e-ISSN: 2443-2946
ABSTRAK
Meningitis bacterial merupakan infeksi sistem saraf pusat (SSP), terutama menyerang anak pada usia <2 tahun, dengan puncak
angka kejadian pada usia 6-18 bulan. Penyakit ini diperkirakan mencapai 1,2 juta kasus tiap tahunnya dengan mortalitas pasien
berkisar antara 2%-30% diseluruh dunia. Kasus meningitis bakteri di Indonesia mencapai 158/100,000 kasus pertahun, dengan
etiologi Haemophilus influenza tipe b (H. influenza) 16/100.000 dan bakteri lain 67/100.000. Pasien dengan meningitis bakteri yang
bertahan hidup beresiko mengalami komplikasi. Komplikasi utama meningitis bakterial terjadi karena adanya kerusakan pada otak.
Pasien yang bertahan hidup dari meningitis dapat mengalami gangguan saraf. Oleh karena itu, pasien meningitis bakterial khususnya
pada anak perlu mendapatkan terapi yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penggunaan antibiotik
definitif terhadap cinical outcome pasien anak dengan meningitis bakterial di bangsal rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta serta
gambaran antibiogramnya. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan deskriptif observasional dengan pengumpulan data secara
retrospektif terhadap rekam medis pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penyusunan antibiogram dilakukan
berdasarkan perhitungan persentase sensitivitas antibiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik definitif
63,33% sesuai dengan hasil uji kultur dan sensitivitas antibiotik. Clinical outcomepenggunaan antibiotik definitif sesuai dengan hasil
uji kultur dan sensitivitas 100% (19 pasien) membaik. Antibiogram pada pasien anak dengan meningitis bakterial di RSUP Dr.
Sardjito adalah: pola bakteri Gram positif sebesar 63,33% dan bakteri Gram negatif 36,67%, dimana antibiotik yang memliki
sensitivitas tinggi terhadap bakteri Gram positif adalah vankomisin 89% dan siprofloksasin 83% sedangkan untuk bakteri Gram
negatif adalah meropenem 100% dan amikasin 83%.
ABSTRACT
Bacterial meningitis is an infection of the central nervous system (CNS), especially affects children at age <2 years, with a peak
incidence at the age of 6-18 months. The disease is estimated to reach 1.2 million cases per year with mortality rate of patients
ranges 2% - 30% worldwide. Cases of bacterial meningitis in Indonesia reached 158 / 100,000 cases per year, with the etiology of
Haemophilus influenza type b (H. influenza) 16 / 100,000 and other bacteria 67 / 100,000. Patients with meningitis bacteria that
survive are at risk for complications. The main complication of bacterial meningitis occurs because ofbraindamage. Patients who
survive from meningitis may experience neurological disorders. Therefore, patients with bacterial meningitis, especially in children
need to get optimal therapy. This study aims to determine the susceptible of definitive antibiotic use to clinical outcome in pediatric
patients with bacterial meningitis in inpatient ward Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta and the antibiogram. This research was done
with descriptive observational design with retrospective data collection to pediatric patient medical records which comply with
inclusion and eksclusion criteria. The preparation of antibogram is done by calculating the percentage of antibiotic sensitivity. The
results of this study showed that the definitive antibiotic sensitivity is 63,33% suitable with the results of the culture and antibiotic
sensitivity. 100% (19 patients)Clinical outcomeof suitable definitive antibiotic is become better. Description of the antibiogram in
pediatrics bacterial menigitis of Dr. Sardjito Hospital are : 63,33% Gram positive and 36,67% Gram negative, where the antibiotics
that has the higest sensitivity to Gram positive are vankomycin 89% and siprofloksasin 83% while for Gram negative bacteria are
meropenem 100% and amikasin 83%.
