Jurnal Laju Pertumbuhan
Jurnal Laju Pertumbuhan
ABSTRAK
MOHAMMAD GAGAT TEJO BASKORO. Analisis Pertumbuhan pada Berbagai
Aksesi Benih Kacang Bambara (Vigna subterranea (L.) Verdcourt). Dibimbing
oleh ABDUL QADIR
Upaya peningkatan produktivitas kacang bambara dapat dilakukan dengan
pe ngembangan teknik budidaya yang mengacu pada analisis pertumbuhan
tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan dan produksi
kacang bambara melalui peubah analisis pertumbuhan tanaman dan korelasinya
terhadap viabilitas benih kacang bambara. Penelitian dilaksanakan di Kebun
Percobaan IP B Leuwikopo, Dramaga, Bogor pada bulan Oktober 2015 sampai
Maret 2016. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor, lima aksesi (Bogor hitam, S ukabumi hitam,
Sumedang hitam, S umedang ungu, da n Sumedang coklat) sebagai perlakuan
dengan tiga ulangan. Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, umur
berbunga, produktivitas, indeks konsums i, Indeks Luas Daun (ILD), Nisbah Luas Daun
(NLD), Laju Pertumbuhan Relatif (LPR), Luas Daun Spe sifik (LDS), daya berkecambah
da n kadar air benih. Aksesi yang memiliki efisiensi pembentukan biomassa dan luas
daun tertinggi adalah aksesi S ukabumi Hitam dan S umedang Ungu. Aksesi Bogor
Hitam memiliki umur bunga tercepat. Korelasi positif ditemukan pada
produktivitas tanaman dengan ILD (r = 0,883) dan indeks panen (r = 0,832),
sehingga tanaman yang memiliki ILD tinggi juga memiliki produktivitas dan
indeks panen yang tinggi.
ABSTRACT
MOHAMMAD GAGAT TEJO BASKORO. Growth Analysis on Various
Bambara Groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) Seed Accec ions.
Supervised by ABDUL QADIR
The effort for increasing bambara nut productivity can be done by
de veloping its cultivation techniques that refer to plant growth analysis. The main
obj ective of this research was to studying the growth and productivity of bambara
gro undnut through plant growth analysis parameters and its correlations with seed
via bility. This research was conducted in Leuwikopo IP B Experimental Station,
Dr amaga, Bogor on October 2015 until February 2016. This research used single
fac tor Randomized Complete Block Design, five bambara nut accecions (black
Bo gor, black S ukabumi, black S umedang, purple S umedang, and brown
Su medang) as treatment with three replications. Observed parameters were plant
hei ght, leaf count, time of flowering, productivity, harvest index, Leaf Area Index (LAI),
Le af area Ratio (LAR), Relative Grow ing Rate (RGR), Specif ic Leaf Area (SLA), s eed
ger mination percentage, and seed moisture content. Aceccions with high efficiency in
bio mass and leaf area forming are Black Sukabumi and Purple sumedang. Black Bogor
ace ccion has fastest flowering age. Positive correlations has been found between
pro ductivity with LAI (r = 0,832) and harvest index (r = 0,832), so that plant with
high LAI also has high productivity and harvest index.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Judul Skr ips i : Analisis Pertumbuhan pada Berbagai Aksesi Benih Kacang Bambara
(Vigna subterranea (L.) Verdcourt.)
Nama : Mohammad Gagat Tejo Baskoro
NIM : A24134017
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal lulus:
iv
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
ya ng dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2015 ini
adalah Analisis Pertumbuhan Tanaman, dengan judul Analisis Pertumbuhan pada
Berbagai Aksesi Benih Kacang Bambara (Vigna subterranea (L. ) Verdc.).
Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Abdul Qadir, M.S i.
