Anda di halaman 1dari 47

1

ANALISIS PERTUMBUHAN PADA BERBAGAI AKSESI


BENIH KACANG BAMBARA
(Vigna subterranea (L.) Verdcourt)

MOHAMMAD GAGAT TEJO BASKORO


A24134017

DEP ARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pertumbuhan
pa da Berbagai Aksesi Benih Kacang Bambara (Vigna subterranea (L.) Verdcourt)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. S umber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicant umkan dalam
Daftar P ustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pe rtanian Bogor.

Bogor, September 2016

Mohammad Gagat Tejo Baskoro


NIM A24134017
4
5

ABSTRAK
MOHAMMAD GAGAT TEJO BASKORO. Analisis Pertumbuhan pada Berbagai
Aksesi Benih Kacang Bambara (Vigna subterranea (L.) Verdcourt). Dibimbing
oleh ABDUL QADIR
Upaya peningkatan produktivitas kacang bambara dapat dilakukan dengan
pe ngembangan teknik budidaya yang mengacu pada analisis pertumbuhan
tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan dan produksi
kacang bambara melalui peubah analisis pertumbuhan tanaman dan korelasinya
terhadap viabilitas benih kacang bambara. Penelitian dilaksanakan di Kebun
Percobaan IP B Leuwikopo, Dramaga, Bogor pada bulan Oktober 2015 sampai
Maret 2016. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor, lima aksesi (Bogor hitam, S ukabumi hitam,
Sumedang hitam, S umedang ungu, da n Sumedang coklat) sebagai perlakuan
dengan tiga ulangan. Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, umur
berbunga, produktivitas, indeks konsums i, Indeks Luas Daun (ILD), Nisbah Luas Daun
(NLD), Laju Pertumbuhan Relatif (LPR), Luas Daun Spe sifik (LDS), daya berkecambah
da n kadar air benih. Aksesi yang memiliki efisiensi pembentukan biomassa dan luas
daun tertinggi adalah aksesi S ukabumi Hitam dan S umedang Ungu. Aksesi Bogor
Hitam memiliki umur bunga tercepat. Korelasi positif ditemukan pada
produktivitas tanaman dengan ILD (r = 0,883) dan indeks panen (r = 0,832),
sehingga tanaman yang memiliki ILD tinggi juga memiliki produktivitas dan
indeks panen yang tinggi.

Kata kunci: aksesi, indeks luas daun, korelasi, produktivitas


6
7

ABSTRACT
MOHAMMAD GAGAT TEJO BASKORO. Growth Analysis on Various
Bambara Groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) Seed Accec ions.
Supervised by ABDUL QADIR
The effort for increasing bambara nut productivity can be done by
de veloping its cultivation techniques that refer to plant growth analysis. The main
obj ective of this research was to studying the growth and productivity of bambara
gro undnut through plant growth analysis parameters and its correlations with seed
via bility. This research was conducted in Leuwikopo IP B Experimental Station,
Dr amaga, Bogor on October 2015 until February 2016. This research used single
fac tor Randomized Complete Block Design, five bambara nut accecions (black
Bo gor, black S ukabumi, black S umedang, purple S umedang, and brown
Su medang) as treatment with three replications. Observed parameters were plant
hei ght, leaf count, time of flowering, productivity, harvest index, Leaf Area Index (LAI),
Le af area Ratio (LAR), Relative Grow ing Rate (RGR), Specif ic Leaf Area (SLA), s eed
ger mination percentage, and seed moisture content. Aceccions with high efficiency in
bio mass and leaf area forming are Black Sukabumi and Purple sumedang. Black Bogor
ace ccion has fastest flowering age. Positive correlations has been found between
pro ductivity with LAI (r = 0,832) and harvest index (r = 0,832), so that plant with
high LAI also has high productivity and harvest index.

Keywords: accecions, leaf area index, correlations, productivity


i

ANALISIS PERTUMBUHAN PADA BERBAGAI AKSESI


BENIH KACANG BAMBARA
(Vigna subterranea (L.) Verdcourt)

MOHAMMAD GAGAT TEJO BASKORO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEP ARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
ii
i ii

Judul Skr ips i : Analisis Pertumbuhan pada Berbagai Aksesi Benih Kacang Bambara
(Vigna subterranea (L.) Verdcourt.)
Nama : Mohammad Gagat Tejo Baskoro
NIM : A24134017

Disetujui oleh

Dr. Ir. Abdul Qadir, M.Si.


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sugiyanta, M.S i.


Ketua Departemen

Tanggal lulus:
iv
v

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
ya ng dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2015 ini
adalah Analisis Pertumbuhan Tanaman, dengan judul Analisis Pertumbuhan pada
Berbagai Aksesi Benih Kacang Bambara (Vigna subterranea (L. ) Verdc.).
Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Abdul Qadir, M.S i.
sebagai pembimbing skripsi serta Bapak Dr. Ir. M. Rahmad S uhartanto, M.S i. dan
Bapak Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S. selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran, masukan, dan motivasi hingga skripsi ini selesai dibuat. Rasa hormat
penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu penulis yang telah memberikan
dukungan secara moral dan materiil, serta seluruh sanak saudara dan kerabat, atas
segala doa dan kasih sayangnya Di samping itu, ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada Ibu P rof. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S. selaku dosen
pembimbing akademik, Teman-teman satu bimbingan skripsi, keluarga besar
Agronomi dan Hortikultura dan kawan-kawan Alih Jenis AGH yang telah banyak
memberi bantuan, dukungan, dan doanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembacanya dan yang
me mbutuhkannya.

Bogor, Oktober 2016

Mohammad Gagat Tejo Baskoro


vi
vii

DAFTAR ISI

DAF TAR TABEL ix


DAF TAR GAMBAR ix
DAF TAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 1
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Botani Kacang Bambara 2
Lingkungan Tumbuh 2
Aksesi 3
Analisis Pertumbuhan 3
METODE 4
Tempat dan Waktu 4
Bahan dan Alat 5
Prosedur Percobaan 6
Pengamatan 6
Prosedur Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHAS AN 9
Kondisi Umum 9
Pengaruh Aksesi terhadap Peubah Pengamatan 10
Karakter Agronomi 10
Analisis Pertumbuhan Tanaman 13
Viab ilitas Benih 16
Korelasi Peubah Analisis Pertumbuhan dengan P roduktivitas dan
Viabilitas Benih 17
KESIMPULAN DAN SARAN 19
Kesimpulan 19
Saran 19
DAF TAR P USTAKA 20
LA MPIRAN 23
RIWAYAT HIDUP 29
viii
ix

DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi sidik ragam hasil penelitian 10
2 Tinggi tanaman pada lima aksesi kacang bambara 11
3 Jumlah daun pada lima aksesi kacang bambara 11
4 Umur berbunga pada lima aksesi kacang bambara 12
5 Produktivitas dan Indeks Konsumsi pada lima aksesi benih kacang
bambara 13
6 Indeks Luas Daun pada lima aksesi benih kacang bambara 14
7 Nisbah Luas Daun pada lima aksesi benih kacang bambara 14
8 Laju Pertumbuhan Relatif pada lima aksesi benih kacang bambara 15
9 Luas Daun Spesifik pada lima aksesi benih kacang bambara 16
10 Nilai tengah kadar air daya berkecambah benih pada lima aksesi kacang
bambara 17
11 Korelasi analisis pertumbuhan tanaman dengan produktivitas, indeks
konsumsi, dan daya berkecambah benih pada lima aksesi kacang bambara 18

DAFTAR GAMBAR
1 Penampilan fisik aksesi benih kacang bambara 5
2 Metode pengukuran pada pengamatan luas daun dan bobot kering tanaman 7
3 Hama dan penyakit yang menyerang pertanaman kacang bambara 9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Layout petak penelitian 25
2 Kondisi pertumbuhan kacang bambara di lahan 26
3 Persentase daya berkecambah di lapang (field emergence). 27
1

PENDAHULUAN

Lat ar Bel akang

Kacang bambara atau bambara groundnut (Vigna subterranea (L.)


