Anda di halaman 1dari 31

Buku Putih Sanitasi

Kabupaten Kolaka Tahun 2012

BA
B
GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik

2.1.1 Letak Geografis


Kabupaten Kolaka merupakan salah satu daerah di jazirah tenggara
pulau Sulawesi dan secara geografis terletak pada bagian barat Propinsi
Sulawesi Tenggara memanjang dari utara ke selatan berada diantara
2o00’ – 5o00’ Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur
diantara 120o45’ – 124o06’ Bujur Timur.
Batas daerah Kabupaten Kolaka adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kolaka utara yang
merupakan pecahan dari Kabupaten Kolaka.
b. Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Bone.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bombana.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Konawe dan Konawe
Selatan.
Dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Kolaka, wilayah
kecamatan dengan luas terbesar yaitu Kecamatan Uluiwoi sedangkan
wilayah kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Toari. Khusus
untuk 6 Kecamatan yang masuk dalam wilayah kajian, yang memiliki
luas terbesar yaitu Kecamatan Tirawuta dengan luas 381,14 Km 2
sedangkan yang memiliki luas terkecil yaitu Kecamatan Wundulako
dengan luas 140,00 Km2.
2.1.2 Administratif

Kabupaten Kolaka mencakup jazirah daratan dan kepulauan yang


memiliki wilayah daratan seluas ± 691.838 ha, dan wilayah perairan
(laut) diperkirakan seluas ± 15.000 Km 2. Dari luas wilayah tersebut
Kabupaten Kolaka dibagi dalam 20 (dua puluh) kecamatan, yaitu:
Kecamatan Watubangga, Kecamatan Tanggetada, Kecamatan Pomalaa,

ii - 1
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

Kecamatan Wundulako, Kecamatan Baula, Kecamatan Ladongi,


Kecamatan Lambandia, Kecamatan Tirawuta, Kecamatan Kolaka,
Kecamatan Latambaga, Kecamatan Wolo, Kecamatan Samaturu,
Kecamatan Mowewe, Kecamatan Uluiwoi, Kecamatan Toari, Kecamatan
Polinggona, Kecamatan Poli-Polia, Kecamatan Lalolae, Kecamatan Loea,
Kecamatan Tinondo. Dari 20 kecamatan tersebut, Kabupaten Kolaka
terbagi menjadi 213 desa dan kelurahan, masing-masing 168 Desa dan
45 Kelurahan. Kecamatan yang memliki jumlah desa/kelurahan yang
paling banyak adalah Kecamatan Lambandia, dengan rincian 19 desa
dan 1 kelurahan. Sedangkan kecamatan yang memiliki Desa/Kelurahan
yang paling sedikit adalah Kecamatan Toari, Kecamatan Polinggona dan
Kecamatan Tinondo, dimana jumlah Desa/Kelurahan masing-masing 6
unit.

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Kolaka Menurut Kecamatan


Luas Wilayah Prosentase
No Kecamatan Keterangan
(km2) (%)
1 Watubangga 245.20 3.54
2 Tanggetada 450.00 6.50
3 Pomalaa * 373.82 5.40
4 Wundulako * 140.00 2.02
5 Baula * 150.47 2.17
6 Ladongi 183.00 2.65
7 Lambandia 226.57 3.27
8 Tirawuta * 381.14 5.51
9 Kolaka * 207.25 3.00
10 Latambaga * 308.32 4.46
11 Wolo 730.54 10.56
12 Samaturu 344.69 4.98
13 Mowewe 92.75 1.34
14 Uluiwoi 2306.58 33.34
15 Toari 71.25 1.03 Pemekaran Kec. Watubangga
16 Polinggona 151.12 2.18 Pemekaran Kec. Watubangga
17 Poli-Polia 162.56 2.35 Pemekaran Kec. Ladongi
18 Lalolae 81.93 1.18 Pemekaran Kec. Tirawuta
19 Loea 107.94 1.56 Pemekaran Kec. Tirawuta
20 Tinondo 203.25 2.94 Pemekaran Kec. Mowewe
Total 6918.38 100.00
Sumber: Kabupaten Kolaka Dalam Angka 2010

ii - 2
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

Wilayah kajian untuk Kabupaten Kolaka mencakup 6 Kecamatan


yaitu: Kecamatan Kolaka dengan luas wilayah 207,25 Km 2, Kecamatan
Wundulako dengan luas wilayah 140,00 Km2, Kecamatan Baula dengan
luas wilayah 150,47 Km2, Kecamatan Pomalaa dengan luas wilayah
373,82 Km2, Kecamatan Latambaga dengan luas wilayah 308,32 Km 2 dan
Kecamatan Tirawuta dengan luas wilayah 381,14 Km 2. Total luas
wilayah kajian 1.561 Km2 yang terdiri dari 59 desa/kelurahan.

Tabel 2.2 Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten Kolaka

No. Kecamatan Ibukota Σ Desa ΣKelurahan Jumlah


1. Watubangga Watubangga 9 3 12
2. Tanggetada Anaiwoi 12 1 13
3. Pomalaa Tonngoni 8 4 12
4. Wundulako Wundulako 6 5 11
5. Baula Baula 8 1 9
6. Ladongi Atula 9 4 13
7. Lambandia Penanggo Jaya 19 1 20
8. Tirawuta Rate-Rate 12 1 13
9. Kolaka Lamakato 0 7 7
10. Latambaga Mangolo 0 7 7
11. Wolo Wolo 17 2 19
12. Samaturu Tosiba 13 2 15
13. Mowewe Inebenggi 5 3 8
14. Uluiwoi Sanggona 12 1 13
15. Toari Toari 6 0 6
16. Polinggona Polinggona 6 0 6
17. Loea Loea 6 2 8
18. Tinondo Tinondo 8 0 8
19. Poli-Polia Poli-Polia 6 0 6
20. Lalolae Lalolae 6 2 8
Kabupaten Kolaka 168 46 214
Sumber: Kabupaten Kolaka Dalam Angka 2010

ii - 3
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

Gambar 2.1 . Peta Adminsitartif Wilayah dan Wilayah Kajian Buku Putih Kabupaten Kolaka