sebagai pembimbing skripsi serta Bapak Dr. Ir. M. Rahmad S uhartanto, M.S i. dan
Bapak Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S. selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran, masukan, dan motivasi hingga skripsi ini selesai dibuat. Rasa hormat
penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu penulis yang telah memberikan
dukungan secara moral dan materiil, serta seluruh sanak saudara dan kerabat, atas
segala doa dan kasih sayangnya Di samping itu, ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada Ibu P rof. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. selaku dosen
pembimbing akademik, Teman-teman satu bimbingan skripsi, keluarga besar
Agronomi dan Hortikultura dan kawan-kawan Alih Jenis AGH yang telah banyak
memberi bantuan, dukungan, dan doanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembacanya dan yang
me mbutuhkannya.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi sidik ragam hasil penelitian 10
2 Tinggi tanaman pada lima aksesi kacang bambara 11
3 Jumlah daun pada lima aksesi kacang bambara 11
4 Umur berbunga pada lima aksesi kacang bambara 12
5 Produktivitas dan Indeks Konsumsi pada lima aksesi benih kacang
bambara 13
6 Indeks Luas Daun pada lima aksesi benih kacang bambara 14
7 Nisbah Luas Daun pada lima aksesi benih kacang bambara 14
8 Laju Pertumbuhan Relatif pada lima aksesi benih kacang bambara 15
9 Luas Daun Spesifik pada lima aksesi benih kacang bambara 16
10 Nilai tengah kadar air daya berkecambah benih pada lima aksesi kacang
bambara 17
11 Korelasi analisis pertumbuhan tanaman dengan produktivitas, indeks
konsumsi, dan daya berkecambah benih pada lima aksesi kacang bambara 18
DAFTAR GAMBAR
1 Penampilan fisik aksesi benih kacang bambara 5
2 Metode pengukuran pada pengamatan luas daun dan bobot kering tanaman 7
3 Hama dan penyakit yang menyerang pertanaman kacang bambara 9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Layout petak penelitian 25
2 Kondisi pertumbuhan kacang bambara di lahan 26
3 Persentase daya berkecambah di lapang (field emergence). 27
1
PENDAHULUAN
Tujuan
Hi potesis
TINJAUAN PUSTAKA
Li ngkungan Tumbuh
Aksesi
Anali si s Pertumbuhan
METODE
Bahan dan Al at
Bahan yang digunakan meliputi lima aksesi benih kacang bambara (Bogor
hitam, Sukabumi hitam, S umedang hitam, S umedang ungu, dan S umedang coklat)
ya ng dipanen pada tanggal 28 Agustus 2015. Lima aksesi benih kacang bambara
tersebut telah disimpan didalam penyimpanan tertutup dengan suhu terkontrol
sejak satu bulan setelah dipanen. Gambar 1 menunjukkan penampilan fisik aksesi
kacang bambara yang digunakan pada penelitian ini.
Metode Percobaan
Prosedur Percobaan
Pengamat an
5. Indeks Luas Daun (ILD) atau Leaf Area Index (LAI) adalah total luas daun
(A) pada luas tanah yang ditutupi tanaman (P). Rumus yang digunakan adalah
(S itompul dan Guritno, 1995) :
�
��𝐷=
𝑃
Pengukuran luas daun dengan cara memotong bagian daun dari tanaman,
kemudian dilakukan pengukuran terhadap luas masing– masing daun dari tiap
tanaman contoh menggunakan millimeter block . Luas tanah yang ditutupi
tanaman adalah luas jarak tanam yang digunakan pada pertanaman yaitu 40
cm x 20 cm = 800 cm2 .
2 -1
6. Nisbah Luas Daun (NLD) atau Leaf Area Ratio (LAR) m g adalah
perbandingan luas daun (LD) terhadap bobot kering tanaman yang ada (W).
Rumus yang digunakan adalah (S itompul dan Guritno, 1995):
�𝐷
�� 𝐷=� ��=
𝑊
Cara pengukuran luas daun NLD sama seperti mengukur luas daun pada ILD.
Bobot kering tanaman didapat dengan mengeringkan tanaman dan daunnya
dalam oven dengan suhu 600 C selama 48 jam lalu ditimbang. Gambar 2
Menunjukkan cara mengukur luas daun dan bobot kering tanaman.
(a) (b)
a. Luas daun
b. Bobot kering tanaman
Gambar 2. Metode pengukuran pada pengamatan
luas daun dan bobot kering tanaman
Laju Pertumbuhan Relatif (LP R) atau Relative Growth Rate (RGR) satuannya
7.
g g-1 minggu-1 adalah suatu peningkatan bobot kering (W) tiap satuan waktu
(T). Bobot kering didapat dari pengukuran NLD. Rumus yang digunakan
untuk menentukan LP R adalah sebagai berikut (S itompul dan Guritno, 1995) :
�
ln(� �
2) − ln (�1)
�𝑃�= �
���=
�2 − �1
8
. Luas Daun Spesifik (LDS) atau Specific Leaf Area (S LA) m2 g-1 adalah hasil
bagi luas daun (A) dengan bobot kering daun (Wd). Rumus yang digunakan
untuk menghitung LDS adalah sebagai berikut (S itompul dan Guritno, 1995) :
�
� 𝐷�=
���
Luas daun didapatkan dari pengukuran ILD dan bobot kering daun
didapatkan dari pengukuran NLD tanpa batang tanaman.
