Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia akibat pengaruh melemahnya nilai

rupiah tidak dapat terlepas dari kesalahan konsepsi pembangunan ekonomi masa lalu.

Kebijakan yang berorientasi pada pengembangan usaha skala besar justru semakin

melemahkan tatanan ekonomi nasional. Ketergantungan usaha besar pada komponen

impor dan modal asing menyebabkan mereka rentan terhadap fluktasi nilai tukar.

Para ahli, pada umumnya tidak memperkirakan krisis ekonomi ini akan terjadi

begitu dasyat. Dalam waktu singkat, ekonomi kita kempes seperti terkena tusukan

jarum. Jatuhnya nilai rupiah membuat harga-harga barang kebutuhan pokok

merangkak naik yang mendorong meningkatnya angka inflansi. Melonjaknya harga

kebutuhan pokok semakin mempersulit tingkat kehidupan sosial masyarakat. Angka

penganguran meningkat akibat derasnya gelombang pemutusan hubungan kerja

(PHK). Menurut BPS sampai akhir 2003 tercatat 11,4 juta pengangguran (11,63%

dari jumlah angkatan kerja) dengan pertumbuhan sektor industri hanya mencapai

3,41% (Suseno, dkk , 2005 : 54) .

Banyak orang mengatakan bahwa ekonomi kita dalam keadaan kritis. Namun,

ini tidak dapat dibanding sama rata. Di beberapa wilayah Indonesia seperti Sulawesi,

Kalimantan, Sumatera dan Maluku, banyak usaha kecil dan menengah yang tidak

terkena dampak kritis. Justru banyak dari mereka yang menikmati hasil dari

Universitas Sumatera Utara


merosotnya nilai rupiah (Iwantono, 2001: hal ix).

Di sinilah suatu pandangan masa lalu yang mengatakan bahwa UKM penuh

dengan resiko tidak terbukti kebenarannya. UKM mampu bertahan di tengah krisis

karena : (1) sebagian besar usaha kecil menghasilkan barang-barang konsumsi

(consumer goods) dengan ciri khasnya permintaan bersifat in-elastis terhadap

perubahan pendapatan. Artinya, jika pendapatan masyarakat turun karena krisis,

turunnya permintahan terhadap barang kecil, (2) mayoritas UKM mengandalkan pada

non banking financial dalam aspek pendanaan. Maka ketika perbankan juga

mengalami krisis, UKM tidak terpengaruh (Suseno, dkk , 2005 : 5)

Sektor UKM pada kenyataannya mampu menunjukkan kinerja yang lebih

tangguh dalam menghadapi masa kritis. Kontribusi sektor ini pada ekonomi nasional

pun cukup signifikan. Menurut Menteri Negara Koperasi dan UKM (Menegkop &

UKM) mengatakan jumlah populasi UKM pada 2006 mencapai 48,9 juta unit usaha

atau 99,98% terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya

mencapai 85,4 juta orang atau 96,18% terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia.

Jumlah itu naik 2,2 juta pekerja setara 2,6% bila dibanding tahun 2005 dimana

jumlah tenaga pekerja UKM 83,2 juta, Usaha Kecil 79 juta pekerja dan Usaha

Menengah 4,2 juta pekerja. Menegkop & UKM juga mengatakan bahwa UKM

menyumbang 53,3% atau sebesar Rp1.778,7 triliun dari total Produk Domestik Bruto

(PDB) tahun 2006 yang mencapai Rp3.338,2 triliun. (http://www.menkokesra.go.id,

20 Maret 2008).

Permasalahan yang terjadi adalah sebelum terjadi krisis, Pemerintah kurang

memperhatikan sektor UKM . Pada waktu itu, dana dan daya yang dimiliki

Universitas Sumatera Utara


pemerintah lebih terfokus kepada kelompok usaha besar. Ketika krisis muncul,

ternyata sebagaian besar dari kelompok konglomerat mengalami pukulan berat dan

pada saat yang sama justru sektor UKM relatif mampu bertahan. Banyak pengusaha

konglomerat bangkrut akibat usaha yang dibangun begitu besar dengan hutang,

sehingga saat krisis terjadi tidak mampu mengembalikan hutang-hutang yang sudah

jatuh tempo, apalagi hutang dan bahan baku yang digunakan berbasis mata uang

asing. Situasi lain saat krisis adalah harga bahan baku yang tinggi sedangkan

kemampuan daya beli masyarakat yang cenderung terus menurun. Ini merupakan

situasi yang sulit dihindarkan pada saat itu. Berbeda dengan yang dialami oleh para

pelaku UKM yang relatif lebih bisa bertahan.

Pemerintah kemudian menyadari akan pentingnya pengembangan kegiatan

UKM yang dianggap sebagai salah satu alternatif penting yang mampu mengurangi

beban berat yang dihadapi perekonomian nasional dan daerah. Hal ini karena UKM

merupakan kegiatan usaha dominan yang dimiliki bangsa Indonesia. Selain itu

pengembangan kegiatan UKM relatif tidak memerlukan modal yang besar dan dalam

priode krisis selama ini UKM relatif “survive”. Sejalan dengan otonomi daerah,

pembangunan UKM merupakan salah satu bidang pemerintahan yang menjadi

kewenangan wajib yang diserahkan kepada kabupaten/kota. Oleh karena itu

konsekuensinya pemerintah daerah mempunyai keleluasaan dalam menggali dan

mengembangkan potensi UKM, sesuai dengan kemampuan masing-masing daerah.

Para pengusaha UKM dengan berbagai keterbatasanya perlu difasilitasi,

digerakan dan di motivasi sehingga semakin berkembang naluri kewirausahaannya

dengan upaya-upaya terpadu dan terencana. Konsep pengembangan usaha melalui

Universitas Sumatera Utara


penguatan UKM baik disektor manajemen dan permodalan diharapkan mampu

menjawab dan merespon kebutuhan masyarakat. Melalui upaya ini, UKM sedikit

banyak akan terbantu dalam menyelesaikan permasalahan usahanya.