ii - 4
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

2.1.3 Topografi

Kabupaten Kolaka memanjang dari Utara Barat Laut ke Tenggara


dengan topografi yang sangat kontras antara bagian barat dengan
bagian Timur. Berdasarkan bentuk bentang alamnya (morfologinya)
Kabupaten Kolaka dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu pedataran di
bagian barat (bagian pesisir), bergelombang dibagian tengah dan
pegunungan di bagian Timur. Ketiga bentuk bentang alam tersebut juga
memanjang dari Utara Barat Laut ke Tenggara. Kondisi demikian tidak
lepas dari proses pembentukan Pulau Sulawesi khususnya bagian timur
yang berupa obduksi (tumbukan). Kondisi topografi yang demikian ini
pula mengakibatkan banyak terdapat sungai kecil yang mengalir dari
wilayah topografi perbukitan di Timur ke wilayah pedataran di Barat.
Kemiringan lahan diklasifikasikan dalam empat kelas lereng yaitu
0 – 8%, 8 – 25%, 25% – 40% dan lebih dari 40 %. Kemiringan tanah
yang paling dominan adalah di atas 40% meliputi sebagian besar
wilayah Kabupaten Kolaka dengan luas 510.976 ha atau 74%. Sedangkan
daerah datar dengan kemiringan 0 % - 8% menempati areal seluas
90.545 ha atau 13%. Daerah dengan kelerengan 8 – 25% dan 25 – 40%
masing-masing menempati 6% dari luas Kabupaten Kolaka.
Kemudian unsur topografi lainnya adalah ketinggian tempat dari
permukaan laut. Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut sangat
erat kaitannya dengan suhu (temperatur) udara dan curah hujan.
Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut akan semakin rendah
suhunya. Di dataran rendah rata-rata suhu tahunannya berkisar 26°C,
angka rata-rata ini berkurang 0,6°C dengan kenaikan setiap 100
meter.
Ketinggian tempat dari permukaan laut di Kabupaten Kolaka
di bedakan dalam empat segmen yaitu :
a. Ketinggian 0 - 7 meter, umumnya terletak di pesisir pantai
Watubangga hingga Tanjung Pakar dan di Pantai Wolo hingga Tanjung
Ladongi. Daerah ini terdapat hutan bakau, tambak dan areal
perkampungan.

ii - 5
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

b. Ketinggian 7 - 25 meter dari permukaan laut membujur dari


kecamatan Watubangga ke arah barat. Bentangan kontur mengikuti
lekukan sepanjang jalan arteri. Daerah yang di lalui selain hutan
bakau dan perkampungan juga kawasan budidaya seperti tambak,
sawah,dan kebun campuran.
c. Daerah dengan ketinggian 25 - 100 meter mengikuti dataran agak terjal
dengan fungsi budidaya, dan sebagian besar hutan produksi dan
perkebunan.
d. Daerah dengan ketinggian > 100 meter, merupakan daerah terjal
kearah kawasan perlindungan dan pelestarian, termasuk kawasan
khusus dengan perlindungan daerah aliran.

2.1.4 Geologi
Kondisi geologi di Provinsi Sulawesi Tenggara termasuk didalamnya
Kabupaten Kolaka umumnya berada pada kondisi geologi yang rumit.
Kerumitan ini dicerminkan dari litologi yang beragam dengan kontak
litologi umumnya berupa kontak struktur. Kuatnya tekanan tektonik
menyebabkan umumnya wilayah studi merupakan wilayah
pegunungan. Sedangkan jika dilihat dari jenis batuannya maka wilayah
ini juga disusun oleh batuan yang rumit dan mulai dari yang sangat tua
(Jura) hingga yang paling muda (Holosen). Satuan batuan tersebut
masih dirinci kedalam satuan batuan yang lebih spesifik, dirinci
dengan simbol dan warna masing-masing satuan.
Berdasarkan peta geologi lembar Lasusua – Kendari Sulawesi
dan peta geologi lembar Kolaka Sulawesi dengan skala 1:250.000 yang
dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G),
Dirjen Geologi dan Sumberdaya Mineral, Bandung 1993, serta
kompilasi peta oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Sulawesi Tenggara (2005) wilayah Kabupaten Kolaka tersusun
oleh beberapa jenis batuan yang dapat dijelasakan sebagai berikut
(Penjelasan dari batuan yang tertua ke batuan yang termuda):
a. Kompleks Mekongga (Pzm) pada Lembar Lasusua – Kendari disebut
batuan malihan Paleooikum; Formasi batuan ini termasuk di

ii - 6
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

dalamnya marmer Paleozoikum (Pzmm) yang dipetakan oleh P3G


Bandung tahun 1993. Sedangkan pada peta geologi yang dibuat oleh
Dinas pertambangan dan Energi Sultra (2005) menyebutnya (Pcm).
Kompleks batuan ini terdiri atas batuan metamorf berupa sekis,
geneis dan kuarsit. Sedangkan Pzmm sendiri merupakan batuan
metamorf hasil ubahan dari batu gamping (mammer).
Marmer (Pzmm) telah mengalami metamorfosa lanjut yang ditandai
dengan struktur mendaun. Sebaran batuan ini sangat luas (55%)di
bagian barat, tengah dan utara Kabupaten Kolaka yang membentang
utara (G. Mekongga) – selatan (Rate - rate). Ketiga lembar peta
menyebutkan bahwa batuan ini berumur Karbon – Permian.
b. Formasi Tolala (TRJt) yang pada lembar peta geologi yang dibuat oleh
Dinas pertambangan dan Energi Sultra (2005) TRJI. Formasi ini
tersusun oleh batu gamping dengan sisipan batu pasir, serpih dan
napal. Struktur yang dijumpai pada batuan ini adalah perlapisan
dengan arah umum kemiringan batuan adalah selatan. Batuan ini
mempunyai kontak struktur (patahan turun) di bagian selatan
dengan batuan yang lebih tua (Pzm).
Penyebaran formasi ini relatif sempit (10%) yaitu di bagian barat laut
Kabupaten Kolaka yaitu dari Pegunungan Mengkoka di timur hingga
ke pantai di barat. Hasil penanggalan dari ketiga lembar peta di atas
menunjukkan umur yang sama yaitu Trias – Jura.
c. Formasi Meluhu (TRJm) yang pada lembar peta geologi yang dibuat
oleh Dinas pertambangan dan Energi Sultra (2005) disebut PCt.
Formasi ini terdiri atas perselingan batupasir, serpih, batugamping
dan lanau. Batuan ini mengalami tektonik kuat yang ditandai oleh
kemiringan perlapisan batuan hingga 80O dan adanya puncak antiklin
yang memanjang utara barat daya – tenggara.
Penyebaran formasi ini juga sempit (7,5%) dan tersingkap di sebelah
timur Kabupaten Kolaka. Batuan ini dideskripsi berumur Trias Atas –
Jura bagian bawah oleh ketiga lembar peta geologi tersebut di atas.