8
9. Indeks Panen (Harvest Index) adalah bobot panen yang dapat dikonsumsi
(Wo) per bobot biomassa total tanaman (W). Bobot biomassa tanaman
diperoleh dengan mengeringkan seluruh tanaman per bedeng. Rumus yang
digunakan yaitu (S itompul dan Guritno, 1995):
���(� ��)
𝑊 (� ��)
10. Kadar Air Benih (Seed Moisture Percentage) adalah jumlah air yang
terk andung di dalam benih. Kadar air benih menentukan viabilitas dan daya
simp an benih. Pada penelitian ini, pengukuran kadar air benih dilakukan
den gan metode oven suhu tinggi konstan (130±20 C selama 1 jam)
men ggunakan 5 g benih dari masing- masing perlakuan. Perhitungan kadar air
benih dinyatakan dengan rumus:
� 2−� 3
� �= �100%
� 2−� 1
Keterangan:
M1 = Bobot cawan
M2
M3
11. Day
kem= Bobot Basah (Benih + cawan sebelum dioven)
dita = Bobot kering (Benih + cawan setelah dioven).
kert a Berkecambah Benih (Seed Germination Percentage) adalah persentase
padaampuan benih dapat berkecambah ketika ditanam. Benih kacang bambara
Perhnam sebanyak 25 butir dari masing- masing perlakuan digulung didalam
as dilapis plastik (UKDdp). Perhitungan kecambah normal dilakukan
hari ke-7 dan hari ke-14 (Wongvarodom dan Naulkong, 2006).
itungan DB benih menggunakan rumus berikut:
Pe ��
� ��ℎ� ����ℎ �����
���� � �
ℎ�� �����
𝐷�= �100%
pada 10 �� � ��ℎ� ��𝑖ℎ ���
𝑔� ������
�
ILD, LP
dan bers
diambil
digunakangamatan tinggi tanaman dan jumlah daun diukur setiap minggu tanam
semua tatanaman contoh setiap petak sejak awal tanam hingga panen. Pengamatan
B, LP R, dan LDS diukur setiap minggu setelah tanaman berkecambah
ifat destruktif sehingga hanya memerlukan satu tanaman contoh yang
secara acak tiap petak, sehingga per petaknya ada 17 tanaman yang akan
n. Pengamatan hasil pa nen, IK, DB, dan KA benih dilak ukan setelah
Danaman dipanen.
dan anal
dilanjutk
taraf 5% Prosedur Anali si s Data
SAS 9.0
taraf 5% ta hasil pengamatan selanjutnya diuji menggunakan uji F pada taraf 5%
isis korelasi. Apabila ada pengaruh nyata terhadap suatu peubah, maka
an dengan uji lanjut metode DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada
. Analisis uji F dan uji lanjut DMRT dilakukan menggunakan aplikasi
. Analisis korelasi dilakukan dengan metode Pearson correlations pada
menggunakan aplikasi MINITAB 14.
9
Ko ndi si Umum
Tinggi tanaman
Tinggi tanaman merupaka n salah satu faktor utama untuk mengetahui
langsung pengaruh lingkungan dan perlakuan ya ng diberikan pada suatu tanaman
11
serta efisiensi penggunaan hara tanaman (S itompul dan Guritno, 1995). Tinggi
tanaman pada lima aksesi kacang bambara ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tinggi tanaman pada lima aksesi kacang bambara (cm)
M inggu Setelah Ta na m (MS T)
Aksesi
3 6 9 12 15 17
Bogor Hitam 6,05b 18,06c 24,61c 30,50b 31,60c 31,60c
S ukabumi Hitam 6,53b 21,16b 27,52ab 31,12b 32,34bc 32,34bc
Sumedang Hitam 7,03ab 22,55a 26,53b 30,45b 31,70c 31,70c
Sumedang Ungu 7,84a 22,60a 28,45a 34,71a 36,00a 36,00a
Sumedang Coklat 6,96b 22,14ab 27,85a 32,53b 33,76b 33,76b
Angka-angka yang diikuti hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
ya ng tidak berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5% ,
MST = minggu setelah tanam.
Aksesi S umedang ungu menunjukkan nilai tinggi tanaman tertinggi sejak
umur 9 MST hingga panen, meskipun tidak berbeda dengan S ukabumi hitam dan
Sumedang coklat. Aksesi sumedang ungu mulai menunjukkan perbedaan mulai
umur 12 MS T. Hal ini disebabkan karena S umedang ungu dapat menyerap air dan
unsur hara lebih baik dibanding aksesi lainnya. Penelitian Wicaksana et al. (2013)
menyatakan bahwa rataan tinggi tanaman kacang bambara selama masa tanam
ya itu 8,6-33,1 cm dengan nilai tengah 27,1 ± 3,086 cm.
