Anda di halaman 1dari 55

RANCANGAN AKTUALISASI

NILAI-NILAI DASAR
PEGAWAI NEGERI SIPIL

PELATIHAN DASAR
CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
GOLONGAN III ANGKATAN I

OPTIMALISASI PELAKSANAAN TRIASE


MENGGUNAKAN PATIENT ACUITY CATEGORY
SCALE (PACS)- WORTHING PHYSIOLOGY SCORE
SYSTEM (WPSS) OLEH TENAGA KESEHATAN DI
INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT
KUSTA Dr. RIVAI ABDULLAH PALEMBANG

Oleh
dr. ELLIZA

NIP. 198908072019022001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM
2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN
PENETAPAN ISU RANCANGAN AKTUALISASI
LATIHAN DASAR CPNS KEMENTERIAN KESEHATAN
DI BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM
TAHUN 2019

Nama : dr. Elliza


NIP : 198908072019022001
Pangkat/Golongan : III B
Jabatan : Dokter Ahli Tingkat Pertama
Instansi : RS Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang
Mentor : drg. Eva Zahra
Coach : Ns. Lydia, S.Kep, MARS

Disampaikan pada seminar rancangan aktualisasi

Hari/tanggal : Selasa/ 14 Mei 2019


Tempat : Balai Pelatihan Kesehatan Batam

Menyetujui,

Coach Mentor

Ns. Lidia, S.Kep, MARS drg. Eva Zahra


Widyaiswara Ka. Seksi Pelayanan Medik
NIP. 196601171986022001 NIP. 197602182008122002

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... 1


LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL............................................................................................... 4
KATA PENGANTAR........................................................................................ 5

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 6


1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 6
1.1.1 Dasar Penyelenggaraan ............................................................................ 6
1.1.2 Pola Penyelenggaraan Pelatihan Dasar .................................................. 6
1.1.3 Kompetensi selama Pelatihan Dasar....................................................... 7
1.1.4 Tahapan Aktualisasi.................................................................................. 7
1.1.5 Profil Organisasi ........................................................................................ 8
1.1.6 Visi, Misi, Nilai, dan Motto Organisasi ................................................. 9
1.1.7 Struktur Organisasi ................................................................................... 10
1.2 Tujuan dan Manfaat.................................................................................. 11
1.2.1 Tujuan ......................................................................................................... 11
1.2.2 Manfaat ....................................................................................................... 11
1.3 Ruang Lingkup ........................................................................................... 11
1.4 Data Diri Peserta ........................................................................................ 12
1.5 Analisis Isu ................................................................................................... 12
1.5.1 Enviromental Scanning, Problem Solving, Analisis ............................ 12
1.5.2 Alat Bantu Analisis ................................................................................... 13
1.5.3. Rumusan Isu ............................................................................................. 16
1.5.4. Identifikasi Sumber Isu ........................................................................... 16
1.5.5 Lembar Konfirmasi ................................................................................... 16
1.5.6 Judul Laporan Aktualisasi........................................................................ 16

BAB II NILAI-NILAI DASAR DAN KEDUDUKAN SERTA PERAN PNS


DALAM NKRI ......................................................................................... 17
2.1 Konsep Nilai-nilai Dasar PNS ............................................................ 17
2.2 Konsep Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI .......................... 29

BAB III RANCANGAN AKTUALISASI ............................................... 44


3.1 Rancangan Kegiatan ........................................................................... 44
3.2 Jadwal Kegiatan / Time Table ............................................................ 52

BAB IV PENUTUP ................................................................................... 55


4.1 Simpulan .............................................................................................. 63
4.2 Saran .................................................................................................... 63

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisis Penilaian Isu dengan APKL ................................................ 14


Tabel 2. Analisis Penilaian Isu dengan USG .................................................. 15
Tabel 3. Jumlah, Jenis, dan Sumber Kegiatan ................................................ 44
Tabel 4. Rancangan Aktualisasi ........................................................................ 45
Tabel 5. Jadwal Kegiatan ................................................................................... 52

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN (Aparatur Sipil
Negara) ini dapat tersusun dengan baik. Saya menyadari bahwa proses
penyusunan laporan rancangan aktualisasi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga
dengan laporan rancangan aktualisasi ini saya dapat terus meningkatkan kinerja
saya sebagai Aparatur Sipil Negara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan rancangan aktualisasi
ini.Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah
membantu:
1. Bapak Asep Zaenal Mustofa, SKM, M. Epid selaku Kepala Bapelkes
Batam yang telah memberikan kesempatan dan motivasi kepada kami agar
terus dapat berkarya dan mengabdikan diri sepenuh hati demi Indonesia
tercinta.
2. Ibu Ns. Lidia, S.Kep, MARS selaku coach yang senantiasa tiada lelah
memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyusunan rancangan
aktualisasi ini.
3. Ibu drg. Eva Zahra selaku mentor yang memberikan dukungan serta
memberi masukan kepada penulis agar dapat lebih baik.
4. Seluruh staf pengajar dan karyawan Bapelkes Batam yang telah memberi
fasilitas dan pelayanan yang begitu optimal sehingga pendidikan serta
pelatihan dapat berlangsung dengan lancar.
5. Rekan-rekan peserta latihan dasar Golongan II dan Golongan III
Kemenkes RI Bapelkes Batam, yang dengan semangat dan tujuan yang
sama selalu bahu-membahu dalam melewati proses pendidikan.

Demikian laporan ini dibuat, semoga bermanfaat bagi sesama demi


kemajuan generasi ASN sebagai agent of change untuk memajukan bangsa dan
negara.

Batam, Mei 2019


Penulis

v
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dengan kekayaan alam Indonesia yang melimpah diperlukan sumber daya


manusia (SDM) yang berkualitas dan profesional untuk mengolahnya.
Negara memerlukan aparatur sipil negara (ASN) yang handal untuk
mengantarkan Indonesia menjadi negara jaya, sejahtera, dan maju. ASN
adalah profesi bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah.

Menurut UU No. 5 tahun 2014, Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah


Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diangkat sebagai pegawai tetap
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) dan memiliki nomor induk
pegawai secara nasional. PNS memiliki peranan penting dalam mewujudkan
tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.

Pegawai ASN memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan


publik, serta perekat dan pemersatu bangsa. Selain itu, pegawai ASN juga
berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan
tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan
kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

I.1.1Dasar Penyelenggaraan

Untuk dapat membentuk sosok Pegawai Negeri Sipil (PNS) profesional


perlu dilaksanakan pembinaan melalui jalur pelatihan. Dasar
penyelenggaraan pelatihan dasar CPNS adalah mengacu pada UU Nomor 5
tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan PP No. 11 tahun 2017. Juga

1
berpedoman pada peraturan Lembaga Administrasi Negara No. 12 tahun
2018 tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.

CPNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui proses


Diklat untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat, motivasi
nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggungjawab, memperkuat profesionalisme, dan kompetensi bidang
sehingga peserta mampu menginternalisasi, menerapkan,
mengaktulisasikan, membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi), dan
merasakan manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter
PNS yang profesional.

I.1.2 Pola Penyelenggaraan Pelatihan Dasar


Sejalan dengan telah ditetapkannya Peraturan Lembaga Administrasi
Negara No. 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri
Sipil, Pelaksanaan Pelatihan Dasar CPNS mengacu pada pola baru berupa
diklat terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat
dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang
unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta
kompetensi bidang. Peserta akan menjalani pelatihan dasar selama 51 hari
kerja dengan rincian 21 hari kerja untuk kegiatan pembelajaran klasikal
(berada di tempat pelatihan) dan 30 hari keja untuk pembelajaran non-
klasikal (aktualisasi di tempat kerja). Struktur kurikulum Pelatihan Dasar
Calon PNS Golongan III terbagi dalam dua bagian yaitu kurikulum
pembentukan karakter PNS dan kurikulum penguatan kompetensi bidang
tugas yang terdiri dari kompetensi teknis umum/administrasi dan
kompetensi teknis substantif. Adapun kurikulum pembentukan karakter
PNS terdiri dari:

 Agenda I : Sikap Perilaku Bela Negara


Agenda ini membekali peserta dengan pemahaman wawasan kebangsaan
melalui pemaknaan terhadap nilai-nilai bela negara sehingga peserta
memiliki kemampuan untuk menunjukkan sikap perilaku bela negara dalam

2
suatu kesiapsiagaan yang mencerminkan sehat jasmani dan mental
menghadapi isu kontemporer dalam menjalankan tugas jabatan sebagai
seorang PNS professional pelayan masyarakat. Kemampuan tersebut
diperoleh melalui pembelajaran mata pelatihan wawasan kebangsaan dan
nilai-nilai bela Negara, analisa isu kontemporer, dan kesiapsiagaan bela
Negara secara terintegrasi.
 Agenda II : Nilai-nilai Dasar PNS
Agenda ini membekali peserta dengan nilai-nilai dasar yang dibutuhkan
dalam menjalankan tugas jabatan PNS secara profesional sebagai pelayan
masyarakat yang meliputi kemampuan: berakuntabilitas, mengedepankan
kepentingan nasional, menjunjung tinggi standar etika publik, berinovasi
untuk peningkatan mutu pelaksanaan tugas jabatannya dan tidak korupsi dan
mendorong percepatan pemberantasan korupsi di lingkungan instansinya.
 Agenda III : Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
Agenda pembelajaran ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS untuk menjalankan fungsi ASN sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan permersatu
bangsa sehingga mampu mengelola tantangan dan masalah keragaman
sosial-kultural dengan menggunaan perspektif Whole of Government dalam
mendukung pelaksanaan tugas jabatannya. Kemampuan tersebut diperoleh
melalui pembelajaran mata Pelatihan Manajemen ASN, Pelayanan Publik,
dan Whole ofGovernment.