187
Volume 6 Nomor 3 – September 2016
bakteri yang bertahan hidup beresiko secara retrospektif terhadap rekam medis pasien
mengalami komplikasi. Komplikasi utama anak dengan diagnosa meningitis bakterial di
meningitis bakteri terjadi karena adanya bangsal rawat inap RSUP Dr. Sardjito
kerusakan pada otak. Pasien yang bertahan Yogyakarta periode 1 Januari 2010 sampai 31
hidup dari meningitis dapat mengalami Desember 2015. Pasien yang memenuhi kriteria
gangguan syaraf (Chávez-Bueno dan inklusi dan eksklusi kemudian dievaluasi
McCracken, 2005). Oleh karena itu, pasien kesesuaian antibiotik definitfnya terhadap hasil
meningitis bakteri khususnya pada anak perlu uji kultur dan sensitivitas antibiotik, selanjutnya
mendapatkan terapi yang optimal (Prasad et al., dilakukan perhitungan % sensitivitas antibiotik
2007). untuk menyusun antibiogram.
Ketersediaan antibiotiksaat ini telah Analisa data dilakukan dalam beberapa
terjamin, namun meningitis bakteri tetap tahap yaitu, tahap pertama dilakukan analisa
memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang secara deskriptif untuk melihat jumlah angka
tinggi (Hermesen dan Rotschfer, 2005). Angka kejadian meningitis bakterial anak di RSUP Dr.
mortalitas pada pasien yang diobati adalah Sardjito, demografi pasien (umur dan jenis
sekitar 10% dari jumlah kasus yang dilaporkan. kelamin), penyakit penyerta kemudian disajikan
Studi klinik memperlihatkan kejadian sekuel dalam bentuk persentase. Bakteri patogen
neurologis pada lebih dari 50% kasus orang penyebab meningitis, kesesuaian antibiotik
dewasa, 30% pada anak-anak, 10% mengalami definitif terhadap hasil kultur dan sensitivitas,
gangguan pendengaran yang permanen. Angka dosis dan durasi pemberian antibiotik, serta
kematian pada kasus yang tidak diobati adalah gambaran kesesuaian antibiotik definitif
50-90% (Japardi, 2002).Melihat persentase angka terhadap clinical outcomejuga disajikan dalam
mortalitas dan morbiditas yang cukup tinggi, bentuk persentase. Tahap kedua yaitu
maka diperlukan terapi yang tepat, efektif, penyusunan antibiogram, pengolahan dan
rasional dan cepat untuk pasien.Penelitian ini analisis data dilakukan dengan tahapan
dilakukan pada pasien anak dikarenakan perhitungan persen sensitivitas antibiotik.
kejadian meningitis bakteri pada anak lebih Perhitungan angka sensitivitas antibiotik
tinggi dibandingkan pada dewasa, sehingga terhadap bakteri patogen meningitis bakterial
perlu dilakukan analisis terhadap pengobatan anak dihitung dengan menggunakan
meningitis bakteri pada anak. rumus: (Jumlah antibiotik sensitif dibagi dengan
Penelitian mengenai penggunaan pada jumlah isolat antibiotik yang diujikan
meningitis bakteri anak pernah di RSUP Dr. (sensitif+intermediet+resisten), kemudian
Sardjito pernah dilakukan pada tahun 2007 dan hasilnya dikalikan dengan 100%). Antibiotik
2014 mengenai evaluasi penggunaan antibiotik. yang memiliki nilai sensitivitas lebih dari 80%
Perubahan pola resistensi yang cepat digunakan sebagai dasar penyusunan pedoman
menjadikan penulis mengangkat judul ini untuk penggunaan antibiotik empiris meningitis
melihat pola penggunaan dan ketepatan untuk bakterial anak di RSUP Dr. Sardjito.