Ve rdcourt) adalah tanaman famili Leguminoceae yang berasal dari N igeria, Afrika
Te ngah. Kacang bambara mengandung 56,51% karbohidrat, 20,6% protein, 6,6 %
le mak, 6,34% serat, dan 3,25% abu tiap gram bobot kering biji pada keadaan
me ntah (Mazahib et al., 2013). Kandungan karbohidrat kacang bambara yang
tin ggi menjadikan kacang bambara cocok sebagai bahan pangan pokok alternatif.
Ka cang bambara dapat dikonsumsi dalam berbagai cara yaitu dikonsumsi segar
ata u disangrai ketika belum masak. Kacang bambara yang sudah masak fisiologis
ak an menjadi keras dan harus direbus terlebih dahulu sebelum dapat dikonsumsi.
Be berapa negara termasuk Indonesia menggunakan kacang bambara sebagai
ca milan. Kacang bambara dapat digunakan sebagai bahan tepung, sehingga dapat
dio lah menjadi makanan yang mudah dicerna di beberapa negara di benua Afrika.
Ka cang bambara banyak dibudidayakan di India, Indonesia, Malaysia, F ilipina,
dan Thailand pada wilayah Asia Timur. Kacang bambara telah lama beradaptasi
di Indonesia, tepatnya di wilayah Bogor, oleh karena itu di Indonesia kacang
ba mbara lebih dikenal dengan sebutan „kacang bogor‟. Kacang bambara juga
dibudidayakan di wilayah lain seperti S umedang, Tasikmalaya, Bandung,
Majalengka, dan daerah pesisir utara Jawa Timur.
Kacang bambara juga merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang
toleran lahan kering dan miskin hara. Kacang bambara paling banyak diproduksi
pada lahan sub-optimum di dunia, oleh karena itu rata-rata produktivitasnya
rendah (Massawe et al., 2005). Data dari FAO (Food and Agriculture
Organization) menunjukkan, produksi kacang bambara dunia pada tahun 2013
mencapai 243.620 ton dengan luas areal panen sebesar 315.392 ha, sehingga
-1
produktivitas rata-rata kacang bambara dunia masih rendah yaitu 772,4 kg ha
polong basah. Negara penghasil kacang bambara terbesar yaitu Mali, dengan
produksi sebanyak 113.981 ton polong basah (FAOS TAT, 2013). Kacang
ba mbara yang ditanam pada lahan yang optimum, dapat mencapai potensi
produksi 4 ton biji kering (Redjeki, 2007). Upaya dalam meningkatkan
produktivitas kacang bambara dari segi teknik budidaya sangat diperlukan agar
layak menjadi bahan pangan alternatif.
Analisis pertumbuhan tanaman merupakan suatu metode pengamatan untuk
me ngintegrasikan data dari peubah pertumbuhan tanaman ke dalam informasi
sed erhana dengan menggunakan perhitungan berdasarkan rumus atau informasi
ya ng tepat untuk mengetahui produk si suatu tanaman (S itompul dan Guritno,
1995). Analisis pertumbuhan tanaman diharapkan dapat menjadi acuan dalam
pengembangan praktik teknik budidaya kacang bambara.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mempelajari pertumbuhan dan produksi kacang


bambara melalui peubah–peubah analisis pertumbuhan serta korelasinya dengan
viabilitas benih.
2

Hi potesis

1. Beberapa aksesi kacang bambara memiliki perbedaan pada peubah


pertumbuhan dan produksi.
2. Peuba h–peubah pertumbuhan pada kacang bambara memiliki korelasi dengan
produksi dan viabilitas benih kacang bambara.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kacang Bambara

Ka cang bambara merupakan tanaman famili Fabaceae/Leguminoceae,


subfamil i Papilionidae, genus Vigna, dan spesies V igna subterranea (L). Kacang
bambara merupakan sejenis tanaman kacang-kacangan herba, determinate,
bercabang banyak, berdaun trifoliat, perkecambahan hipogeal, dan tinggi
mencapai 30 cm. Tanaman kacang bambara memiliki bintil akar yang berguna
untuk memfiksasi nitrogen dalam tanah oleh Rhizobacteria yang berada di dalam
bintil akar tersebut. Kacang bambara memiliki polong di dalam tanah sebagai
hasil pe netrasi ginofor yang telah diserbuki ke dalam tanah, dan menghasilkan
satu bijisetiap ginofor. Biji yang dihasilkan bisa berwarna kuning, putih, coklat,
merah gelap, hitam, atau loreng (P ROHATI, 2010).
Ta naman kacang bambara termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri
karena b unga pada kacang bambara berjenis bunga berumah satu, yaitu alat
kelamin jantan (benang sari) dan betina (putik) terletak dalam satu bunga.
Penelitia n Hamid (2009) menunjukkan 100% populasi tanaman kacang bambara
memasuki fase generatif pada umur 42 HS T (Hari Setelah Tanam) dan 100%
populasitanaman kacang bambara sudah berbunga pada 70 HST. Polong akan
masak ketika berusia 30 hari setelah penyerbukan (Mazahib et al., 2013).

Li ngkungan Tumbuh

Kacang bambara menyukai tanah ringan seperti tanah berpasir atau


berlempung agar memudahkan penetrasi ginofor ke dalam tanah serta pH tanah
5.0–6.5 (Sutarno, 1993). Kacang Bambara toleran terhadap curah hujan rendah,
tetapi pertumbuhan optimum pada curah hujan tinggi kecuali pada fase
pembentukan biji (Redjeki, 2007). Curah hujan optimum untuk budidaya kacang
bambaraadalah 900-1.200 mm pertahun, namun tanaman ini masih toleran pada
curah hujan 600-750 mm per tahun (Rukmana dan Oesman, 2000). Kacang
bambaradapat tumbuh subur pada lahan dengan ketinggian lahan sampai 1.520 m
di atas permukaan laut.
Ka cang bambara juga toleran pada lahan miskin hara. Penelitian Lestari
(2014) menunjukkan, produksi kacang bambara akan optimum bila diberi pupuk
dengan d osis masing- masing N = 30,91 kg/ha, P2 O5 = 54,81 kg/ha, dan K 2 O =
46,85 kg/ha.
3

Aksesi

Kacang bambara memiliki berbagai jenis aksesi bergantung genotipenya.


Pe rbedaan jenis aksesi kacang bambara terlihat melalui semua karakteristik
mo rfo-agronomis (tipe pertumbuhan, karakter morfologi daun, batang, bunga,
polong, biji, dan karakteristik tanaman). Menurut t ipe pertumbuhan, kacang
ba mbara memiliki tiga tipe pertumbuhan, yaitu bergerombol, semi bergerombol,
da n menyebar. Hasil pe nelitian Wicaksana et. al. (2013) dari 163 aksesi kacang
ba mbara asal Jawa Barat menunjukkan, sebagian besar aksesi kacang bambara
asa l jawa barat yang diamati memiliki tipe tumbuh menyebar yaitu Bandung
(85,19%), Garut (100,00%), Majalengka (77,78%), S umedang (94,44%) dan
Tasikmalaya (88,00%). Pada bentuk daun, yang mendominasi pada tanaman
kacang bambara asal Jawa Barat adalah lanceolate dan elliptic dengan variasi tinggi
terditemukan pada aksesi asal Majalengka (round 5,56%; Lanceolate
50,00% dan E lliptic 44,44%) dan Tasikmalaya (round 1,33%; Lanceolate 57,33%
dan Elliptic 41,33%). Benih kacang bambara aksesi dari Jawa Barat berbentuk
sedikit lonjong dan memiliki warna testa coklat, coklat kemerahan, merah, ungu,
dan hitam, serta memiliki corak benih polos, sedikit bercak, dan banyak bercak.
Penelitian Yusup (2013) yang menggunakan dua aksesi kacang bambara
aksesi S ukabumi dan S umedang pada lahan marjinal yang menghasilkan
karakteristik morfo-agronomis kedua aksesi kacang bambara tersebut sama
kecuali pada panjang ruas batang. Penelitian Kusumawati (2014) menyatakan
aksesi dengan testa benih warna hitam menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang
terbaik.

Anali si s Pertumbuhan

Analisis pertumbuhan tanaman merupakan suatu cara untuk mengikuti


dinamika fotosintesis yang diukur dengan luas daun dan produksi bahan kering.
Peubah analisis pertumbuhan tanaman berbeda tidak hanya pada tingkat spesies,
na mun juga pada tingkat varietas (S itompul dan Guritno, 1995). Peubah yang
biasa digunakan pada analisis pertumbuhan tanaman yaitu Laju Pertumbuhan
Relatif (Relative Growth Ratio), N isbah Luas Daun (Leaf Area Ratio ), Luas Daun
Spesifik (Specific Leaf Area ), Indeks Luas Daun (Leaf Area Index ), Laju
Asimilasi Bersih (Net Assimilation Rate), Laju Pertumbuhan Tanaman (Crop
Growth Rate), Laju Pertumbuhan Relatif (Relative Growth Rate), dan Indeks
Panen (Yield Index ).
Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa, analisis pertumbuhan
tan aman dilakukan dengan melakukan pengukuran jumlah daun, luas daun, tinggi
tanaman, diameter batang, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, laju
pertambahan bobot tanaman, dan produktivitas tanaman. Pengukuran luas daun
dan jumlah daun bertujuan untuk mengetahui banyaknya jumlah karbohidrat yang
disintesis oleh tanaman sebagai hasil dari proses fotosintesis untuk menunjang
pertumbuhan tanaman itu sendiri. Tinggi tanaman menyatakan faktor lingkungan
dan perlakuan yang diberikan kepada tanaman. Bobot basah menyatakan
banyaknya air yang terkandung di dalam tanaman selain bahan organik,
sedangkan bobot kering yaitu biomassa dari tanaman itu sendiri. Akumulasi bahan
kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya
4

matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor- faktor


lingkungan.
Indeks Luas Daun (ILD) atau Leaf Area Index (LAI) merupakan
perbandingan total luas daun terhadap luas permukaan tanah yang ditutupi oleh
tanaman. ILD merupakan akumulasi bahan daun yang diartikan sebagai total
fotosintesis jaringan per unit satuan luas permukaan tanah. Satuan luas daun dan
luas tan ah harus sama, sehingga ILD selalu dituliskan tanpa dimensi satuan
(S itompul dan Guritno, 1995).
Nisbah Luas daun (NLD) atau Leaf Area Ratio (LAR) adalah peubah
analisis pertumbuhan yang mencerminkan morfologi tanaman, yaitu pembagian
translokasi asimilat ke tempat sintesa bahan daun dan efisiensi penggunaan
substrat dalam pembentukan luas daun. N ilai NLD didapatkan dari hasil
pembagian luas daun dengan total bobot kering tanaman (S itompul dan Guritno,
1995).
La ju Pertumbuhan Relatif (LP R) atau Relative Growth Rate (RGR) adalah
pertamb ahan bobot kering tanaman dalam interval waktu tertentu yang erat
kaitanny a dengan bobot kering awal tanaman. LPR digunakan untuk mengukur
efisiensi produktivitas biomassa tanaman. Bobot kering tanaman awal sebagai
modal u ntuk menghasilkan bahan tanaman baru. Perbedaan LP R dapat terjadi
antar spe sies akibat perbedaan laju fotosintesis dan efisiensi biomassa. Tanaman
yang me ngandung banyak protein per unit biomassa seperti kacang-kacangan
akan me mbentuk biomassa yang lebih sedikit per satuan substrat (karbohidrat)
daripada tanaman yang mengandung protein lebih sedikit sepert i serealia. Energi
yang dib utuhkan akan meningkat dengan peningkatan protein, sementara energi
tersebut didapatkan dari hasil respirasi aerobik (fermentasi) dari substrat
(S itompul dan Guritno, 1995).
Luas daun Spesifik (LDS ) atau Specific Leaf Area (SLA) adalah hasil bagi
antara l uas daun dengan bobot kering daun. LDS mengandung informasi
mengena i keteba lan daun yang mencerminkan unit organela fotosintesis. Kuanta
cahaya merupakan faktor yang dominan dari biomassa tanaman dalam memicu
aktivitas sifat genetik tanaman yang mengendalikan LDS (S itompul dan Guritno,
1995).
Indeks Panen merupakan perbandingan antara bobot hasil panen dengan
bobot ke ring tanaman. Hasil panen komersial tanaman bisa umbi, polong, buah,
dan gab ah. Indeks panen menyatakan rasio panen pada total biomassa (batang
sampai kar),
a namun biomassa diatas akar lebih sering digunakan karena massa
akar sangat sulit ditentukan (Munns et al., 2016)

METODE

Te mpat dan Wakt u

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IP B Leuwikopo, Dramaga,


Bogor. Pengujian viabilitas benih dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan
Teknolo gi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan
Oktober 2015 sampai Maret 2016.
5

Bahan dan Al at

Bahan yang digunakan meliputi lima aksesi benih kacang bambara (Bogor
hitam, Sukabumi hitam, S umedang hitam, S umedang ungu, dan S umedang coklat)
ya ng dipanen pada tanggal 28 Agustus 2015. Lima aksesi benih kacang bambara
tersebut telah disimpan didalam penyimpanan tertutup dengan suhu terkontrol
sejak satu bulan setelah dipanen. Gambar 1 menunjukkan penampilan fisik aksesi
kacang bambara yang digunakan pada penelitian ini.

(a) (b) (c) (d) (e)

a. Aksesi Bogor Hitam


b. Aksesi Sukabumi Hitam
c. Aksesi Sumedang Hitam
d. Aksesi Sumedang Ungu e.
Aksesi Sumedang Coklat

Ga mbar 1. Penampilan fisik aksesi benih kacang bambara


Bahan-bahan lain yang digunakan yaitu pupuk kandang dan pupuk kimia (3
kg Urea,
-1
7 kg SP36, dan 3 kg KCl), insektisida dengan bahan aktif Deltrametrin
25 g l , insektisida karbofuran 3%, dan fungisida dengan bahan aktif Propineb
70 %. Peralatan yang digunakan meliputi alat ukur (meteran), timbangan digital,
alat dokumentasi, oven, lemari pengecambah benih, mika millimeter block dan
alat-alat tanam pertanian.

Metode Percobaan

Percobaan disusun dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap


Te racak (RKLT) dengan lima aksesi benih kacang bambara yaitu Bogor Hitam,
Sukabumi Hitam, S umedang hitam, Sumedang ungu, dan S umedang coklat
sebagai faktor perlakuan dengan masing- masing tiga ulangan, sehingga terdapat
15satuan percobaan. Denah petak penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Model aditif linier yang digunakan menurut Gomez dan Gomez (2007 ) adalah:
Yi k = μ +  i +  k+  ik
keterangan:
Yik = Respon pengamatan aksesi ke- i ulangan ke-k.
μ = nilai rataan umum.
6

 i = pengaruh aditif dari aksesi ke-i (i = 1, 2, 3, 4, 5,).


 k = pengaruh ulangan ke-k (k = 1, 2, 3).
 ij = ga lat percobaan.

Prosedur Percobaan

Persiapan dan Penanaman


La han dibajak kemudian lahan dibuat petakan berukuran 5 m x 5 m
sebanyak 15 buah dan dicampurkan pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1 ,
kemudian lahan dibiarkan selama 1 minggu. Setelah lahan siap digunakan, benih
ditanam dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm sebanyak 1 butir per lubang sehingga
ada 312 tanaman per bedengan. Benih diberi karbofura n sebanyak 5 butir/lubang
atau kira-kira seujung jari telunjuk. Penanaman awal dilakukan pemupukan
dengan dosis pupuk urea 68 kg ha-1 (30.91 kg ha-1 N), SP36 152 kg ha-1 (54.81 kg
-1 -1
ha-1 P2 O5 ), dan KCl 78 kg ha (46.85 kg ha K2O). Pupuk diberikan dengan cara
dialur disamping barisan lubang tanam. P upuk urea diaplikasikan dua kali, yaitu
setengahnya saat tanam dan sisanya pada umur 5 MS T. P upuk SP36 dan KCL
diaplikas ikan penuh pada saat tanam.

Pemeliharaan dan Panen


Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi pemupukan, pembumbunan,
pengendalian gulma, dan pengendalian hama serta penyakit. Pembumbunan
dilakukan sebanyak empat kali, bersamaan dengan pengendalian gulma.
Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma atau
dengan menggunakan koret. Pembumbunan mulai dilakukan ketika tanaman telah
berbunga dan mulai berpolong. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
dengan penyemprotan pestisida ketika terlihat gejala serangan.
Panen kacang bambara dilakukan pada umur 17 MST atau saat 80% daun
menguning/mengering. Polong tanaman yang siap panen tidak lagi berwarna putih.

Pengamat an

Pengamatan yang dilakukan yaitu:


1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari kotiledon sampai titik tumbuh yang terletak
diuj ung batang.
2. Jumlah daun trifoliate (helai) dihitung mulai daun trifoliate pertama sampai
daun yang sudah terbuka penuh.
3. Umur berbunga (HST) dilakukan satu kali, yaitu saat tanaman sudah
berbunga minimal 80% dari jumlah tanaman contoh setiap perlakuan.
4. Hasil panen (yield) yaitu perhitungan hasil yang dilakukan ketika tanaman
sudah siap panen. Bobot hasil masing– masing tanaman contoh dan bukan
contoh ditimbang lalu dihitung produktivitas masing- masing aksesi.
7

5. Indeks Luas Daun (ILD) atau Leaf Area Index (LAI) adalah total luas daun
(A) pada luas tanah yang ditutupi tanaman (P). Rumus yang digunakan adalah
(S itompul dan Guritno, 1995) :

��𝐷=
𝑃
Pengukuran luas daun dengan cara memotong bagian daun dari tanaman,
kemudian dilakukan pengukuran terhadap luas masing– masing daun dari tiap
tanaman contoh menggunakan millimeter block . Luas tanah yang ditutupi
tanaman adalah luas jarak tanam yang digunakan pada pertanaman yaitu 40
cm x 20 cm = 800 cm2 .
2 -1
6. Nisbah Luas Daun (NLD) atau Leaf Area Ratio (LAR) m g adalah
perbandingan luas daun (LD) terhadap bobot kering tanaman yang ada (W).
Rumus yang digunakan adalah (S itompul dan Guritno, 1995):
�𝐷
�� 𝐷=� ��=
𝑊
Cara pengukuran luas daun NLD sama seperti mengukur luas daun pada ILD.
Bobot kering tanaman didapat dengan mengeringkan tanaman dan daunnya
dalam oven dengan suhu 600 C selama 48 jam lalu ditimbang. Gambar 2
Menunjukkan cara mengukur luas daun dan bobot kering tanaman.

