42
Statistika Kimia
Hasil Ukur pd.
Instrumen
Kadar
: Sampel uji
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas maka terlebih dulu kita harus
melihat beberapa aspek dari kurva kalibrasi itu sendiri. Pertama, larutan baku yang akan
digunakan haruslah meliputi semua kadar yang disyaratkan dalam analisis berikutnya.
Kadar sampel uji akan ditentukan dengan cara interpolasi bukan ekstrapolasi. Kedua
sangatlah penting mengikuti nilai sampel blanko kurva kalibrasi. Blanko adalah larutan
yang tidak mengandung bahan analit yang dimasukkan dengan sengaja kedalam larutan,
tetapi mengandung pelarut yang sama, pereaski dll. seperti sampel uji lainnya, dan akan
mengikuti tatacara analisis yang sama dengan tepat.
Nilai pengukuran yang diberikan oleh larutan blanko seringkali tidak nol. Akan tetapi
tentu saja bahwa nilai yang dihasilkan dari pengukuran blanko tersebut juga
mengandung galat, seperti halnya sampel yang lain pada kurva kalibrasi. Oleh karena
itu pada dasarnya merupakan langkah yang keliru yang sering terjadi bila melakukan
koreksi nilai hasil-hasil pengukuran larutan standar dan larutan sampel dengan cara
menguranginya dengan nilai hasil pengukuran larutan blanko sebelum
menggambarkannya menjadi kurva kalibrasi.
Hal yang perlu diingat adalah dalam penggambaran kurva kalibrasi senantiasa
dilakukan dengan mengalurkan variabel hasil pembacaan pada alat pada sumbu tegak
(y) dan kadar larutan standar pada sumbu datar (x). Hal ini karenakan pengandaian
bahwa pada dasarnya semua galat ada pada nilai (y) dan kadar larutan standarnya (x)
bebas galat, meski hingga saat ini metoda ini masih terdapat juga yang
mempertentangkan. Pertentangan yang terjadi adalah adanya pendapat lain yang
menyatakan bahwa rentang besarnya galat pada nilai (y) bebas dari kadar analit,
sementara pada prakteknya kadar analit pada larutan atau sampel yang dijadikan standar
43
Statistika Kimia
mengandung galat kira-kira 0,1 % atau kurang, sedangkan pengukuran alat itu sendiri
mungkin mempunya keefisienan yang beragam antara 1 – 2 % atau lebih buruk lagi.
Berdasarkan persamaan diatas maka nilai r dapat memiliki nilai dalam rentang -1< r < 1
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4-2 dibawah ini.
44
Statistika Kimia
Sebagaiman ditunjukkan pada Gambar 4-2, maka nilai r=1 menggambarkan korelasi
yang positif sempurna, artinya setiap pertabahan nilai pada sumbu datar (x) diikuti
pertambahan nilai pada sumbu (y) pula secara proporsional, semua pasangan dari data-
data hasil percobaan terletak pad garis lurus yang positif lerengnya.
Sedangkan bila r=-1 maka hal tersebut menggabarkan korelasi yang negatif sempurna,
yaitu semua titik percobaan terletak pada garis lurus yang negatif lerengnya. Bila tidak
ada korelasi antara x dan y , maka nilai r = 0 . dalam kegiatan analisa kurva kalibrasi
seringkali memberikan nilai r lebih besar daripada 0,99, dan nilai yang lebih kecil
daripada 0,90 boleh dikatakan tidak lazim. Contoh dibawah ini menjelaskan
penghitungan nilai r.
Contoh soal 4-1 : Larutan CuSO4 dalam suasan basa dengan penambahan NH4OH
memiliki serapan pada alat spektroskopi sinar tampak (A) dengan data-data sebagai
berikut :
No. Variabel Kadar dan nilai absorbannya pada balanko & standar
1. Larutan yg. diukur 1 2 3 4 5 6 7
2. Kadar Cu2+ ug/ml 0 10 15 20 25 30 40
3. Absorban 0,04 0,22 0,31 0,39 0,47 0,63 0.85
Dapat dilihat pada tabel bahwa jumlah (xi- ̅ ) dan (yi- ) apabila benar akan memiliki
nilai sama dengan nol (0).
45
Statistika Kimia
Dengan menggunakan persamaan (4-2 ) maka kita dapat menghitung nilai koefisien
korelasi sebagai berikut :
∑ ( ̅ )( ) ,
= ∑( ̅) ∑( )
= = 0,994 .
/ ( , ) /
Dan apabila data-data diatas kita alurkan membentuk kurva kalibrasi dengan
menggunkan program bantu komputer (microsoft excel) dengan pilihan bentuk grafik x-
y maka akan didapatkan grafik dan sekaligus koefisien korelasi sebagai berikut :
0.4 Absorban
0.3 Linear (Absorban)
0.2
0.1
0
0 20 40 60
Kadar ug/ml
46
Statistika Kimia
Gambar 4.4 Penafsiran adanya korelasi x dan y berdasarkan pada nilai r
Dalam perhitungan koefisien korelasi (r) perlu diperhatikan pula adalah keharusan
untuk melakukan uji statistika untuk mengetahui apakah koefisien korelasi tersebut
memang berarti, mengingat banyaknya pasanga titik dalam perhitungan. Cara sederhana
untuk melakukan ini adalah dengan menggunakan uji t sebagaimana telah dibahas pada
bab sebelumnya, dengan persamaan sebagai berikut :
| | ( )
= (4-3)
( )
Nilai t yang diperoleh dari persamaan (4-3) kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel
pada aras keberartian yang diinginkan, menggunakan uji-t dua arah dan derajat
kebebasan = n- 2. Hipotesis nol (H0) dalam hal ini adalah korelasi yang ada antara
variabel x dan y tidak berarti secara statistik (pasangan dat yang menunjukkan adanya
korelasi jumlahnya tidak memadai). Bila nilai t hasil perhitungan lebih besar daripada
nilai ttabel , maka hipotesis nol ditolak, artinya korelasi yang berarti secara statistik.
47
Statistika Kimia
Garis lurus yang hendak dihitung nilai parameter dan konstantanya akan memenuhi
model umum matematika y = bx + a . Dimana cara kuadrat terkecil dapat digunakan
untuk menghitung nilai a dan b dengan persamaan sebagai berikut :
∑ ( − )( − )
= ∑ ( − )2
(4-4)
= − ̅ (4-5)
Garis y = bx + a dikenal dengan nama garis regresi y pada x , yaitu garis yang
menunjukkan keragaman y bila x yang dipilih mempunyai nilai tertentu. Perlu difahami
pula bahwa garis regresi x pada y bukanlah garis yang sama, kecuali jika semua titik
tepat berada pada suatu garis lurus (r =1) yang merupakan suatu keadaan yang sulit
terjadi pada dunia nyata. Garis regersi x pada y adalah garis lurus yang didasarkan pada
andaian bahwa galat terjadi dalam arah variabel x, sementara yang lazim adalah galat
yang terjadi adalah pada hasil pengukuran pada instrumen, sehingga yang lazim
digunakan juga adalah garis regresi y pada x.
Contoh soal 4-2 : hitungklah persamaan garis regresi y tehadap x dengan menggunakan
contoh soal 4-1 .
Jawab soal 4-2 : untuk memnetukan garis regresi y tehadap x maka dengan
menggunakan data-data pada soal 4-1 kita hitung nilai a dan b sebagai berikut :
∑ ( − )( − ) ,
= ∑ ( − )2
= = 0,020
48
Statistika Kimia