 Agenda IV : Habituasi
Agenda pembelajaran ini memfasilitasi agar peserta melakukan proses
aktualisasi melalui pembiasaan diri terhadap kompetensi yang telah
diperolehnya melalui berbagai mata Pelatihan yang telah dipelajari. Melalui
agenda pembelajaran ini, peserta akan dibekali dengan konsepsi dan tahap
aktualisasi, penyusunan dan penyajian rancangan aktualisasi, pelaksanaan
aktualisasi di tempat kerja dan penyajian hasil aktualisasi di tempat kerja
dengan menyajikan berbagai bukti belajar yang relevan.

3
I.1.3 Kompetensi yang dibangun selama Pelatihan Dasar
Menjadi PNS yang profesional harus memiliki kompetensi. Kompetensi
yang dibangun selama Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
Golongan III agar terbentuk PNS sebagai pelayan masyarakat yang
profesional, hal ini diindikasikan dengan kemampuan:

1. Menunjukkan sikap perilaku bela negara;


2. Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS dalam pelaksanaan tugas
jabatannya;
3. Mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS dalam kerangka NKRI;
4. Menunjukkan penguatan kompetensi teknis yang dibutuhkan sesuai
bidang tugas.
Untuk memperkuat fungsi seorang PNS, dalam Pelatihan Dasar CPNS,
peserta dipersiapkan dan dibekali materi-materi sehingga memiliki
kemampuan mengaktualisasikanlima nilai dasar kemampuan mewujudkan
akuntabilitas, mengedepankan kepentingan nasional, menjunjung tinggi
standar etika publik, berinovasi untuk peningkatan mutu, dan kemampuan
untuk tidak korupsi. Peserta juga memiliki kemampuan untuk menganalisis
dampak apabila kompetensi sikap perilaku bela negara, nilai-nilai dasar
PNS, dan kedudukan dan peran PNS dalam kerangka NKRI tidak
diaplikasikan.

I.1.4 Tahapan Aktualisasi


Pada sistem pembelajaran Pelatihan Dasar CPNS, peserta pelatihan
diharapkan mampu mengaktualisasikan substansi materi pembelajaran
melalui proses pembiasaan diri untuk diterapkan pada kegiatan aktuliasasi di
tempat kerja. Dalam kegiatan aktualisasi ini diharapkan peserta mampu
menerapkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari selama agenda Pelatihan Dasar
Calon PNS. Adapun tahapan aktualisasi antara lain:
1. Merancang aktualisasi
Rancangan aktualisasi merupakan dokumen atau produk pembelajaran
aktualisasi yang dihasilkan peserta pelatihan Dasar Calon PNS bagi

4
CPNS Golongan III. Dalam merancang aktualisasi, setiap peserta
dituntut untuk:
a. Mengidentifikasi, menyusun dan menetapkan isu atau
permasalahan yang terjadi dan harus segera dipecahkan
b. Mengajukan gagasan pemecahan isu dengan menyusunnya dalam
daftar rencana, tahapan, dan output kegiatan
c. Mendeskripsikan keterkaitan antara isu dan kegiatan yang
diusulkan dengan mata pelatihan Manajemen ASN, Pelayanan
Publik, dan Whole Of Government dalam satu atau keseluruhan
perspektif mata pelatihan, baik secara langsung maupun tidak
langsung
d. Mendeskripsikan rencana pelaksanaan kegiatan dan kontribusi
hasil kegiatan yang didasari aktualisasi nilai-nilai dasar PNS
e. Mendeskripsikan hasil kegiatan yang dilandasi oleh substansi mata
pelatihan terhadap pencapaian visi, misi, tujuan organisasi, dan
penguatan terhadap nilai-nilai organisasi

2. Mempresentasikan rancangan aktualisasi


Tujuan presentasi yaitu untuk mendapatkan masukan agar rancangan
aktualisasi tersebut layak dan logis diterapkan. Dalam seminar
rancangan aktualisasi diberi kesempatan 15-20 menit untuk
mempresentasikan rancangan aktualisasi. Komponen utama yang harus
dipresentasikan peserta adalah:
a. Argumentasi terhadap core issue yang dipilih, konsep pokok mata
pelatihan yang melandasi core issue, dan penetapan inisiatif
pemecahan core issue yang dipilih
b. Usulan-usulan inisiatif, baik berupa pikiran konseptual dan/atau
aktivitas-aktivitas dalam rangka memecahkan core issue tersebut
c. Proses dan kualitas dalam mengelola dan menjalankan inisiatif dan
identifikasi dampak hasil inisiatif, level dampak inisiatif, dan
keberlangsungan inisiatif
d. Kontribusi hasil kegiatan terhadap visi, misi, dan tujuan organisasi

5
e. Kontribusi hasil kegiatan terhadap penguatan nilai-nilai organisasi

3. Melakukan aktualisasi
Setelah kembali di tempat kerja, peserta dituntut untuk segera
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dengan penuh
disiplin dan tanggung jawab, sesuai dengan jadwal yang telah
direncanakan. Ada 3 hal mendasar yang perlu dilakukan peserta saat off
campus, yaitu:
a. Melakukan pendalaman terhadap core issue yang dipilih dan
dukungan konsep pokok mata pelatihan yang melandasi pemilihan
core issue dan penetapan inisiatif pemecahan core issue yang
dipilih
b. Melakukan penerapan terhadap usulan-usulan inisiatif baik berupa
pikiran konseptual dan/atau aktivitas-aktivitas dalam rangka
memecahkan core issue
c. Melakukan analisis terhadap dampak hasil inisiatif dan menjaga
keberlangsungan inisiatif yang telah dilakukan

4. Melaporkan aktualisasi
Selama melaksanakan pembelajaranoff campus, peserta membuat
laporan aktualisasi harian atau mingguan atau periode tertentu di bawah
bimbingan coach atau mentor. Muatan laporan aktualisasi yaitu
deskripsi core issue yang terjadi dan strategi pemecahannya, proses
menerapkan inisiatif gagasan kreatif yang telah dirancang yang
didukung dengan dukungan bukti-bukti pembelajaran seperti dokumen,
notulensi, video serta analisis terhadap dampak yang ditimbulkan dan
analisi dampak jika nilai-nilai dasar PNS tidak diterapkan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya.

5. Mempresentasikan laporan aktualisasi


Tujuannya adalah untuk mendapatkan penilaian atas aktualisasi yang
telah dilakukan dan mendapatkan masukan agar ke depan kualitas

6
aktualisasi dapat dilanjutkan dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya.
Komponen utama yang harus dipresentasikan peserta yaitu:
a. Argumentasi terhadap core issue yang dipilih yang didukung
konsep pokok mata pelatihan dan penetapan inisiatif pemecahan
core issue yang dipilih
b. Proses dan kualitasmengelola dan menjalankan inisiatif dan
identifikasi dampak hasil inisiatif, level dampak dan
keberlangsungan inisiatif
c. Kontribusi hasil kegiatan terhadap visi, misi dan tujuan organisasi
d. Kontribusi hasil kegiatan terhadap penguatan nilai-nilai organisasi
e. Hasil analisis konseptual, dampak apabila nilai-nilai dasar PNS
tidak diaplikasikan dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya

6. Pembimbing
Pembimbing yang terlibat dalam pembelajaran aktualisasi adalah
pengajar yang memiliki kompetensi untuk memfasilitasi pembelajaran
agenda habituasi dan penguatan kompetensi teknis bidang tugas di
tempat kerja. Pembimbing terdiri dari coach dan mentor. Coach
ditunjuk oleh pimpinan lembaga penyelenggaraan pelatihan pemerintah
terakreditasi adalah widyaiswara/pegawai ASN lainnya pada Lembaga
Pelatihan Pemerintah Terakreditasi yang memiliki kompetensi
menggali potensi pengembangan diri peserta dalam melaksanakan
pembelajaran agenda habituas. Coach juga dapat ditunjuk oleh
pimpinan Instansi Pemerintah di tempat aktualisasi.
Mentor adalah atasan langsung peserta atau pegawai ASN lainnya yang
ditunjuk oleh PPK Instansi peserta sebagai pembimbin yang memiliki
kompetensi dalam memberikan dukungan, bimbingan dan masukan,
serta berbagi pengalaman keberhasilan/kegagalan kepada peserta untuk
melaksanakan pembelajaran agenda habituasi dan pembelajaran agenda
habituasi dan pembelajaran pengutan kompetensi teknis.

