinga, bengkak, nafsu makan menurun, sakit kepala,
muntah, nyeri otot dan sulit menelan.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien mengelukan mengalami demam dan merasakan nyeri
pada belakang telinga dan pipi. Beberapa hari kemudian timbul bengkak
dan kemerahan kemudian menjadi sukar menelan dan nafsu makan
menurun, adanya rasa nyeri dan bengkak menyebar ke daerah pipi.
4) Riwayat Penyakit Dahulu:
a) Tanyakan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala
yang sama.
b) Tanyakan punya riwayat penyakit menular, dan riwayat penyakit
alergi.
c) Tanyakan apakah pasien pernah di imunisasi MMR (Mumps, Measles,
Rubela).
5) Riwayat Penyakit Keluarga:
Biasanya semua anggota keluarga sudah pernah mengalami gejala yang
sama dan kemungkinan bisa tertular
6) Pemeriksaan Fisik:
a) B1 (breathing) : Takipnea
b) B2 (blood) : kelemahan fisik dan takikardi
c) B3 (brain) : compos mentis, mengalami kecemasan dan terus
menerus gelisah akibat manifestasi klinis
dari parotitis, sakit kepala dan kaku leher
d) B4 (bladder) : normal
e) B5 (bowel) : sulit menelan → nafsu makan menurun → BB
menurun
f) B6 (bone) : kelemahan otot, malaise

13
7) Pemeriksaan Penunjang:
a) Pemeriksaan darah di dapatkan leucopenia ringan dengan limfositosis
relative.
b) Kadar leukosit < 4 x 109/L darah.
c) Pemeriksaan kadar amilase dalam serum naik >137 U/L darah.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan ketidakcukupan intake makanan akibat kesulitan
menelan
2) Hipertermi (00007) berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme:
proses inflamasi
3) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan penyakit yang diderita.
4) Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan fisik
5) Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan penyakit (perubahan
fungsi dan struktur tubuh akibat parotitis)
6) Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan gangguan
orofaring (parotitis)

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
(00002) berhubungan dengan ketidakcukupan intake makanan akibat
kesulitan menelan
Domain 2: Nutrition
Class 1. Ingestion
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam
pemenuhan intake nutrisi klien dapat tercukupi
Kriteria hasil: berat badan dalam batas normal & kebutuhan nutrisi adekuat
NOC NIC
Domain II Physiologic Health Class K Nutrition Therapy (1120)
Digestion & Nutrition 1) Monitor intake makanan dan

14
Nutritional Status (1004) cairan serta hitung kalori harian
Intake nutrisi (100401) yang dibutuhkan
Intake makanan (100402) 2) Ajarkan pasien untuk memilih
Intake cairan (100408) makanan halus, lunak dan tidak
Hydrasi (100411) mengandung asam
3) Dorong pasien untuk memilih
makanan yang lunak untuk
memudahkan proses menelan
4) Instruksikan pasien dan keluarga
tentang diet yang diresepkan
Diagnosa 2 : Hipertermi (00007) berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme: proses inflamasi
Domain 11: Safety/Protection
Class 6. Thermoregulation
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam
terjadi penurunan suhu tubuh klien (suhu tubuh klien kembali dalam batas
normal)
Kriteria hasil: suhu tubuh dalam batas normal
NOC NIC
Domain-Physiologic Health (II) Vital Sign Monitoring (6680)
Class-Metabolic Regulation (I) 1) Monitor tekanan darah, nadi, suhu,
Thermoregulation (0800) dan RR
Respiratory rate (080013) 2) Monitor gejala hipertermi
Temperature kulit naik (080001) 3) Monitor warna kulit, suhu, dan
kelembaban
4) Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda – tanda
vital
5) Monitor adanya sianosis
Diagnosa 3 : Nyeri akut (00132) berhubungan dengan penyakit yang
diderita

15
Domain 12: Comfort
Class 1. Physical Comfort
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam klien
menunjukkan nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil : nyeri berkurang sampai dengan hilang
NOC NIC
Domain IV Health Knowledge & Pain Management (1400)
Behavior 1) Mengobservasi rasa nyeri termasuk
Class Q Health Behavior lokasi, karakteristik, surasi,
Pain Control (1605) frekuensim dan intensitas nyeri dan
Mengenali timbulnya nyeri (160502) factor pencetus
Mendiskripsikan penyebab nyeri 2) Mengamati tanda nonverbal dari
(160501) nyeri
Melaporkan tanda perubahan nyeri 3) Menggunakan analgesic yang
pada professional kesehatan (160513) sesuai
Melaporkan control nyeri (160522) 4) Mempertimbangkan jenis dana
sumber nyeri untuk memilih
strategi penanganan nyeri
5) Ajarkan teknik nonfarmakologi
seperti hipnotis, relaksasi, terapi
music
6) Hilangkan factor presipitasi atau
yang menimbulkan nyeri
Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan
fisik
Domain 4: Activity/Rest
Class 4. Cardiovascular/Pulmonary Responses
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam klien
menunjukkan dapat kembali beraktivitas seperti biasa
Kriteria hasil : klien dapat beraktivitas seperti biasa tanpa bantuan orang lain