Di tingkat daerah, khususnya Kota Medan, kita dapat melihat bahwa secara

umum pertumbuhan perekonomian Kota Medan tidak terlepas dari kontribusi UKM.

Hal ini dapat dilihat dari jumlah pertumbuhan UKM yang ada di Kota Medan, yaitu

terdapat 12.997 unit usaha, baik yang bergerak di sektor industri maupun yang

bergerak di sektor perdagangan. Selain itu.keberadaan UKM juga mampu menyerap

tenaga kerja sebanyak 102.421 orang. Walaupun UKM mempunyai jumlah yang

besar, namun UKM hanya mampu memberikan 39,8% saja terhadap PDRB,

sedangkan usaha besar memberikan kontribusi sebanyak 60,2% (Dinas Perindustrian

dan Perdagangan Kota Medan, 2003). Dengan demikian, untuk meningkatkan

kontibusi UKM terhadap PDRB, maka pemerintah dan pihak yang terkait merasa

perlu lebih memperhatikan kondisi UKM di Kota Medan.

Pemerintah kota Medan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui penyediaan berbagai kesempatan berusaha di bidang UKM.

Namun usaha tersebut terkendala dari pihak UKM itu sendiri. Adapaun serangkain

masalah yang dihadapi oleh UKM, seperti :

1. Modal terbatas

Keterbatasan modal terutama disebabkan oleh keterbatasan akses langsung

terhadap berbagai informasi, layanan dan fasilitas keuangan yang disediakan oleh

lembaga keuangan formal maupun non formal.

Universitas Sumatera Utara


2. Kemampuan teknik produksi dan manajemen terbatas

Pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan danbtahap perkembangan usaha

sulit ditemukan, antara lain karena pengetahuan dan managerial skil pengusaha

kecil dan menengah belum mampu menyusun strstegi bisnis yang tepat.

Kemampuan usaha dalam mengorganiasikan diri dan karyawan masih lemah,

sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak jelas dan sering kali pengusaha harus

bertindak ”one men show”

3. Pemasaran yang relatif sulit karena dihadapkan pada struktur pasar yang sangat

kompotitif. Bukan saja antara industri kecil melainkan ada kalanya juga dengan

industri besar. Disamping itu, kesulitan pemasaran juga disebabkan oleh berbagai

faktor pendukung utama seperti informasi mengenai perubahan dan peluang

pasar yang ada di dalam maupin di luar negeri.

4. Permasalahan sumber daya manusia yang rendah

Di samping hal diatas, UKM juga masih menghadapi berbagai permasalahan

yang terkait dengan iklim usaha seperti: (a) besarnya biaya transaksi, panjangnya

proses perizinan dan timbulnya berbagai pungutan; dan (b) praktik usaha yang tidak

sehat. Selain itu, otonomi daerah yang diharapkan mampu mempercepat tumbuhnya

iklim usaha yang kondusif bagi UKM ternyata belum menunjukkan kemajuan yang

merata.

Melihat kendala-kendala diatas, maka Dinas Koperasi Kota Medan merasa

perlu melakukan pengembangan terhadap usaha kecil dan menengah. Dinas Koperasi

Kota Medan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota yang memiliki tugas

melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pengkoperasian

Universitas Sumatera Utara


pengusaha kecil dan menengah serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan

bidang tugasnya. Dengan demikian pengembangan terhadap usaha kecil dan

menengah sudah menjadi salah satu tugas pokok dalam program kerja dinas koperasi.

Program pengembangan UKM itu meliputi kegiatan bimbingan dan pengarahaan,

pengadaan atau bantuan permodalan, pengembangan jaringan pemasaran,

pengembangan program kemitraan, dan juga melakukan evaluasi terhadap hasil dari

program tersebut.

Pelaksanaan program pengembangan UKM dapat berhasil dan berdaya guna

apabila :

1. Tujuan atau sasaran dari program tersebut dapat teracapai sesuai dengan apa yang

telah direncanakan

2. Waktu penyelesaian program tersebut tercapai sesuai dengan waktu yang

ditetapkan

3. Program pengembangan UKM dapat memberikan manfaat yang besar terhadap

UKM, terutama membantu UKM menyelesaikan permasalahannya (seperti :

permodalan, SDM, pemasaran, penggunaan teknologi, dll.) serta meningkatkan

daya saing UKM terhadap perkembangan globalisasi

Dengan tercapainya ketiga unsur tersebut, maka efektivitas pelaksanaan

program pengembangan UKM dapat tercapai juga. Berhasilnya sasaran dari

pengembangan UKM tersebut akan mampu meningkatkan daya saing UKM dengan

produk dari negara lain dan meningkatkan kondisinya dari segi kualitas dan juga

kuantitas. Sehingga UKM nantinya dapat berperan sebagai tulang punggung

perekonomian masyarakat kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


Berangkat dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melihat sejauh apa

efektivitas pelaksanaan program pengembangan UKM pada Dinas Koperasi Kota

Medan dengan melakukan penelitian yang berjudul ”Efektivitas Pelaksanaan

Program Pengembangan UKM Pada Dinas Koperasi Kota Medan”.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya

dengan apa yang benar-benar terjadi. Masalah-masalah dapat diketahui atau dicari

apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa

yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan dan kompetisi. (Sugiyono,

2005: 32 )

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah :

“Bagaimanakah Efektivitas Pelaksanaan Program Pengembangan UKM pada

Dinas Koperasi Kota Medan”

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang penulis harapkan dapat dicapai melalui penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui sejauh apa efektivitas pelaksanaan program pengembangan

UKM pada dinas koperasi kota Medan

2. Untuk mengetahui apa sajakah yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan

program pengembangan UKM

Universitas Sumatera Utara


1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian merupakan hal yang diharapkan dari hasil penelitian yang

dilakukan. Manfaat penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup hal-hal

sebagai berikut :

1. Bagi penulis, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya

ilmiah dalam menganalisa permasalahan di lapangan. Dan juga menjadi masukan

pengetahuan bagi penulis tentang efektifitas pelaksanaan program pengembangan

UKM

2. Bagi instansi, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan ataupun

informasi tentang efektifitas pelaksanaan program pengembangan UKM

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan mampu menyambung khasanah

ilmiah dan kepustakaan baru dalam penelitian sosial

4. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, penelitian ini sebagai bahan masukan

bagi Fakultas dan menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa/i di masa

mendatang.