7
I.1.5 Profil Organisasi
Sejarah Singkat
Rumah Sakit Kusta Sungai Kundur didirikan pada tahun 1914. Pada
mulanya sebagai tempat penampungan atau pengasingan penderita kusta. Lokasi
pertama didirikan di Kertapati (Seberangg Ulu 1). Pendirinya diprakarsai oleh
seorang nahkkoda kapal (tidak diketahui namanya) karena beberapa anak buah
kapal nya menderita kusta. Tempat penampungan ini diberi nama “Kembang
Pumpung”.
Karena adanya protes masyarakat di sekitar tempat penampungan itu maka
lokasi penampungannya dipindahkan ke Sungai Kundur, Desa Mariana,
Kecamatan Banyuasin I. Dengan terbitnya SK MenKes RI Nomor: 95948/
Hukum, maka tanggal 9 Desember 1961 oleh Bala Keselamatan, Rumah Sakit ini
diserahkan kepada Departemen Kesehatan RI.
Rumah Sakit Kusta Sungai Kundur yang kemudian berganti nama menjadi
Rumah Sakit Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang diberikan izin oleh Direktur
Jenderal Pelayanan Medik melalui Surat Nomor: BM.01.03.3.2.04929.A tanggal
31 Oktober 1995 untuk melaksanakan pelayanan umum. Pada Tahun 2012
restrukturisasi SOTK berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 010
Tahun 2012. Rumah Sakit Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang adalah Rumah
Sakit unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pelayanan
Kesehatan.

Gambar 1.1 RS Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembnag


Sumber : http//:rskustadrrivaiabdullah

8
Data Monografi
Kode Rumah Sakit : 1671072
Tanggal Registrasi : 27/12/2013
Rumah Sakit : RS Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang
Jenis : RS Kusta
Kelas RS : Kelas A (Khusus)
Direktur RS : dr. Zubaidah Elvia, MPH
Penyelenggara : Kementerian Kesehatan RI
Alamat : Jl. Sungai Kundur Kelurahan Marianan Kecamatan
Banyuasin I Kabupaten Banyuasin Provinsi
Sumatera Selatan 30763. (Tlp: 0711-7537201, Fax:
0711-7537204,Email:
rsdr_rivaiabdullah@yahoo.co.id)
Luas Tanah Seluruhnya : 275.040 M²
Luas Tanah untukBangunan : 10.695 M²
Luas Tanah untukSaranaLingkungan : 24.260 M²
Luas Tanah Kosong, yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, peternakan
dan perikanan : 240.085 M²
Kepemilikan : Kementerian Kesehatan RI.
Kapasitas tempat tidur : 152 tempat tidur.
Fasilitas umum : Guest House, Aula, Gedung Serba
Guna, Parkir, Mushola, Kantin.

9
Sumber Daya Manusia
Tabel 1.1 Jumlah SDM Berdasarkan Kualifikasi/ Jenis Pendidikan
Tahun 2019
No JENIS PENDIDIKAN JUMLAH PERSENTASE
1 S2 MAGISTER
A. KESEHATAN 6 2%
B. NON KESEHATAN 5 2%
2 S1 SARJANA
A. KESEHATAN 38 13%
B. NON KESEHATAN 22 7%
3 DOKTER PPDS (TUBEL) 5 2%
4 DOKTER SPESIALIS 20 7%
5 DOKTER UMUM/ DOKTER GIGI
A. DOKTER UMUM 11 4%
B. DOKTER GIGI 4 1%
6 APOTEKER 4 1%
7 DIPLOMA 4 4 1%
8 DIPLOMA 3 109 36%
9 DIPLOMA 1 5 2%
10 SMA/ SPK 60 20%
11 SMP 1 0%
12 SD 10 3%
1. JUMLAH 304 100%

Fasilitas
a. Instalasi Rawat Darurat 24 Jam
b. Instalasi Rekam Medik
c. Instalasi Rawat Jalan
 Klinik Kusta
 Klinik Kulit dan Kelamin
 Klinik Penyakit Dalam
 Klinik Kebidanan dan Kandungan

10
 Klinik Bedah
 Klinik Syaraf
 Klinik Mata
 Klinik Gigi
 Klinik Anak
 Klinik Anestesi
d. Instalasi Rawat Inap
 Rawat Inap Kusta
 Rawat Inap Penyakit Dalam
 Rawat Inap Bedah
 Rawat Inap Anak
 Rawat Inap Kebidanan
 ICU
e. Ruang Operasi
f. Instalasi Patologi Klinik
g. Instalasi Radiologi
h. Instalasi Gizi
i. Instalasi Farmasi
j. Instalasi CSSD
k. Instalasi Rehabilitasi Medik (Pelayanan Fisioterapi, Pelayanan Protesa,
Pelayanan Okupasi Terapi, Pelayanan Psikologi)
l. Instalasi Rehabilitasi Karya dan Sosial Medik (Pelayanan Rumah Singgah
dan Pelayanan Terapi Karya)
m. Instalasi Sanitasi dan Kesling Rumah Sakit
n. Instalasi Laundry
o. Instalasi Pendidikan dan Pelatihan
p. Instalasi Pemulasaran Jenazah
q. Fasilitas Penunjang (Ambulance, IPAL, Incenerator, Halaman Parkir, Gedung
Serba Guna, Aula, Tower Hotspot)

11
I.1.6 Visi, Misi, Nilai dan Motto RS Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang
Visi :
“Terwujudnya Rumah Sakit Kusta yang Mandiri dan Produktif Tahun 2019”
Misi :
1. Meningkatkan pelayanan kusta dan kesehatan lainnya secara
komprehensif dan terpadu.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.
3. Mengembangkan pendidikan, pelatihan, dan penelitian di bidang
kusta dan kesehatan lainnya.
4. Meningkatkan dan memenuhi sarana dan prasarana.
5. Optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana.
Tata Nilai :
"Komitmen, Integritas, Profesional, Responsibility, dan
Keteladanan"
Motto :
K : Komitmen
U : Usaha
W : Wajib Membantu
A : Akuntabilitas
T : Transparan

12
I.1.7 Struktur Organisasi

Gambar 1.2 Struktur Organisasi RS Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang

Sebagai staf fungsional medis dokter umum penulis berada dibawah naungan
komite medik. Pada saat ini ditugaskan sebagai dokter di Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RS Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang.

a. Direktur Utama dibantu oleh Direktur Pelayanan dan Direktur


Keuangan, Sumber Daya Manusia dan Umum, masing-masing
membawahi :
1. Direktur Pelayanan membawahi :
 Bidang Medis
 Bidang Keperawatan

13
 Bidang Rehabilitasi
2. Direktur Keuangan, Sumber Daya Manusia & Umum membawahi :
 Bagian Keuangan
 Bagian Sumber Daya Manusia

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT


1.2.1 Bagi Peserta
Melalui proses pembelajaran ini diharapkan peserta mampu
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS sesuai indikator yang terkandung
dalam Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik, Komitmen mutu dan Anti
korupsi (ANEKA) dalam melaksanakan tugas serta mengaktualisasi pemahaman
mengenai pelayanan publik, manajemen ASN dan Whole of Government.
Setelah mendapatkan materi tentang nilai-nilai dasar ASN, peserta diklat
diharapkan mampu memahami, internalisasi dan melakukan implementasi nilai-
nilai tersebut melalui proses aktualisasi di unit kerja masing-masing. Selain itu,
peserta diharapkan dapat memahami kegunaan proses aktualisasi ini pada visi dan
misi organisasi.

1.2.2 Bagi Organisasi


Dengan adanya aktualisasi nilai-nilai dasar profesi ASN diharapkan
peserta mampu membawa perubahan perilaku yang berdampak positif bagi
kemajuan organisasi terkait fungsi ASN sebagai pelaksana kebijakan, pelayan
publik serta perekat dan pemersatu bangsa.