ii - 7
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

d. Batuan Beku Ultrabasa (Ku) pada lembar Kolaka, batuan ofiolit pada
lembar Lasusua – Kendari dan batuan ofiolit Matano oleh Dinas
Pertambangan dan Energi Sultra (2005) yang disebut Ubm. Batuan
ini terdiri atas peridotit, hazburgit, gabro, dunit dan serpentinit.
Batuan ini menyebar di tiga tempat yaitu Pulau Padamarang,
Kecamatan Pomalaa dan Kecamatan Wolo dengan sebaran yang
tiidak terlalu luas (10%). Ketiga daerah inipun telah menjadi wilayah
konsesi penambangan nikel terbesar yaitu PT. INCO dan PT. Aneka
Tambang. Umur batuan ini adalah Jura bagian atas - Kapur bagian
bawah.
e. Kompleks Pompangeo (MTpm) merupakan kompleks batuan
metamorf yang terdiri dari sekis, rijang dan marmer serta
metagamping. Batuan ini oleh Dinas Pertambangan dan Energi Sultra
(2005) memetakannya sebagai batuan metamorf yang sama dengan
PCm. Batuan ini mempunyai kontak struktur geser dengan batuan
yang lebih tua di bagian utara yaitu Kompleks Mekongga (Pzm).
Berdasarkan penarikan umur oleh P3G (1993) Kompleks Pompangeo
mempunyai umur Kapur Akhir – Paleosen bagian bawah sedangkan
umur oleh Dinas Pertambangan dan energi Sultra (2005) adalah
Karbon Akhir – Permian atau sama dengan Kompleks Mekongga
(Pzm). Sebaran batuan ini relatif sempit (5%) yaitu di bagian
tenggara wilayah studi.
f. Formasi Langkawa (Tml) merupakan batuan sedimen berupa
konglomerat, batupasir, serpih dan batugamping. Kumpulan batuan
sedimen ini kemudian dipetakan sebagai Tms dan Tml oleh Dinas
Pertambangan dan Energi Sultra (2005). Batuan ini banyak dibatasi
oleh kontak struktur dengan batuan lainnya dan bagian atas
menjemari dengan bagian bawah batuan sedimen Formasi
Boepinang (Tmpb atau Tmpl dan Tmps). Hasil penanggalan umur
menunjukkan bahwa batuan ini terbentuk pada Miosen Tengah (P3G,
1993), sedangkan Dinas Pertambangan dan Energi Sultra (2005)
mendeskripsi pada kisaran umur Miosen Tengah bagian atas –
Miosen Akhir bagian bawah.

ii - 8
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

Berdasarkan kemiringan (dip) lapisan batuannya yang relatif kecil


(25O) maka dapat dikatakan bahwa tektonik yang bekrja pada batuan
ini relatif tidak seintens dengan batuan sebelumnya. Sebaran batuan
ini sangat sempit (5%) di bagian selatan wilayah studi, namun
meluas kearah selatan (diluar Kabupaten Kolaka).

g. Formasi Boepinang (Tmpb) terdiri dari batu pasir yang diselingi oleh
lempung pasiran dan napal pasiran. Kumpulan batuan sedimen ini
kemudian dipetakan sebagai Tmps dan Tmpl oleh Dinas
Pertambangan dan Energi Sultra (2005). Batuan ini berlapis dengan
kemiringan perlapisan relatif kecil yaitu <15 O yang dijumpai
membentuk antiklin dengan sumbu antiklin berarah barat daya –
timur laut. Batuan ini tersingkap tidak merata dibagian selatan
Kabupaten Kolaka yang menutupi lahan sekitar 5% dari wilayah
Kabupaten Kolaka.

h. Aluvial (Qa) adalah endapan termuda dan hingga kini masih


berlanjut. Material penyusunnya berupa kerikil, pasir, kerakal,
lempung dan unsur organik yang terendapkan bersama. Sebarannya
sangat terbatas yaitu berupa endapan sungai dan pantai. Luas
sebarannya tidak lebih dari 2,5% dari luas wilayah Kabupaten
Kolaka.
Berdasarkan peta yang dibuat oleh oleh P3G (1993) maupun oleh
Dinas Pertambangan dan Energi Sultra (2005), maka di daerah
penelitian terdapat satu patahan mayor yang dideskripsi sebagai
patahan geser menganan dan berarah Utara Barat Laut – Tenggara
dan mulai melewati Kota Kolaka hingga ke Selat Tiworo di selatan.
Patahan ini memotong seri batuan yang tua seperti Kompleks
Mekongga dan Kompleks Pompangeo, namun tidak memotong
batuan muda seperti Tms atau Formasi Langkowa di selatan.
Berdasarkan fenomena tersebut maka patahan mayor tersebut
terjadi sebelum F. Langkowa terbentuk pada Miosen Tengah.

ii - 9
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

Mengikuti arah patahan mayor tersebut juga dijumpai patahan


naik yang hanya melewati batuan tua yaitu Batuan Ultrabasa (Ku)
yang berumur Jura – Kapur. Stuktur ini diduga yang menyebabkan
batuan-batuan yang lebih tua dari kapur terangkat ke permukaan dan
tersingkap di Sulawesi Tenggara.

2.1.5 Hidrologi
Wilayah daerah basah dengan curah hujan lebih dari 1788.70 mm
per tahun berada pada wilayah sebelah utara jalur Kolaka meliputi
Kecamatan Kolaka, Kecamatan Latambaga, Kecamatan Wolo,
Kecamatan Samaturu, Kecamatan Mowewe, Kecamatan Uluiwoi dan
Kecamatan Tinondo dengan bulan basah sekitar 5 sampai 9 bulan
dalam setahun.
Berdasarkan data curah hujan, dapat ditetapkan rata-rata hujan
tahunan wilayah kabupaten Kolaka sebagaimana disajikan pada Tabel
2.4 berikut:

Tabel 2.4 Curah Hujan di Kabupaten Kolaka dan Sekitarnya


No Bulan Hari Hujan Curah Hujan (mm)
1 Januari 22 106.30
2 Februari 16 160.80
3 Maret 19 190.40
4 Apri 21 216.90
5 Mei 21 271.10
6 Juni 16 93.20
7 Juli 11 153.20
8 Agustus 5 23.10
9 September 7 2.10
10 Oktober 10 108.50
11 Nopember 14 220.10
12 Desember 20 243.00
Kabupaten Kolaka 182 1788.70
Sumber: Kabupaten Kolaka Dalam Angka 2010

2.1.6 Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS)

ii - 10
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

Prasarana sumberdaya air adalah prasarana pengembangan


sumberdaya air untuk memenuhi berbagai kepentingan, utamanya
untuk air bersih dan air irigasi. Pengembangan prasarana sumberdaya
air diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber air
permukaan, sumber air tanah dan sumber mata air.
Pengembangan sistem irigasi dalam rangka peningkatan pelayanan
irigasi diarahkan pada pengelolaan DAS yang terdapat di wilayah
Kabupaten Kolaka adalah DAS Pakue, DAS Lapao-Pao, DAS Kolaka dan
DAS Huko-huko yang mampu menyediakan air dengan debit 105
liter/detik. Kabupaten Kolaka memiliki beberapa sungai yang tersebar
pada beberapa Kecamatan. Sungai tersebut pada umumnya memiliki
potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga, kebutuhan
industri, kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan irigasi serta
pariwisata.