16
NOC NIC
Domain-Functional Health (I) Activity Therapy (4310)
Class-Energy Maintenance (A) 1) Membantu klien untuk focus pada
Activity Tolerance (0005) kemampuan, dari pada kekurangan
Mudah melakukan aktivitas sehari- 2) Membantu klien untuk
hari (ADL) (000518) mengidentifikasi aktivitas yang
bermanfaat
3) Membantu klien untuk memilih
aktivitas dan pencapaian tujuan
untuk aktivitas yang konsisten
dengan kemampuan fisik,
fisiologis, dan sosial
Diagnosa 5 : Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan penyakit
(perubahan fungsi dan struktur tubuh akibat parotitis)
Domain 6: Self-Perception
Class 3. Body Image
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam klien
menunjukkan citra tubuh yang positif / kembali normal
Kriteria hasil : citra tubuh klien positif / kembali normal
NOC NIC
Domain-Psychosocial Health (III) Body Image Enhancement (5220)
Class-Psychological Well-being (M) 1) Menentukan harapan citra tubuh
Body Image (1200) klien berdasarkan pada tingkat
Gambaran internal diri (120001) perkembangan
Deskripsi pengaruh bagian tubuh 2) Membantu klien untuk
(120003) mendiskusikan stressor yang
Kepuasan penampilan tubuh (120005) mempengaruhi citra tubuh akibat
Penyesuaian diri terhadap perubahan penyakit
penampilan fisik (120007)
Penyesuaian diri terhadap perubahan
status kesehatan (120009)

17
Diagnosa 6 : Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan
gangguan orofaring (parotitis)
Domain 5: Perception/Cognition
Class 5. Communication
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam
komunikasi verbal klien kembali normal
Kriteria hasil : komunikasi verbal klien kembali normal
NOC NIC
Domain-Physiologic Health (II) Communication Enhancement:
Class-Neurocognitive (J) Speech Deficit (4967)
Communication (0902) 1) Monitor kecepatan, tekanan,
Menggunakan bahasa lisan (090202) pengucapan (bolak-balik),
Pertukaran pesan secara akurat dengan kuantitas, volume dan artikulasi
yang lain (090208) dari kemampuan bicara
2) Menginstruksikan klien / keluarga
pada kognitif, anatomis, fiiologis
yang melibatkan diri dalam
kemampuan bicara
3) Menginstruksikan klien untuk
berbicara dengan pelan
4) Mengulang apa yang klien katakan
untuk memastikan keakuratan
D. Evaluasi Tindakan
Memastikan kriteria hasil yang di inginkan dapat tercapai, seperti:
1) Klien menunjukkan nyeri yang berkurang
2) Klien dapat melakukan distraksi positif ketika nyeri
3) Klien mempunyai masukan nutrisi yang adekuat
4) Klien menunjukkan suhu tubuh dan TTV dalam rentang normal.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Parotitis adalah suatu penyakit virus dengan tanda membesarnya kelenjar
ludah dan terasa nyeri. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang akut
(Yvonne). Parotitis yang juga dikenal sebagai penyakit gondong ini adalah
penyakit yang biasanya menyerang anak-anak berusia 2-12 tahun. Penyakit
Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana
sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah
(kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan
pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Ada dua macam
klasifikasi dari parotitis, yaitu parotitis kambuhan dan parotitis akut. Gejala khas
yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada orang dewasa,
infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas,
prostat, payudara dan organ lainnya. Menurut Sumarmo (2008) penyakit
gondong(mumps, parotitis) dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan
ludah (droplet), muntahan dan bisa pula melalui air kencing. Masa tunas (masa
inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
Penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok paramyxovirus,
yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle
disease. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan
jaringan terinfeksi lain. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu
hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini aktif dalam
lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada
suhu ruanganMasa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari ludah,
cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat
diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah
munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum
pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan menghilang
(Sumarmo,2008).