melihat outcome terapi pada meningitis bakteri
yang nantinya dapat digunakan sebagai dasar Jalannya penelitian
untuk penyusunan antibiogram khususnya Penelitian ini dilakukan melalui
untuk terapi meningitis bakterial pada anak beberapa tahap sebagai berikut: Tahap pertama
dari tahun ke tahun. yaitu persiapan, diantaranya adalah membuat
proposal, membuat Ethical Clearance (EC),
METODE mengurus ijin kepada Direktur rumah sakit
Penelitian ini menggunakan rancangan untuk melakukan penelitian, pembuatan lembar
penelitian Diskriptif Observasional dengan pengumpulan data pasien. Tahap kedua yaitu
desain Retrospektif untuk meneliti evaluasi tahap pelaksanaan, diantaranya adalah
penggunaan dan rancangan Diskriptif pengambilan data dari rekam medik kemudian
Observasional untuk mengetahui gambaran mencatat dalam lembar pengumpulan data
antibiogram. Pengumpulan data dilakukan pasien yang telah dibuat, dilakukan
188
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
Laki-laki 17 56,67
Perempuan 13 43,33
TOTAL 30 100
Tabel III. Karakteristik Penyakit Penyerta Infeksi pada Pasien Meningitis Bakterial Anak
Penyakit Penyerta Infeksi Jumlah pasien (n) Persentase (%)
Pneumonia HAP 4 12.90
TB 3 9.00
Diare 3 9.00
ISK 2 6.00
Cellulitis 1 3.00
ISPA 1 3.00
TOTAL 14 42.90
Keterangan : Persentase dihitung dari jumlah pasien (n) dibagi dengan total sampel (30)
189
Volume 6 Nomor 3 – September 2016
Tabel IV. Karakteristik Penyakit Penyerta Non Infeksi pada Pasien Meningitis Bakterial Anak
Jumlah pasien Persentase
Penyakit Penyerta Non Infeksi
(n) (%)
Anemia 12 38.71
Malnutrisi 4 12.90
Epilepsi 3 9.68
Hiponatremi 3 9.68
Thyfoid Fever 2 6.45
TOTAL 24 77.42
Keterangan : Persentase dihitung dari jumlah pasien (n) dibagi dengan total sampel (30)
190
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
191
Volume 6 Nomor 3 – September 2016
Tabel VIII. Kesesuaian Antibiotik Definitif dengan Hasil Uji Kultur dan Sensitivitas untuk Meningitis
Bakterial Anak
Sesuai Tidak Sesuai
Antibiotik n
Bakteri n (jumlah Persentase Persentase
Definitif (jumlah
pasien) (%) (%)
pasien)
192
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
193
Volume 6 Nomor 3 – September 2016
golongan aminoglikosida (gentamisin dan guideline dari SPM IDAI 2009 penggunaan
amikasin). Hal tersebut tergantung dari kondisi antbiotik setelah keluar hasil kultur seharusnya
pasien terhadap keparahan penyakitnya. disesuaikan dengan hasil antibotik yang
Meskipun tidak sesuai dengan hasil uji sensitif. Pemberian antibiotik definitif yang tidak
kultur dan sensitivitas (Tabel VIII), sefotaksim sesuai dengan kultur dan sensitivitas
tetap digunakan sebagai terapi definitif (20%). memberikan clinical outcome membaik pada
sefotaksim merupakan antibiotik yang memiliki pasien anak dengan meningitis bakterial.
spektrum luas dan memiliki aktivitas penetrasi Pemeriksaan mikrobiologi berhubungan dengan
yang bagus untuk menembus BBB meskipun penyembuhan klinis. Apabila clinical outcome
dalam keadaan inflamasi (Brower, 2008). membaik, maka antibiotik definitif tidak
Sefotaksim juga merupakan antibiotik yang perlu diganti meskipun menurut hasil
direkomendasikan untuk meningitis bakterial pemeriksaan mikrobiologi menunjukkan hasil
anak yang disebabkan karena bakteri Gram mikroorganisme yang diisolasi resisten terhadap
positif maupun Gram negatif (Tunkel et antibiotik yang digunakan. Isolat tersebut
al.,2004). mungkin merupakan suatu “colonizer” atau
Vancomisin direkomenasikan untuk kontaminan.Tetapi apabila clinical outcome
meningitis bakterial karena bakteri Gram positif pasien tidak membaik setelah pengobatan, maka
yang sudah resisten terhadap golongan antibiotik definitif perlu diubah meskipun
penicillin, namun penggunaannnya diberikan menurut hasil pemeriksaan mikrobiologi
secara kombinasi dengan golongan mikroorganismenya sensitif terhadap antibiotik
cephalosporin (Tajdin et al., 2013). Menurut yang digunakan (Aslam, 2003).