Tabel. 2.3 : Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten/Kota

Nama DAS Luas (Ha) Debit (m3/dtk)

DAS Lapao-Pao
DAS Kolaka
DAS Huko-huko
DAS Tamboli
DAS Poleang
DAS Konaweha

2.1.7 Tinggi Muka air Tanah


Air permukaan umumnya berupa rawa, sungai dan sumur
dangkal yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kolaka.
Kedalaman sumur berkisar antara 2 m hingga 15 m. Kondisi air tanah
tergambar dari sumur-sumur penduduk, pada beberapa lokasi
kedalaman air tanah mencapai 20 m. Kualitas air umumnya baik,
sehingga air tanah dapat membantu untuk kebutuhan keluarga.

Berdasarkan data RePPProt (Regional Physical Planning Project


for Transmigration) tahun 1988 menunjukkan kualitas air tanah

ii - 11
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

bervariasi dan bahkan di beberapa kecamatan sudah ada yang


mengalami intrusi air laut. Wilayah persebaran air payau dengan
kondisi saline (>4000 ppm NaCl) dan brackish (>4000 ppm NaCl)
adalah wilayah pantai. Namun secara umum kondisi air tanahya
masih berupa air tawar (<250 ppm NaCl) dengan persebaran adalah
daratan yang menuju ke perbukitan.

2.1.8 Wilayah Pasang Surut

Wilayah pasang surut terdapat pada wilayah-wilayah di pesisir


pantai, yang tersebar di seluruh kecamatan wilayah Utara dan
Selatan. Sedangkan wilayah Timur terletak di daerah pegunungan.
Tipe pasang surut pada perairan Kolaka tergolong pada tipe
campuran condong ke setengah harian. Dengan demikian akan terjadi
dua kali pasang dan satu kali surut dengan tinggi dan periode yang
berbeda. Pengaruh pasang surut dalam pengaliran air ke dalam dan
luar drainase tidak terlalu signifikan dan perlu dipertimbangkan
dengan baik dalam pemanfaatan air laut.
Gerak elevasi air karena pasang-surut akan membangkitkan
arus pasang-surut. Range pasang surut selama bulan oktober sebesar
196,35 cm, potensi membangkitkan arus yang relatif kuat. Arus akan
menguat pada saat titik tengah dari peralihan surut ke pasang
(saddle point) dan sebaliknya.

2.2. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Kolaka tahun 2010 adalah 314.812 jiwa.
Kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak yakni di Kecamatan
Kolaka berjumlah 35.977 jiwa. Dengan distribusi penduduk mencapai 11,43%
dari seluruh penduduk di Kabupaten Kolaka.

Tabel. 2.5 : Nama,Luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah Kelurahan


Nama Kecamatan Luas Wilayah

ii - 12
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

Jumlah Kelurahan /
(Ha) (%) thd total
Desa
Watubangga 12 245,20 3,54
Tanggetada 14 450,00 6,50
Pomalaa 12 373,82 5,40
Wundulako 11 140,00 2,02
Baula 9 150,47 2,17
Ladongi 13 183,00 2,65
Lambandia 20 226,57 3,27
Tirawuta 13 381,14 5,51
Kolaka 7 207,25 2,99
Latambaga 7 308,32 4,46
Wolo 19 730,54 10,56
Samaturu 15 344,69 4,98
Mowewe 8 92,75 1,34
Uluiwoi 13 2.306,58 33,34
Tinondo 8 203,25 2,94
Lalolae 5 81,93 1,18
Poli-Polia 8 162,56 2,35
Toari 6 71,25 1,03
Polinggona 5 151,12 2,18
Loea 8 107,94 1,56
Total 213 6.918,38
Sumber : Kabupaten Kolaka dalam Angka 2010

2.2.1 Perkembangan dan Proyeksi Jumlah Penduduk

Perkiraan jumlah penduduk ini penting dalam suatu


perencanaan, karena kependudukan merupakan salah satu penentu
dalam mengkondisikan perkembangan suatu wilayah baik dari segi
fisik maupun non fisik. Dengan mengetahui perkembangan suatu
penduduk di suatu wilayah maka akan dapat diketahui prediksi dari
kebutuhan akan fasilitas dan utilitas penunjang serta perkiraan
kebutuhan ruangnya. Dengan mengetahui prediksi akan kebutuhan
fasilitas, utilitas dan ruangnya maka akan relatif lebih mudah untuk
memberikan arahan perkembangan sehingga akan didapat keteraturan
secara fisik dan non fisik.

ii - 13
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

Tabel 2.6 Tabel Jumlah Penduduk dan Proyeksinya kurun waktu 5 tahun

Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan


Nama
Tahun Tahun Tahun
Kecamatan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015
14.169 14.872 16.702 19.838 24.765 32.336 3.644 3.978 4.096 4.217 4.342 -581 703 1.830 3.136 4.926 7.571
Watubangga 3.752
13.310 14.124 15.407 17.120 19.278 21.940 2.815 3.075 3.166 3.261 3.358 215 814 1.283 1.713 2.159 2.662
Tanggetada 2.899
28.199 35.299 44.685 57.029 73.442 95.270 5.434 5.931 6.107 6.288 6.474 5.410 7.100 9.356 12.373 16.413 21.828
Pomalaa * 5.595
18.588 20.664 23.329 26.745 31.121 36.727 3.879 4.234 4.360 4.489 4.622 1.610 2.076 2.665 3.416 4.376 5.606
Wundulako * 3.994
13.948 16.580 19.855 2.092 2.284 2.351 2.421 2.493 1.373 1.705 2.117 2.632 3.275 4.083
Baula * 10.126 11.831 23.938 2.154
23.813 26.423 26.929 33.541 38.309 44.131 6.020 6.570 6.764 6.964 7.170 2.085 2.610 3.206 3.912 4.768 5.823
Ladongi 6.198
28.034 31.771 37.135 44.156 53.147 64.615 7.198 7.856 8.089 8.328 8.574 1.509 3.737 5.364 7.020 8.991 11.468
Lambandia 7.411
12.483 13.069 13.721 14.440 15.224 16.077 2.879 3.142 3.234 3.330 3.428 518 586 652 718 785 853
Tirawuta * 2.964
36.147 43.728 53.257 65.281 80.508 99.854 6.630 7.122 7.294 7.470 7.650 6.059 7.581 9.529 12.024 15.227 19.346
Kolaka * 6.790
27.558 31.140 35.990 42.628 51.853 64.890 5.810 6.341 6.529 6.722 6.921 2.662 3.582 4.849 6.639 9.225 13.036
Latambaga * 5.982
24.253 25.510 27.004 28.771 30.858 33.323 5.481 5.982 6.158 6.340 6.528 1.051 1.257 1.494 1.767 2.087 2.465
Wolo 5.643
21.045 25.694 31.684 39.458 49.616 62.977 4.794 5.233 5.388 5.547 5.712 3.634 4.649 5.990 7.774 10.158 13.361
Samaturu 4.936
7.538 8.107 8.735 9.427 10.190 11.030 1.764 1.925 1981 2.040 2.100 516 569 628 692 763 841
Mowewe 1.816
7.242 6.362 5.700 5.173 4.736 4.365 1.915 2.091 2.153 2.217 2.283 -1.227 -880 -662 -528 -437 -371
Uluiwoi 1.972
7.119 7.396 7.731 8.127 8.587 9.116 1.640 1.795 1.849 1.906 1.964 221 227 335 396 460 529
Tinondo 1.690
3.542 3.693 3.864 4.056 4.271 4.511 819 893 919 946 974 132 151 171 192 215 240
Lalolae 843
10.606 11.816 13.487 15.632 18.297 21.556 2.876 3.142 3.236 3.332 3.432 725 1.210 1.671 2.145 2.665 3.259
Poli-Polia 2.962
8.925 9.790 10.793 11.954 13.297 14.849 2.237 2.441 2.513 2587 2.663 744 865 1.003 1.161 1.343 1.552
Toari 2.303
6.497 .8771 12.899 20.074 32.390 53.489 1.072 1.171 1.206 1.242 1.279 1.081 2.274 4.128 7.175 12.316 21.099
Polinggona 1.104
7.562 8.543 9.771 1.614 1.762 1.815 1.869 1.924 460 609 779 981 1.228 1.537
6.783 11.308
Loea 6.174 1.662