1.5 KERANGKA TEORI

Sebelum melangkah pada operasionalisasi penelitian, akan dikemukakan

terlebih dahulu teori-teori yang sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

Sebagi upaya untuk lebih mengarahkan penelitian mencapai tujuan yang hendak

dicapai.

Kerangka teori dalam penelitian ini akan menjadi landasan dalam

menganalisis permasalahan yang diteliti guna menjawab bagaimana efektivitas

Universitas Sumatera Utara


pelaksanaan program pengembangan UKM pada Dinas Koperasi Kota Medan,

meliputi :

1.5.1. Organisasi Pemerintahan

Dalam memberikan pengertian atau defenisi mengenai organisasi oleh para

ahli manajemen, terdapat berbagai pendekatan yang dilakukan serta pemikiran yang

berlainan mengenai persoalan organisasi. Beberapa ahli manajemen memberikan

defenisi organisasi sebai berikut :

Menurut Siagian (1992 : 35), organisasi adalah setiap bentuk persekutuan

antara dua orang atau lebih yang berkerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan

terikat secara formal dalam satu ikatan hierarki dimana selalu terdapat hubungan

antara seseorang atau kelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau

sekelompok orang yang disebut bawahan.

Menurut James D. Mooney (Syafiie, 2003 : 133) “Organization is the form of

every human association for the attainment of common purpose” (organisasi adalah

bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama).

Dari defenisi-defenisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa defenisi

organisasi adalah sebagai berikut :

1. Organisasi merupakan wadah atau tempat terselenggaranya administrasi

2. Didalam organisasi terjadi hubungan antar individu maupun kelompok, baik

dalam organisasi itu sendiri maupun di luar organisasi

3. Terjadi kerja sama dan pembagian tugas dalam organisasi tersebut

4. Berlangsung proses aktivitas berdasarkan kinerja masing-masing

Pada dasarnya, organisasi tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling kait

Universitas Sumatera Utara


mengait dan merupakan satu kesatuan. Disini organisasi merupakan suatu wadah atau

tempat menjalin kerja sama diantara pelaksananya atau juga sebagai sistem kerja

sama, sistem hubungan dan sistem sosial. Dalam defenisi ini organisasi merupakan

satu sistem, yang berarti adanya kesatuan dari berbagai faktor manusia yang

membentuk organisasi tersebut maupun faktor pendukung, seperti kemampuan

bekerja, kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, dan kemampuan untuk

melaksanakan azas-azas organisasi.

Semua organisasi, baik formal maupun informal disatukan dan dipertahankan

kesatuannya oleh kelompok yang melihat bahwa ada manfaat untuk bekerja sama ke

arah sasaran yang sama. Jadi elemen yang sangat mendasar dalam organisasi apapun

adalah “sasaran atau tujuan”. Tanpa adanya suatu sasaran dan tujuan yang ingin

dicapai, maka tidak ada organisasi yang dapat bertahan.

Secara umum organisasi sebagai rangkaian kerja sama antar manusia dapat

dibedakan atas organisasi sektor publik/pemerintahan dan organisasi sektor swasta,

dengan perbedaan sebagai berikut :

Tabel 1.1

Perbedaan Organisasi Pemerintahan dengan Organisasi Swasta

No. Perbedaan Organisasi Pemerintahan Organisasi Swasta


1 Tujuan organisasi Non provite motive Provite motive
2 Sumber pendanaan Pajak, retribusi, utang, a. Pembiayaan internal,
obligasi, laba BUMN yaitu : modal sendiri,
/BUMD, penjualan asset laba ditahan, penjualan
negara dan pendapat lain aktiva
yang sah b. Pembiayaan eksternal,

Universitas Sumatera Utara


yaitu : utang
bank,obligasi,
penerbitan saham
3 Pertanggungjawaban Kepada publik Kepada pemegang saham
(masyarakata) dan dan kreditur
parlemen (DPR/DPRD)
4 Struktur organisasi Birokratis, kaku dan Fleksibel, datar, piramid,
hierarkis lintas fungsional
5 Karateristik Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
anggaran
6 Sistem akuntansi Cash accounting Accrual accounting
7 Kriteria Ekonomis, efesiensi dan Laba
keberhasilan efektivitas
8 Kecenderungan sifat Organisasi politis Organisasi bisnis
9 Dasar operasional Di luar mekanisme pasar Berdasarkan mekanisme
pasar
Sumber : Mahsun, 2006 : 16

Area sektor pemerintahan dan area sektor swasta di dalam organisasi

membedakan dua bentuk kerjasama manusia secara umum. Khususnya pada

penelitian ini organisasi yang dilihat adalah organisasi pemerintahan, yaitu Dinas

Koperasi Kota Medan yang memiliki tugas melaksanakan sebagian urusan rumah

tangga daerah dalam bidang pengkoperasian pengusaha kecil dan menengah serta

melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya termasuk juga dalam

upaya pengembangan UKM.

