Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Patient Safety
Disusun oleh:
KELOMPOK 2
2. MIRANDA (P07220116105)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Konsep Dasar Terkait Manajemen Pasien Safety”. Meskipun masih banyak
kekurangan didalamnya.
Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan
memberi tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang perlu
diperhatikan oleh tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan
asuhan kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya cidera akibat
kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah
sepatutnya memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien.
Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar tertentu dalam memberikan
pelayanan kepada pasien. Standar tersebut bertujuan untuk melindungi hak pasien
dalam menerima pelayanan kesehatan yang baik serta sebagai pedoman bagi tenaga
kesehatan dalam memberikan asuhan kepada pasien. Selain itu, keselamatan pasien
juga tertuang dalam undang-undang kesehatan. Terdapat beberapa pasal dalam
undang-undang kesehatan yang membahas secara rinci mengenai hak dan
keselamatan pasien.
Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap
petugas medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah
seharusnya menunjang keselamatan serta kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh
karena itu, tenaga medis harus memiliki pengetahuan mengenai hak pasien serta
mengetahui secara luas dan teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga
keselamatan diri pasien.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari patient safety?
2. Apakah pentingnya patient safety?
3. Bagaimana perspektif keperawatan terkait patient safety?
4. Bagaimana sistem perawatan patient safety?
5. Bagaimana tim efektif patient safety?
6. Bagaimana engaging with patient and carers?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar terkait manajemen patient
safety.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui definisi patient safety.
b. Mahasiswa dapat mengetahui pentingnya patient safety.
c. Mahasiswa dapat mengetahui perspektif keperawatan terkait patient safety.
d. Mahasiswa dapat mengetahui sistem perawatan patient safety.
e. Mahasiswa dapat mengetahui tim efektif patient safety.
f. Mahasiswa dapat mengetahui engaging with patient and carers,
D. Sistematika Penulisan
Dalam Penyusunan laporan ini, kami membagi 3 BAB, yaitu :
BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan dan sistematika
penulisan.
BAB II : Tinjauan teori terdiri dari definisi patient safety, pentingnya patient
safety, perspektif keperawatan terkait patient safety. sistem perawatan
patient safety, tim efektif patient safety, serta engaging with patient and
carers.
BAB III : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
risiko juga bertujuan untuk mengumpulkan data yang dapat bermanfaat dalam
proses evaluasi dan perencanaan penanganan risiko.
3. Evaluasi terhadap risiko yang terjadi.
Bertujuan untuk membandingkan tingkat atau level dari suatu risiko yang
ditemukan dengan kriteria risiko yang tidak dapat dihindari. Hasil akhir dari
tahap ini adalah menyusun prioritas risiko sebagai dasar dalam melakukan
tindakan yang lebih lanjut.
4. Penanganan terhadap risiko yang terjadi
Bertujuan untuk mengidentifikasi atau menentukan pilihan tindakan yang
dapat dilakukan untuk menangani suatu risiko, mengkaji pilihan tindakan
tersebut, merencanakan persiapan untuk penanganan risiko, dan melakukan
pilihan tindakan tersebut.
5. Pengamatan secara terus menerus
Bertujuan untuk menjamin atau memastikan bahwa pengorganisasian
tindakan yang telah direncanakan bermanfaat dan dapat mengontrol
pelaksanaan dari penganganan risiko tersebut.
4
1. Keberuntungan, misalnya: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi
tidak timbul reaksi obat.
2. Pencegahan, suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf
lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan.
3. Peringanan, suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara
dini lalu diberikan antidotenya.
Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan
mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah
adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain
cenderung tidak dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita
semua.
Jenis kesalahan berdasarkan kontribusi manusia pada terjadinya suatu
kesalahan:
1. Kesalahan aktif (active errors), terjadi pada level petugas kesehatan atau staf
RS yang bekerja didepan dan efeknya terjadi hampir secara tiba-tiba
2. Kesalahan tersembunyi (letent errors), terjadi dalam level manajemen seperti
design yang kurang baik, instalansi yang tidak tepat, pemeliharaan yang gagal,
keputusan manajemen yang buruk, dan struktur organisasi yang kurang baik.