Sumber: Badan Pusat Statistik

ii - 14
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah

Belanja modal sanitasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten


Kolaka, terdapat pada tabel berikut:

Tabel 2.7 Ringkasan Realisasi APBD 5 Tahun Terakhir

Tahun
No. Anggaran
2007 2008 2009 2010 2011
A. Pendapatan
1. Pendapatan
Asli daerah 20.209.047.937,53 24.698.876.540,06 35.356.172.843,29 32.529.383.052,22 37.472.899.476,04
(PAD)
2. Dana
Perimbangan 456.315.164.648,82 521.928.394.918,98 469.038.638.565,00 460.143.365.055,00 538.472.757.421,00
(Transfer)
Lain-lain
3. Pendapatan yang 25.184.331.546,87 10.106.616.000,00 43.713.411.843,00 111.597.443.614,00 141.816.268.022,00
Sah
717.761.924.919,0
Jumlah Pendapatan 501.708.544.133,22 556.733.887.459,04 548.108.223.251,29 604.270.191.721,22
4
B. Belanja

1. Belanja Tidak
201.332.309.622,00 243.882.613.589,00 264.366.895.792,00 326.345.264.177,00 389.642.608.690,00
Langsung
2. Belanja
Langsung 292.227.740.602,00 327.167.735.560,00 331.997.132.662,00 283.580.393.952,00 286.378.904.710,16

Jumlah Belanja 676.021.513.400,1


493.560.050.224,00 571.050.349.149,00 596.364.028.454,00 609.925.658.129,00
6
Surplus/(Defisit)
8.148.493.909,22 (14.316.461.689,96) (48.255.805.202,71) (5.655.466.407,78) 41.740.411.518,88
Anggaran
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pada kurun waktu 2007-2011 APBD Kabupaten Kolaka mengalami


peningkatan yang cukup signifikan. Struktur pendapatan Kabupaten Kolaka
sekitar 84,29 % bersumber dari dana perimbangan, sedangkan selebihnya
sekitar 10,61 % berasal dari lain-lain pendapatan yang sah dan 5,10 % dari
pendapatan asli daerah. Dari struktur pendapatan tersebut dapat diketahui
bahwa pembangunan di Kabupaten Kolaka masih sangat tergantung dari dana
perimbangan. Belanja APBD Kabupaten Kolaka terdiri dari belanja langsung
dan belanja tidak langsung. Pada kurun waktu 2007-2009, porsi belanja
langsung lebih besar dibanding belanja tidak langsung. Sedangkan pada kurun
waktu 2010-2011 porsi belanja langsung lebih kecil dibanding belanja tidak
langsung. Pada kurun waktu tersebut APBD Kabupaten Kolaka mengalami
defisit, kecuali pada tahun 2007 dan tahun 2011 mengalami surplus. Surplus
APBD Kabupaten Kolaka pada tahun 2011 mencapai Rp. 41 milyar lebih.

ii - 15
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

Tabel 2.8 Ringkasan Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per Penduduk 5 Tahun
terakhir
Sub Tahun Pertumbuhan
No. Rata-Rata
Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 (%)
1. Air Limbah - 134.882.500 73,92
441.557.500 640.000.000 149.500.000 273.188.000
2. Sampah (2,82)
4.632.465.500 5.874.510.500 4.027.563.500 4.311.348.000 3.720.263.000 4.513.230.100
3. Drainase 11,57
1.958.725.000 1.239.737.000 1.711.806.000 1.844.610.000 2.530.155.440 1.857.006.688
Aspek PHBS
4. (Pelatihan, 124,11
109.656.507 484.362.500 72.435.000 37.225.000 144.575.000 169.650.801
Sosialisasi)
Total Belanja
Sanitasi (1 s/d 4) 6.700.847.007 7.733.492.500 6.253.362.000 6.833.183.000 6.544.493.440 6.813.075.589 0,33

Total Belanja APBD 493.560.050.2 571.050.349.1 596.364.028.4 609.925.658.1 676.021.513.4 589.384.319.8


8,31
24 49 54 29 00 71
Proporsi Belanja
Modal Sanitasi
Terhadap Total 1,36 1,35 1,05 1,12 0,97
Belanja APBD (%)

Rata-rata belanja sanitasi per kapita Kabupaten Kolaka mencapai Rp.


22.324 per kapita per tahun, hal ini masih jauh dari belanja sanitasi per kapita
ideal nasional yang mencapai Rp. 47.000 per kapita per tahun. (Studi
Bappenas, 2008)

Tabel 2.9 Data Mengenai Ruang Fiskal Kabupaten Kolaka 5 Tahun Terakhir

TAHUN INDEKS KEMAMPUAN FISKAL / RUANG FISKAL

2007 0,3855
2008 0,3430
2009 0,4087
2010 0,3509
2011 0,1944
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dan penanaman modal Kab. Kolaka

ii - 16
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

Kapasitas fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masing-


masing daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum APBD
Kabupaten (tidak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana
pinjaman lama, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk
membiayai pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan
setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah
penduduk miskin. Pada tahun 2011, kapasitas fiskal Kabupaten Kolaka
sebesar 0,1944 yang dikategorikan “rendah”.