1.3 RUANG LINGKUP


Pendidikan dan pelatihan dasar CPNS Kemenkes Golongan III angkatan I
dan II diselenggarakan selama 51 hari kerja dari tanggal 23 April 2019 hingga 18
Juli 2019 yang terdiri dari 3 tahap:
1. Tanggal 2 April – 16 Mei 2019 on campus di Balai Pelatihan Kesehatan
(Bapelkes) Batam.
2. Tanggal 20 Mei – 1 Juli 2019 off campus untuk melaksanakan kegiatan
aktualisasi di unit kerja masing-masing, dalam hal ini untuk penulis di Rumah
Sakit Kusta dr. Rivai Abdullah Palembang.

14
3. Tanggal 16 Juli - 18 Juli 2019 evaluasi aktualisasi di Balai Pelatihan
Kesehatan (Bapelkes) Batam.
Ruang lingkup rancangan kegiatan serta tahapan – tahapan aktualisasi ini meliputi
inovasi dan penugasan pimpinan.

1.4 DATA DIRI PESERTA

Penulis adalah peserta Pelatihan Dasar CPNS Kemenkes golongan III


angkatan 1 yang mengikuti program pelatihan 23 April- 18 Juli 2019. Penulis
ditugaskan di unit kerja RS Kusta dr. Rivai Abdullah Palembang, tepatnya di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai staf medis fungsional. Di lingkungan IGD
RS Kusta dr. Rivai Abdullah Palembang, seorang staf medis secara garis besar
berperan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan gawat darurat selama 24 jam
dan menyelenggarakan kegiatan IGD yang bermutu

Tugas jabatan dan target yang harus dicapai oleh seorang staf medis
dimuat dalam Sasaran Kinerja Pegawai (SKP). Selain sebagai deskripsi tugas,
SKP juga merupakan alat kendali agar setiap kegiatan pelaksanaan tugas pokok
setiap PNS selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana strategis
organisasi. Setiap kegiatan tugas jabatan yang akan dilakukan harus berdasarkan
tugas dan fungsi, wewenang, tanggung jawab dan uraian tugas yang telah
ditetapkan dalam Struktur Organisasi dan Tata Kerja. SKP wajib disusun oleh
seluruh PNS, baik jabatan struktural maupun fungsional sesuai dengan rencana
kerja organisasi yang kemudian dinilai oleh atasan langsung. Adapun data diri
peserta adalah sebagai berikut:
Nama : dr. Elliza
NIP : 198908072019022001
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 7 Agustus 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Komp. Prima Indah Blok A. 12 Kelurahan
Sukamaju Kecamatan Sako Palembang
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I / IIIB
Jabatan : Dokter Ahli Pertama

15
Pendidikan : Dokter Umum

1.5 ANALISIS ISU

1.5.1 Scanning Environment (Isu)


Isu adalah sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap diambil
keputusannya. Isu merepresentasikan suatu kesenjangan antara praktik organisasi
dengan harapan-harapan para stakeholder. Berdasarkan definisi tersebut, isu
merupakan suatu hal yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi yang
apabila tidak ditangani secara baik akan memberikan efek negatif terhadap
organisasi bahkan dapat berlanjut pada tahap krisis. Berkaitan dengan rancangan
aktualisasi ini, sumber isu yang diangkat berasal dari tugas pokok dan fungsi
(Tupoksi), Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), kegiatan yang diinisiatif oleh penulis
melalui persetujuan coach dan mentor, serta penugasan dari atasan. Berdasarkan
kaitannya dengan Manajemen ASN, Whole of Government (WoG), dan Pelayanan
Publik. Berikut adalah daftar isu-isu yang muncul di Instalasi Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit Dr. Rivai Abdullah Palembang yang saya amati
selama kurang lebih 2 bulan bekerja:
1. Belum Optimalnya Sistem Rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat I ke RSK. dr.
Rivai Abdullah Palembang (Whole of Government)
2. Belum Efektifnya Peran Tenaga Kesehatan dalam Mencegah Infeksi Nosokomial di
Instalasi Gawat Darurat RSK. dr. Rivai Abdullah Palembang (Pelayanan Publik)
3. Belum Optimalnya Pelaksanaan Triase Menggunakan Patient Acuity Category Scale
(PACS)-Worthing Physiology Score System (WPSS) Oleh Tenaga Kesehatan di
Instalasi Gawat Darurat RSK. dr. Rivai Abdullah Palembang (Pelayanan Publik)
4. Belum Optimalnya Ketersediaan Ruang Tunggu untuk Keluarga Pasien di Instalasi
Gawat Darurat RSK. dr. Rivai Abdullah Palembang (Pelayanan Publik)
5. Belum Optimalnya Kinerja Dokter Penanggung Jawab Pelayanan di Ruang Rawat
Inap RSK. dr. Rivai Abdullah Palembang (Manajeman ASN)

1.5.2 Alat Bantu Analisis


Berdasarkan identifikasi isu yang telah dipaparkan, perlu dilakukan proses
identifikasi isu untuk menentukan isu mana yang merupakan prioritas yang dapat
dicarikan solusi oleh penulis. Proses identifikasi isu tersebut menggunakan alat

16
bantu penetapan kriteria kualitas isu. Kriteria yang digunakan adalah metode
APKL (Aktual, Probematik, Kekhalayakan, dan Layak) untuk memilih 3 dari 5
isu yang ada kemudian dilanjutkan dengan metode USG (Urgency, Seriousness,
dan Growth) untuk menentukan core issue dari 3 isu teratas hasil metode APKL.
Analisis dilakukan dengan menetapkan rentang penilaian 1-5 pada tiap poin.
Metode pertama yang dipakai adalah metode APKL. Aktual adalah isu
tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat.
Problematik merupakan isu yang sangat kompleks sehingga perlu dicarikan
solusinya. Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang
banyak. Layak ditujukan kepada isu yang masuk akal dan realistis serta relevan
untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

Secara lengkap analisis penilaian kualitas isu dengan metode APKL


tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Analisis Penilaian Isu dengan APKL


No Identifikasi Isu Kriteria Total Peringkat
APKL
A P K L
1 Belum Optimalnya Sistem Rujukan dari Fasilitas 5 4 5 3 17 2
Kesehatan Tingkat I ke RSK. dr. Rivai Abdullah
Palembang (Whole of Government)
2 Belum Efektifnya Peran Tenaga Kesehatan dalam 4 4 4 4 16 3
Mencegah Infeksi Nosokomial di Instalasi Gawat
Darurat RSK. dr. Rivai Abdullah Palembang
(Pelayanan Publik)
3 Belum Optimalnya Pelaksanaan Triase 5 5 5 4 19 1
Menggunakan Patient Acuity Category Scale
(PACS)-Worthing Physiology Score System
(WPSS) Oleh Tenaga Kesehatan di Instalasi
Gawat Darurat RSK. dr. Rivai Abdullah
Palembang (Pelayanan Publik)
4 Belum Optimalnya Ketersediaan Ruang Tunggu 3 4 3 4 14 4
untuk Keluarga Pasien di Instalasi Gawat Darurat
RSK. dr. Rivai Abdullah Palembang (Pelayanan
Publik)
5 Belum Optimalnya Kinerja Dokter Penanggung 2 4 3 3 12 5
Jawab Pelayanan di Ruang Rawat Inap RSK. dr.
Rivai Abdullah Palembang (Manajeman ASN)

17
Setelah didapatkan peringkat tiga besar berdasarkan metode APKL, isu
yang ada dianalisa lagi dengan metode USG untuk memilih isu yang akan
dicarikan solusinya. Urgency adalah seberapa mendesak isu tersebut harus
dibahas, dianalisa dan ditindaklanjuti. Seriousness adalah seberapa serius isu
tersebut harus dibahas, dianalisa dan ditindaklanjuti. Sedangkan Growth adalah
seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani
segera.

Secara lengkap analisis penilaian kualitas isu dengan metode USG dapat
dilihat pada tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Analisis Penilaian Isu dengan USG

Total
No ISU U S G Peringkat
U+S+G
1 Belum Optimalnya Sistem Rujukan 3 4 4 11 3
dari Fasilitas Kesehatan Tingkat I ke
RSK. dr. Rivai Abdullah Palembang
(Whole of Government)
2 Belum Efektifnya Peran Tenaga 4 4 4 12 2
Kesehatan dalam Mencegah Infeksi
Nosokomial di Instalasi Gawat
Darurat RSK. dr. Rivai Abdullah
Palembang (Pelayanan Publik)
3 Belum Optimalnya Pelaksanaan 4 5 5 14 1
Triase Menggunakan Patient Acuity
Category Scale (PACS)-Worthing
Physiology Score System (WPSS)
Oleh Tenaga Kesehatan di Instalasi
Gawat Darurat RSK. dr. Rivai
Abdullah Palembang (Pelayanan
Publik)

Skala Likert (1-5):


5 = sangat besar; 4 = besar 3 = sedang; 2 = kecil; 1 = sangat kecil

Berdasarkan penilaian di atas maka didapatkan isu yang paling


memungkinkan untuk dapat diselesaikan adalah Berdasarkan hasil analisis USG,

18
isu nomor tiga yaitu “Belum Optimalnya Pelaksanaan Triase Menggunakan
Patient Acuity Category Scale (PACS)-Worthing Physiology Score System
(WPSS) di Instalasi Gawat Darurat RSK. dr. Rivai Abdullah Palembang”.