Nabila (2014) menyatakan bahwa masing- masing aksesi kacang bambara
me milik i keragaman pada tinggi tanaman. Crawley (1986) menyatakan bahwa
tanaman yang lebih tinggi akan lebih mudah memenangkan kompetisi dalam
mendapatkan cahaya supaya dapat melakukan fotosintesis lebih baik
dibandingkan dengan tanaman yang lebih pendek.
Jumlah daun
Jumlah daun merupakan faktor utama yang menentukan kualitas
pertumbuhan dan kemampuan fotosintesis suatu tanaman. N ilai tengah jumlah
daun pada lima aksesi kacang bambara ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah daun pada lima aksesi kacang bambara
M inggu Sete lah Ta na m (MS T)
Aksesi
3 6 9 12 15 17
Bo gor Hitam 2,03b 11,90a 22,30c 40,27b 42,49b 42,49b
Sukabumi Hitam 2,06b 12,20a 22,00c 42,36b 44,71b 44,71b
Sumedang Hitam 2,20ab 11,80a 24,57b 42,97b 45,37b 45,37b
Sumedang Ungu 2,33a 11,93a 28,43a 56,97a 60,11a 60,11a
Sumedang Coklat 2,16ab 11,43a 21,23c 43,40b 45,70b 45,70b
An gka-angka yang diikuti hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
ya ng tidak berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan‟s Multiple Range Test) taraf 5%,
MST = minggu setelah tanam.
Aksesi S umedang ungu memiliki jumlah daun paling banyak dibandingkan
de ngan aksesi lainnya mulai da ri awal masa tanam meskipun tidak berbeda
Su medang hitam dan sumedang coklat. Aksesi S umedang ungu mulai
me nunjukkan perbedaan pada umur 9 MS T. Aksesi sumedang hitam memiliki
12
jumlah daun yang be rbeda dengan S umedang ungu dan aksesi lainnya pada umur
9 MST. Jumlah daun aksesi Bogor hitam, Sukabumi hitam, S umedang hitam, dan
Sumedang coklat tidak berbeda dari umur 12 MS T sampai akhir masa tanam.
Penelitia n Nabila (2014) menyatakan bahwa jumlah daun pada beberapa galur
kacang bambara juga menunjukkan perbedaan. Rataan jumlah daun kacang
bambarapada umur 12 MST yaitu 18,6–62,4 helai dengan nilai tengah sebesar
40,5 dengan KK sebesar 30,55%.
Umur berbunga
U mur berbunga merupakan waktu awal dari munculnya bunga dan
merupak an peubah dalam menentukan awal masa generatif suatu tanaman yang
berguna untuk menentukan musim tanam, intensitas irigasi, dan waktu
pembum bunan. Tabel 4 menunjukkan umur berbunga pada lima aksesi kacang
bambara.
Tabel 5 P roduktivitas dan Indeks Panen pada lima aksesi benih kacang bambara
Nila i Te ngah
Aksesi
Produk tivitas (to n ha-1 ) Indek s Pa ne n
Bogor hitam 1,28a 0,52a
Sukabumi hitam 1,29a 0,39ab
S umedang hitam 1,18b 0,44a
Sumedang ungu 1,26ab 0,26bc
S umedang coklat 0,44c 0,20c
An gka-angka yang diikuti hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
ya ng tidak berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan‟s Multiple Range Test) taraf 5%.
Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa aksesi S umedang coklat memiliki
pro duktivitas dan indeks konsumsi te rendah dibandingkan aksesi lain. Aksesi
Su kabumi hitam memiliki produktivitas tertinggi meskipun tidak berbeda dengan
Bo gor hitam dan S umedang ungu secara statistik. Aksesi yang memiliki indeks
ko nsumsi tertinggi yaitu Bogor hitam, namun tidak berbeda dengan Sukabumi
hit am dan Sumedang hitam secara statistik. Perlu diingat bahwa produktivitas
pa da penelitian ini dipengaruhi oleh adanya sejumlah tanaman yang diambil
sec ara acak untuk pengamatan analisis pertumbuhan tanaman (destruktif),
seh ingga produktivitasnya berkurang, namun data produkt ivitas ini tetap sah
ka rena tidak dipengaruhi oleh faktor lainnya selain pengambilan tanaman tersebut.