(a) (b)
a. Luas daun
b. Bobot kering tanaman
Gambar 2. Metode pengukuran pada pengamatan
luas daun dan bobot kering tanaman
Laju Pertumbuhan Relatif (LP R) atau Relative Growth Rate (RGR) satuannya
7.
g g-1 minggu-1 adalah suatu peningkatan bobot kering (W) tiap satuan waktu
(T). Bobot kering didapat dari pengukuran NLD. Rumus yang digunakan
untuk menentukan LP R adalah sebagai berikut (S itompul dan Guritno, 1995) :

ln(� �
2) − ln (�1)
�𝑃�= �
���=
�2 − �1

8
. Luas Daun Spesifik (LDS) atau Specific Leaf Area (S LA) m2 g-1 adalah hasil
bagi luas daun (A) dengan bobot kering daun (Wd). Rumus yang digunakan
untuk menghitung LDS adalah sebagai berikut (S itompul dan Guritno, 1995) :

� 𝐷�=
���

Luas daun didapatkan dari pengukuran ILD dan bobot kering daun
didapatkan dari pengukuran NLD tanpa batang tanaman.
8

9. Indeks Panen (Harvest Index) adalah bobot panen yang dapat dikonsumsi
(Wo) per bobot biomassa total tanaman (W). Bobot biomassa tanaman
diperoleh dengan mengeringkan seluruh tanaman per bedeng. Rumus yang
digunakan yaitu (S itompul dan Guritno, 1995):
���(� ��)
𝑊 (� ��)
10. Kadar Air Benih (Seed Moisture Percentage) adalah jumlah air yang
terk andung di dalam benih. Kadar air benih menentukan viabilitas dan daya
simp an benih. Pada penelitian ini, pengukuran kadar air benih dilakukan
den gan metode oven suhu tinggi konstan (130±20 C selama 1 jam)
men ggunakan 5 g benih dari masing- masing perlakuan. Perhitungan kadar air
benih dinyatakan dengan rumus:
� 2−� 3
� �= �100%
� 2−� 1
Keterangan:
M1 = Bobot cawan
M2
M3
11. Day
kem= Bobot Basah (Benih + cawan sebelum dioven)
dita = Bobot kering (Benih + cawan setelah dioven).
kert a Berkecambah Benih (Seed Germination Percentage) adalah persentase
padaampuan benih dapat berkecambah ketika ditanam. Benih kacang bambara
Perhnam sebanyak 25 butir dari masing- masing perlakuan digulung didalam
as dilapis plastik (UKDdp). Perhitungan kecambah normal dilakukan
hari ke-7 dan hari ke-14 (Wongvarodom dan Naulkong, 2006).
itungan DB benih menggunakan rumus berikut:
Pe ��
� ��ℎ� ����ℎ �����
���� � �
ℎ�� �����
𝐷�= �100%
pada 10 �� � ��ℎ� ��𝑖ℎ ���
𝑔� ������

ILD, LP
dan bers
diambil
digunakangamatan tinggi tanaman dan jumlah daun diukur setiap minggu tanam
semua tatanaman contoh setiap petak sejak awal tanam hingga panen. Pengamatan
B, LP R, dan LDS diukur setiap minggu setelah tanaman berkecambah
ifat destruktif sehingga hanya memerlukan satu tanaman contoh yang
secara acak tiap petak, sehingga per petaknya ada 17 tanaman yang akan
n. Pengamatan hasil pa nen, IK, DB, dan KA benih dilak ukan setelah
Danaman dipanen.
dan anal
dilanjutk
taraf 5% Prosedur Anali si s Data
SAS 9.0
taraf 5% ta hasil pengamatan selanjutnya diuji menggunakan uji F pada taraf 5%
isis korelasi. Apabila ada pengaruh nyata terhadap suatu peubah, maka
an dengan uji lanjut metode DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada
. Analisis uji F dan uji lanjut DMRT dilakukan menggunakan aplikasi
. Analisis korelasi dilakukan dengan metode Pearson correlations pada
menggunakan aplikasi MINITAB 14.
9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ko ndi si Umum

Lahan yang digunakan merupakan lahan bekas penanaman jagung yang


sud ah dibera selama satu bulan. Kondisi pertanaman kacang bambara dapat dilihat
pa da Lampiran 2. Data BMKG (2016) menunjukkan kondisi iklim di daerah
Dr amaga pada masa tanam kacang bambara bulan Oktober 2015 sampai Februari
16 yaitu 111 mm, 855 mm, 580 mm, 462 mm, dan 610 mm. Intensitas radiasi
20
matahari di lahan percobaan yaitu 363 cal cm-2 , 353 cal cm-2 , 309 cal cm-2 , 316 cal
cm-2 , dan 250 cal cm-2 . C urah hujan yang baik untuk pertanaman kacang bambara
ad alah 750-900 mm per tahun (62,5 – 75 mm bulan-1 ) dengan suhu rata-rata
har ian 20-280 C pada masa generatif (Linneman dan Azzam-Ali, 1993). Daya
be rkecambah benih di lahan dapat dilihat pada Lampiran 3. Kacang bambara
toleran terhadap curah hujan tinggi kecuali pada masa pembungaan dan
pe matangan buah (Linneman dan Azzam- Ali, 1993). Ketinggian lahan percobaan
Leuwikopo yaitu 250 m dari permukaan laut (BMKG 2016).
Hama yang menyerang tanaman kacang bambara selama penelitian yaitu
ke pik hijau (Nezara viridula ), belalang (Valanga nigricornis), dan kutu daun
(Aphis sp. ). Penyakit yang menyerang antara lain bercak daun ( cercospora sp.)
pada saat menjelang panen, dan layu bakteri (Fusarium sp. ). Penyakit layu bak teri
disebabkan karena penyakit terbawa benih (seed -born disease ), namun penyakit
tidak mengurangi produktivitas secara signifikan. Gambar 3 menunjukkan hama
dan penyakit yang menyerang tanaman kacang bambara selama penelitian.

(a) (b) (c) (d)


a. Kepik hijau (Nezara viridula )
b. Belalang (Valanga nigricornis)
c. Layu Bakteri (Fusarium sp.)
d. Bercak daun (Cercospora sp.)
Gambar 3. Hama dan penyakit yang menyerang pertanaman kacang
bambara
Gulma yang ditemukan pada lahan penelitian antara lain Cyperus brevifolius,
El eusine indica, Borrerria alata, dan Rotboellia exaltata. Pertumbuhan gulma
sangat cepat karena tingginya curah hujan sehingga penyiangan dilakukan secara
intensif aga r tidak mengurangi produktivitas.
10

Pengaruh Aksesi terhadap Peubah Pengamatan

Tabel 1 menunjukkan rekapitulasi sidik ragam penelitian pada selang


minggu tertentu untuk peubah tinggi tanaman, jumlah daun, ILD, NLD, LPR,
LDS, dan satu kali pengamatan pada umur berbunga, produktivitas, indeks i,
konsumskadar air benih, dan daya berkecambah benih. Aksesi berpengaruh
sangat nyata hampir pada semua peubah kecuali jumlah daun pada 6 MST, indeks
konsums i, daya berkecambah benih, dan kadar air benih. Aksesi berpengaruh
nyata ter hadap ILD pada umur 3, 9, dan 12 MST. Aksesi juga berpengaruh nyata
terhadap NLD pada umur 9 MS T, LP R pada umur 7, 9, dan 12 MS T, dan LDS
pada umur 4 MS T. Wicaksana et al. (2013) menyatakan bahwa tiap aksesi kacang
bambara memiliki perbedaan karakter fisik dan fisiologis.

Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam penelitian


Peu
Sumber Minggu
bah
Tinggi Tanaman keragaman
Sidik ragam 3
** 6
** 9
** 12
** 15
** 17
**
KK (%) 7,87 4,50 3,07 3,30 3,18 3,18
Jumlah Daun Sidik ragam ** tn ** ** ** **
KK (%) 1,00 4,32 4,88 9,40 9,60 9,60
ILD Sidik ragam ** tn ** * tn tn
KK (%) 3,75 6,91 8,33 8,34 18,09 17,82
NLD Sidik ragam tn tn ** tn * *
KK (%) 13,32 15,94 8,83 10,22 16,44 16,44
Minggu
4 7 9 12 15 17
LPR Sidik ragam tn ** * * tn tn
KK (%) 4,41` 5,77` 8,83` 10,22` 16,44` 16,42`
Minggu
4 6 9 12 15 17
LDS Sidik ragam ** tn tn tn tn tn
KK (%) 16,34` 5,44` 10,14 11,50` 17,67` 17,68`
Peubah
UB P IP DB KA
Sidik ragam ** ** tn tn tn
KK (%) 1,59 4,18 6,01` 9,05 12,45
Keterangan: ** = berpengaruh nyata pada taraf 1%, * = berpengaruh nyata pada taraf 5%,
tn = tidak berpengaruh nyata, ILD = Indeks Luas Daun, NLD = Nisbah Luas
Daun, LPR = Laju Pertumbuhan Relatif, LDS = Luas Daun Spesif ik, UB =
umur berbunga, P = Produktivitas, IP = indeks panen, DB = daya
berkecambah, KA = kadar air, KK = Koefis ien Keragaman. ` = Data LPR,
LDS, dan indeks panen ditransformasikan menggunakan √(X+0.5).