Artinya, isu nomor tiga merupakan isu prioritas yang harus dicarikan
solusinya. Dilihat dari Urgency-nya, isu nomor tiga penting untuk segera
dicarikan solusinya karena karena jika tidak dilakukan akan memberi dampak
sebagai berikut:
a. Waktu tanggap (Respon Time) menjadi lebih lama dan penanganan pasien
tidak tepat.
b. Dapat meningkatkan angka kematian dan kecacatan lebih lanjut.
c. Menurunnya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit.
d. Mempengaruhi mutu RSK. dr. Rivai Abdullah Palembang.

1.5.3 Rumusan Isu

Belum Optimalnya Pelaksanaan Triase Menggunakan Patient Acuity


Category Scale (PACS)-Worthing Physiology Score System (WPSS) Oleh Tenaga
Kesehatan di Instalasi Gawat Darurat RSK. dr. Rivai Abdullah Palembang

1.5.4 Identifikasi Sumber Isu


Rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan bagi masyarakat memiliki
kewajiban untuk terus meningkatkan kualitas pelayanannya. Pelayanan yang
diberikan rumah sakit kepada pasien nantinya akan mempengaruhi apakah pasien
akan datang kembali ke rumah sakit tersebut atau pindah ke rumah sakit lain
akibat tidak merasa puas atas layanan yang diberikan rumah sakit terhadap pasien.
Pelayanan yang bersifat intangible merupakan hal yang tidak terlihat namun besar
dampaknya bagi pasien. IGD merupakan pintu utama masuknya pasien yang
mengalami gawat darurat menjadikan kunci bagi sebuah pelayanan di rumah
sakit. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) memiliki perbedaan dengan
pelayanan lainnya. Pada IGD, pasien ditangani dan dilayani tidak berdasarkan
antrian atau nomor urut seperti halnya pelayanan yang ada di poli ataupun pada
puskesmas.

19
Pelayanan IGD mengacu pada konsep triase dimana pasien akan dilayani
berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya mengacu pada prinsip “time saving is
life and limb saving”. Secepat apapun pasien datang ke IGD, namun masih ada
kondisi pasien lain yang lebih gawat, maka IGD akan memprioritaskan pasien
yang kondisinya lebih gawat daripada pasien yang datang dahulu tersebut.
Triase adalah proses pengambilan keputusan yang kompleks dalam rangka
menentukan pasien mana yang berisiko meninggal, berisiko mengalami
kecacatan, atau berisiko memburuk keadaan klinisnya apabila tidak mendapatkan
penanganan medis segera, dan pasien mana yang dapat dengan aman menunggu.
Prinsip yang dianut adalah bagaimana agar pasien mendapatkan jenis dan kualitas
pelayanan medik yang sesuai dengan kebutuhan klinis (prinsip berkeadilan) dan
penggunaan sumber daya unit yang tepat sasaran (prinsip efisien).

Tujuan dari triage dimanapun dilakukan, bukan saja supaya bertindak


dengan cepat dan waktu yang tepat tetapi juga melakukan yang terbaik untuk
pasien. Ketepatan dalam menentukan kriteria triase dapat memperbaiki aliran
pasien yang datang ke unit gawat darurat, menjaga sumber daya unit agar dapat
fokus menangani kasus yang benar-benar gawat, dan mengalihkan kasus tidak
gawat darurat ke fasilitas kesehatan yang sesuai.

Hak pasien sebagaimana tercantum dalam UU No 44 tahun 2009 tentang


rumah sakit salah satunya adalah pasien berhak memperoleh layanan kesehatan
yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional dan
memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi. Pemenuhan hak pasien dapat terwujud bila didukung
dengan sistem, SDM, serta fasilitas yang baik sesuai standar. Dokter dan
paramedis yang bertugas di IGD dituntut untuk dapat melakukan triase secepat
dan setepat mungkin agar mampu mampu memberikan pelayanan dengan kualitas
tinggi pada masyarakat dengan problem medis akut, mencegahberkembangnya
atau meluasnya penyakit sehingga pasien dapat berfungsi kembali dalam
masyarakat, mengurangi risiko kecacatan, menurunkan risiko kematian serta
menurunkan risiko adanya tuntutan hukum dari pasien maupun keluarga pasien

20
Belum optimalnya pelaksanaan triase tidak hanya berdampak pada pasien
itu sendiri tetapi juga berdampak pada penyedian layanan karena ketepatan triase
berkaitan erat dengan kualitas pelayanan kesehatan yang ada disuatu rumah sakit.

Di satuan kerja RS kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang yang terjadi


adalah sistem triase sudah ada yaitu menggunakan Patient Acuity Category Scale
(PACS)-Worthing Physiology Score System (WPSS) namun dalam
pelaksanaannya seringkali masih kurang tepat sehingga peserta merasa
diperlukan optimalisasi sistem triase oleh tenaga kesehatan untuk mewujudkan
pelayanan yang bermutu. Isu yang diangkat berkaitan dengan manajemen ASN.

Dalam sistem triase di IGD, aktor yang terlibat adalah tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter umum dan perawat yang bertugas
jaga di IGD. Dalam perananannya di IGD, tenaga kesehatan dan dokter jaga IGD
adalah orang yang pertama kali menerima pasien, dan akan mengklasifikasikan
pasien sesuai dengan keilmuannya dan diaplikasikan dengan sistem triase.

1.5.5 Lembar Konfirmasi

Persetujuan Coach dan Mentor

Coach Mentor

Ns. Lidia, S.Kep, MARS drg. Eva Zahra


W i d ya i s w a r a Ka. Seksi Pelayanan Medik
NIP. 196601171986022001 NIP. 197602182008122002

1.5.6 Judul Laporan Aktualisasi

Optimalisasi Pelaksanaan Triase Menggunakan Patient Acuity Category Scale


(PACS)-Worthing Physiology Score System (WPSS) Oleh Tenaga Kesehatan di
Instalasi Gawat Darurat RSK. dr. Rivai Abdullah Palembang .

21
BAB II
NILAI – NILAI DASAR DAN KEDUDUKAN
SERTA PERAN SERTA PNS DALAM NKRI

2.1 KONSEP NILAI – NILAI DASAR PNS

Setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki nilai dasar profesi yaitu
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
Korupsi. Maka perlu diketahui indikator – indikator dari kelima nilai tersebut,
yaitu:

A. AKUNTABILITAS

Akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung


jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep itu memiliki makna yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab.
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus
dicapai.

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau


institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis); mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); dan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu: akuntabilitas


vertikal (pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi) dan
akuntabilitas horisontal (pertanggungjawaban pada masyarakat luas). Untuk
memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka
mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi akuntabilitas kejujuran
dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas
kebijakan.

22
Akuntabilitas tidak akan terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas
berupa: Perencanaan Strategis, Kontrak Kinerja, dan Laporan Kinerja.

Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa


indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu:

a) Kepemimpinan: Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah


dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya.
b) Transparansi: Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
c) Integritas: adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d) Tanggung Jawab: adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
e) Keadilan: adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baik menyangkut benda atau orang.
f) Kepercayaan: Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
g) Keseimbangan: Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan
dan kapasitas.
h) Kejelasan: Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan.
i) Konsistensi: adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu
sampai pada tercapai tujuan akhir.

B. NASIONALISME
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan
tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan
nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang
lebih penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap

23
pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik,
bangsa, dan negara. Nilai-nilai yang berorientasi pada kepentingan publik
menjadi nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Pegawai
ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila
agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan wawasan
kebangsaannya.
Nasionalisme dalam arti sempit merupakan sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana
mestinya. Dalam arti luas, nasionalisme berarti pandangan tentang rasa cinta
yang wajar terhadap bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila.

Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus


diperhatikan, yaitu :
1) Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa
Ketuhanan yang Maha Esa menjadikan Indonesia bukan sebagai negara
sekuler yang membatasi agama dalam ruang privat. Pancasila justru
mendorong nilai-nilai ketuhanan mendasari kehidupan masyarakat dan
berpolitik.Nilai-nilai ketuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah nilai-nilai
ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai keagamaan yang terbuka
(inklusif), membebaskan dan menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan.
Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan diharapkan bisa
memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian, melahirkan etos kerja
yang positif, dan memiliki kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi diri
dan kekayaan alam yang diberikan Tuhan untuk kemakmuran masyarakat.
2) Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua memiliki konsekuensi ke dalam dan ke luar. Ke dalam
berarti menjadi pedoman negara dalam memuliakan nilai-nilai kemanusiaan
dan hak asasi manusia.Ini berarti negara menjalankan fungsi “Melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.”

24
3) Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia dalam keragaman dan
terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan bangsa Indonesia terjadi karena
memiliki satu nyawa, satu asal akal yang tumbuh dalam jiwa rakyat
sebelumnya, yang menjalani satu kesatuan riwayat, yang membangkitkan
persatuan karakter dan kehendak untuk hidup bersama dalam suatu wilayah
geopolitik nyata.
Selain kehendak hidup bersama, keberasaan bangsa Indonesia juga
didukung oleh semangat gotong royong. Dengan kegotong royongan itulah,
Indonesia harus mampu melindungi segenap bangsa dan tumpah darah
Indonesia, bukan membela atau mendiamkan suatu unsur masyarakat atau
bagian tertentu dari teritorial Indonesia.
Tujuan nasionalisme yang mau didasari dari semangat gotong royong
yaitu ke dalam dan ke luar. Ke dalam berarti kemajemukan dan
keanekaragaman budaya, suku, etnis, agama yang mewarnai kebangsaan
Indonesia, tidak boleh dipandang sebagai hal negatif dan menjadi ancaman
yang bisa saling menegasikan. Sebaliknya, hal itu perlu disikapi secara positif
sebagai limpahan karunia yang bisa saling memperkaya khazanah budaya dan
pengetahuan melalui proses penyerbukan budaya. Ke luar berarti memuliakan
kemanusiaan universal, dengan menjunjung tinggi persaudaraan, perdamaian
dan keadilan antar umat manusia.
4) Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan / Perwakilan
Demokrasi permusyawaratan mempunyai dua fungsi. Fungsi pertama,
badan permusyawaratan/perwakilan bisa menjadi ajang memperjuangkan
asprasi beragam golongan yang ada di masyarakat. Fungsi kedua, semangat
permusyawaratan bisa menguatkan negara persatuan, bukan negara untuk satu
golongan atau perorangan. Permusyawaratan dengan landasan kekeluargaan
dan hikmat kebijaksanaan diharapkan bisa mencapai kesepakatan yang
membawa kebaikan bagi semua pihak.
Abraham Lincoln mendefinisikan demokrasi sebagai “pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Ada tiga prasyarat dalam

25
pemerintahan yang demokratis, yaitu: (1) kekuasaan pemerintah berasal dari
rakyat yang diperintah; (2) kekuasaan itu harus dibatasi; dan (3) pemerintah
harus berdaulat, artinya harus cukup kuat untuk dapat menjalankan
pemerintahan secara efektif dan efisien.
Secara garis besar, terdapat dua model demokrasi, yaitu: majoritarian
democracy (demokrasi yang lebih mengutamakan suara mayoritas) dan
consensus democracy (demokrasi yang mengutamakan konsensus atau
musyawarah). Oleh karena itu, pilihan demokrasi konsensus berupa demokrasi
permusyawaratan merupakan pilihan yang bisa membawa kemaslahatan bagi
bangsa Indonesia.
5) Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia
Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para pendiri bangsa
menyatakan bahwa Negara merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan
menyelenggarakan keadilan. Keadilan sosial juga merupakan perwujudan
imperatif etis dari amanat pancasila dan UUD 1945.
Peran negara dalam mewujudkan rasa keadilan sosial, antara lain : (a)
perwujudan relasi yang adil di semua tingkat sistem kemasyarakatan; (b)
pengembangan struktur yang menyediakan kesetaraan kesempatan; (c) proses
fasilitasi akses atas informasi, layanan dan sumber daya yang diperlukan; dan
(d) dukungan atas partisipasi bermakna atas pengambilan keputusan bagi
semua orang.

C. ETIKA PUBLIK
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan
untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan
hak-hak individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk
membantu membedakan hal-hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa
yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut (Catalano, 1991).
Konsep etika sering disamakan dengan moral.Padahal ada perbedaan
antara keduanya. Etika lebih dipahami sebagai refleksi yang baik atau benar.
Sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau

26
apa yang seharusnya dilakukan. Etika juga dipandang sebagai karakter atau
etos individu/kelompok berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma luhur.
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip
dalam bentuk ketentuan tertulis. Kode etik profesi dimaksudkan untuk
mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh
sekelompok profesional tertentu.
Berdasarkan UU ASN, kode etik dan kode perilaku ASN adalah:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab dan
berintegritas.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan
dan jabtannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi
diri sendiri atau untuk orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN.

27
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam undang-
undang ASN, memiliki indikator sebagai berikut :
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

D. KOMITMEN MUTU
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain
yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai.
Bidang apapun yang menjadi tanggung jawab pegawai negeri sipil semua mesti
dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder.
Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai efektivitas, efisiensi,
inovasi dan kinerja yang berorientasi mutu dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.

Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus
diperhatikan, yaitu:

28
1) Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target.
Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas
organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana)
mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga
diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2) Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai
hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat
ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar
alur.
3) Inovasi
Inovasi pelayanan publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai
aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang
berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan
tugas rutin.
4) Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan
konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan
kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan
melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi
dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital
untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas
institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam
mengevaluasi kualitas pelayan (Berry dan Pasuraman dalam Zulian Zamit,
2010:11), yaitu:

29
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi;
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan
dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan
pelayanan dengan tanggap;
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat
dapat dipercaya;
e. Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang
baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

E. ANTI KORUPSI
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai
kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan
kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun waktu
yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang.
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu:
1) Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil
seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk
bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri
maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan untuk
berbuat curang.
2) Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat
kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan
lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak
mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa

30
sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang
tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan sebagian
penghasilannya untuk membantu sesama.
3) Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas
kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkan untuk mengoptimalkan
daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan
menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi
mencapai keuntungan sesaat.
4) Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan
selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan
pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja.
Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak
akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara
yang mudah.
5) Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari
bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan
baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan
yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan
yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti
ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
6) Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil
kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia
mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan
berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa
mengeluarkan keringat.

31
7) Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa
berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan.
Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah ilmu pengetahuan.
Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan pernah ada habisnya karena hawa
nafsu keserakahan akan selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-
banyaknya.
8) Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir
adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia
juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan
teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal yang
semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau ternyata
mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.
9) Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia
terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut
untukmendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang
pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya
sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran
bagi masyarakat dan bangsanya.

2. 2 KONSEP KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI


2.2.1 Manajemen ASN
Manejemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya ASN yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.

32
A. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini dianggap
belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang profesional. Untuk dapat
membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU
ASN tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5
Tahun 2014 tentang ASN:
1) Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS
merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara
nasional. Sedangkan PPPK adalah warga negara Indonesia yang memnuhi
syarat tertentu, yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan
perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka
waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
2) Pegawai ASN berkedudukan sebagai apartur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas
dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN
dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain itu untuk
menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hai ini dimaksudkan untuk
menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan
segala perhatian, pikiran dan tenaga pada tugasyang dibebankan kepadanya.
Oleh karena itu dalam pembinaan karir pegawai ASN, khususnya di daerah
dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu pejabat karir tertinggi.
3) Kedudukan ASN berada di pusat, daerah dan luar negeri. Namun demikian
pegawaiASN merupakan kesatuan. Kesatuan bagi pegawai ASN sangat
penting, mengingat dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, sering
terjadinya isu putra daerah yang hampir terjadi dimana-mana, sehingga
perkembangan birokrasi menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi tersebut
merupakan ancaman bagi kesatuan bangsa.

33
B. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai ASN berfungsi dan
bertugas sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat
oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan
masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, serta harus
mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik
b. Pelayan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik yang
profesional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga Negara atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan
pelanggan.
c. Perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan
NKRI. ASN senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945,
negara danpemerintah.ASN senantiasa menjunung tinggi martabat ASN serta
senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan diri sendiri,
seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa dalam
penyelengaraan dan kebijakan manajemen ASN, salah satu diantaranya asas
persatuan dan kesatuan.