Penelitian Mabhaudhi et al. (2013) menyatakan bahwa, curah hujan
be rpengaruh terhadap produktivitas kacang bambara. C urah hujan yang semakin
tin ggi akan meningkatkan produktivitas, kecuali pada masa generatif, karena
dapat merontokkan bunga (Linneman dan Azzam- Ali, 1993). S itompul dan
Guritno (1995) menyatakan bahwa salah satu faktor dalam pertumbuhan tanaman
ya ng menentukan hasil tanaman adalah biomassa tanaman, sehingga upaya
pe ningkatan produktivitas tanaman dapat dicapai dengan peningkatan bobot
biomassa tanaman. Biomassa merupakan semua bahan tanaman yang berasal dari
hasil fotosintesis, serapan unsur hara dan air yang diolah melalui proses
fotosintesis. P roduksi biomassa mengakibatkan pertambahan berat tanaman yang
dii kuti dengan pertambahan ukuran lain yang dapat dinyatakan secara kuantitatif.
Tabel 6 Indeks Luas Daun pada lima aksesi benih kacang bambara
M inggu Sete la h Ta na m (MS T)
Aksesi
3 6 9 12 15 17
Bogor Hitam 0,33a 0,79a 2,00ab 2,90ab 4,67a 7,21a
Sukabum i hitam 0,26d 0,89a 1,99ab 2,88ab 4,66a 7,19a
Sumedang hitam 0,28c 0,74a 1,82bc 2,63bc 4,72a 7,29a
Sumedan g ungu 0,31b 0,70a 2,13ab 2,92a 4,71a 7,26a
Sumedang coklat 0,25d 0,76a 1,73c 2,50c 4,68a 7,21a
Angka-angka yang diikuti hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan‟s Multiple Range Test) taraf 5% ,
MST = minggu setelah tanam.
Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa aksesi Bogor hitam memiliki ILD
tertinggi diantara aksesi lainnya pada umur 3 MST yaitu 0,33. Aksesi S umedang
ungu memiliki ILD tertinggi pada 9 MST dan 12 MST, meskipun tidak berbeda
dengan a ksesi lainnya secara statistik. ILD pada semua aksesi tidak berbeda pada
15 HST hingga panen. Gardner et al. (1991) menyatakan, dalam tajuk tanaman
dengan nilai indeks luas daun yang tinggi, daun yang muda pada pucuk tanaman
menyerap radiasi paling banyak, memiliki laju asimilasi CO2 yang tinggi, dan
mentrans lokasikan sejumlah besar hasil asimiasi ke bagian tumbuhan yang lain.
Sebalikn ya, daun-daun yang lebih tua pada dasar tajuk dan terlindung mempunyai
laju asi milasi CO2 yang rendah dan memberikan lebih sedikit asimilasi kepada
bagian t umbuhan yang lain. S itompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa
tanaman yang memasuk i fase pengisian biji nilai indeks luas daunnya akan
meningkat karena volume daun mulai berkurang disebabkan karena tanaman
mengalokasikan hasil fotosintesisnya untuk melakukan pengisian biji.
Actaria (2012) menyatakan bahwa luas kanopi pada kacang bambara
berkorelasi nyata dengan jumlah polong. Polong kacang bambara berasal dari
hasil fertilisasi bunga yang ada pada ketiak daun dalam buku pada percabangan
kacang bogor. Semakin banyak jumlah cabang, buku, dan daun kacang bambara
memilik i kanopi luas. Tanaman yang memiliki ILD tinggi memiliki kanopi luas.
La ju pertumbuhan relatif
Laju Pertumbuhan relatif adalah hasil dari selisih bobot kering tanaman tiap
uan
sat wak tu. LP R juga penting dalam menentukan efisiensi penggunaan energi
pada tanaman dalam melakukan pertumbuhan pada satuan waktu tertentu. LPR
menentukan kecepatan pertambahan bobot kering tanaman tiap satuan waktu.
Nilai tengah hasil pengamatan LP R ditunjukka n pada Tabel 8.