Kesalahan tersembunyi sulit untuk dicatat sehingga sering kesalahan seperti ini
tidak dapat dikenal (Reason, 2000).
5
kontak dengan pasien lebih lama dibandingkan tenaga kesehatan yang lain, sehingga
mereka mempunyai peranan penting dalam menentukan baik buruknya mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Namun demikian, harus diakui bahwa peran
perawat dalam memberikan pelayanan yang bermutu masih membutuhkan perhatian
dari pihak manajemen. Salah satu indikator tentang pelayanan kesehatan ini dilihat
dari angka kematian pasien baik yang meninggal kurang dari 48 jam maupun lebih
dari 48 jam.
Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah sebagai
berikut:
UU Tentang Kesehatan dan UU Tentang Rumah Sakit
1. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
a. Pasal 53 (3) UU No.36/2009
“Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan
nyawa pasien.”
b. Pasal 32n UU No.44/2009
“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Rumah Sakit.
c. Pasal 58 UU No.36/2009
1) “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam Pelkes yang
diterimanya.”
2) “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat.”
2. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit
a. Pasal 29b UU No.44/2009
”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit.”
b. Pasal 46 UU No.44/2009
6
“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian
yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.”
c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009
“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.”
3. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit
Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit
“Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan atau
keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat
kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif. “
4. Hak Pasien
a. Pasal 32d UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional”
b. Pasal 32e UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan
efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”
c. Pasal 32j UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan”
d. Pasal 32q UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit
apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai
dengan standar baik secara perdata ataupun pidana”
5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
Pasal 43 UU No.44/2009
a. RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
b. Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden,
menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka
menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
7
c. RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang
membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
d. Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan
untuk mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.
8
hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya KTD
b. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah :
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn
keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di
RS harus ada system dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya
tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.Dengan
pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat :
1) Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur
2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah :
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriterianya adalah :
1) koordinasi pelayanan secara menyeluruh
2) koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya
3) koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
4) komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
9
Standarnya adalah :
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada,
memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta KP.
Kriterianya adalah :
1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang
baik, sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit”
2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
3) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Standarnya adalah :
1) Pimpinan dorong & jamin implementasi program KP melalui
penerapan “7 Langkah Menuju KP RS ”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi
risiko KP & program mengurangi KTD.
3) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit &
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur,
mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP
5) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam
meningkatkan kinerja RS & KP
Kriterianya adalah :
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden
10
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
rumah sakit dan keselamatan pasien
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya adalah :
1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas
2) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien
Kriterianya adalah :
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat
topik keselamatan pasien
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam
rangka melayani pasien.
11
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Standarnya adalah :
1) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
2) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
Kriterianya adalah :
1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada
3. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-
VIII-2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit :
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan kepemimpinan
& budaya yang terbuka dan adil”
1) Bagi Rumah sakit:
a) Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul
fakta, dukungan kepada staf, pasien, keluarga
b) Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
c) Lakukan asesmen dg menggunakan survei penilaian KP
2) Bagi Tim:
a) Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
b) Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan
tindakan/solusi yg tepat
b. Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen &focus yang kuat &
jelas tentang KP di RS anda”
1) Bagi Rumah Sakit:
a) Ada anggota Direksi yg bertanggung jawab atas KP
b) Di bagian-2 ada orang yg dpt menjadi “Penggerak” (champion)
KP
c) Prioritaskan KP dlm agenda rapat Direksi/Manajemen
12
d) Masukkan KP dlm semua program latihan staf
2) Bagi Tim:
a) Ada “penggerak” dlm tim utk memimpin Gerakan KP
b) Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
c) Tumbuhkan sikap ksatria yg menghargai pelaporan insiden
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem & proses
pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yg potensial
bermasalah”
1) Bagi Rumah Sakit:
a) Struktur & proses mjmn risiko klinis & non klinis, mencakup KP
b) Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
c) Gunakan informasi dr sistem pelaporan insiden & asesmen risiko
& tingkatkan kepedulian thdp pasien
2) Bagi Tim:
a) Diskusi isu KP dlm forum2, utk umpan balik kpd mjmn terkait
b) Penilaian risiko pd individu pasien
c) Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko,
& langkah memperkecil risiko tsb
d. Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dg mudah dpt
melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS”
1) Bagi Rumah sakit:
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dlm
maupun ke luar yg hrs dilaporkan ke KKPRS – PERSI
2) Bagi Tim:
Dorong anggota utk melaporkan setiap insiden & insiden yg telah
dicegah tetapi tetap terjadi juga, sbg bahan pelajaran yg penting
e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara
komunikasi yg terbuka dengan pasien”
1) Bagi Rumah Sakit :
a) Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dg pasien & keluarga
b) Pasien & keluarga mendpt informasi bila terjadi insiden
13
c) Dukungan,pelatihan & dorongan semangat kpd staf agar selalu
terbuka kpd pasien & kel. (dlm seluruh proses asuhan pasien
2) Bagi Tim:
a) Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila tlh terjadi insiden
b) Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insiden
c) Segera stlh kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & kel.