C. Hak dan Kewajiban ASN


Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu
kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Agar
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik, dapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejateraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN
diberikan hak. Hak ASN dan PPPK yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 2014
tentang ASN.

34
PNS berhak memperoleh:
a. Gaji, Tunjangan, Dan Fasilitas;
b. Cuti;
c. Jaminan Pensiun Dan Jaminan Hari Tua;
d. Perlindungan; Dan
e. Pengembangan Kompetensi.
PPPK berhak memperoleh:
a. Gaji dan Tunjangan;
b. Cuti;
c. Perlindungan; dan
d. Pengembangan Kompetensi.
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU No. 5 Tahun
2014 tentang ASN disebutkan bahwa setiap pegawai ASN memiliki hak dan
kesempatan untuk mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 pemerintah
juga wajib memberikan perlindungan berupa:
a. Jaminan kesehatan;
b. Jaminan kecelakaan kerja;
c. Jaminan kematian;
d. Bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual. Kewajiban Pegawai ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014
diantaranya:
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah
yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;

35
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN


Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa ASN sebagai
profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode
perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik
dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar pegawai ASN.
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain;
k. Memegang teguh nilai dasar asn dan selalu menjaga reputasi dan integritas asn;
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin
pegawai ASN.

36
2.2.2 Whole of Government
A. Pengertian Whole of Government
WoG didefinisikan sebagai “suatu model pendekatan integratif fungsional satu
atap” yang digunakan untuk mengatasi wicked problems yang sulit dipecahkan
dan diatasi karena berbagai karakteristik atau keadaan yang melekat seperti tidak
jelas sebabnya, multi dimensi, dan menyangkut perubahan perilaku.

B. Penerapan Whole of Government (WoG) dalam Pelayanan Terintegrasi


1. Praktek Whole of Government(WoG)
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi
penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan
oleh beberapa negara, termasuk Indonesia dalam level-level tertentu, yaitu:
(1) Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang
dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable. Dalam prakteknya, span of
control atau rentang kendali yang rasional akan sangat terbatas. Salah satu
alternatifnya adalah mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati
jumlah yang ideal untuk sebuah koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang
rasional, maka koordinasi dapat dilakukan lebih mudah.
(2) Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementrian adalah salah satu cara melakukan
WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status lembaga stingkat lebih
tinggi, atau setidaknya setara dengan kelembagaan yang dikoordinasikan.
(3) Membangun gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar
struktur formal, yang setidaknya tidak permanen. Pembentukan gugus tugas
biasanya menjadi salah satu cara agar sumber daya yang terlibat dalam koordinasi
tersebut dicabut sementara dari lingkungan formalnya untuk berkonsentrasi dalam
proses koordinasi tadi.

37
(4) Koalisi sosial
Koalisi sosial merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar
sektor atau lembaga tanpa perlu mebentuk pelembagaan khusus dalam
koordinasi.
2. Tantangan dalam Praktik Whole of Government (WoG)
Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran praktek sebagai
berikut:
1) Kapasitas SDM dan institusi.
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam WoG tidaklah
sama. Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala serius ketika
pendekatan WoG, misalnya mendorong terjadinya merger atau akuisisi
kelembagaan, dimana terjadi penggabungan SDM dengan kualifikasi yang
berbeda.
2) Nilai dan budaya organisasi.
Nilai dan budaya organisasi menjadi kendala ketika terjadi upaya kolborasi
samapi dengan kelembagaan.
3) Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam pelaksanaan
WoG.Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu
mengakomodasi perubahan nilai dan budaya organisasi serta meramu SDM
yang tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Praktek Whole of Government (WoG) dalam Pelayanan Publik


Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan
seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan publik yang
dikenail dapat didekati oleh pendekatan WoG sebagai berikut:
(1) Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan publik yang
menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga
masyarakat. Dokumen yang dihasilkan bisa meliputi KTP, status
kewarganegaraan, status usaha, surat kepemilikan, atau penguasaan atas
barang, termasuk dokumen-dokumen resmi seperti SIUP, izin trayek, izin
usaha, akta, sertifikat yanah dan lain-lain;

38
(2) Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa
yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, perhubungan dan lain-lain.
(3) Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang
dibutuhkan warga masyarakat, seperti jalan, jembatan, perumahan,
jaringan telepon, listrik, air bersih, dan lain-lain.
(4) Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman dan
peraturan perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur
sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Adapun berdasarkan pola pelayanan publik, juga dapat dibedakan
dalam lima macam pola pelayanan sebagai berikut:
(1) Pola pelayanan teknis fungsional, yaitu suatu pola pelayanan publik yang
diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas,
fungsi dan kewenangannya. Pelayanan merupakan pelayanan sektoral,
yang bisa jadi sifatnya hanya relevan dengan sektor itu, atau menyangkut
pelayanan di sektor lain. WoG dapat dilakukan manakala pola pelayanan
publik ini mempunyai karakter yang sama atau memiliki keterkaitan antar
satu sektor dengan yang lainnya.
(2) Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan yang dilakukan secara
terpadu pada suatu instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai
kewenangan masing-masing. Pola ini memudahkan masyarakat pengguna
izin untuk mengurus permohonan izinnya, walaupun belum mengurangi
jumlah rantai birokrasi izinnya.
(3) Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan yang dilakukan secara
tunggal oleh suatu unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan
wewenang dari unit kerja pemerintah terkait lainnya yang bersangkutan.
Ini adalah salah satu bentuk kelembagaan WoG yang lebih utuh, di mana
pelayanan publik disatukan dalam satu unit pelayanan saja, dan rantai izin
sudah dipangkas menjadi satu saja.
(4) Pola pelayanan terpusat, yaitu pola pelayanan yang dilakukan oleh suatu
instansi pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan

39
instansi pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan
masyarakat yang bersangkutan.
(5) Pola pelayanan elektronik, yaitu pola pelayanan elektronik yang dilakukan
menggunakan teknologi infromasi dan komunikasi yang merupakan
otomatisasi pemberian layanan yang bersifat elektronik atau daring
(online) sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keinginan dan kapasitas
masyarakat pengguna.

C. Nilai-Nilai Dasar Whole of Government


Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan seluruh
sektor yang terkait dengan pelayanan publik berdasarkan nilai-nilai dasar berikut
ini:
1. Koordinasi
Kompleksitas lembaga membutuhkan koordinasi yang efektif dan efisien antar
lembaga dalam menjalankan kegiatan kelembagaan.
2. Integrasi
Integrasi dilakukan dengan pembauran sebuah sistem antar lembaga sehingga
menjadi kesatuan yang utuh.
3. Sinkronisasi
Sinkronisasi merupakan penyelarasan semua kegiatan/data yang berasal dari
berbagai sumber, dengan menyelaraskan seluruh sumber tersebut.
4. Simplifikasi
Simplikasi merupakan penyederhanaan segala sesuatu baik terkait data/proses
di suatu lembaga untuk mengefisienkan waktu, tenaga dan biaya.

2.2.3. Pelayanan Publik


A. Konsep pelayanan publik
1. Pengertian pelayanan publik
Berkaitan dengan pelayanan, ada dua istilah yang perlu diketahui, yaitu
melayani dan pelayanan. Pengertian melayani adalah membantu menyiapkan
(mengurus) apa yang diperlukan seseorang. Sedangkan pengertian pelayanan
adalah "usaha rnelayani kebutuhan orang lain" (Kamus Besar Bahasa

40
Indonesia, 1995). Contohnya adalah menerima telepon dari pihak lain yang
berhubungan dengan unit kerja kita, adalah bentuk pelayanan yang rutin kita
lakukan. Adapun menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 tahun 2003,
mengenai pelayanan adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2. Penyelenggara adalah pelayanan publik adalah instansi pemerintah;
3. Instansi pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi satuan kerja satuan
organisasi kementrian, departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi
dan Tinggi Negara, dan instansi pemerintah lainnya, baik Pusat maupun
Daerah termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Hukum Milik Negara
dan Badan Usaha Milik Daerah;
4. Unit penyelenggara pelayanan publik adalah unit kerja pada instansi
Pemerintah yang secara langsung memberikan pelayanan kepada penerima
pelayanan publik;
5. Pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah
yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai dengan
peraturan perundang- undangan;
6. Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah
dan badan hukum yang menerima pelayanan dari instansi pemerintah.
Pelayanan merupakan suatu proses. Proses tersebut menghasilkan suatu produk
yang berupa pelayanan, kemudian diberikan kepada pelanggan. Sebagai contoh
adalah proses pelayanan surat masuk. Proses pelayanan surat masuk adalah
sebagai berikut:
1. Surat diterima oleh seorang petugas;
2. Surat disortir (dipisah-pisahkan);
3. Surat diterima pencatat surat dan kemudian dicatatdalam buku agenda atau
kartu kendali;
4. Surat disampaikan ke pengarah surat;