Kar akter Agronomi

Tinggi tanaman
Tinggi tanaman merupaka n salah satu faktor utama untuk mengetahui
langsung pengaruh lingkungan dan perlakuan ya ng diberikan pada suatu tanaman
11

serta efisiensi penggunaan hara tanaman (S itompul dan Guritno, 1995). Tinggi
tanaman pada lima aksesi kacang bambara ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tinggi tanaman pada lima aksesi kacang bambara (cm)
M inggu Setelah Ta na m (MS T)
Aksesi
3 6 9 12 15 17
Bogor Hitam 6,05b 18,06c 24,61c 30,50b 31,60c 31,60c
S ukabumi Hitam 6,53b 21,16b 27,52ab 31,12b 32,34bc 32,34bc
Sumedang Hitam 7,03ab 22,55a 26,53b 30,45b 31,70c 31,70c
Sumedang Ungu 7,84a 22,60a 28,45a 34,71a 36,00a 36,00a
Sumedang Coklat 6,96b 22,14ab 27,85a 32,53b 33,76b 33,76b
Angka-angka yang diikuti hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
ya ng tidak berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5% ,
MST = minggu setelah tanam.
Aksesi S umedang ungu menunjukkan nilai tinggi tanaman tertinggi sejak
umur 9 MST hingga panen, meskipun tidak berbeda dengan S ukabumi hitam dan
Sumedang coklat. Aksesi sumedang ungu mulai menunjukkan perbedaan mulai
umur 12 MS T. Hal ini disebabkan karena S umedang ungu dapat menyerap air dan
unsur hara lebih baik dibanding aksesi lainnya. Penelitian Wicaksana et al. (2013)
menyatakan bahwa rataan tinggi tanaman kacang bambara selama masa tanam
ya itu 8,6-33,1 cm dengan nilai tengah 27,1 ± 3,086 cm.
Nabila (2014) menyatakan bahwa masing- masing aksesi kacang bambara
me milik i keragaman pada tinggi tanaman. Crawley (1986) menyatakan bahwa
tanaman yang lebih tinggi akan lebih mudah memenangkan kompetisi dalam
mendapatkan cahaya supaya dapat melakukan fotosintesis lebih baik
dibandingkan dengan tanaman yang lebih pendek.

Jumlah daun
Jumlah daun merupakan faktor utama yang menentukan kualitas
pertumbuhan dan kemampuan fotosintesis suatu tanaman. N ilai tengah jumlah
daun pada lima aksesi kacang bambara ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah daun pada lima aksesi kacang bambara
M inggu Sete lah Ta na m (MS T)
Aksesi
3 6 9 12 15 17
Bo gor Hitam 2,03b 11,90a 22,30c 40,27b 42,49b 42,49b
Sukabumi Hitam 2,06b 12,20a 22,00c 42,36b 44,71b 44,71b
Sumedang Hitam 2,20ab 11,80a 24,57b 42,97b 45,37b 45,37b
Sumedang Ungu 2,33a 11,93a 28,43a 56,97a 60,11a 60,11a
Sumedang Coklat 2,16ab 11,43a 21,23c 43,40b 45,70b 45,70b
An gka-angka yang diikuti hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
ya ng tidak berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan‟s Multiple Range Test) taraf 5%,
MST = minggu setelah tanam.
Aksesi S umedang ungu memiliki jumlah daun paling banyak dibandingkan
de ngan aksesi lainnya mulai da ri awal masa tanam meskipun tidak berbeda
Su medang hitam dan sumedang coklat. Aksesi S umedang ungu mulai
me nunjukkan perbedaan pada umur 9 MS T. Aksesi sumedang hitam memiliki
12

jumlah daun yang be rbeda dengan S umedang ungu dan aksesi lainnya pada umur
9 MST. Jumlah daun aksesi Bogor hitam, Sukabumi hitam, S umedang hitam, dan
Sumedang coklat tidak berbeda dari umur 12 MS T sampai akhir masa tanam.
Penelitia n Nabila (2014) menyatakan bahwa jumlah daun pada beberapa galur
kacang bambara juga menunjukkan perbedaan. Rataan jumlah daun kacang
bambarapada umur 12 MST yaitu 18,6–62,4 helai dengan nilai tengah sebesar
40,5 dengan KK sebesar 30,55%.

Umur berbunga
U mur berbunga merupakan waktu awal dari munculnya bunga dan
merupak an peubah dalam menentukan awal masa generatif suatu tanaman yang
berguna untuk menentukan musim tanam, intensitas irigasi, dan waktu
pembum bunan. Tabel 4 menunjukkan umur berbunga pada lima aksesi kacang
bambara.

Tabel 4 Umur berbunga pada lima aksesi kacang bambara


Aksesi Umur berbunga (HST)
Bogor Hitam 56,67d
Sukabu mi Hitam 67,33a
Sumed ang Hitam 62,67c
Sumed ang Ungu 64,67b
Sumed ang Coklat 66,00ab
Angka-angka yang diikuti hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan‟s Multiple Range Test) taraf 5%.
HST = Hari Setelah Tanam
Nilai umur berbunga yang semakin kecil pada Tabel 4 menunjukkan umur
berbunga yang semakin cepat. Aksesi Bogor hitam memiliki umur berbunga
paling cepat yaitu 56,67 HS T, sedangkan aksesi S ukabumi hitam, S umedang ungu,
dan S umedang coklat sama-sama memiliki umur berbunga paling lambat.
Penelitian Massawe et al. (2000) menyatakan bahwa umur berbunga kacang
bambarapaling cepat 42 HS T dan paling lambat 80 HS T. Penelitian Ratih (1991)
menyatakan bahwa kacang bambara yang ditanam pada kondisi banyak hujan
akan berbunga pada 55 HS T, dan berbunga pada umur 45 HS T bila ditanam pada
kondisi kering.

Produktivitas dan indeks panen


Produktivitas merupakan banyaknya hasil panen per satuan luas tertentu.
Produktivitas juga faktor penting yang menentukan kualitas tanaman serta
efisiensipenggunaan energi oleh tanaman. Indeks panen merupakan bagian dari
hasil panen yang dapat digunakan sebagai konsumsi untuk manusia per bobot
biomass a tanaman. Tabel 5 menunjukkan produktivitas dan indeks panen dari
lima aksesi benih kacang bambara.
13

Tabel 5 P roduktivitas dan Indeks Panen pada lima aksesi benih kacang bambara
Nila i Te ngah
Aksesi
Produk tivitas (to n ha-1 ) Indek s Pa ne n
Bogor hitam 1,28a 0,52a
Sukabumi hitam 1,29a 0,39ab
S umedang hitam 1,18b 0,44a
Sumedang ungu 1,26ab 0,26bc
S umedang coklat 0,44c 0,20c
An gka-angka yang diikuti hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
ya ng tidak berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan‟s Multiple Range Test) taraf 5%.
Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa aksesi S umedang coklat memiliki
pro duktivitas dan indeks konsumsi te rendah dibandingkan aksesi lain. Aksesi
Su kabumi hitam memiliki produktivitas tertinggi meskipun tidak berbeda dengan
Bo gor hitam dan S umedang ungu secara statistik. Aksesi yang memiliki indeks
ko nsumsi tertinggi yaitu Bogor hitam, namun tidak berbeda dengan Sukabumi
hit am dan Sumedang hitam secara statistik. Perlu diingat bahwa produktivitas
pa da penelitian ini dipengaruhi oleh adanya sejumlah tanaman yang diambil
sec ara acak untuk pengamatan analisis pertumbuhan tanaman (destruktif),
seh ingga produktivitasnya berkurang, namun data produkt ivitas ini tetap sah
ka rena tidak dipengaruhi oleh faktor lainnya selain pengambilan tanaman tersebut.
Penelitian Mabhaudhi et al. (2013) menyatakan bahwa, curah hujan
be rpengaruh terhadap produktivitas kacang bambara. C urah hujan yang semakin
tin ggi akan meningkatkan produktivitas, kecuali pada masa generatif, karena
dapat merontokkan bunga (Linneman dan Azzam- Ali, 1993). S itompul dan
Guritno (1995) menyatakan bahwa salah satu faktor dalam pertumbuhan tanaman
ya ng menentukan hasil tanaman adalah biomassa tanaman, sehingga upaya
pe ningkatan produktivitas tanaman dapat dicapai dengan peningkatan bobot
biomassa tanaman. Biomassa merupakan semua bahan tanaman yang berasal dari
hasil fotosintesis, serapan unsur hara dan air yang diolah melalui proses
fotosintesis. P roduksi biomassa mengakibatkan pertambahan berat tanaman yang
dii kuti dengan pertambahan ukuran lain yang dapat dinyatakan secara kuantitatif.