Universitas Sumatera Utara


1.5.2 Manajemen Organisasi Pemerintahan

Secara etimologi, manajemen (management) berasal dari kata manus (berarti

tangan) dan agere (berarti melakukan). Setelah digabung menjadi kata manager

(bahasa Inggeris) yang berarti mengurus atau managiere (bahasa latin) yang berarti

melatih.

Menurut George Terry (Syafiie, 2003 : 117) manajemen adalah suatu proses

khusus yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan

yang dilakukan untuk menentukan serta menacapai sasaran yang telah ditentukan

melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya.

Manajemen dilakukan dan dibutuhkan dalam setiap tingkatan pekerjaan

manusia, baik dalam skala pekerjaan yang kecil hingga penentuan tujuan dalam

pekerjaan yang besar sekalipun. Manajemen memiliki tujuan tertentu yang tidak

dapat diraba. George Terry (1999 : 2) mengungkapkan bahwa manajemen dapat

diagambarkan sebagai sesuatu yang tidak nyata, karena ia tidak dapat dilihat, tetapi

hanya terbukti oleh hasil-hasil yang ditimbulkannya (out put ) atau hasil kerja yang

memadai, kepuasan manusiawi dan hasil-hasil produksi serta jasa yang lebih baik.

Dengan demikian manajemen secara garis besar adalah kemampuan mengurus

organisasi untuk mencapai tujuan yang tekah ditetapkan sebelumnya melalui proses

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan

1.5.3 Efektivitas

Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk

mencapai tujuan atau sasaran yang telah di tetapkan sebelumnya. Dengan kata lain

Universitas Sumatera Utara


suatu aktivitas di sebut efektif apabila tercapai tujuan atau sasaran yang telah

ditentukan sebelumnya. Dengan demikian efektivitas pelaksanaan suatu organisasi

secara umum diartikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan oleh suatu

organisasi dengan kemampuan yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

secara obyektif.

Richard Steers (1995 : 44) dalam pandangannya terhadap efektivitas

mengemukakan bahwa walaupun hampir setiap orang setuju bahwa efektivitas

merupakan atribut yang diinginkan dalam organisasi, tetapi anehnya hanya ada

sedikit usaha yang dilakukan untuk menerangkan konsep itu sendiri sehingga orang

selalu saja memiliki sudut pandang teoritis maupun sudut pandang kepemimpinan

yang berbeda-beda dalam memandang efektivitas.

Mengacu pada penadapat Steers diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas

sebenarnya merupakan sebuah konsep yang samar. Hal ini karena efektivitas hanya

lebih sering disebut-sebut dari pada diteliti, baik di dalam teori-teori maupun

kepustakaan organisasi. Oleh sebab itu konsep efektivitas dalam suatu organisasi

tidak selalu baku, dalam arti dapat saja menggunakan ukuran yang berbeda-beda.

Untuk mengetahui efektivitas kegiatan organisasi publik dapat diukur melalui

pendekatan-pendekatan sebagai berikut (Putra, 2001 : 22) :

1. Pendekatan Sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini memusatkan perhatiannya dalam mengukur efektivitas pada aspek

out-put, yaitu dengan mengukur keberhasilan organisasi publik dalam mencapai

tingkatan out-put yang direncanakan.

2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)

Universitas Sumatera Utara


Pendekatan ini mengukur efektivitas dari sisi in-put, yaitu dengan mengukur

keberhasilan organisasi publik dalam mendapatkan sumber-sumber yang

dibutuhkan untuk mencapai performasi yang baik.

3. Pendekatan Proses (Process Approach)

Pendekatan ini menekankan pada aspek internal organisasi publik, yaitu dengan

mengukur efektivitas layanan publik melalui berbagai indikator internal

organisasi, seperti efesiensi dan iklim organisasi

4. Pendekatan Integratif (Integrative Approach)

Pendekatan ini merupakan gabungan dari ketiga pendekatan diatas yang muncul

sebagai akibat adanya kelemahan dan kelebihan masing-masing pendekatan.

Bila dilihat dari aspek keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas

memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan organisasi publik (Noermandi,

1999 : 193). Hal ini senada dengan pendapat T. Hani Handoko (1993 :7) yang

mengatakan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang

tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat

pelayanan dan derajat kepuasan masyarakat merupakan salah satu ukuran efektivitas.

Ukuran ini tidak mempertimbangkan berapa biaya, tenaga dan waktu yang digunakan

dalam memberikan pelayanan, tetapi lebih menitikberatkan pada tercapainya tujuan

organisasi pelayanan publik.

Bila ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah tercapainya

berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya tepat pada waktunya dengan

menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk berbagai

kegiatan (Siagian, 1992 : 171). Dari pendapat Siagian tersebut, penulis

Universitas Sumatera Utara


menyimpulkan bahwa suatu kegiatan dikatakan efektif apabila penyelesaian kegiatan

tersebut tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dan suatu kegiatan dikatakan tidak

efektif apabila penyelesaian atau penacapaian tujuan tidak sesuai dengan waktu yang

telah ditetapkan sebelumnya.