41
5. Surat didistribusikan ke unit organisasi sesuai dengan alamat yang tertulis
dalam surat (sering di sebut dengan istilah "unit pengelola");
6. Surat diterima oleh unit pengolah.
Pelayanan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok (Gonroos, 1990), yaitu:
1. Core service adalah pelayanan yang ditawarkan kepada pelanggan, yang
merupakan produk utamanya. Misalnya untuk pelayanan pembuatan KTP,
maka penyediaan KTP merupakan layanan utamanya.
2. Facilitating service adalah fasilitas pelayanan tambahan kepada
pelanggan, misalnya terkait dengan pelayanan administrasi kependudukan
(KTP, akte kelahiran, dll), maka pemerintah menyediakan layanan satu
atapatau satu pintu dengan menggunakan teknologi yang canggih.
3. Supporting service adalah pelayanan tambahan (pendukung) untuk
meningkatkan nilai pelayanan atau untuk membedakan dengan pelayanan-
pelayanan dari pihak "pesaingnya". Misalnya dalam membuat pelanggan
atau masyarakat nyaman, maka disediakan ruang tunggu yang memadai
bahkan bisa saja diberi AC. Demikian juga dengan penyediaan tempat
parkir kendaraan.
2. Jenis barang/jasa
Menurut Savas (1987) membagi barang layanan menjadi 4 (empat) kelompok:
a. Barang yang digunakan untuk memenuhi kepentingan individu yang
bersifat pribadi. Barang privat (private goods) ini tidak ada konsep tentang
penyediaannya, hukum permintaan dan penawaran sangat tergantung pada
pasar, produsen akan memproduksi sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
dan bersifat terbuka. Oleh sebab itu penyediaan layanan barang yang
bersifat barang privat ini dapat berlaku hukum pasar, hanya apabila barang
privat ini menyangkut kesejahteraan orang banyak, misalnya beras atau
bahan kebutuhan pokok masyarakat Iainnya, maka pemerintah tidak akan
membiarkan berlakunya pasar secara murni. Dengan kata lain apabila
pasar mengalami kegagalan dan demi kesejahteraan, maka perlu intervensi
pemerintah.
b. Jenis barang yang kedua disebut toll goods, yakni barang yang digunakan
atau dikonsumsi bersama-sama dengan persyaratan apabila

42
menggunakannya harus membayar atau ada biaya penggunaan, apabila
pengguna atau konsumen tidak membayar maka tidak dapat
menggunakannya. Penyediaannya bisa menggunakan hukum pasar dimana
produsen akan menyediakan permintaan/kebutuhan barang tersebut.
Barang seperti ini hampir sama seperti barang privat, penyediaan barang
ini di beberapa negara disediakan oleh negara dan seringkali menggunakan
ukuran pemakaiannya atau dapat dikatakan barang privat tetapi
dikonsumsi bersama-sama;
c. Jenis barang ketiga disebut collective goods, yaitu barang yang digunakan
secara bersama-samaatau kolektif dan penyediaannya tidak dapat
dilakukan dengan melalui mekanisme pasar, karena barang ini digunakan
secara terus menerus dan secara bersama-sama serta sulit diukur berapa
besar penggunaan bar ang ini untuk setiap individu. Dalam penggunaan
barang ini apabila diukur dari sisi ekonomi akan munculpembonceng
gratis (free rider) dimana mereka ikut menggunakan atau menikmati
barang tersebut tanpa membayar dan tanpa kontribusi secarafair.
Penyediaan barang ini tidak ada yang mau menyediakan atau
memproduksinya secara sukarela. Oleh karenanya penyediaan barang ini
dilakuan dengan kontribusi secara kolektif yaitu dengan menggunakan
pajak.
d. Jenis barang yang keempat adalah common pool goods, jenis barang ini
memiliki karakteristik dimana yang menggunakan barang ini tidak ada
yang mau membayar, biasanya digunakan/dikonsumsi secara bersama-
sama dan kepemilikan barang ini oleh umum, tidak ada orang yang mau
menyediakan barang ini. Untuk itu pemerintah melakukan pengaturan
terhadap barang ini. Dalam kenyataannya keempat jenis barang diatas
sangat sulit dibedakan atau dipisahkan masing-masing jenis termasuk
barang yang mana, karena setiap barang tidak murni menjadi salah satu
karakteristik jenis barang yang ada. Setiap barang mempunyai
kecenderungan karakteristik barang yang satu dengan barang yang lain.

43
3. Pelayanan prima
Pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah "Excellent Service" yang
secara harfiah berarti pelayanan yang sangat baik dan atau pelayanan yang
terbaik. Disebut sangat baik atau terbaik, karena sesuai dengan standar pelayanan
yang berlaku atau dimiliki oleh instansi yang memberikan pelayanan.

B. Nilai-Nilai Dasar Pelayanan Publik


Perhatian pemerintah terhadap perbaikan pelayanan kepada masyarakat,
sebenarnya sudah diatur dalam beberapa pedoman, antara lain adalah Keputusan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 63 Tahun
2003 yang mengemukakan tentang prinsip-prinsip pelayanan publik sebagai
berikut:
1. Kesederhanaan.
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah
dilaksanakan.
2. Kejelasan.
a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;
b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam
pelaksanaan pelayanan publik;
c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
3. Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang
telah ditentukan.
4. Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.
5. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian
hukum.
6. Tanggung jawab

44
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk
bertanggungjawab atas penyelengaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
7. Kelengkapan
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya
yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan
informatika (telematika).
8. Kemudahan Akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau
oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan
informatika.
9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta
memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang
nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan
fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

45
BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Rancangan Kegiatan

Setelah tahap internalisasi, langkah awal sebelum implementasi nilai-nilai


dasar profesi PNS pada masa aktualisasi yaitu merancang kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan pada masa aktualisasi. Adapun isu yang diangkat adalah “Belum
Optimalnya Pelaksanaan Triase Menggunakan Patient Acuity Category Scale
(PACS)-Worthing Physiology Score System (WPSS) Oleh Tenaga Kesehatan di
Instalasi Gawat Darurat RSK. dr. Rivai Abdullah Palembang”. Berikut ini
disajikan tabel yang menjelaskan jenis dan jumlah kegiatan aktualisasi.

Tabel 3.1 Jenis, Jumlah, dan Sumber Kegiatan

SUMBER
NO KEGIATAN
KEGIATAN
Koordinasi dengan kepala bidang pelayanan medik, Kepala
Instalasi IGD, kepala ruangan, dan mentor mengenai
Optimalisasi Pelaksanaan Triase Menggunakan Patient Penugasan
1 Acuity Category Scale (PACS)-Worthing Physiology pimpinan
Score System (WPSS) Oleh Tenaga Kesehatan di
Instalasi Gawat Darurat RSK. dr. Rivai Abdullah
Palembang
Pengumpulan data tentang fakta sistem triase di IGD RS Kusta Tugas kreatif
2
Dr. Rivai Abdullah Palembang

Telaah SOP sistem triase IGD RS Kusta Dr. Rivai Abdullah SKP
3
Palembang

Persiapan materi sosialisasi sistem triase menggunakan Tugas kreatif


4 Patient Acuity Category Scale (PACS)-Worthing
Physiology Score System (WPSS) IGD RSK dr. Rivai
Abdullah Palembang”
5 Perumusan soal pre test dan post test Tugas kreatif

46
Sosialisasi pengisian lembar triase menggunakan Patient Tugas kreatif,
Acuity Category Scale (PACS)-Worthing Physiology SKP
6 Score System (WPSS) kepada tenaga kesehatan di IGD RS
Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang dan pembagian soal
evaluasi sosialisasi

Pembuatan booklet tentang interpretasi Patient Acuity Tugas kreatif


Category Scale (PACS)-Worthing Physiology Score
7
System (WPSS) di IGD RS kusta Dr. Rivai Abdullah
Palembang

Evaluasi sosialisasi SOP dan penerapannya di IGD RS Kusta Tugas Kreatif,


8 Dr. Rivai Abdullah Palembang Penugasan
pimpinan

47
RANCANGAN KEGIATAN

Tabel 4. Rancangan Aktualisasi


Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan
Visi Misi Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7

3.2 JADWAL KEGIATAN / TIME TABLE


Tabel 5. Jadwal Kegiatan
N Output MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Kegiatan Tahapan Kegiatan
O III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III
1.

2.

3.

4.

48
5.

6.

7.

8.

49
BAB IV

PENUTUP

4.1 SIMPULAN

4.2 SARAN

50

Anda mungkin juga menyukai