-1
Tabel 8. Laju Pertumbuhan Relatif pada lima aksesi benih kacang bambara (g g
minggu-1 )
Minggu Setelah Tanam (MST)
Aksesi
4 7 9 12 15 17
Bogor Hitam 1,367a 0,782a 0,363bc 0,064ab 0a 0a
Sukabumi hitam 1,505a 0,729c 0,438b 0,071ab 0a 0a
Sumedang hitam 1,852a 0,630b 0,087c 0b 0a 0a
Sumedang ungu 1,540a 0,628b 0,846a 0,075ab 0a 0a
Su medang coklat 1,551a 0,747bc 0,559ab 0,168a 0a 0a
An gka-angka yang diikuti hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
ya ng tidak berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5%
Tabel 8 menunjukkan bahwa semua aksesi belum menunjukkan perbedaan
LP R pada umur 4 HST. Aksesi Bogor hitam memiliki nilai LP R tertinggi pada
-1 -1
um ur 7 MS T yaitu 0,782 g g minggu . Sumedang ungu memiliki LPR tertinggi
pa da 9 MST, namun tidak berbeda dengan S umedang coklat. LP R terus menurun
sei ring bertambahnya usia tanaman. Penurunan LP R paling drastis terjadi pada
ak sesi S ukabumi Hitam pada 9 MS T, dan pertumbuhannya terhenti pada 12 MST.
16
Akhir masa tanam LPR bernilai nol karena kacang bambara termasuk tanaman
indeterminate sehingga pada fase generatif, tanaman tidak lagi mengalami
pertamb ahan biomassa dan fokus pada pengisian biji.
Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa LPR dapat memberikan
suatu ga mbaran tanaman mengenai keseluruhan kegiatan pertumbuhan tanaman.
Nilai LPR yang semakin besar menunjukkan efisiensi pembentukan biomassa
tanaman yang semakin besar. Poorter dan Garnier (2007) menyatakan bahwa LPR
berubah secara kontinyu dengan ontogeni (pengaruh gen dibawah kendali
lingkungan). Selama perkecambahan terdapat transisi bertahap dari pertumbuhan
yang bergantung pada cadangan makanan pada biji menjadi autrotop lengkap.
Luas da un spesifik
Luas daun spesifik adalah hasil bagi antara total luas daun dan total bobot
kering daun. N ilai tengah hasil pengamatan LDS ditunjukkan pada Tabel 9.
Tabel 9. Luas Daun Spesifik pada lima aksesi benih kacang bambara (cm2 g-1 )
M inggu Sete la h Ta na m (MS T)
Aksesi
4 6 9 12 15 17
Bogor Hitam 237a 165a 151b 99b 148ab 162ab
Sukabum i hitam 132b 156a 221a 132a 48ab 138ab
Sumedang hitam 80,0c 162a 160b 122ab 43ab 155ab
Sumedang ungu 130bc 134a 123c 106ab 29b 110b
Sumedang coklat 114bc 143a 165b 104ab 167a 183a
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
yang tida k berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5%
Ta bel 9 menunjukkan bahwa aksesi Sumedang Ungu memiliki nilai LDS
terendah pada umur 6 MS T hingga akhir masa tanam. Aksesi S umedang Ungu
berbeda dengan aksesi lainnya pada umur 9 MST, namun pada umur 12 MST
aksesi s umedang ungu tidak berbeda dengan aksesi lainnya dan tidak berbeda
dengan a ksesi Bogor Hitam, S ukabumi Hitam, dan S umedang Hitam pada umur
15 hing ga 17 MST secara statistik. Pertumbuhan nilai LDS pada semua aksesi
menurun mulai dari awal masa tanam hingga umur 15 MS T, kemudian meningkat
pada u mur 17 MST. Hal ini terjadi karena bobot kering ta naman menurun
menjelang panen. Aksesi yang memiliki efisiensi pembentukan luas daun tertinggi
pada fase generatif (12 MS T) hingga panen adalah aksesi Bogor Hitam, Sukabumi
Hitam, S umedang Hitam, dan S umedang Ungu Penurunan bobot kering
disebabkan karena tanaman sudah memasuki fase pengisian biji.
Sitompul dan guritno (1995) menyatakan penurunan LDS akan diimbangi
dengan kenaikan bobot kering tanaman. Tanaman yang memiliki nilai LDS yang
rendah akan memiliki daun yang lebih sempit dan tebal, na mun memiliki produksi
bobot kering tanaman yang besar. S utoro et al. (2008) menyatakan bahwa nilai
LDS tidak berpengaruh langsung terhadap bobot biji.
dengan aktivitas, reaksi biokimia dan respirasi benih. Kadar air benih merupakan
jumlah air yang terkandung didalam benih yang dapat menentukan kualitas
perkecambahan dan penyimpanan benih. Daya berkecambah merupakan peubah
kemampuan benih untuk mengabsorpsi air dan melakukan perkecambahan di
lapang. N ilai tengah kadar air benih dan daya berkecambah benih ditunjukkan
pada Tabel 10.