194
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
Tabel X. Gambaran Durasi Pemberian Antibiotik Definitif pada Pasien Meningitis Bakterial Anak
195
Volume 6 Nomor 3 – September 2016
Tabel XI. Gambaran Antibiotik Definitif terhadap Clinical Outcome Pasien Anak dengan
Meningitis Bakterial
Kesesuaian Clinical outcome
Membaik Belum membaik
antibiotik definitif
n % N %
Sesuai 19 100 0 0
Tidak sesuai 11 100 0 0
Pada penelitian yang dapat dilihat pada pasien meningitis bakterial terlihat setelah 7-10
Tabel X, durasi pemberian meropenem hari pemberian seftriakson. Pemberian antibiotik
diberikan selama 42 hari. Hal tersebut definitif untuk meningitis bakterial anak di
dikarenakan clinical outcome pasien belum RSUP Dr. Sardjito yang tidak sesuai dengan
mengalami perbaikan, sehingga durasi hasil uji kultur dan sensitivitas antibiotik 100%
pemberian antibiotik diperpanjang. Belum ada (11 pasien) memberikan clinical outcome
penelitian yang menyebutkan dengan pasti membaik. Pada penelitian ini pemberian
mengenai durasi pemberian yang dapat antibiotik definitif yang tidak sesuai dengan uji
memberikan perbaikan clinical outcomepada kultur bakteri dan sensitivitas antibiotik 100%
meningitis bakterial. Strategi yang digunakan (11 pasien) memberikan clinical outcome
untuk mengevalusi perbaikan klinis adalah membaik. Antibiotik definitif yang
dengan melihat perubahan kondisi klinis dan sensitivitasnya resisten (7 pasien) telah diterima
melihat nilai laboratorium (Brouwer, 2012). pasien sebagai terapi empiris (sefotaksim).
Persentase penggunaan antibiotik Penggunaan terapi empiris telah memberikan
definitif (Tabel XI) yang sesuai dengan hasil perbaikan kondisi klinis, sehingga ketika hasil
kultur dan sensitivitas untuk meningitis uji kultur dan sensitivitas antibiotik diketahui
bakterial anak di RSUP Dr. Sardjito yang hasilnya tidak dilakukan perubahan antibiotik.
memberikan clinical outcome membaik adalah Apabila clinical outcome membaik, maka
100%. Antibiotik golongan sefalosporin efektif antibiotik definitif tidak perlu diganti meskipun
terhadap meningitis bakterial anak. Penggunaan menurut hasil pemeriksaan mikrobiologi
sefotaksim sebagai terapi definitif efektif menunjukkan hasil resisten terhadap antibiotik
terhadap clinical outcome pasien meningitis yang digunakan. Tetapi apabila clinical outcome
karena bakteri Staphylococcus dan Streptococcus. pasien tidak membaik setelah pengobatan, maka
Penelitian yang telah dilakukan di Amerika antibiotik definitif perlu diubah meskipun
Serikat pada tahun 2000 menyebutkan bahwa menurut hasil pemeriksaan mikrobiologi
pemberian sefotaksim sebagai antibiotik definitif mikroorganismenya sensitif terhadap antibiotik
untuk bakteri Streptococcus (baik yang nilai yang digunakan (Aslam, 2003).
sensitif maupun intermediet) memberikan Gambaran Antibiogram Antibiotik Meingitis
perbaikan kondisi klinis pasien, tidak ditemukan Bakterial Anak di RSUP Dr. Sardjito Tahun
adanya penurunan fungsi neurologis (Fiore et 2010-2015
al., 2000). Pada penelitian ini seftriakson Pada Tabel XII Antibiogram diperlukan
memberikan clinical outcome membaik terhadap di suatu rumah sakit untuk digunakan sebagai
meningitis yang disebabkan karena bakteri K pedoman pemberian antibiotik empiris.