Anali si s Pertumbuhan Tanaman

Indeks luas daun


Indeks Luas Daun (ILD) merupakan hasil bagi antara luas daun total dengan
luas tanah yang ditutupi oleh suatu tanaman (okupasi). ILD penting untuk
menentukan kemampuan tanaman dalam melakukan fotosintesis karena
berhubungan dengan penggunaan sinar matahari dan penguasaan sarana tumbuh.
ILD bergantung pada morfologi daun, varietas, dan penyediaan unsur hara
nitrogen pada tanaman (S itompul dan Guritno, 1995). Tabel 6 menunjukkan ILD
pada lima aksesi kacang bambara.
14

Tabel 6 Indeks Luas Daun pada lima aksesi benih kacang bambara
M inggu Sete la h Ta na m (MS T)
Aksesi
3 6 9 12 15 17
Bogor Hitam 0,33a 0,79a 2,00ab 2,90ab 4,67a 7,21a
Sukabum i hitam 0,26d 0,89a 1,99ab 2,88ab 4,66a 7,19a
Sumedang hitam 0,28c 0,74a 1,82bc 2,63bc 4,72a 7,29a
Sumedan g ungu 0,31b 0,70a 2,13ab 2,92a 4,71a 7,26a
Sumedang coklat 0,25d 0,76a 1,73c 2,50c 4,68a 7,21a
Angka-angka yang diikuti hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
yang tidak berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan‟s Multiple Range Test) taraf 5% ,
MST = minggu setelah tanam.
Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa aksesi Bogor hitam memiliki ILD
tertinggi diantara aksesi lainnya pada umur 3 MST yaitu 0,33. Aksesi S umedang
ungu memiliki ILD tertinggi pada 9 MST dan 12 MST, meskipun tidak berbeda
dengan a ksesi lainnya secara statistik. ILD pada semua aksesi tidak berbeda pada
15 HST hingga panen. Gardner et al. (1991) menyatakan, dalam tajuk tanaman
dengan nilai indeks luas daun yang tinggi, daun yang muda pada pucuk tanaman
menyerap radiasi paling banyak, memiliki laju asimilasi CO2 yang tinggi, dan
mentrans lokasikan sejumlah besar hasil asimiasi ke bagian tumbuhan yang lain.
Sebalikn ya, daun-daun yang lebih tua pada dasar tajuk dan terlindung mempunyai
laju asi milasi CO2 yang rendah dan memberikan lebih sedikit asimilasi kepada
bagian t umbuhan yang lain. S itompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa
tanaman yang memasuk i fase pengisian biji nilai indeks luas daunnya akan
meningkat karena volume daun mulai berkurang disebabkan karena tanaman
mengalokasikan hasil fotosintesisnya untuk melakukan pengisian biji.
Actaria (2012) menyatakan bahwa luas kanopi pada kacang bambara
berkorelasi nyata dengan jumlah polong. Polong kacang bambara berasal dari
hasil fertilisasi bunga yang ada pada ketiak daun dalam buku pada percabangan
kacang bogor. Semakin banyak jumlah cabang, buku, dan daun kacang bambara
memilik i kanopi luas. Tanaman yang memiliki ILD tinggi memiliki kanopi luas.

Nisbah luas daun


Nisbah luas daun adalah hasil bagi dari luas daun total dengan bobot kering
tanaman. N LD mencerminkan morfologi tanaman yang berhubungan dengan
perbedaan tiap individu daun suatu tanaman dalam menyerap cahaya. N ilai tengah
hasil pengamatan NLD ditunjukkan pada Tabel 7.
2 -1
Tabel 7. N isbah Luas Daun pada lima aksesi benih kacang bambara (cm g )
M inggu Setela h Ta nam (MS T)
Aksesi
3 6 9 12 15 17
Bogor H itam 53a 88a 104b 68a 102ab 112a
Sukabumi hitam 45ab 101a 133a 79a 75bc 83bc
g hitam 43ab 105a 104b 79a 92abc 101abc
Sumedan
g ungu 47ab 83a 83c 72a 68c 75c
Sumedan
Sumedang coklat 37b 87a 107b 67a 108a 119a
gka yang diikuti huruf yang sama pada peubah yang sama tidak berbeda nyata
Angka-an
f uji 5% (Duncan Multiple Range Test), MST = minggu setelah tanam.
pada tara
15

Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa aksesi S umedang Ungu memiliki


nilai NLD terkecil pada umur 6 MS T hingga 17 MST. Aksesi Sumedang ungu
berbeda dengan aksesi lainnya secara statistik pada umur 9 MST, namun tidak
berbeda dengan aksesi lainnya pada umur 12 MST. Aksesi S umedang Ungu tidak
berbeda dengan S ukabumi Hitam dan S umedang Hitam pada umur 15-17 MST.
Pola pertumbuhan NLD pada semua aksesi kacang bambara terjadi secara sigmoid,
meningkat hingga umur 12 MST, kemudian me nurun pada umur 15 MST dan
meningkat lagi pada umur 17 MST. Peningkatan NLD pada akhir masa tanam
karena penurunan bobot kering tanaman pada akhir masa tanam disebabkan
karena tanaman memasuki fase pengisian biji serta radiasi cahaya matahari
menurun. Aksesi yang memiliki efisiensi pembentukan biomassa tertinggi pada
fase generatif (12 MST) hingga panen adalah aksesi S ukabumi Hitam, S umedang
Hitam, dan S umedang Ungu.
Sitompul dan Guritno (1995) menjelaskan, N isbah luas daun nenentukan
ju mlah cahaya yang sampai ke daun, namun jumlah cahaya yang sampai tidaklah
sama antar individu daun, daun yang paling atas akan menerima cahaya lebih
banyak dibandingkan daun yang berada di bawah. Nilai NLD yang semakin besar
mengindikasikan produksi bobot kering tanaman yang semakin kecil. Tanaman
yang memiliki nilai NLD besar akan memiliki daun yang lebar, namun memiliki
bobot kering tanaman yang kecil, karena tanaman menggunakan hasil
fotosintatnya lebih banyak untuk memperbesar luas daun. Sebaliknya, bila nilai
NLD yang semakin kecil menyatakan bahwa produksi bobot biomassa tanaman
semakin besar diikuti dengan menyempitnya daun.

La ju pertumbuhan relatif
Laju Pertumbuhan relatif adalah hasil dari selisih bobot kering tanaman tiap
uan
sat wak tu. LP R juga penting dalam menentukan efisiensi penggunaan energi
pada tanaman dalam melakukan pertumbuhan pada satuan waktu tertentu. LPR
menentukan kecepatan pertambahan bobot kering tanaman tiap satuan waktu.
Nilai tengah hasil pengamatan LP R ditunjukka n pada Tabel 8.
-1
Tabel 8. Laju Pertumbuhan Relatif pada lima aksesi benih kacang bambara (g g
minggu-1 )
Minggu Setelah Tanam (MST)
Aksesi
4 7 9 12 15 17
Bogor Hitam 1,367a 0,782a 0,363bc 0,064ab 0a 0a
Sukabumi hitam 1,505a 0,729c 0,438b 0,071ab 0a 0a
Sumedang hitam 1,852a 0,630b 0,087c 0b 0a 0a
Sumedang ungu 1,540a 0,628b 0,846a 0,075ab 0a 0a
Su medang coklat 1,551a 0,747bc 0,559ab 0,168a 0a 0a
An gka-angka yang diikuti hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
ya ng tidak berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5%
Tabel 8 menunjukkan bahwa semua aksesi belum menunjukkan perbedaan
LP R pada umur 4 HST. Aksesi Bogor hitam memiliki nilai LP R tertinggi pada
-1 -1
um ur 7 MS T yaitu 0,782 g g minggu . Sumedang ungu memiliki LPR tertinggi
pa da 9 MST, namun tidak berbeda dengan S umedang coklat. LP R terus menurun
sei ring bertambahnya usia tanaman. Penurunan LP R paling drastis terjadi pada
ak sesi S ukabumi Hitam pada 9 MS T, dan pertumbuhannya terhenti pada 12 MST.
16

Akhir masa tanam LPR bernilai nol karena kacang bambara termasuk tanaman
indeterminate sehingga pada fase generatif, tanaman tidak lagi mengalami
pertamb ahan biomassa dan fokus pada pengisian biji.
Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa LPR dapat memberikan
suatu ga mbaran tanaman mengenai keseluruhan kegiatan pertumbuhan tanaman.
Nilai LPR yang semakin besar menunjukkan efisiensi pembentukan biomassa
tanaman yang semakin besar. Poorter dan Garnier (2007) menyatakan bahwa LPR
berubah secara kontinyu dengan ontogeni (pengaruh gen dibawah kendali
lingkungan). Selama perkecambahan terdapat transisi bertahap dari pertumbuhan
yang bergantung pada cadangan makanan pada biji menjadi autrotop lengkap.