Tabel 10 N ilai tengah kadar air daya berkecambah benih pada lima aksesi benih
kacang bambara
Nila i Te nga h
Aksesi
Kadar Air (%) Daya Berkecambah (%)
Bogor hitam 11,86a 83,11ab
Sukabumi hitam 10,08a 79,55ab
Sumedang hitam 10,81a 82,22ab
Sumedang ungu 12,09a 86,22a
Sumedang coklat 11,53a 70,66b
Angka-angka yang diikuti hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
ya ng tidak berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan‟s Multiple Range Test) taraf 5%
Korel asi Peubah Anal isi s Pertumbuhan de ngan Produkti vi tas dan
Vi abili tas Beni h
18
Tabel 11 Korelasi antar peubah pengamatan pada lima aksesi kacang bambara
TT JD UB P IK ILD NLD LPR LDS KA
JD 0,864tn
UB 0,636tn 0,273tn
PI -0,248tn 0,200tn -0,333tn
IK -0,726tn -0,306tn -0,676tn 0,832 *
LD 0,009tn 0,425tn -0,254tn 0,883 * 0,600tn
NLD -0,813 * -0,986** -0,230tn -0,288tn 0,226tn -0,550tn
LPR 0,909 * 0,682tn 0,587tn -0,478tn -0,850tn -0,100tn -0,661tn
LDS
K -0,747tn -0,833 * -0,437tn -0,258tn 0,212tn -0,231tn 0,763tn -0,404tn
DA 0,312tn 0,474tn -0,480tn -0,163tn -0,184tn 0,114tn -0,475tn 0,417tn -0,044tn
B 0,009tn 0,499tn -0,413tn 0,904 * 0,671tn 0,851tn -0,552tn -0,256tn -0,471tn 0,206tn
Keterangan : ** = berkore lasi nyata pada taraf 1%, * = berkorelas i nyata pada taraf 5%, tn = tidak memiliki Kore lasi nyata. TT = tinggi ta naman, JD
= jumlah daun, UB = umur berbunga , ILD = indeks luas daun, NLD = nisbah luas daun, LPR = laju pertumbuha n relatif , LDS = luas
daun spesif ik, P = produktivitas, IK = indeks konsums i, DB = daya berkecambah benih , KA = kadar air benih
19
Kesi mpul an
Aksesi kacang bambara Sumedang Ungu memiliki nilai tinggi tanaman dan
ju mlah daun tertinggi yaitu 36,00 cm dan 60,11 helai. Aksesi Bogor Hitam
me miliki umur berbunga tercepat yaitu 56,67 HST dan indeks konsumsi tertinggi
me skipun secara statistik tidak berbeda dengan aksesi S ukabumi Hitam d an
Su medang Hitam. Aksesi S ukabumi hitam memiliki produktivitas tertinggi
me skipun tidak berbeda secara statistik dengan aksesi Bogor Hitam dan
Su medang Ungu. Aksesi yang memiliki efisiensi pembentukan biomassa tertinggi
pa da fase generatif hingga panen adalah aksesi S ukabumi Hitam, S umedang
Hi tam, dan S umedang Ungu. Aksesi yang memiliki efisiensi pembentukan luas
da un tertinggi pada fase generatif hingga panen adalah aksesi Bogor Hitam,
Su kabumi Hitam, S umedang Hitam, dan S umedang Ungu. S umedang coklat
me miliki produktivitas dan indeks konsumsi terkecil dibandingkan aksesi lainnya.
Ind eks luas daun memiliki korelasi sangat nyata terhadap produktivitas tanaman
dan indeks panen.
Sar an
DAFTAR PUSTAKA
[BMKG] Badan Meterologi, K limatologi, dan Geofisika. 2016. Data Iklim
Stasiun Dramaga. BMKG Dramaga. Bogor
Crawley D.M. 1986. The dynamics of growth and form dalam P lant Ecology.
Waller J.M. Editor. Blackwell Scientific P ublications. London. 469 hal.
[FAOSTAT]. Food and Agriculture Organization Statistics. 2015. World
Production, Areal Harvested, and Yield of Bambara Groundnut Year 2013 .
[Internet]. [Diunduh 2014 Desember 02]. Tersedia pada:
http://faostat.fao.org/site/567/DesktopDefault.aspx?PageID=567#ancor.
Gardner F.P., Pearce R.B. dan Mitchell R.L. 1991. Physiology of Crop P lants.
Susilo H. Penerjemah. Terjemahan dari: Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal.
Gomez K.A. dan Gomez A.A. 2007. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian
Vo lume ke-2. Sjamsuddin E dan Baharsjah S.J. Penerjemah. Terjemahan
dari: Statistical Procedures for Agricultural Research. UI Press. Jakarta.