Selanjutnya bila ditinjau dari aspek manfaat, maka Steers (Zainun, 1991 : 14)

mendefenisikan efektivitas sebagai suatu usaha untuk mencapai suatu keuntungan

manfaat dalam organisasi dengan segala cara. Ia menekankan bahwa semakin besar

keuntungan yang diperoleh organisasi, maka organisasi itu semakin efektif. Dengan

demikian suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut memberikan

manfaat bagi organisasi dan masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa terdapat empat

unsur dalam efektivitas, yaitu :

1. Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila dapat mencapai

tujuan atau sasaran sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya

2. Ketepatan waktu, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila penyelesaian atau

pencapaian tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

3. Manfaat, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut

memberikan manfaat bagi organisasi dan masyarakat sesuai dengan kebutuhannya

Dengan demikian yang dimaksud dengan efektivitas pelaksanaan program

pengembangan UKM adalah tercapainya tujuan atau sasaran dalam penyelenggaraan

program pengembangan UKM, dimana pelaksanaan program tersebut dapat

diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan memberikan manfaat

nyata sesuai dengan kebutuhan organisasi dan pengusaha UKM setempat

Universitas Sumatera Utara


1.5.4 Pelaksanaan Program

Merupakan konsekuensi logis dari suatu pembuatan kebijakan (policy-

making) untuk mengimplementasikan kebijakan yang telah dibuat. Implementasi

kebijakan sesungguhnya tidak hanya bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran

keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran-saluran

birokrasi, melainkan lebih dari itu. Implementasi kebijakan menyangkut masalah

konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh hasil dari suatu kebijakan.

Oleh sebab itu, tidak terlalu salah jika dikatakan implementasi kebijakan

merupakan aspek yang penting dalam keseluruhan dari proses kebijakan. Bahkan

seorang pakar kebijakan dari Afrika, Chief J. O. Udoji menyetakan bahwa :

“pelaksanaan kebijakan adalah suatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih

penting dari pada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar impian

atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan”

(Wahab, 1991 : 45).

Patton dan Sawichi (Tangkilisan, 2003 : 29) menyatakan bahwa

“implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk

merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk

mengorganisir, menginterprestasikan dan menerapkan kebijakan yang telah

diseleksi”.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program merupakan unsur pertama

yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program akan menunjang

implementasi karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek, antara lain:

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai

Universitas Sumatera Utara


2. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang harus dipegang dan prosedur yang

harus dilalui

3. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui

4. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan

5. Adanya strategi dalam pelaksanaan

Dengan adanya program, maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir

danlebih mudah untuk dioperasionalkan.

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses implementasi yaitu adanya

kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program sehingga masyarakat tersebut

akan menerima manfaat dari program yang dijalankan serta terjadinya perubahan dan

peningkatan pada kehidupan. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat, maka

bisa dikatan bahwa program tersebut gagal dilaksanakan.

Berhasil atau tidaknya suatu program diimplemantasikan tergantung dari

unsur pelaksananya yang merupakan unsur ketiga. Pelaksanaan memiliki arti penting

karena pelaksanaan, baik itu organisasi maupun perorangan bertanggung jawab dalam

pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi.

Kegagalan atau keberhasilan implementasi juga dapat dilihat dari

kemampuan policy makers dalam mengoperasionalkan program-program.kebijakan

yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh policy makers bukanlah jaminan

bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam pelaksanaannya. Ada banyak faktor

yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan. Implementasi dari suatu

program melibatkan upaya-upaya policy makers untuk mempengaruhi perilaku

birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku

Universitas Sumatera Utara


kelompok sasaran.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi atau pelaksanaan

program adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau

pejabat-pejabat terhadap suatu obyek atau sasaran yang diarahkan untuk mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

1.5.5. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

1.5.5.1. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Banyak buku dan para ahli yang mengungkapkan tentang pengertian

UKM. Sebagian besar menjabarkannya dengan melihat jumlah modal dan

tenaga kerja/karyawan .Untuk mendapatkan penjabaran tentang pengertian

UKM, maka penulis mencoba mengambil dari beberapa penjelasan berikut :

1. UsahaKecil

1.a. Menurut UU No 9 tahun 1999 tentang usaha kecil, yang dimaksud

dengan usaha kecil adalah:

b. Memiliki kekayaan (aset) bersih Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha,

c. Hasil penjualan tahunan (omzet) paling banyak Rp. 1 milyar,

d. Milik warga Indonesia,

e. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai dan berafiliansi, baik langsung

maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar

f. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan

Universitas Sumatera Utara


hukum atau berbadan usaha yang berbadan hukum, termasuk

koperasi.

1.b. Sedangkan menurut badan pusat statistik (BPS, 2003), usaha kecil

adalah :

a. Menurut omset, usaha kecil adalah usaha yang memiliki asset

tetap kurang dari Rp. 200 juta dan omset per tahun kurang dari

Rp. 1 milyar

b. Menurut jumlah tenaga kerja,usaha kecil adalah usaha yang

memiliki tenaga kerja sebanyak 5-19 orang.

2. Usaha Menengah

2.b. Menurut Instruksi Presiden No.10 tahun 1999 tentang

pemberdayaan usaha menengah, yang dimaksud dengan usaha

menengah adalah :

a. Memiliki kekayaan (aset) bersih Rp. 200 juta sampai paling

banyak Rp. 1 Milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha

b. Milik warga Indonesia

c. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak

berbadan hukum atau berbadan usaha yang berbadan hukum

2.b. Sedangkan menurut badan pusat statistik (BPS, 2003), usaha

menengah adalah usaha yang memiliki tenaga kerja antara 20

sampai 99 orang.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa UKM

Universitas Sumatera Utara


adalah suatu usaha atau kegiatan ekonomi yang berdiri sendiri serta milik

warganegara Indonesia, memiliki kekayaan bersih antara Rp. 200 Juta sampai

Rp. 10 Milyar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan omset

tahunan atau hasil penjualan sebanyak Rp. 1 Milyar sampai 5 Milyar (tidak

termasuk tanah dan bangunan), serta memiliki tenaga kerja sebanyak 1 sampai

99 orang.

1.5.5.2. Karateristik Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Menurut hasil studi Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, menunjukkan bahwa di Indonesia kriteria usaha kecil

itu sangat berbeda-beda, tergantung pada fokus permasalahan yang dituju dan

instasi yang berkaitan dengan sektor ini (Anoraga, 2002 : 225). Sedangkan di

negara-negara lain, kriteria yang ada akhirnya turut menentukan ciri sektor

UKM, yang antara lain ditentukan oleh karyawan yang dimiliki perusahaan

yang bersangkutan.