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, “dorong staf
anda utk melakukan analisis akar masalah utk belajar bagaimana &
mengapa kejadian itu timbul”
1) Bagi Rumah Sakit:
a) Staf terlatih mengkaji insiden scr tepat, mengidentifikasi sebab
b) Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root
Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis
(FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua insiden &
minimum 1 x per tahun utk proses risiko tinggi
2) Bagi Tim:
a) Diskusikan dlm tim pengalaman dari hasil analisis insiden
b) Identifikasi bgn lain yg mungkin terkena dampak & bagi
pengalaman tersebut
g. Cegah cedera melalui implementasi system Keselamatan pasien, “Gunakan
informasi yg ada ttg kejadian/masalah utk melakukan perubahan pd sistem
pelayanan”.
1) Bagi Rumah Sakit:
a) Tentukan solusi dg informasi dr sistem pelaporan, asesmen risiko,
kajian insiden, audit serta analisis
b) Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan
staf & kegiatan klinis, penggunaan instrumen yg menjamin KP
c) Asesmen risiko utk setiap perubahan
d) Sosialisasikan solusi yg dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
e) Umpan balik kpd staf ttg setiap tindakan yg diambil atas insiden
2) Bagi Tim:
14
a) Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
b) Telaah perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
c) Umpan balik atas setiap tindak lanjut ttg insiden yg dilaporkan
15
yang merupakan hal yang sangat berperan terhadap keberhasilan suatau pelayanan
yang diberikan kepada pasien dan keluarganya.
Peran perawat dalam memberikan keselamatan pasien di rumah sakit(patient
safety) dapat dilakukan dengan cara berikut : Perawat dapat melakukan hal yang
berkaitan dalam 7 Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient
Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of
Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:
1. Perawat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya agarmendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
2. Perawat memberikan pengarahan, perencanaan pelayanan kesehatan
pada pasien dan keluarga mengenai keselamatan pasien.
3. Menjaga keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Menggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Menerapkan peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Menerima pendidikan tentang keselamatan pasien
7. Menjaga komunikasi sebagai kunci bagi perawat untuk mencapai keselamatan
pasien.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan pasien secara aman. Proses tersebut meliputi pengkajian mengenai resiko,
identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi
untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. Pelayanan kesehatan yang
diberikan tenaga medis kepada pasien mengacu kepada tujuh standar pelayanan
pasien rumah sakit yang meliputi hak pasien, mendidik pasien dan keluarga,
keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, penggunaan metode- metode
peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien, peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien,
mendidik staf tentang keselamatan pasien, dan komunikasi merupakan kunci bagi
staf untuk mencapai keselamatan pasien. Selain mengacu pada tujuh standar
pelayanan tersebut, keselamatan pasien juga dilindungi oleh undang-undang
kesehatan sebagaimana yang diatur dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 serta
UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009.
17
B. Saran
Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat dan acuan
bagi pembaca terutama perawat dalam melakukan tindakan keperawatan.
Diharapkan perawat mampu memahami konsep dasar patient safety agar tindakan
keperawatan dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya. Agar seluruh komponen
sarana pelayanan kesehatan bekerja sama dalam upaya mewujudkan patient safety
karena upaya keselamatan pasien hanya bisa bisa dicapai dengan baik dengan
kerjasama semua pihak.
18
DAFTAR PUSTAKA
19