19
Parotitis tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau
epidemik. Kondisi parotitis memberikan berbagai masalah keperawatan pada
pasien. Adanya respons inflamasi sistemik memberikan manifestasi peningkatan
suhu tubuh. Manifestasi respons ketidaknyamanan sakit kepala dan anoreksia
memberikan manifestasi peningkatan suhu tubuh. Manifestasi respon
ketidaknyamanan sakit kepala dan anoreksia memberikan manifestasi nyeri dan
ketidak seimbangan pemenuhan nutrisi. Ada tahapan-tahapan yang nampak dari
tanda-tanda pasien parotitis yaitu tahap prodromal, tahap akut serta adanya gejala
lain yang mencakup malaise, anoreksia, dan limfadenopati umum.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog
seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin
diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons
suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena
mungkin lebih sesuai. Penecegahan bisa dilakukan secara pasif dan aktif. Hampir
semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit, tetapi
kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti
ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain
kelenjar liur.

B. Saran
Sebagai seorang perawat diharapkan mampu memahami dan mengetahui
masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem pencernaan pada pasien, agar
perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien tersebut. Sebagai
salah satu tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien, perawat harus
mampu memenuhi kebutuhan pasien, salah satunya adalah kebutuhan yang
berhubungan dengan sistem pencernaan. Penyusunan makalah ini belum
sempurna, untuk itu diperlukan peninjauan ulang terhadap isi dari makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bang HO, Bang J. 1943. Involvement of the central nervous system in mumps.
United state: Acta Med Scand

Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC),
Sixth Edition. United States of America: Mosby Elsevier
Chin, James M D. 2000. Control of Communicable Diseases Manual. American
Public Health Asociation: Washington
Dayan, H, Gustavo. 2008. Recant Resurgence of Mumps United States. The New
England
George, C. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Harrison Edisi XIII. Jakarta:
EGC
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017, Tenth Edition. Oxford:
Wiley Blackwell

Moorhead, Sue., [et al.]. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC):


measurement of health outcomes, Fifth Edition. United States of America:
Mosby Elsevier

Muscary, Marry E. 2001. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 3.


Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Muttaqin, A dan Sari, K. 2011. Asuhan Keperawatan perioperatif Konsep, Proses,
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Ngastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika
Soemarmo.2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta:Penerbit
IDAI

21
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala,


atas segala limpahan rahmat, hidayah, serta karunia-NYA sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “KONSEP MEDIS DAN
KONSEP KEPERWATAN” tepat waktu, tidak lupa kami juga
mengucapkan terimah kasih banyak kepada ibu Rahmadania,
S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pengajar yang telah memberikan
kesempatan dan pengarahan kepada kami dalam penyusunan makalah
ini. Makalah ini disusun sebagai tugas dalam mata kuliah KMB II Program
studi S1 Keperawatan Universitas stikes mw kendari.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kami harapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak demi penyempurnaan makalah-makalah
selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah subhanahu Wata’ala kami
kembalikan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi kami mahasiswa prodi S1 keperawatan.

Kendari, 1 april

penulis

22
DAFTAR ISI

Kata pengantar.............................................................................................i
Daftar isi....................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan....................................................................................iii
A. Latar belakang..................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................2
C. Tujuan makalah................................................................................2
D. Manfaat makalah...............................................................................2
Bab II Pembahasan.....................................................................................3
Konsep medis.............................................................................................3
A. Devinisi parotits................................................................................3
B. Etiologi parotitis.................................................................................4
C. Patofisiologi parotitis..........................................................................5
D. Manifestasi klinis parotitis..................................................................6
E. Pemeriksaan diagnostik.....................................................................7
F. Penatalaksanaan...............................................................................9
G. Pencegahaan...................................................................................10
H. Komplikasi.......................................................................................10
I. Preognosis.......................................................................................12
Konsep keperawatan.................................................................................12
A. Pengkajian......................................................................................12
B. Diagnosa keperawatan...................................................................14
C. Intervensi keperawatan...................................................................14
D. Implementasi keperawatan.............................................................17
E. Evaluasi keperawatan.....................................................................18
Bab III Penutup..............................................................................................
A. Kesimpulan .....................................................................................19
B. Saran..............................................................................................20
Daftar Pustaka

23
Dosen pengajar :Rahmadania,S.Kep.,Ns.,M.Kep

MAKALAH KONSEP MEDIS


DAN
KONSEP KEPERAWAT

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK I

1. SUIM SAKYAR P201701055


2. YUNI FINARIA P201701077
3. UKIANI P201701064
4. TRIANI D HADAM P201701056
5. DESY RESKI RAHMADANI P201701074
6. FITRI NAINTA P201701089

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MANDALA WALUYA
KENDARI
2019

24

Anda mungkin juga menyukai