Secara umum, sektor usaha kecil menengah (UKM) memiliki

karateristik sebagai berikut (Ibid : 225) :

1. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti

kaidah administrasi pembukuan standar. Kadang kala pembukuan tidak di

up to date, sehingga sulit untuk melihat kinerja usahanya.

2. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat

tinggi

3. Modal terbatas

Universitas Sumatera Utara


4. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat

terbatas

5. Skala ekonomi yng terlalu kecil, sehinga sulit mengharapkan untuk

mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang

6. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat

terbatas

7. Kemampuan untuk memperoleh smber dana dari pasar modal rendah,

mengingat keterbatasan dalam sistem administrasinya, untuk mendapakan

dana di pasar modal, sebuah perusahaan harus mengikut sistem

administrasi standar dan harus transparan.

1.5.5.3. Jenis-Jenis Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Menurut Tulus Tambunan (2002 : 20), kelompok UKM terdiri atas

1. Sektor Pertanian

Pertanian merupakan sektor suatu unit (kesatuan) produksi yang terletak

pada pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan bercocok tanam

dengan tujuan komersil

2. Sektor Pertambangan

Pertambangan merupakan sektor suatu unit (kesatuan) produksi yang

terletak pada pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan

persiapan dan pengambilan unsur-unsur kimia,mineral, bijih-bijihan dan

segala macam batuan termasuk batu-batu mulia yang merupakan endapan

alam, baik merupakan benda padat, cair maupun gas untuk tujuan

Universitas Sumatera Utara


komersil

3. Sektor Manufaktur, Industri Pengolahan

Manufaktur, industri pengolahan merupakan sektor suatu unit (kesatuan)

produksi yang terletak pada pada suatu tempat tertentu yang melakukan

kegiatan mengubah barang dasar/ bahan mentah menjadi barang jadi /

setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya,sehingga lebih dekat

kepada pemakai akhir untuk tujuan komersil

4. Sektor Listrik, Air dan Gas

a. Sub sektor listrik adalah sub sektor suatu unit (kesatuan) produksi

yang terletak pada pada suatu tempat tertentu yang melakukan

kegiatan pembangkitan tenaga listrik serta pengoperasian jaringan

transmini dan distribusi tenaga listrik kerumah tangga, instansi,

industri dan konsumen lainnya untuk tujuan komersil

b. Sub sektor air adalah sub sektor suatu unit (kesatuan) produksi yang

terletak pada pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan

penjernihan, penyediaan dan penyaluran air melalui terminal air, mobil

tangki ke rumah tangga, instansi, industri dan konsumen lainnya untuk

tujuan komersil

c. Sub sektor gas adalah sub sektor suatu unit (kesatuan) produksi yang

terletak pada pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan

menyediakan gas kota kepada rumah tangga, instansi, industri dan

konsumen lainnyauntuk tujuan komersil

Universitas Sumatera Utara


5. Sektor Bangunan

Konstruksi/ bangunan merupakan sektor suatu unit (kesatuan) produksi

yang terletak pada pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan

dengan hasil akhir berupa bangunan konstruksi yang menyatu dengan

tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana

kegiatan lain untuk tujuan komersil

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan merupakan sektor suatu unit (kesatuan) produksi yang

terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan penjualan

kembali barang baru maupun bekas (tanpa perubahan wujud) yang

meliputi perdagangan besar, perdagangan eceran, rumah makan untuk

tujuan komersil

7. Sektor Transportasi dan Komunikasi

a. Transportasi adalah aktivitas kegiatan yang kegiatannya menyediakan

jasa angkutan penumpang atau barang jadi / ternak dari suatu tempat

ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkutan bermotor

maupun tidak bermotor baik milik sendiri maupun milik orang lain

melalui darat, laut maupun udara dengan mendapatkan balas jasa

dengan tujuan komersil

b. Komunikasi adalah aktivitas yang melakukan kegiatan penyampaian

info (tanpa merubah wujud asli) kepada penerima akhirnya dengan

tujuan komersil

8. Sektor Keuangan, Jasa dan Servis

Universitas Sumatera Utara


9. Sektor Jasa-jasa Lainnya

Sektor jasa adalah sektor dari suatu kegiatan serta ada seseorang atau lebih

yang bertanggung jawab atas resiko usaha

1.5.6. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah

1.5.6.1. Pengertian Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah

Pengembangan adalah suatu tindakan, proses, hasil atau pertanyaan

menjadi labih baik (Thoha, 1997 : 7). Pengertian pengembangan tersebut

memiliki dua unsur, yaitu : (1) pengembangan itu sendiri bisa berupa suatu

tindakan, proses atau pernyataan dari suatu tujuan, (2) pengembangan itu bisa

menunjukkan kepada perbaikan atas sesuatu.

Menurut Warren G. Bennis (Sutarto, 1995 : 416) pengembangan

adalah suatu jawaban terhadap perubahan, suatu strategi pendidikan yang

kompleks yang diharapkan untuk merubah kepercayaan, sikap, nilai dan

susunan organisasi, sehinga organisasi dapat lebih baik menyesuaikan dengan

teknologi, pasar, dan tantangan yang baru serta perputaran yang cepat dari

perubahan itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dengan

pengembangan UKM adalah suatu tindakan atau proses untuk memajukan

kondisi UKM ke arah yang lebih baik, sehinga UKM dapat lebih baik

menyesuaikan dengan teknologi, pasar, dan tantangan yang baru serta

perputaran yang cepat dari perubahan yang terjadi. Pengembangan Usaha

kecil menengah (UKM) merupakan komponen penting dalam program

Universitas Sumatera Utara


pembangunan nasional untuk meletakkan landasan pembangunan ekonomi

yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Adpun yang menjadi sasaran dalam upaya pengembangan dan

pembinan UKM, yaitu :

1. Tercapainya lapangan usaha dan lapangan kerja yang luas

2. Tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat

3. Terwujudnya UKM yang semakin efesien dan mampu berkembang

mandiri

4. Terwujudnya pesebaran industri yang merata

5. Tercapainya peningkatan kemampuan UKM dalam aspek penyediaan

produk jadi, bahan baku baik untuk pasar dalam negeri maupun ekpor.