pneumonia dan S. hominis ssp hominis, dimana Antibiogram sebaiknya disusun setiap 6 bulan
terjadiperbaikan kondisi klinis yang terlihat sekali. Antibiotik yang disusun sebagai dasar
setelah 8 hari pemberian. Review yang antibiogram adalah antibiotik dengan nilai
dilakukan oleh WHO pada tahun 2008 sensitivitas lebih dari 80%. Penggunaan
menyebutkan bahwa penelitian yang telah antibiotik harus berdasarkan pada profil bakteri
dilakukan oleh Martin et al., dan Singi et al., dari rumah sakit tersebut (Sivandan, 2011).
tentang pemberian seftriakson pada pasien anak Berikut gambaran antibiogram di RSUP Dr,
dengan meningitis bakterial, clinical outcome Sardjito untuk meningitis bakterial anak.
196
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
S. haemolyticus (n=3)
S. epidermidis (n=2)
S. viridans (n=1)
E. faecalis (n=1)
S. aureus (n=1)
ANTIBIO GRAM
Nama Anti bi oti k Isol at S % %S (N) %S (N)%S (N)%S (N) %S (N) %S (N)%S (N)%S (N)
Amoxillin 19 3 16 33(3)
Amoxillin-Clavulanat 6 3 50 100 100(3)
Penisilin G 9 7 78 14(7)
Oxacillin 13 10 77 100 40(5) 33(3) 100
Benz y lp enisillin 20 9 45
Amp isilin 20 7 35 29(7)
Amp isilin-Sulbact am 13 13 100 100 57(7) 100(3) 100 50(2)
Nafsillin 7 4 57 100 33(3)
M et hicillin 8 4 50 100 33(3)
Rifamp isin 9 7 78 67(3) 100 33(3)
Pip eracillin 4 3 75 33(3)
T icarsillin 8 3 38 33(3)
Carbecillin 8 3 38 33(3)
Pip eracillin-
8 4 50 100 33(3)
T az obact am
T icarsillin-As.
4 4 100 100 100(3)
Clavulanat
Cefadroxy l 7 4 57 100 33(3)
Ceft iz oxim 4 3 75 33(3)
Cefalexin 7 4 57 100 33(3)
Cefaz olin 6 4 67 100 33(3)
Cefixime 4 2 50 50(2)
Cefep ime 88 5 6 100 50(2) 50(2)
Cefuroxim 10 6 60 100 50(2) 33(3)
Cefalot in 8 4 50 100 33(3)
Cefamandole 5 5 100 100 100(1) 33(3)
Cefot axime 14 7 50 57(7) 33(3) 100 100
Ceft riaxone 17 8 47 100 43(3) 50(2) 100
Ceft az idime 16 7 44 100 33(6) 50(2) 100
Cefoxit in 10 7 70 100 100(4) 100
Cefp iron 11 5 45 80(5)
Ceft obip role 4 4 100 100 100(3)
Imip enem 18 12 67 100 100(6) 50(2) 100 50(2) 100
M erop enem 6 4 67 100 50(2)
Ery t romy cin 17 8 47 33(3) 100 29(7) 100(2) 100
Az it romy cin 1 0 0 50(2) 100
Clindamy cin 14 7 50 100 43(7) 100 100
Cloxacillin 8 3 38 100 33(3)
Flucloxacillin 7 3 43 100 33(3)
Ofloxacin 6 4 67 100 100(3)
Cip rofloxacin 18 15 83 100(2) 100 86(7) 100(3) 100 50(2) 100
Levofloxacin 7 5 71 100 100(3)
M oxifloxacin 9 7 78 33(3) 100(2) 100 100(3)
Sulfamet hoxaz ole 7 5 71 50(4) 100 100(1) 100
Sulfa/T M P 8 5 63 100 50(2) 100(3)
T rimet op rime 14 12 86 50(2) 43(7) 50(2) 100
Gent amy cin 9 5 56 100(2) 100 67(3)
Amikasin 18 9 50 100(6) 100 50(2) 100
T et rasiklin 20 17 85 100(3) 86(7) 100(3) 100 50(2) 100
T igecy cline 9 8 89 100(3) 100(2) 100 100(3)
Vancomy cin 18 16 89 100(3) 100(2) 100 100(6) 100(3) 100(1)
Quinop rist in 9 8 89 100(3) 100(2) 100 50(2)
Nit rofurant oin 12 10 83 100(3) 100(2) 100 67(3)
Linez olid 6 6 100 100(3) 100(2) 100
197
Volume 6 Nomor 3 – September 2016
198
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
WHO pada tahun 2008 menyebutkan bahwa meningitis bakterial sebaiknya amikasin
meropenem memiliki kemampuan untuk digunakan secara kombinasi tidak digunakan
melawan bakteri Gram negatif. Begitu juga secara tunggal.