Luas da un spesifik
Luas daun spesifik adalah hasil bagi antara total luas daun dan total bobot
kering daun. N ilai tengah hasil pengamatan LDS ditunjukkan pada Tabel 9.
Tabel 9. Luas Daun Spesifik pada lima aksesi benih kacang bambara (cm2 g-1 )
M inggu Sete la h Ta na m (MS T)
Aksesi
4 6 9 12 15 17
Bogor Hitam 237a 165a 151b 99b 148ab 162ab
Sukabum i hitam 132b 156a 221a 132a 48ab 138ab
Sumedang hitam 80,0c 162a 160b 122ab 43ab 155ab
Sumedang ungu 130bc 134a 123c 106ab 29b 110b
Sumedang coklat 114bc 143a 165b 104ab 167a 183a
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
yang tida k berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) taraf 5%
Ta bel 9 menunjukkan bahwa aksesi Sumedang Ungu memiliki nilai LDS
terendah pada umur 6 MS T hingga akhir masa tanam. Aksesi S umedang Ungu
berbeda dengan aksesi lainnya pada umur 9 MST, namun pada umur 12 MST
aksesi s umedang ungu tidak berbeda dengan aksesi lainnya dan tidak berbeda
dengan a ksesi Bogor Hitam, S ukabumi Hitam, dan S umedang Hitam pada umur
15 hing ga 17 MST secara statistik. Pertumbuhan nilai LDS pada semua aksesi
menurun mulai dari awal masa tanam hingga umur 15 MS T, kemudian meningkat
pada u mur 17 MST. Hal ini terjadi karena bobot kering ta naman menurun
menjelang panen. Aksesi yang memiliki efisiensi pembentukan luas daun tertinggi
pada fase generatif (12 MS T) hingga panen adalah aksesi Bogor Hitam, Sukabumi
Hitam, S umedang Hitam, dan S umedang Ungu Penurunan bobot kering
disebabkan karena tanaman sudah memasuki fase pengisian biji.
Sitompul dan guritno (1995) menyatakan penurunan LDS akan diimbangi
dengan kenaikan bobot kering tanaman. Tanaman yang memiliki nilai LDS yang
rendah akan memiliki daun yang lebih sempit dan tebal, na mun memiliki produksi
bobot kering tanaman yang besar. S utoro et al. (2008) menyatakan bahwa nilai
LDS tidak berpengaruh langsung terhadap bobot biji.

Vi abili tas Beni h

Viabilitas benih yaitu kemampuan benih untuk dapat tumbuh dan


berkeca mbah pada kondisi lingkungan yang optimum. Viabilitas benih berkaitan
17

dengan aktivitas, reaksi biokimia dan respirasi benih. Kadar air benih merupakan
jumlah air yang terkandung didalam benih yang dapat menentukan kualitas
perkecambahan dan penyimpanan benih. Daya berkecambah merupakan peubah
kemampuan benih untuk mengabsorpsi air dan melakukan perkecambahan di
lapang. N ilai tengah kadar air benih dan daya berkecambah benih ditunjukkan
pada Tabel 10.
Tabel 10 N ilai tengah kadar air daya berkecambah benih pada lima aksesi benih
kacang bambara
Nila i Te nga h
Aksesi
Kadar Air (%) Daya Berkecambah (%)
Bogor hitam 11,86a 83,11ab
Sukabumi hitam 10,08a 79,55ab
Sumedang hitam 10,81a 82,22ab
Sumedang ungu 12,09a 86,22a
Sumedang coklat 11,53a 70,66b
Angka-angka yang diikuti hur uf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil
ya ng tidak berbeda nyata pada uji DMRT (Duncan‟s Multiple Range Test) taraf 5%

Tabel 10 menjelaskan semua aksesi memiliki kadar air dan daya


be rkecambah yang sama secara statistik, namun aksesi yang memiliki kadar air
ter endah adalah aksesi S ukabumi hitam yaitu sebesar 10,08%, meskipun tidak
be rbeda secara statistik dengan aksesi lainnya. Aksesi yang memiliki daya
be rkecambah tertinggi adalah Sumedang ungu sebesar 86,22%, namun tidak
be rbeda dengan Bogor hitam, S ukabumi hitam, dan S umedang ungu secara
sta tistik. Penelitian Tatipata (2008) menyatakan kadar air tinggi pada benih
me mpercepat kerusakan protein yang memicu terbentuknya asam lemak bebas
has il hidrolisis lemak yang memblokade Ca++ dan K + sehingga benih mengalami
kekurangan kalsium dan kalium yang menyebabkan perkecambahan benih
ter hambat.

Korel asi Peubah Anal isi s Pertumbuhan de ngan Produkti vi tas dan
Vi abili tas Beni h

Tabel 11 menunjukkan analisis korelasi antar peubah pada lima aksesi


kacang bambara. Korelasi positif terjadi pada tinggi tanaman dengan LPR dan
NLD, jumlah daun dengan NLD dan LDS, produktivitas berkorelasi positif
dengan ILD, indeks konsumsi, dan daya berkecambah benih. S itompul dan
Gu ritno (1995) menyatakan, luas daun per berat kering tanaman berkurang seiring
pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun karena pengaruh penuaan, dimana
daun yang sudah tua yang tidak produktif akan diganti dengan daun yang muda
untuk dapat terus menghasilkan karbohidrat, sehingga meningkatkan biomassa
tanaman. Pertumbuhan tanaman tidak berpengaruh terhadap viabilitas benih yang
dihasilkan, meskipun mempengaruhi produktivitas ta naman. Widajati et al. (2012)
menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih
antara lain tingkat kemasakan, ukuran, dormansi, inhibitor, kelembaban, suhu,
media tanam, dan penanganan benih.
18

18
Tabel 11 Korelasi antar peubah pengamatan pada lima aksesi kacang bambara
TT JD UB P IK ILD NLD LPR LDS KA
JD 0,864tn
UB 0,636tn 0,273tn
PI -0,248tn 0,200tn -0,333tn
IK -0,726tn -0,306tn -0,676tn 0,832 *
LD 0,009tn 0,425tn -0,254tn 0,883 * 0,600tn
NLD -0,813 * -0,986** -0,230tn -0,288tn 0,226tn -0,550tn
LPR 0,909 * 0,682tn 0,587tn -0,478tn -0,850tn -0,100tn -0,661tn
LDS
K -0,747tn -0,833 * -0,437tn -0,258tn 0,212tn -0,231tn 0,763tn -0,404tn
DA 0,312tn 0,474tn -0,480tn -0,163tn -0,184tn 0,114tn -0,475tn 0,417tn -0,044tn
B 0,009tn 0,499tn -0,413tn 0,904 * 0,671tn 0,851tn -0,552tn -0,256tn -0,471tn 0,206tn
Keterangan : ** = berkore lasi nyata pada taraf 1%, * = berkorelas i nyata pada taraf 5%, tn = tidak memiliki Kore lasi nyata. TT = tinggi ta naman, JD
= jumlah daun, UB = umur berbunga , ILD = indeks luas daun, NLD = nisbah luas daun, LPR = laju pertumbuha n relatif , LDS = luas
daun spesif ik, P = produktivitas, IK = indeks konsums i, DB = daya berkecambah benih , KA = kadar air benih
19

Tabel 11 juga menunjukkan korelasi negatif antara tinggi tanaman terhadap


NLD dan positif terhadap LPR, serta jumlah daun berkorelasi negatif terhadap
NLD dan LDS. S itompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa penurunan LPR
dan LDS akan diikuti peningkatan bobot biomassa tanaman, ini berarti ketika
tanaman semakin tinggi dan jumlah daunnya meningkat namun kecil dan tebal,
tanaman semakin efisien melakukan fotosintesis dengan menyimpan hasil
fotosintatnya (karbohidrat) menjadi biomassa dan tidak menggunakan hasil
fotosintatnya untuk memperluas permukaan daunnya. Pengurangan laju
pertumbahan luas daun ini terjadi ketika tanaman mendapatkan sinar matahari
cukup. Sebaliknya, jika tanaman kurang mendapatkan sinar matahari yang cukup,
maka tanaman akan memperluas permukaan daunnya yang diikuti dengan
penurunan bobot biomassa agar meningkatkan daerah tangkapan cahaya.
Peristiwa seperti ini merupakan mekanisme tanaman untuk bertahan hidup sesuai
dengan intensitas radiasi cahaya matahari yang diterima.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesi mpul an

Aksesi kacang bambara Sumedang Ungu memiliki nilai tinggi tanaman dan
ju mlah daun tertinggi yaitu 36,00 cm dan 60,11 helai. Aksesi Bogor Hitam
me miliki umur berbunga tercepat yaitu 56,67 HST dan indeks konsumsi tertinggi
me skipun secara statistik tidak berbeda dengan aksesi S ukabumi Hitam d an
Su medang Hitam. Aksesi S ukabumi hitam memiliki produktivitas tertinggi
me skipun tidak berbeda secara statistik dengan aksesi Bogor Hitam dan
Su medang Ungu. Aksesi yang memiliki efisiensi pembentukan biomassa tertinggi
pa da fase generatif hingga panen adalah aksesi S ukabumi Hitam, S umedang
Hi tam, dan S umedang Ungu. Aksesi yang memiliki efisiensi pembentukan luas
da un tertinggi pada fase generatif hingga panen adalah aksesi Bogor Hitam,
Su kabumi Hitam, S umedang Hitam, dan S umedang Ungu. S umedang coklat
me miliki produktivitas dan indeks konsumsi terkecil dibandingkan aksesi lainnya.
Ind eks luas daun memiliki korelasi sangat nyata terhadap produktivitas tanaman
dan indeks panen.