Inti dari pembinaan dan pengembangan UKM pada dasarnya terletak

pada upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan

adanya sumber daya manusia yang bermutu, maka UKM akan dapat tumbuh

dan berkembang menjadi UKM yang tangguh

1.5.6.2. Program Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah

Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan usaha kecil dan

menengah dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan

partisipasi ekonomi dalam proses pembangunan nasioanal khususnya dalam

rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan

kerja dan peningkatan pendapatan sehingga dapat menurunkan angka

kemiskinan.

Universitas Sumatera Utara


Usaha Kecil dan Menengah pada hakekatnya merupakan tanggung

jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan mencermati

permasalahan yang dihadapi oleh UKM, maka upaya untuk mengembangkan

UKM dapat dilihat dari dua sisi, yaitu faktor dari dalam perusahaan (faktor

internal) dan faktor dari luar perusahaan (faktor eksteral), sebagai berikut

(Suseno, dkk , 2005 : 45-46) :

Faktor Internal

• Meningkatkan kemampuan usaha dan kewirausahaan

• Melakukan perencanaan usaha dan investasi dalam jangka panjang

• Mengembangkan Research & Development

Faktor Eksternal

• Menciptakan iklim yang kondusif untuk pengembangan usaha

(penyedeerhanaan perizinan dan birokrasi)

• Mengupayakan adanya program pendampingan

• Mengupayakan tersedianya produk-produk pendukung dalam proses

produksi

• Mengupayakan tersedianya infra struktur sosial

• Mengupayakan tersedianya biaya dari kredit

• Perlu memberikan fleksibilitas dalam penerapan prinsip penyaluran kredit,

diantaranya faktor kapasitas dan kemampunan debitor dalam

menghasilkan keuntungan dan juga masalah anggunan

• Kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang mendukung pengembangan

Universitas Sumatera Utara


UKM

Menurut rencana kerja tahun 2008 Dinas Koperasi Kota Medan,

program pengembangan usaha kecil dan menengah yang dilakukan ,antara

lain :

Tabel 1.2

Program Pengembangan UKM


Program Kegiatan Sasaran

Program pengembangan a. Penyelenggaraan a. Terwujudnya peningkatan


kewirausahaan dan pelatihan kemampuan
keunggulan kompetitif kewirausahaan kewirausahaan UKM
usaha kecil dan menengah
b. Pelatihan manajemen b. Terwujudnya peningkatan
partisipasi kemampuan manajemen
UKM

c. Pelatihan sistem c. Meningkatkan


akuntansi kemampuan akuntansi
bagi pengusaha UKM
Program pengembangan a. Mengikutsertakan a. Terlaksananya dukungan
sistem pendukung usaha UKM dalam pengembangan UKM
bagi usaha mikro kecil pameran/promosi
menengah dalam maupun luar
negeri

b. Monitoring dan b. Diperolehnya data


evaluasi dana bergulir perkembangan dana
yang diberikan kepada bergulir yang akurat
UKM sebagai dasar pengambilan
kebijakan berikutnya

c. Temu kemitraan antara c. Terlaksananya kemitraan


UKM dengan lembaga antara UKM dengan
keuangan bank/non lembaga perbankan/non
bank perbankan

d. Temu usaha koperasi d. Terlaksananya kemitraan


dan usaha besar antara UKM dengan usaha
besar

Universitas Sumatera Utara


e. Sertifikasi tanah milik e. Terlaksananya fasilitas
UKM tanah milik UKM

f. Pameran UKM kota f. Tercapainya promosi hasil


Medan produk UKM

Sumber, Dinas Koperasi Koata Medan, 2008

1.5.6.3. Masalah-Masalah Dalam Pengembangan UKM

Peranan UKM di Indonesia memang diakui sangat penting di dalam

perekonomian nasioanal, terutama dalam aspek-aspek, seperti peningkatan

kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi pedesaan

dan peningkatan ekspor non-migas. Selama ini telah banyak usaha-usaha yang

dilakukan pemerintah untuk membantu perkembangan UKM melalui berbagai

macam program pengembangan atau pembinaan UKM.

Namun demikian, pengembangan UKM hingga saat ini berjalan sangat

lamban. Pada umumnya permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan

Menengah lain meliputi (Suseno, dkk , 2005 : 48) :

Masalah Internal

a. Keterbatasan modal kerja

b. Kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan harga

yang terjangkau

c. Keterbatasan teknologi, karena sebagian besar UKM masih menggunakan

mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual

d. Keterbatasan SDM dengan kualitas yang baik, karena sebagian besar

Universitas Sumatera Utara


pengusaha UKM masih lulusan pendidikan primer

e. Kesulitan dalam pemasaran, karena kualitas produk dan kegiatan promosi

masih kurang sehingga ada persaingan dari produk-produk sejenis, baik di

pasar domestik maupun di pasar internasional

f. Ketidaksiapan UKM sendiri, karena UKM tidak mempunyai pengetahuan

tentang pasar dan jaringan pemasaran sehingga sering UKM tergantung

pada para tengkulak

g. Desain untuk produk-produk UKM banyak yang sudah tidak sesuai

lagi/tidak diminati oleh konsumen modern di perkotan maupun konsumen

internasional

h. Pelaku UKM mengeluhkan sulitnya pencairan dana bergulir yang

dibutuhkan guna mengatasi kenaikan harga BBM akhir-akhir ini.