dengan amikasin, namun untuk kasus
K. pneumonia
P. aeruginosa
A. baumannii
ANTIBIO GRAM
B. cepacia
E. coli
Nama Antibiotik n S %S n S %S n s %S n s %S n s %S n s %S
Aztreonam 6 5 83 2 1 50 3 3 33 1 100
Piperasillin 1 0 0 1 0
Sefuroxim 2 1 50 2 1 50
Sefotaksim 2 1 50 2 1 50
Seftriakson 7 5 71 2 2 100 3 3 33 1 0 1 0
Imipenem 4 3 75 4 3 75
Ertapenem 3 3 100 2 2 100 1 100
Sulfa/T MP 7 6 86 1 1 100 2 2 50 3 3 33 1 0
Sulfametoksazol 4 3 75 4 3 75
Nitrofurantoin 2 2 100 1 1 100 1 100
T etrasiklin 4 1 25 4 1 25
Gentamisin 10 7 70 4 2 50 2 2 100 3 3 33 1 0
Amikasin 6 5 83 4 3 75 2 2 100 3 3 100 1 100 1 0
199
Volume 6 Nomor 3 – September 2016
200
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
K. pneumonia (n=3)
B. cepacia (n=1)
Bakteri ESBL
E. coli (n=1)
ANTIBIOGRAM
201
Volume 6 Nomor 3 – September 2016
DAFTAR PUSTAKA
Abdinia, B., Ahangarzadeh Rezaee, M., dan Fiore, A.E., Moroney, J.F., Farley, M.M.,
Abdoli Oskouie, S., 2014. Etiology and Harrison, L.H., Patterson, J.E.,
Antimicrobial Resistance Patterns of Jorgensen, J.H., et al., 2000. Clinical
Acute Bacterial Meningitis in Children: Outcomes of Meningitis Caused by
A 10-Year Referral Hospital-Based Study Streptococcus pneumoniae in the Era of
in Northwest Iran. Iranian Red Crescent Antibiotic Resistance. Clinical Infectious
Medical Journal, 16: . Diseases, 30: 71–77.
Baylan, O., 2012. [An opportunistic pathogen Goldman, J.A. dan Kearns, G.L., 2011.
frequently isolated from Fluoroquinolone Use in Paediatrics:
immunocompromised patients: Focus on Safety and Place in Therapy.
Burkholderia cepacia complex]. World Health Organization, Geneva,
Mikrobiyoloji Bülteni, 46: 304–318. Switzerland, .
Boehme, M.S., Somsel, P.A., dan Downes, F.P., Greenhill, A.R., Phuanukoonnon, S., Michael, A.,
2010. Systematic review of antibiograms: Yoannes, M., Orami, T., Smith, H., et al.,
a national laboratory system approach 2015. Streptococcus pneumoniae and
for improving antimicrobial Haemophilus influenzae in paediatric
susceptibility testing practices in meningitis patients at Goroka General
Michigan. Public Health Reports, 125: 63. Hospital, Papua New Guinea: serotype
El Bashir, H., Laundy, M., dan Booy, R., 2003. distribution and antimicrobial
Diagnosis and treatment of bacterial susceptibility in the pre-vaccine era.
meningitis. Archives of disease in BMC Infectious Diseases, 15: .
childhood, 88: 615–620. Haque, N., Bari, M.S., Haque, N., Khan, R.A.,
Haque, S., Kabir, M.R., et al., 2011.
202
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
203
Volume 6 Nomor 3 – September 2016
204