Tabel 2.10 Data Perekonomian Umum Daerah 5 Tahun Terkhir

TAHUN
NO. DESKRIPSI
2007 2008 2009 2010 2011
1. PDRB Atas
Dasar Harga
2.510.712.300.000 2.565.243.840.000 2.615.466.220.000 2.929.707.400.000 3.312.711.080.000
Konstan (Rp)
2. Pendapatan
Perkapita
9.004.488 8.565.317 8.501.987 9.293.813 10.303.730
(Rp)
3. Upah
Minimum
640.000 700.000 770.000 860.000 930.000
Regional (Rp)
4.
Inflasi (%)
7,53 15,28 3,31 3,87 5,09
5. Pertumbuhan
Ekonomi (%) 9,23 2,17 1,96 12,01 13,07
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dan penanaman modal Kab. Kolaka

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu


indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah
dalam suatu periode tertentu. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha kegiatan ekonomi dalam suatu
wilayah pada periode tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB Kabupaten Kolaka baik
atas dasar harga konstan selama tahun 2007-2011 menunjukkan pertumbuhan
positif meskipun dengan kisaran yang bervariasi. Pendapatan per kapita
merupakan salah satu ukuran indikator kesejahteraan penduduk dan sering
digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu wilayah.
Selama kurun waktu 2007-2011, pendapatan per kapita Kabupaten Kolaka juga
mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kolaka selama

ii - 17
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

periode 2007-2011 mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Selama periode


2007-2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kolaka mengalami perlambatan,
tetapi mulai periode 2010-2011 pertumbuhan ekonomi kembali menunjukkan
peningkatan yang sangat signifikan.

2.4. Tata Ruang Wilayah


2.4.1 Rencana Pusat Layanan Kabupaten
Penetapan fungsi perkotaan di Kabupaten Kolaka dilihat
dari adanya keterkaitan kawasan perkotaan satu dengan lainnya
bertujuan untuk memperkuat kelompok kawasan-kawasan
perkotaan yang terdapat di Kabupaten Kolaka. Mengingat
kawasan-kawasan perkotaan sangat strategis peranannya dalam
pengembangan wilayah secara keseluruhan, maka kawasan-
kawasan perkotaan perlu diarahkan ke pertumbuhan dan
pengembangannya agar mampu saling berinteraksi melalui
keterkaitannya dan keteraturan fungsi-fungsi pengembangannya.

Pengembangan sistem ini diwujudkan melalui pusat-pusat


perdesaan yang diberikan peluang untuk tumbuh dan
berkembang secara bersama-sama, sehingga pembangunan
perkotaan akan saling dukung dengan pembangunan perdesaan.
Dalam mendorong pengembangan kawasan-kawasan perkotaan
yang demikian ini, maka peran sistem prasarana wilayah dan
kawasan perkotaan perlu diarahkan untuk tidak saja memperkuat
hubungan keterkaitan antara kota sekitar dengan kawasan
perkotaan induknya, akan tetapi juga dengan kawasan perkotaan
sekitarnya.

Berikut akan dijelaskan mengenai wilayah perkotaan


maupun perdesaan yang mempunyai fungsi dan peranan yang
berbeda sesuai dengan potensi yang dimiliki, yaitu :

ii - 18
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

1. Ibukota Kabupaten
Kolaka berada di Kecamatan Kolaka berada di Kelurahan
Lamakato yang berkembang menjadi pusat pemerintahan. Dan
Ibukota Kabupaten Kolaka ini menjadi Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW). Untuk pembangunan Kota Kolaka Ibukota Kabupaten
Kolaka ini, harus ditunjang oleh kegiatan yang berskala lebih
besar sebagai pusat perdagangan dan jasa, kesehatan,
pendidikan, peribadatan, dan pelayanan umum dalam skala
kabupaten, termasuk diantaranya adalah sarana transportasi
skala kabupaten.
2. Ibukota Kecamatan
yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp),
terdiri atas: Kecamatan Tanggetada dan Kecamatan Tirawuta.
Adapun fungsi dan perannya adalah;
a. Sebagai pusat pelayanan umum bagi kecamatan-kecamatan
yang menjadi wilayah pengaruhnya.
b. Sebagai pusat perdagangan dan jasa maupun koleksi dan
distribusi hasil-hasil sumber daya alam dari kecamatan-
kecamatan yang menjadi wilayah pengaruhnya.
c.Untuk mendukung adanya peran dan fungsi tersebut maka
fasilitas yang harus ada adalah, fasilitas kesehatan serta
perdagangan dan jasa skala kecamatan dan ditunjang oleh
sarana dan prasarana transportasi yang memadai.
3. Ibukota Kecamatan
yang berfungsi sebagai ibukota kecamatan atau disebut PPK
(Pusat Pelayanan Kawasan), dimana PPK merupakan kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa. PPK (Pusat Pelayanan
Kawasan) di Kabupaten Kolaka meliputi beberapa kecamatan
meliputi: Kecamatan Wolo, Kecamatan Pomalaa, Kecamatan

ii - 19
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

Ladongi, dan Kecamatan Watubangga. Adapun fungsi dari


masing-masing PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) tersebut
adalah ;
a. Pusat pelayanan umum, dan pemerintahan bagi desa-desa
yang berada di wilayah administrasinya.
b. Pusat perdagangan dan jasa bagi desa-desa yang berada di
wilayah administrasinya.
c.Fasilitas yang harus ada diantaranya adalah fasilitas
pendidikan, kesehatan, pemerintahan, peribadatan maupun
perdagangan dan jasa skala kecamatan. Kajian terhadap
sistem struktur perkotaan ini meliputi : rencana hierarki
(besaran) perkotaan, rencana sistem dan fungsi
perwilayahan. Struktur ini akan menggambarkan
keterkaitan antar kawasan perkotaan dan perkotaan dengan
perdesaan secara keseluruhan.
4. Ibukota Kecamatan yang berfungsi sebagai ibukota kecamatan atau
disebut PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan), dimana PPL merupakan
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan)
di Kabupaten Kolaka meliputi beberapa kecamatan meliputi:
Kecamatan Wundulako, Kecamatan Latambaga, Kecamatan
Samaturu, Kecamatan Mowewe, Kecamatan Toari, Kecamatan Baula,
Kecamatan Uluiwoi, kecamatan Tinondo, Kecamatan Poli-polia,
Kecamatan Polinggona, Kecamatan Lalolae, Kecamatan Loea.
Sesuai dengan tujuan penataan ruang yaitu adanya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, arahan kebijakan
pengembangan kawasan perlu diarahkan untuk kebijakan
pengembangan pola pemanfaatan ruang berupa pemanfaatan kawasan
lindung, kawasan budidaya (termasuk dengan pertahanan dan
keamanan) dan kawasan tertentu beserta arah kebijakan
pengembangan struktur ruang berupa sistem perkotaan, sistem

ii - 20
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

transportasi, dan sistem infrastruktur wilayah pendukung lainnya.