Sar an

Aksesi Bogor hitam, S ukabumi hitam, dan S umedang ungu memiliki


pertumbuhan dan produktivitas terbaik, sehingga dapat digunakan oleh petani atau
dikembangkan oleh pemulia untuk dilakukan seleksi, serta dapat digunakan untuk
penelitian analisis pertumbuhan lebih lanjut. Peubah pengamatan analisis
pertumbuhan tanaman per lu ditambah dengan laju asimilasi bersih untuk
mempelajari pola analisis pertumbuhan tanaman yang lebih spesifik, ditambah
dengan pengaruh iklim dan lingkungan tumbuh terhadap analisis pertumbuhan.
20

DAFTAR PUSTAKA
[BMKG] Badan Meterologi, K limatologi, dan Geofisika. 2016. Data Iklim
Stasiun Dramaga. BMKG Dramaga. Bogor
Crawley D.M. 1986. The dynamics of growth and form dalam P lant Ecology.
Waller J.M. Editor. Blackwell Scientific P ublications. London. 469 hal.
[FAOSTAT]. Food and Agriculture Organization Statistics. 2015. World
Production, Areal Harvested, and Yield of Bambara Groundnut Year 2013 .
[Internet]. [Diunduh 2014 Desember 02]. Tersedia pada:
http://faostat.fao.org/site/567/DesktopDefault.aspx?PageID=567#ancor.
Gardner F.P., Pearce R.B. dan Mitchell R.L. 1991. Physiology of Crop P lants.
Susilo H. Penerjemah. Terjemahan dari: Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal.
Gomez K.A. dan Gomez A.A. 2007. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian
Vo lume ke-2. Sjamsuddin E dan Baharsjah S.J. Penerjemah. Terjemahan
dari: Statistical Procedures for Agricultural Research. UI Press. Jakarta.
698 hal.
Hamid M.N. 2009. Menggali Potensi Genetik Tanaman Kacang Bogor (Vigna
subterranea (L.) Verdcourt). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kusuma wati W. 2014. Pengaruh Warna Testa dan Perlakuan Invigorasi terhadap
Viabilitas dan Vigor Benih serta Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kacang
Bambara (Vigna subterranea (L.) Verdc.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Lestari S.A.D. 2014. Penentuan Dosis Optimum Pemupukan N, P, dan K pada
Tanaman Kacang Bogor (V igna subterranea (L.) Verdc). skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Linnema n A.R. dan Azam-Ali S.N. 1993. Bambara Groundnut. Di dalam:
Williams J.T. Editor. Under- utilized Crops: P ulses and Vegetables.
Chapman and Hall. London. 247 hal.
Mabhaudhi T., Modi A.T. dan Beletse Y.G. 2013. Growth, P henological, and
Yield Response of a Bambara Groundnut (Vigna subterranea L. Verdc)
Landrace to Imposed Water Stress : II Rain S helter Conditions. Water S.A.
39(2): 191-198.
Massawe F.J., Mwale S.S., Azam- Ali S.N. dan Roberts J.A. 2005. Breeding in
Ba mbara Groundnut (Vigna subterranea L. Verdc): Strategic
Considerations. African Biotech. 4(6): 463-471.
Mazahib A.M., N uha M.O., Salawa I.S. dan Babiker E.E. 2013. Some Nutritional
Attributes of Bambara Groundnut as Influenced by Domestic Producing.
I.F.R.J. 20(3): 1165-1171.
Munns R., Schmidt S. dan Beveridge C. 2016. P lants In Action. Internet. Diunduh
pada 2016 September 08. Tersedia Pada: http://pia-dev.mgmt.science.uq.
edu.au/content/.
Nabila N. 2014. Seleksi Galur Murni Lanras Kacang Bogor (Vigna subterranea
L.) Asal S ukabumi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Poorter H. dan Garnier E. 2007. Ecological S ignificance of Inherent in Relative
Growth Rate and Its Components. Di dalam: P ugnaire F.I., Valladare F.
Editor. Functional Plant Ecology. C RC Press. New York. 724 hal
21

[PROHATI]. P lant Resource of South-East Asia – P ROSEA dan Yayasan


KEHATI. 2010. Detil Data V igna subterranea (L.) Verdcourt. Internet.
Diunduh pada 2014 Desember 13. Tersedia pada:
http://webcache.googleusercontent.com.
Purves W.K., Sadava D. dan Orians G.H. 2004. Life: The Science of Biology
Volume III. Macmillan Group. London. 413 hal.
Ratih S.W.W. 1991. Pengaruh umur panen dan populasi tanaman terhadap
viabilitas benih kacang bogor (Voanzeia subterranea (L.) Thouars). skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Redjeki E.S. 2007. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Bogor (Vigna
subterranea (L.) Verdcourt) Galur Gresik dan Bogor pada Berbagai Warna
Biji. P rosiding Seminar Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah
Kompetitif. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ru kmana R.H. dan Oesman Y.Y. 2000. Kacang Bogor: Budidaya dan Prospek
Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 32 hal.
Sutarno H. 1993. Kacang Bogor. Naiola, S iregar M. Editor. Pendayagunaan
Tanaman kacang-kacangan pada Lahan Kritis. Yayasan P ROSEA-MAB.
Bogor.
Su toro N., Dewi dan Setyowati M. 2008. Hubungan sifat morfologis tanaman
dengan hasil kedelai. Penelitian tanaman pangan: 27(3):185-190.
Sitompul S.M. dan Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press.
Yogyakarta. 412 hal.
Sw anevelder C.J. 1998. Bambara: Food for Africa. National Department of
Agriculture. Pretoria. 16 hal
Ta tipata A. 2008. Pengaruh kadar air awal, kemasan, dan lama simpan terhadap
protein membran dalam mitokondria benih kedelai. Bul. Agron 36 (1): 8-16.
W icaksana N., Hindun, Waluyo B., Rachmadi M., K urniawan A. dan K urniawan
H. 2013. Karakterisasi Morfo-Agronomis Kacang Bambara (Vigna
subterranea L. Verdc.) Asal Jawa Barat. Prosiding. Seminar Nasional 3 in 1
Peran Nyata Produk Hortikultura dan Agronomi Serta Program Pemuliaan
Tanaman Terhadap Kontinyuitas Ketahanan Pangan. Universitas Brawijaya.
Malang.
idajati E, Muniarti E, Palupi E.R., S uharsi T.K, S uhartanto M.R. dan Qadir A.
W
2012. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IP B Press. Bogor. 174 hal.
ongvarodom V. dan Naulkong S. 2006. Responses of Bambara Groundnut Seed
W to Accelerated Aging. Nat Sci. 40: 848-853.
sup M. 2013. Evaluasi Keragaan Dua Aksesi Kacang Bogor (Vigna
Yu subterranea [L.] Verdcourt) pada Dua Lingkungan Tumbuh Berbeda.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
22
23

LAMPIRAN
24
25

La mpiran 1 Layout petak penelitian

Keterangan:
A1 = Bogor hitam
A2 = S ukabumi hitam
A3 = S umedang hitam
A4 = S umedang ungu
A5 = S umedang coklat

Batas - Batas Lahan:


Utara : Pohon rindang (naungan), jalan raya
Selatan : Lahan penelitian tomat dan padi gogo
Barat : Kebun tanaman buah “Darmaga Tani”
Timur : Lahan penelitian cabai
26

Lampira n 2 Kondisi pertumbuhan kacang bambara di lahan

3 MST 4 MST 5 MST

6 MST 7 MST 9 MST

12 MST 15 MST
27

La mpiran 3 Persentase daya berkecambah di lahan (field emergence).

Ta na ma n Be rkeca mb a h
Perlakuan DBL (%)
M inggu 1 M inggu 2
A1U1 4 210 72,92
A1U2 4 234 81,25
A1U3 5 265 92,01
A2U1 3 233 80,90
A2U2 0 212 73,61
A2U3 0 200 69,44
A3U1 5 235 81,60
A3U2 7 249 86,46
A3U3 2 211 73,26
A4U1 0 198 68,75
A4U2 0 232 80,56
A4U3 0 214 74,31
A5U1 1 165 57,29
A5U2 4 152 52,78
A5U3 6 176 61,11
Keterangan: DBL = Daya Berkecambah Lahan, U = Ulangan, A1 = Bogor hitam,
A2 = S ukabumi hitam, A3 = S umedang hitam, A4 = S umedang ungu,
A5 = S umedang coklat.
28
29

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Mohammad Gagat Tejo Baskoro, lahir di Jakarta pada
tanggal 9 Oktober 1992. Penulis merupakan putra kedua dari pasangan Bapak
Mohammad Burham dan Ibu Dra. Ratih Umi Wahyuni. Penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 01 Tajurhalang, Kecamatan
Tajurhalang, Kabupaten Bogor pada tahun 2010. Pada Tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di Program Keahlian Teknologi Industri Benih P rogram
Diploma Institut Pertanian Bogor (IP B) melalui jalur Regular dan lulus pada
tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Alih Jenis
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor pada tahun yang sama.
Selama perkuliahan di IP B, penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan
seperti Lintas Desa bersama Agronomi dan Hortikultura 48 pada tahun 2013,
Seminar SEQ (Spiritual Entrepreneurship Q uotient) pada tahun 2011, dan Mata
Najwa on Stage pada tahun 2014 di Graha Widya Wisuda IPB. Penulis juga
pernah melaksanakan Praktik kerja Lapang di PT. Pertani Persero Karanganyar,
Jawa Tengah pada tahun 2013.

Anda mungkin juga menyukai