698 hal.
Hamid M.N. 2009. Menggali Potensi Genetik Tanaman Kacang Bogor (Vigna
subterranea (L.) Verdcourt). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kusuma wati W. 2014. Pengaruh Warna Testa dan Perlakuan Invigorasi terhadap
Viabilitas dan Vigor Benih serta Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kacang
Bambara (Vigna subterranea (L.) Verdc.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Lestari S.A.D. 2014. Penentuan Dosis Optimum Pemupukan N, P, dan K pada
Tanaman Kacang Bogor (V igna subterranea (L.) Verdc). skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Linnema n A.R. dan Azam-Ali S.N. 1993. Bambara Groundnut. Di dalam:
Williams J.T. Editor. Under- utilized Crops: P ulses and Vegetables.
Chapman and Hall. London. 247 hal.
Mabhaudhi T., Modi A.T. dan Beletse Y.G. 2013. Growth, P henological, and
Yield Response of a Bambara Groundnut (Vigna subterranea L. Verdc)
Landrace to Imposed Water Stress : II Rain S helter Conditions. Water S.A.
39(2): 191-198.
Massawe F.J., Mwale S.S., Azam- Ali S.N. dan Roberts J.A. 2005. Breeding in
Ba mbara Groundnut (Vigna subterranea L. Verdc): Strategic
Considerations. African Biotech. 4(6): 463-471.
Mazahib A.M., N uha M.O., Salawa I.S. dan Babiker E.E. 2013. Some Nutritional
Attributes of Bambara Groundnut as Influenced by Domestic Producing.
I.F.R.J. 20(3): 1165-1171.
Munns R., Schmidt S. dan Beveridge C. 2016. P lants In Action. Internet. Diunduh
pada 2016 September 08. Tersedia Pada: http://pia-dev.mgmt.science.uq.
edu.au/content/.
Nabila N. 2014. Seleksi Galur Murni Lanras Kacang Bogor (Vigna subterranea
L.) Asal S ukabumi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Poorter H. dan Garnier E. 2007. Ecological S ignificance of Inherent in Relative
Growth Rate and Its Components. Di dalam: P ugnaire F.I., Valladare F.
Editor. Functional Plant Ecology. C RC Press. New York. 724 hal
21
LAMPIRAN
24
25
Keterangan:
A1 = Bogor hitam
A2 = S ukabumi hitam
A3 = S umedang hitam
A4 = S umedang ungu
A5 = S umedang coklat
12 MST 15 MST
27
Ta na ma n Be rkeca mb a h
Perlakuan DBL (%)
M inggu 1 M inggu 2
A1U1 4 210 72,92
A1U2 4 234 81,25
A1U3 5 265 92,01
A2U1 3 233 80,90
A2U2 0 212 73,61
A2U3 0 200 69,44
A3U1 5 235 81,60
A3U2 7 249 86,46
A3U3 2 211 73,26
A4U1 0 198 68,75
A4U2 0 232 80,56
A4U3 0 214 74,31
A5U1 1 165 57,29
A5U2 4 152 52,78
A5U3 6 176 61,11
Keterangan: DBL = Daya Berkecambah Lahan, U = Ulangan, A1 = Bogor hitam,
A2 = S ukabumi hitam, A3 = S umedang hitam, A4 = S umedang ungu,
A5 = S umedang coklat.
28
29
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Mohammad Gagat Tejo Baskoro, lahir di Jakarta pada
tanggal 9 Oktober 1992. Penulis merupakan putra kedua dari pasangan Bapak
Mohammad Burham dan Ibu Dra. Ratih Umi Wahyuni. Penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 01 Tajurhalang, Kecamatan
Tajurhalang, Kabupaten Bogor pada tahun 2010. Pada Tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di Program Keahlian Teknologi Industri Benih P rogram
Diploma Institut Pertanian Bogor (IP B) melalui jalur Regular dan lulus pada
tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Alih Jenis
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor pada tahun yang sama.
Selama perkuliahan di IP B, penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan
seperti Lintas Desa bersama Agronomi dan Hortikultura 48 pada tahun 2013,
Seminar SEQ (Spiritual Entrepreneurship Q uotient) pada tahun 2011, dan Mata
Najwa on Stage pada tahun 2014 di Graha Widya Wisuda IPB. Penulis juga
pernah melaksanakan Praktik kerja Lapang di PT. Pertani Persero Karanganyar,
Jawa Tengah pada tahun 2013.