Adapun kebijakan penataan ruang Kabupaten Kolaka diarahkan untuk :
1. Pelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan hidup dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan daya dukung lingkungan hidup;
2. Peningkatan kegiatan perkebunan yang disertai dengan
pengembangan kegiatan industri perkebunan yang inovatif dalam
rangka memberi nilai tambah bagi perekonomian wilayah;
3. Peningkatan produktsi pertanian dan perikanan dengan pengelolaan
yang ramah lingkungan berkelanjutan;
4. Pengembangan dan peningkatan kegiatan pendukung dan/ atau
kegiatan turunan pertambangan yang berwawasan lingkungan
berkelanjutan untuk menunjang pengembangan sektor unggulan
lainnya;
5. Pengembangan sistem prasarana dan sarana wilayah yang
berkualitas sebagai pemicu perkembangan wilayah yang merata di
seluruh kabupaten;
6. Pengembangan dan peningkatan pusat-pusat ekonomi sebagai sentra
pertumbuhan wilayah kabupaten;
7. Pengembangan sistem jaringan transportasi darat dan udara;
8. Pengembangan mutu dan jangkauan pelayanan untuk sistem
jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan
sumber daya air dan sistem pengelola lingkungan;
9. Pengendalian dan pelestarian kawasan lindung;
10. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.
11. Pengembangan dan peningkatan kegiatan pertambangan dan
kegiatan pendukungnya yang berwawasan lingkungan berkelanjutan.

ii - 21
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

Gambar 2.2 Peta Pusat Layanan di Kabupaten Kolaka

ii - 22
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

2.4.2 Rencana Pola Ruang Kabupaten


Rencana pola ruang wilayah meliputi kawasan lindung dan
kawasan budaya. Kawasan lindung terdiri atas:
1. Kawasan hutan lindung.
Kawasan hutan lindung terdapat di Kecamatan Baula, Kolaka,
Ladongi, Lalolae, Lambandia, Latambaga, Loea, Mowewe, Poli-polia,
Pomalaa, Samaturu, Tinondo, Tirawuta, Uluiwoi, Wolo dan
Wundulako dengan luasan kurang lebih 291.745 Ha.
2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya, yaitu kawasan resapan air yang tersebar pada kawasan
hutan di Kecamatan Baula, Kolaka, Ladongi, Lalolae, Lambandia,
Latambaga, Loea, Mowewe, Poli-polia, Pomalaa, Samaturu, Tinondo,
Tirawuta, Uluiwoi, Wolo dan Wundulako.
3. Kawasan perlindungan setempat, terdiri dari: kawasan sempadan
pantai, kawasan sempadan sungai, dan ruang terbuka hijau.
4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, terdiri atas:
Kawasan Cagar Alam yaitu Cagar Alam Lamedai, Kawasan Taman
Nasional yaitu Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Kawasan
Taman Wisata Alam yaitu Taman Wisata Alam Mangol, Kawasan
Taman Wisata Alam Laut yaitu di Kepulauan Padamarang dan
Kawasan cagar Budaya yaitu Situs Kompleks Makam Raja-Raja,
Tambang Nikel Peninggalan Jepang, Situs Gua.
5. Kawasan rawan bencana
6. Kawasan lindung geologi, terdiri atas: Kawasan Rawan Bencana Alam
Geologi (Kawasan rawan gempa bumi ditetapkan pada jalur patahan
(sesar) yaitu pada wilayah yang dilalui sesar naik dan turun terdapat
di Kecamatan Poli-polia, Kecamatan Kolaka, dan Kecamatan Pomalaa;
Kawasan rawan tsunami terdapat di pesisir Kabupaten Kolaka;
Kawasan rawan abrasi terdapat di Kecamatan Wolo, Samaturu, Toari,
Tanggetada dan Watubangga; Kawasan rawan bahaya gas beracun
terdapat di Kelurahan Mangolo Kecamatan Latambaga).

ii - 23
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

Gambar 2.3. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Kolaka

ii - 24
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

2.4.3 Wilayah Rawan Bencana dan Kebijakan di Wilayah Perbatasan


Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau
berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Kerawanan bencana di
Kabupaten Kolaka dapat dibagi atas: tanah longsor, gerakan tanah,
banjir, erosi, tsunami, dan gas beracun.

1. Kawasan rawan gerakan tanah (longsor) terdiri atas :


a. Kecamatan Tirawuta;
b. Kecamatan Latambaga;
c. Kecamatan Kolaka; dan
d. Kecamatan Samaturu.
2. Kawasan rawan banjir terdapat di
a. Kecamatan Tirawuta;
b. Kecamatan Mowewe;
c. Kecamatan Samaturu;
d. Kecamatan Baula dan
e. Kecamatan Kolaka.
3. Kawasan rawan erosi terdapat di:
a. Kecamatan Watubangga;
b. Kecamatan Baula;
c. Kecamatan Tirawuta;
d. Lecamatan Latambaga;
e. Kecamatan Samaturu;
4. Kawasan rawan tsunami terdapat di pesisir Kabupaten Kolaka.
5. Kawasan rawan bahaya gas beracun terdapat di Kelurahan mangolo
Kecamatan Latambaga.

ii - 25
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

2.5. Sosial dan Budaya

2.5.1 Fasilitas Pendidikan


Dalam pelaksanaan pembangunan sosial, pemerintah telah
mengupayakan berbagai usaha guna terciptanya kesejahteraan
masyarakat di bidang sosial yang lebih baik. Usaha tersebut meliputi
kegiatan di bidang pendidikan, agama, kesehatan, keluarga berencana,
keamanan dan ketertiban masyarakat, serta urusan sosial lainnya.
Sasaran pembangunan pendidikan dititikberatkan pada
peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar di semua jenjang
pendidikan, dimulai dari kegiatan prasekolah (Taman Kanak-Kanak)
sampai dengan Perguruan Tinggi. Upaya peningkatan mutu pendidikan
yang ingin dicapai tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan manusia
berkualitas. Sedangkan perluasan kesempatan belajar dimaksud agar
penduduk usia sekolah yang setiap tahun mengalami peningkatan
sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dapat memperoleh
kesempatan belajar yang seluas-luasnya. Pelaksanaan pembangunan
pendidikan di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan
pembangunan pendidikan di Sulawesi Tenggara seperti banyak-nya
sekolah dan guru, perkembangan berbagai rasio dan sebagainya .
Pembangunan kesehatan di Kolaka dititik beratkan pada
peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Demikian pula
pelaksanaan Program Nasional Keluarga Berencana bertujuan
menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan penduduk dan
membudayakan suatu norma yang dikenal dengan Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Untuk mencapai sasaran
pembangunan, baik di bidang kesehatan maupun di bidang program
keluarga berencana tersebut, maka sejak tahun 1993 pemerintah
daerah telah menggiatkan pelaksanaan pembangunan sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan dan keluarga berencana sampai ke
pelosok pedesaan.
Pembangunan di bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa diarahkan untuk menciptakan keselarasan hubungan

ii - 26
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

antar manusia dengan manusia, manusia dengan penciptanya serta


dengan alam sekitarnya. Indikator pembangunan bidang agama,
digambarkan dengan pembangunan sarana peribadatan, pembinaan
umat beragama, dan berbagai kegiatan keagamaan di Sulawesi
Tenggara.

Tabel 2.7 Fasilitas Pendidikan Yang tersedia di Kabupaten Kolaka


Jumlah Sarana Pendidikan
Nama
Umum Agama
Kecamatan
SD SLTP SLTA SMK MI MTs MA
Watubangga 22 8 2 1 2 -
Tanggetada 21 5 2 - 2 -
Pomalaa 17 7 5 2 3 1
Wundulako 16 4 2 - 1 -
Baula 11 2 1 - - -
Ladongi 24 6 2 2 3 1
Lambandia 33 8 2 3 2 1
Tirawuta 15 4 2 1 1 1
Kolaka 19 2 6 2 3 3
Latambaga 16 4 1 - 2 -
Wolo 19 5 1 5 3 2
Samaturu 22 4 2 1 2 2
Mowewe 9 3 1 - 1 -
Uluiwoi 15 4 2 - - -
Tinondo 12 4 1 1 2 -
Lalolae 6 2 1 - 1 1
Poli-Polia 12 2 1 1 3 1
Toari 12 4 1 - 1 1
Polinggona 8 2 1 1 1 1
Loea 8 2 1 1 1 -
Sumber: Dikmudora, Kab. Kolaka

2.5.2 Jumlah Penduduk Miskin


Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang
ditandai oleh pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian
meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat miskin pada umumnya
lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada
kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya
yang mempunyai potensi lebih tinggi.
Jumlah penduduk miskin tersebar di wilayah Kabupaten Kolaka.
Prosentase jumlah Keluarga miskin terhadap jumlah rumah yang ada
yaitu: Untuk wilayah kecamatan Watubangga sebesar 40,35 %,
Kecamatan Mowewe sebesar 29,52%, Kecamatan Wundulako sebesar

ii - 27
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

24,62%, Kecamatan Baula sebesar 22,42%, Kecamatan Polinggona


22,10%, Kecamatan Toari sebesar 21,97%, Kecamatan Tinondo
sebesar 21,54%, Kecamatan Tirawuta sebesar 20,92%, Kecamatan
uluiwoi sebesar 18,15%, Kecamatan Samaturu sebesar 15,50%,
Kecamatan Lambandia sebesar 14,60%, Kecamatan Ladongi sebesar
14,20%, Kecamatan Kolaka sebesar 1,53%, Kecamatan Wolo sebesar
11,25%, Kecamatan Poli-Polia sebesar 11,14%, Kecamatan Lalolae
sebesar 10,20%, Kecamatan Loea sebesar 10,17%, Kecamatan
Tanggetada sebesar 8,00%, Kecamatan Latambaga sebesar 7,41%, dan
Kecamatan Pomalaa sebesar 3,84%.

Tabel 2.8 Jumlah penduduk Miskin Per Kecamatan


NO Nama Jumlah Keluarga
Jumlah Rumah
Kecamatan Miskin (KK)
1 Kolaka 6.790 783
2 Wundulako 3.944 973
3 Baula 2.154 483
4 Pomalaa 5.595 215
5 Tanggetada 2.899 232
6 Watubangga 3.752 1.514
7 Toari 2.303 506
8 Polinggona 1.104 244
9 Mowewe 1.816 536
10 Tinondo 1.690 364
11 Uluiwoi 1.972 358
12 Lalolae 843 86
13 Tirawuta 2.964 620
14 Loea 1.662 169
15 Ladongi 6.198 880
16 Poli-Polia 2.962 330
17 Lambandia 7.411 1.082
18 Latambaga 5.982 443
19 Samaturu 4.936 765
20 Wolo 5.643 635
Jumlah 11.218 11.218
Sumber : BPMD Kab. Kolaka

Pesatnya pertumbuhan penduduk terutama di perkotaan, yang

ii - 28
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

umumnya berasal dari urbanisasi tidak selalu dapat diimbangi oleh


kemampuan pelayanan kota sehingga berakibat pada semakin meluasnya
lingkungan perumahan dan permukiman kumuh.
Di kabupaten Kolaka masih terdapat lingkungan perumahan dan
permukiman kumuh yang kualitasnya semakin menurun dan perlu segera
ditangani. Pemerintah Kabupaten Kolaka bersedia mengalokasikan dana APBD
untuk kelancaran pelaksanaan penanganan lingkungan perumahan dan
permukiman kumuh yang akan dilaksanakan secara berkelanjutan mulai
tahun anggaran 2012 sampai dengan tuntasnya penanganan. Untuk wilayah
perkotaan, kawasan kumuh terdapat di Kelurahan Sea, Kelurahan Kolakaasi,
Kelurahan Lamokato, Kelurahan Induha, dan Kelurahan Dawi-dawi.

Tabel 2.9 Wilayah Kumuh Perkotaan

No Lokasi Luas (Ha) Keterangan


Kelurahan Sea 9,5 Ha Kecamatan Latambaga
Kelurahan Kolakaasi 12 Ha Kecamatan Latambaga
Kelurahan Lamokato 10 Ha Kecamatan Kolaka
Kelurahan Induha 5 Ha Kecamatan Latambaga
Kelurahan Dawi-dawi 7 Ha Kecamatan Pomalaa

2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah

Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah pemerintah Kabupaten Kolaka


yang masuk dalam Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi adalah sebagai berikut :
Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, Dinas Pekerjaan Umum (Bidang Pengairan
dan Bidang Cipta Karya) Kabupaten Kolaka, Badan Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kabupaten Kolaka, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan
Penanaman Modal ( BAPPEDA & PM ) Kabupaten Kolaka, Badan
Pemberdayaan Masyarakat Desa.

ii - 29
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah


STRUKTUR ORGANISASI
PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KOLAKA

BUPATI DPRD

WAKIL BUPATI

SEKRETARIAT
DAERAH

INSTANSI DINAS DAERAH DINAS DAERAH SEKRETARIAT


VERTIKAL - Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan DPRD
- Dinas Sosial Penanaman Modal
- Dinas Kesehatan - Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan
- Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Masyarakat
- Dinas Perhubungan - Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan
- Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil - Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah Badan
- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Perpustakaan ,Arsip, Komunikasi dan Informatika
- Dinas Pekerjaan Umum - Badan Kepegawaian Daerah
- Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan - Inspektorat
- Dinas Pertanian - Badan Ketahanan Pangan
- Dinas Kelautan dan Perikanan - Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan
- Dinas Pertambangan dan Energi - Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
- Rumah Sakit Umum Daerah

KECAMATAN

KELURAHAN

ii - 30
Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Kolaka Tahun 2012

SKPD YANG MASUK DALAM POKJA SANITASI :

BUPATI

BAPPEDA & BADAN PEMBERDAYAAN BADAN LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN DINAS PEKERJAAN UMUM
PENANAMAN MODAL MASYARAKAT DESA HIDUP DAN KEBERSIHAN

Bidang Prasarana Bidang Sosial Budaya - Bidang Persampahan Bidang Pengendalian Bidang Cipta Karya
Wilayah & Lingkungan Masyarakat - Bidang Tata Lingkungan Masalah Kesehatan

ii - 31

Anda mungkin juga menyukai