Masalah Eksternal

a. UKM tidak dapat memperluas usaha karena keterbatasan akses pada

sumber permodalan karena semua bank termasuk lembaga perkreditan

yang khusus untuk UKM mensyaratkan adanya agunan

b. Adanya distorsi pasar, hak istimewa banyak diberikan pada perusahaa-

perusahaan besar,misalnya : kemudahan kredit, lisensi bisnis, keringanan

pajak, dan penciptaan regulasi yang kondusif

c. Adanya aturan-aturan yang kontradiktif dengan upaya-upaya

pengembangan UKM, misalnya lahir Perda-perda untuk peningkatan

pajak dan retribusi daerah

d. Suku bunga masih relatif tinggi. Dengan masih tingginya suku bunga,

Universitas Sumatera Utara


UKM akan mengalami kesulitan dalam memanfaatkan sumber pendanaan

karena keuntungan yang diperoleh masih dibawah rata-rata.

1.6 DEFENISI KONSEP

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat

perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1999 : 33). Melalui konsep peneliti diharapkan

akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk

beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya.

Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang

diteliti, maka dalam hal ini penulis mengemukakan defenisi dari konsep yang

dipergunakan, yaitu :

1. Efektifitas, yaitu nilai atau ukuran keberhasilan dan keberdayaan Dinas Koperasi

Kota Medan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam setiap

pelaksanaan tugas-tugas yang telah ditetapkan

2. Pelaksanaan Program Pengembangan UKM, yaitu aktivitas dari Dinas

Koperasi Kota Medan dalam melaksanakan atau menjalankan program-program

yang telah ditetapkan untuk mengembangkan UKM yang meliputi kegiatan

bimbingan dan pengarahaan, pengadaan atau bantuan permodalan, pengembangan

jaringan pemasaran, pengembangan program kemitraan, dan juga melakukan

evaluasi terhadap hasil dari program tersebut

3. Usaha Kecil dan Menengah, yaitu suatu usaha atau kegiatan ekonomi yang

berdiri sendiri serta milik warganegara Indonesia, memiliki kekayaan bersih

Universitas Sumatera Utara


antara Rp. 200 Juta sampai Rp. 10 Milyar (tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha) dan omset tahunan atau hasil penjualan sebanyak Rp. 1 Milyar

sampai 5 Milyar (tidak termasuk tanah dan bangunan), serta memiliki tenaga

kerja sebanyak 1 sampai 99 orang.

Untuk memperjelas kerangka konsep yang dipakai dalam penelitian ini, dapat

digambarkan sebagai berikut :

Komponen / Unsur Keberhasilan Efektivitas

- Tercapainya Tujuan
- Ketepatan Waktu
- Manfaat

OUT-PUT OUT-COME
a. Meningkatkan pemasaran a. Bertambahnya jumlah UKM
prodak b. Meningkatnya kesejahteraan
b. Meningkatkan modal usaha UKM dari segi ekonomi,
c. Meningkatkan kualitas SDM, pendidikan dan kesehatan
terutama dalam penggunaan c. Meningkatnya modal usaha
teknologi d. Bertambahnya saluran
d. Meningkatkan jumlah dan pemasaran
mutu produksi e. Meningkatnya produksi dari
e. Meningkatkan omset segi kualitas maupun
penjualan kuantitas

Universitas Sumatera Utara


1.7 DEFENISI OPERASIONAL

Defenisi operasioal adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana cara mengukur suatu variabel sehingga dalam pengukuran ini dapat

diketahui indikator-indikator apa saja yang melekat dalam variabel sebagai

pendukung untuk dianalisis dari variabel tersebut (Singarimbun, 1999 : 46).

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah

Efektivitas Pelaksanaan Program Pengembangan UKM pada Dinas Koperasi Kota

Medan dengan indikator sebagai berikut :

1. Pencapaian tujuan

a. Meningkatnya kemampuan UKM dalam memperoleh sumber modal melalui

pelatihan-pelatihan atau seminar

b. Meningkatnya kemampuan usaha (kualitas SDM) dan kewirausahaan UKM

melalui pelatihan-pelatihan atau seminar

c. Meningkatnya kemampuan UKM dalam penggunaan teknologi produksi

d. Meningkatnya UKM dalam menerapkan strategi pasar yang berorientasi pasar

lokal dan ekspor melalui pameran dan promosi prodak

e. Terlaksananya kemitraan antara UKM dengan UKM atau UKM dengan usaha

besar

2. Ketepatan waktu

a. Pelaksanaan kegiatan pengembangan UKM sesuai dengan standar waktu yang

telah ditetapkan

b. Tercapainya tujuan dari program pengembangan UKM sesuai dengan waktu

yang telah ditetapkan

Universitas Sumatera Utara


3. Manfaat

a. Peningkatan modal yang dimiliki

b. Peningkatan kualitas SDM/ karyawan

c. Peningkatan Produksi yang dihasilkan

d. Peningkatan omset/penjualan

e. Bertambahnya saluran pemasaran prodak

1.8 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisiskan tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta kerangka teori, defenisi

konsep, defenisi operasional dan sistematika penulisan

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan metode penelitian, populasi dan sampel serta teknik

pengumpulan data dan teknik analisa data

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana

peneliti melakukan penelitian

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan tentang penyajian data-data yang diperoleh selama

berlangsungnya penelitian. Keseluruhan data-data yang diperoleh

disajikan terlebih dahulu di dalam bab ini.

BAB V ANALISA DATA

Universitas Sumatera Utara


Bab ini berkaitan tentang kajian dan analisa data yang diperoleh dari

lokasi penelitian

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian

yang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai