Anda di halaman 1dari 43

Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan

PT. WOWONGTEHU INDAH

BAB I. Pendahuluan

1. ORGANISASI
PT. WOWONGTEHU INDAH yang berkedudukan di Manado berdiri berdasarkan akta
notaris Oky Annette K,SH nomor 10 tanggal 26 April 1999 yang bergerak di bidang jasa
konsultan di bawah keanggotaan Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO).
Guna mendukung oprasional pelaksanaannya, maka senantiasa
melengkapi/memperbaharui segala persyaratan administrasi sesuai dengan persyaratan dan
perundangan yang berlaku seperti Sertifikat Badan Usaha (SBU) INKINDO, Kartu Tanda
Anggota (KTA) INKINDO, Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi
(SIUJK), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan sebagainya. Disamping hal tersebut, selalu
memenuhi kewajiban pembayaran pajak dan melaporkan kewajiban pajak tahunan dan
bulanan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam melaksanakan kegiatan didukung pula oleh tenaga-tenaga ahli dan tenaga teknis
sesuai dengan latar belakang pendidikan dan kursus-kursus keahlian yang dibutuhkan dalam
bidang pekerjaan yang dilaksanakan untuk menunjang pembangunan berkelanjutan Sulawesi
Utara.

2. PENGALAMAN
Selama bertahun-tahun perusahaan ini beroperasi, ada beberapa kegiatan yang
dikerjakan dibidang Tata Lingkungan, Arsitektur dan Sipil. Sejak didirikan telah membina staf
tetap yang terdiri dari tenaga ahli Arsitek, Sipil, Mesin, Ekonomi, Amdal. Selain pengetahuan
di bidangnya masing-masing, personil utama telah mendapatkan pengalaman penting dalam
perencanaan awal, perencanaan teknik dan konstruksi, serta aspek-aspek pengawasan yang
ada dalam suatu proyek.
Untuk menjamin efisiensi proyek dan kualitas dari produk yang dihasilkan , maka staf
pendukung dari PT. WOWONGTEHU INDAHyang terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang
diperlukan juga dilengkapi dengan fasilitas modern termasuk perangkat keras dan perangkat
lunak.

JENIS PELAYANAN / BIDANG JASA KONSULTANSI


Jenis pelayanan yang ditawarkan oleh konsultan antara lain :
a. Survey dan investigasi
b. Amdal.
c. Planing & desain.

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

d. Engineering & Detail Engineering


e. Project Management & Supervisi.
f. Pemetaan
g. Project Management & Supervisi

PT. WOWONGTEHU INDAH didirikan dengan tujuan untuk memenuhi keinginan dari
beberapa instansi yang memerlukan jasa baik perencanaan maupun pengawasan. Penawaran
ini disusun dengan tujuan memberikan gambaran umum tentang perusahaan. Adapun lingkup
jasa konsultansi yang menjadi bidang kami adalah :
 Sipil / Transportasi
 Analisa Dampak Lingkungan
 Planning & Desain
 Engineering & Detail Engineering
 Manajemen Teknik & Supervisi Teknik
 Survey & Investigasi

LINGKUP LAYANAN
Dengan fasilitas dan tenaga ahli yang ada maka banyak jenis layanan jasa konsultant
teknik yang dapat diberikan oleh PT. WOWONGTEHU INDAH, meliputi:

SURVEY
 Foto Udara
 Topografi
 Geologi
 Hodrologi
 Tanah Pertanian

STUDI MAKRO
 Regional Planning
 Masterplan Pengembangan Kota dan wilayah

STUDI RINCI
 Studi Kelayakan
 Studi Kelembagaan
 AMDAL
 Studi Teknik

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

DESAIN RINCI
 Desain Teknis Bangunan dan Jaringan
 Mekanika Tanah dan Pondasi
 Quantity dan Estimasi Biaya

PROYEK
 Inspektor dan Supervisi Konstruksi
 Asistensi dan Konsultasi teknis

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

BAB II
DAFTAR PENGALAMAN PERUSAHAAN

Adapun daftar pengalaman PT. WOWONGTEHU INDAH dalam 7 tahun terakhir adalah
sebagai berikut (terlampir)

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

BAB III
PEMAHAMAN TERHADAP KAK

Kerangka Acuan Kerja (KAK) dimana memuat spesifikasi kegiatan yang harus dilakukan,
meliputi penjelasan latar belakang dan penjelasan umum mengenai layanan konsultan yang
dibutuhkan, rincian lingkup pekerjaan dari layanan keahlian yang dibutuhkan, sampai dengan
penjelasan produk yang harus diserahkan berupa laporan.

Karena itu sebagai langkah awal untuk memahami spesifikasi kegiatan yang harus dilakukan,
Konsultan akan mengkaji isi dari Kerangka Acuan Kerja (KAK) tersebut.

Setelah mengkaji secara mendalam maka Konsultan telah memahami sepenuhnya isi dan
Ruang Lingkup Pekerjaan yang terkandung dalam KAK untuk kegiatan “ Perencanaan Paket
Pembangunan Jembatan“.

Konsultan memahami pula sepenuhnya perubahan-perubahan atas KAK tersebut dimana


dilakukan setelah adanya Aanwijzing di Kantor.

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

BAB - 4
Tanggapan Terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK)

4.1 TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Kami beranggapan bahwa apa yang telah disajikan pada Kerangka Acuan Kerja (KAK)
dan dalam penjelasan Anwijzing dan yang telah dituangkan dalam Berita Acara
Penjelasan / Risalah cukup jelas yaitu maksud dan tujuan yang hendak dicapai dalam
pekerjaan Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan, namun ada beberapa hal
yang perlu kami tanggapi yaitu :

1. Dalam materi Lingkup Pekerjaan telah dijelaskan pekerjaan ini meliputi pekerjaan
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan dalam Risalah Aanwijzing telah
disebutkan nama jembatan yang akan direncanakan, namun belum menyebutkan
lokasi jembatan yang ditingkatkan/dibangun yang merupakan satu kesatuan dalam
pekerjaan ini.

2. Pada kerangka Acuan Kerja (KAK) tidak dijelaskan Man Month Penugasan personil
Konsultan, setelah penjelasan Aanwijzing telah dimasukkan dalam Berita
Acara/risalah Aanwijzing tentang Man Mounth Penugasan personil Konsultan yaitu
selama 30 (tiga puluh) hari kalender atau selama 1 (satu) bulan.

3. Dalam penjelasan Aanwijzing untuk Daftar Riwayat hidup (CV) Sub Profesional Staff
harus dimasukkan/dilampirkan dalam Usulan Teknis.

4. Untuk Biaya Perjalanan Dinas Site Engineer, Quality Engineer dan Quantity Engineer
tidak diperhitungkan/dianggarkan dalam perhitungan usulan Biaya, sebaiknya Biaya
Perjalanan Dinas untuk Tenaga Ahli tersebut harus diperhitungkan/dianggarkan,
karena dengan memperhatikan perencanaan pekerjaan pada lokasi yang tersebar.

Dari hal tersebut di atas yang kami tanggapi, diharapkan akan terciptanya suatu
kerjasama yang baik antara Penguna Jasa dengan Penyedia Jasa/Konsultan, dengan
dilakukannya koordinasi secara rutin dan bertukar pikiran yang disikapi secara positif
sangat diperlukan dalam penangan pekerjaan ini.

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

BAB V
URAIAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI

V.1. PEMAHAMAN ATAS JASA LAYANAN PEKERJAAN

Konsultan berpendapat bahwa secara umum, materi Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang
berfungsi sebagai pedoman bagi konsultan untuk melaksanakan seluruh proses
pelaksanaan pekerjaan ini, cukup ringkas namun jelas. Penjelasan cakupan pekerjaan
dan substansi pekerjaan cukup memadai. Spesifikasi teknis pekerjaan cukup jelas dan
dapat diikuti. Beberapa hal yang belum tercakup dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)
telah dijelaskan pada saat Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) sehingga Konsultan
dapat lebih memahami permasalahan.
Kualifikasi dan bidang keahlian personil (Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung), serta
jumlah personil dan jumlah Orang-Bulan yang diperlukan semua sudah ditetapkan
dalam Kerangka Acuan Kerja, sehingga dalam hal ini Konsultan tidak perlu lagi
menghitung jumlah Orang-Bulan/Man-Month personil.
Dengan dasar itu, Konsultan telah mencoba menjabarkan kerangka acuan kerja ini
kedalam bentuk rencana dan program kerja. Pemahaman terhadap sasaran pekerjaan
telah dicoba dituangkan dalam bentuk konsepsi pendekatan penanganan pekerjaan.
Diharapkan hal-hal tersebut akan dapat memperlancar proses pekerjaan yang akan
dilaksanakan nanti.
Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja tersebut, konsultan juga diharapkan dapat lebih
mudah memahami serta memberikan tanggapannya. baik yang terkait dengan
penyusunan bab-bab selanjutnya, maupun merupakan masukan untuk lebih
mengoptimalkan penugasan konsultan sesuai dengan yang diharapkan.
Berikut adalah beberapa tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja yang akan
ditindaklanjuti pada bab/bagian lain dari proposal teknis ini serta dalam penyusunan
proposal biaya, yaitu:
1. Materi Kerangka Acuan Kerja beserta lampiran-lampirannya yang diberikan sudah
memberikan uraian yang cukup jelas dan bisa dimengerti serta diikuti.
2. Kualifikasi dan bidang keahlian personil (Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung) serta
jumlah personil dan jumlah Orang-Bulan yang ditetapkan kerangka acuan kerja
sudah memadai untuk menghasilkan keluaran pekerjaan yang matang, terencana
dan efisien.
3. Di dalam Kerangka Acuan Kerja beserta Berita Acara Penjelasan/Aanwijzing, telah
dilampirkan daftar item/komponen pekerjaan lengkap dengan kuantitasnya,
sehingga memudahkan bagi konsultan dalam menyusun proposal biaya
4. Sesuai dengan poin 2 dan 3, konsultan akan menyusun penawaran biaya dengan
cermat, realistis dan dapat dipertanggung jawabkan sehingga biaya yang
ditawarkan konsultan untuk melaksanakan kegiatan ini tidak melampaui Pagu Dana.

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

V.2. PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI

V.2.1.Umum
Secara umum yang dimaksud dengan perencanaan Jembatan meliputi kegiatan-
kegiatan antara lain : penentuan lokasi jembatan, alignment vertical dan horizontal
terkait dengan trase jalan, kelas jembatan, perhitungan dimensi dan bentuk dari
struktur atas dan bawah jembatan, metode konstruksi serta perhitungan biaya. Disiplin
ilmu yang terlibat antara lain transportasi, lalu lintas, struktur jembatan, hidrologi,
geoteknik, geodesi serta quantity surveyor. Agar perencanaan menghasilkan struktur
yang efisien dan ekonomis, ada beberapa survey mendasar yang harus dilakukan,
diantaranya :
1. Survey Topografi
2. Survey Hidrologi
3. Survey Penyelidikan Tanah dan Geologi
4. Survey Transportasi / Lalu Lintas
Pemilihan dan tingkat ketelitian survey yang dilakukan sangat tergantung dari kondisi
lahan serta besar kecilnya proyek.

5.2.2.Diagram Alir
Di dalam melaksanakan pekerjaan ini agar menghasilkan hasil perencanaan yang
efisien, ekonomis dan selesai tepat waktu sesuai dengan kontrak, maka kami
menyusun alur pelaksanaan pekerjaan seperti yang terlihat pada gambar di lembar
berikut ini :
Kami membagi menjadi 5 (lima) tahapan kegiatan dimana hasil masing-masing
tahapan akan merupakan acuan atau titik tolak untuk tahapan berikutnya

Skema tahapan adalah sebagai berikut :

USULAN TEKNIS
Diagram V1
Skema Tahapan Pekerjaaan
TAHPENDAHULUAN TAHAP PENGUMPULAN DATA TAHAP PRA-RANCANGAN TAHAP RENCANA DETAIL (DED) TAHAP AKHIR

SPMK Rencana
Analisa struktur
Geometrik
gravitasi dan dinamis
Jembatan

Survey Lapangan
Finalisasi - Topografi
- Administrasi Perencanaan dimensi
bentang - Hidrologi Laporan
Proyek dan pembesian struktur
jembatan Hasil
- Mobilisasi - Geoteknik / Geologi
Survey atas dan bawah
Personil - Lalu Lintas Diskusi
- Penyusunan Finalisasi dengan
Rencana Kerja Rencanaan detail Metode BPKS
material
- Persiapan konstruksi
Penyusunan Diskusi
struktur atas
Diskusi
Fasilitas laporan akhir dengan
dengan Kompilasi
perencanaan BPKS
Perencanaan
BPKS dan detail dan Analisa
fasilitas
Instansi / bangunan
Prakiraan Data
dimensi pelengkap
struktur Perbaikan
terkait
Tidak Tidak
atas jembatan
Penyusunan spesifikasi
Penyusunan
khusus Diskusi dengan
Survey dokumen
Perhitungan BPKS
Pendahuluan tender Perbaikan
pondasi
Diskusi
jembatan
- Rincian volume
dengan BPKS
- Rincian RAB
dan Instansi
Alternatif Design
terkaitbiaya
Estimasi - Bentang jembatan
Pembuatan gambar kerja - Altarnatif struktur
dan detail-detail khusus atas Review
Laporan
- Altarnatif struktur Alternatif
Survey
bawah Design
Pendahuluan Penyusunan
-Pemilihan material
spesifikasi - Alternatif Metode
umum ya
konstruksi
ya

USULAN TEKNIS
IV - 9
V.2.3. Perencanaan Teknis Jembatan

Pada pelaksanaan Perencanaan Teknis Jembatan pekerjaan yang dilaksanakan


adalah:
1. Pengumpulan dan Analisa Data Lapangan
a. Survey pendahuluan;
Survey pendahuluan atau reconnaissance survey meliputi kegiatan
pengumpulan data sekunder untuk dipergunakan dalam pelaksanaan detail
survey dan pengumpulan data lainnya untuk melengkapi data survey detail
dan kebutuhan disain.
Survey Pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan antara lain :
1. Melaksanakan konfirmasi dan koordinasi dengan instansi terkait di
daerah sehubungan dengan akan dilaksanakan survey.
2. Mengumpulkan peta dasar berupa peta topografi skalan 1 : 250.000 s/d
1 : 25.000 peta pemanfaatan lahan dengan skala yang ada, photo udara
(jika memang diperlukan) dan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan gambar yang akan direncanakan.
3. Mengumpulkan informasi tentang :
 Harga satuan upah/bahan dasar dari Dinas PU Bina Marga setempat.
 Harga satuan upah/bahan dasar dari proyek yang sedang berjalan di
sekitar lokasi pekerjaan.
 Posisi utilitas yang ada maupun rencana disekitar lokasi.
 Data / curah hujan dan peil banjir.
 Bahan-bahan konstruksi yang tersedia dan lokasi sumber material
yang kemungkinan dapat dipakai untuk konstruksi.
4. Menentukan titik-titik dan memasang patok-patok yang diperlukan
sebagai titik referensi pengukuran detail topografi/geometrik dan
penyelidikan tanah.
5. Mencatat lokasi-lokasi struktur yang memerlukan penanganan lebih
lanjut.
6. Menentukan lokasi yang untuk keperluan test-test yang lebih detail.
7. Mempelajari lokasi jembatan dan daerah-daerah sekitarnya serta
membuat sketsa daerah rencana jembatan dan disekitarnya.
8. Membuat Foto dokumentasi lapangan, yang meliputi :
 Kondisi jalan dari kedua arah yang berlawanan.
 Foto lokasi-lokasi tertentu yang dapat menggambarkan kondisi lokasi
jembatan.
 Lokasi Quarry.
9. Mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk kemungkinan
diperlukan pemasangan-pemasangan gorong-gorong dan bangunan
pelengkap lainnya.
10. Inventarisasi stasionstasion pengamat curah hujan pada daerah rencana
jembatan melalui stasion-stasion pengamat yang telah ada ataupun
pada jawatan meteorologi setempat.
11. Menganalisa secara visual keadaan tanah dasar pada lokasi jembatan.

USULAN TEKNIS
12. Menyusun laporan survey pendahuluan yang antara lain berisikan
pekerjaan tahapan, rekomendasi dan arahan-arahan untuk selanjutnya.

Diagram V-2
Rencana Kerja Survey Pendahuluan

Meninjau Rencana
Lokasi Jembatan

- Diskusi dengan Pimpro


- Menyiapkan kelengkapan Laporan Survey
administrasi untuk Pendahuluan
keperluan survey
Diskusi dan
mengumpulkan
informasi dari
instansi-instansi
terkait

Presentasi / Diskusi ke
Kesimpulan sebagai
PPK Jasa Konsultan SatKer
arahan pekerjaan
PKPBPBS
selanjutnya

b. Survey Topografi
A. Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan
data koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana
jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi
dengan skala 1 : 1000 yang akan digunakan untuk perencanaan geometrik
jalan, serta 1 : 500 untuk perencanaan jembatan dan penanggulangan
longsoran.

B. Lingkup Pekerjaan
a. Pemasangan patok-patok
Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm
atau pipa pralon ukuran 4 inci yang di isi dengan adukan beton dan di
atasnya dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman,
mudah terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km dan pada setiap
lokasi rencana jembatan dipasang minimal 3, masing-masing 1 (satu)
pasang, di setiap sisi sungai/alur dan 1 (buah) disekitar sungai yang
posisinya aman dari gerusan air sungai.
Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak di atas
tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang Prasarana
Wilayah, notasi dan nomor BM dengan warna hitam.

USULAN TEKNIS
Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo sebagai
dokumentasi yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.
Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu
yang cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang
sekurang-kurangnya 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas
diratakan diben' paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak
diberi nomor dan dicat wama kuning. Dalam keadaan khusus, perlu
ditambalikan patok bantu. Untuk memudahkan pencarian patok,
sebaiknya pada daerah sekitar patok diberi tanda-tanda khusus.
Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok,
misalnya di atas permukaan jalan beraspal atau di atas permukaan batu,
maka titik-titik poligon dan sifat datar ditandai dengan paku seng
dilingkari cat kuning dan diberi nomor.
b. Pengukuran titik kontrol horizontal (apabila menggunakan alat
konvensional).
 Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon,
dari semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.
 Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter,
diukur dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun
elektronis.
 Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan
ketelitian baca dalam detik. Disarankan untuk menggunakan
theodolit jenis T2 atau yang setingkat.
 Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhlr
pengukuran dan untuk setiap interval  5 km di sepanjang trase
yang diukur. Apabila pengamatan matahari tidak bisa dilakukan,
disarankan menggunakan alat GPS Portable (Global Positioning
System). Setiap pengamatan matahari harus dilakukan dalam 2 seri
(4 biasa dan 4 luar biasa)
c. Pengukuran titik kontrol vertikal (apabila menggunakan alat
konvensional)
 Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali
berdiri/pembacaan pergi-pulang.
 Pengukuran sifat datar harus mencakup semua titik pengukuran
(poligon, sifat datar, dan potongan melintang) dan titik BM.
 Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala
benar, jelas dan sama.
 Pada setiap pengukuran sifat datar harus dilakukan pembacaan
ketiga benangnya, yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT),
dan Benang Bawah (BB), dalam satuan milimeter. Pada setiap
pembacaan harus dipenuhi : 2 BT = BA + BB.
 Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah slag
(pengamatan) yang, genap
d. Pengukuran situasi (apabila menggunakan alat konvensional)

USULAN TEKNIS
 Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang
mencakup semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia
yang ada disepanjang jalur pengukuran, seperti alur, sungai, bukit,
jenbatan, rumah, gedung dan sebagainya.
 Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran
dan kerapatan titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi
yang benar. Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya : sungai,
persimpangan dengan jalan yang sudah ada) pengukuran harus
dilakukan dengan tingkat kerapatan yang lebih tinggi.
 Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.
e. Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang harus dilakukan
dengan persyaratan sebagai berikut :
Interval Interval (m)
Lebar Koridor (m) Jembatan /
Kondisi
(m) Jalan Longsoran
baru
- Datar, landai, dan lurus 75 + 75 50 25
- Pegunungan 75 + 75 25 25
- Tikungan 50 (luar) + 100 25 25
(dalam)
Untuk pengukuran penampang melintang harus digunakan alat theodolit
(apabila menggunakan alat konvensional).

f. Pengukuran pada perpotongan rencana trase jembatan dengan sungai


atau jalan :
 Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing minimum
200 m dari perkiraan garis perpotongan atau daerah sekitar sungai
(hulu/hilir) yang masih berpengaruh terhadap keamanan jembatan
dengan interval pengukuran penampang melintang sungai sebesar
25 meter.
 Koridor pengukuran searah rencana trase jembatan masing-masing
minimum 100 in dari garis tepi sungai/jalan atau sampai pada garis
pertemuan antara oprit jembatan dengan jalan dengan interval
pengukuran penampang melintang rencana trase jalan sebesar 25
meter.
 Pada posisi lokasi jembatan interval pengukuran penampang
melintang dan memanjang baik terhadap sungai mauqun jalan
sebesar 10 m, 15 m, dan 25 m.
Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang dibentuk
alam maupun manusia disekitar persilangan tersebut.

C. Persyaratan
1. Pemeriksaan dan koreksi alat ukur (apabila menggunakan alat
Konvensional)

USULAN TEKNIS
Sebelum melakukan pengukaran, setiap alat ukur yang akan
digunakan harus diperiksa dan dikoreksi sebagai berikut :
a. Pemeriksaaan theodolit
 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
 Sumbu 11 tegak lurus sumbu 1.
 Garis bidik tegak lurus sumbu II
 Kesalahan kolimasi horizontal = 0.
 Kesalalian indeks vertikal = 0.
b. Pemeriksaan alat sifat datar :
 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
 Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat
dan dilampirkan dalam laporan.
2. Ketelitian dalam Pengukuran (apabila menggunakan alat
konvensional)
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
a. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10 n ; (n adalah
jumlah titik poligon dari pengamatan matahari pertama ke
pengamatan matahari selanjutnya atau dari pengukuran GPS
pertama ke pengukuran GPS berikutnya).
b. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dan' 5".
3. Perhitungan (apabila menggunakan alat konvensional)
 Pengamatan Matahari
Dasar perhitungan pengamatan matahari harus mengacu pada
tabel almanak matahari yang diterbitkan oleh Direktorat
Topografi TNT-AD untuk tahun yang sedang berjalan dan harus
dilakukan di lokasi pekerjaan
 Pengamatan Koordinat
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara
pengamatan matahari yang satu dengan pengamatan
berikutnya. Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar nilai
rata-rata, tapi harus diberikan berdasarkan panjang kaki sudut
(kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi yang lebih
besar), dan harus dilakukan di lokasi pekejaan.
 Perhitungan Sifat Datar
Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4 desimal
(ketelitian 0,5 mm), dan harus dilakukan kontrol perhitungan
pada setiap lembar perhitungan dengan menjumlahkan beda
tingginya.
 Perhitungan Ketinggian Detail
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur
yang dipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara
tachimetris.
 Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan sistem
komputerisasi

USULAN TEKNIS
4. Penggambaran
 Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala I : 1.000
untuk jalan dan 1:500 untuk jembatan.
 Garis-garis grid dibuat setiap 10 cm.
 Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga
absis (x) dan ordinat (y)-nya.
 Pada setiap lembar gambar dari/atau setiap 1 meter panjang
gambar harus dicantumkan petunjuk arah Utara.
 Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan
dan tidak boleh dilakukan secara grafis.
 Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi
tanda khusus.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan
penampang melintang harus digambarkan pada gambar polygon,
sehingga membentuk gambar situasi dengan interval garis
ketinggian (contour) untuk yang tebing aman sedangkan untuk
daerah datar 0,25 meter. Semua gambar topographi harus disajikan
dengan menggunakan software komputer.

c. Survey Geologi dan Geoteknik

A. Tujuan
Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam pekerjaan ini adalah
untuk melakukan pemetaan penyebaran tanah/batuan dasar termasuk
kisaran tebal tanah pelapukan, memberikan informasi mengenai stabilitas
tanah, menentukan jenis dan karakteristik tanah untuk keperluan bahan
jalan dan struktur, serta mengidentifikasi lokasi sumber bahan termasuk
perkiraan kuantitasnya. Sangat disarankan untuk menggunakan Geoguide
bilamana terdapat suatu kondisi tanah dasar yang lunak (Soft Soil)

B. Lingkup Pekerjaan
1. Penyelidikan Geologi
Penyelidikan meliputi pemetaan geologi permukaan detail dengan peta
dasar topografi skala 1:250.000 s/d skala 1:100.000. Pencatatan kondisi
geoteknik disepanjang rencana trase jalan untuk setiap jarak 500 - 1000
meter dan pada lokasi jembatan.
a. Penyelidikan lapangan
Meliputi pemeriksaan sifat tanah (konsistensi, Jenis tanah, warna,
perkiraan prosentase butiran kasar/halus) sesuai dengan Metoda
USCS.

b. Pemetaan
Jenis batuan yang ada disepanjang trase jalan dipetakan, batas-
batasnya ditetapkan dengan jelas sesuai dengan data pengukuran

USULAN TEKNIS
untuk selanjutnya diplot dalam gambar rencana dengan skala 1:2000
ukuran A3. Pemetaan mencakup jenis struktur geologi yang ada
antara lain : sesar/patahan, kekar, perlapisan batuan, dan perlipatan.
Lapukan batuan dianalisis berdasarkan pemeriksaan sifat fisik/kimia,
kemudian hasilnya diplot di atas peta geologi teknik termasuk
didalamnya pengamatan tentang : gerakan tanah, tebal pelapukan
tanan dasar, kondisi drainase alami, pola aliran air permukaan dan
tinggi muka air tanah, tata guna lahan, kedalaman (apabila rencana
trase jalan tersebut harus melewati (daerah rawa).

2. Penyelidikan Geoteknik
Kegiatan penyelidikan geoteknik meliputi :
a. Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25 - 40 kg untuk setiap
contoh tanah. Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas
(nomor sumur uji, lokasi, kedalaman). Penggalian sumuran uji
dilakukan pada setiap jenis satuan tanah yang berbeda atau
maksimum 5 km bila jenis tanah sama, dengan kedalaman 1-2 m.
Setiap sumuran uji yang digali dan contoh tanah yang diambil harus
difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor sumur uji, dan
lokasi. Ukuran test pit panjang 1,5 m (Utara-Selatan) lebar 1,0 m,
Log sumuran uji digambarkan dalam 4 bidang, dengan diskripsi yang
lengkap dan 1 kolom untuk unit satuan batuan.
b. Pengambilan contoh tanah tak terganggu
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara bor
tangan menggunakan tabung contoh tanah ("split tube" untuk tanah
keras atau "piston tube" untuk tanah lunak). Setiap contoh tanah
harus diberi identitas yang jelas (nomor bor tangan, lokasi,
kedalaman). Pemboran tangan dilakukan pada setiap lokasi yang
diperkirakan akan ditimbun (untuk perhitungan penurunan) dengan
ketinggian timbunan lebih dari 4 meter dan pada setiap lokasi yang
diperkirakan akan digali (untuk perhitungan stabilitas lereng) dengan
kedalaman galian lebih dari 6 meter; dengan interval sekurang -
kurangnya 100 meter dan/atau setiap perubahan jenis tanah dengan
kedalaman sekurang-kurangnya 4 meter. Setiap pemboran tangan
dan contoh tanah yang diambil harus difoto. Dalam foto harus
terlihat jelas identitas nomor bor tangan, dan lokasi. Semua contoh
tanah harus diamankan baik selama penyimpanan di lapangan
maupun dalam pengangkutan ke laboratorium.
c. Pemboran Mesin (dilakukan untuk perencanaan pondasi jembatan).
Pemboran mesin dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan berikut
1. Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-94
2. Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem putar
(rotary drilling) dengan diameter mata bor minimum 75 mm.

USULAN TEKNIS
3. Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan
maksimum 1 putaran per detik.
4. Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik
5. Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang
lunak dilakukan dengan menggunakan bentonite (drilling mud)
atau casing dengan diameter minimum 100 mm
6. Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin
bahwa tidak terjadi tekanan yang berlebih pada tanah
7. Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m
atau lebih. Posisi dasar casing minimal berjarak 50 cm dari
posisi pengambilan sampel berikutnya
8. Untuk jembatan bentang tunggal minimal setiap titik abutment
sedang untuk bentang jamak minimal 2 pien satu titik bor
d. Pemboran Tangan (perencanaan jalan baru atau pelebaran jalan  1
lajur). Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu pada ASTM D
4719, untuk jalan baru atau pelebaran jalan lebih dari satu lajur
maka dilakukan pengeboran setiap interval 1 Km.
e. Pengujian Kompaksi Batu Gamping
Suatu studi untuk menilal kelayakan batu gamping sebagai bahan
timbunan dilakukan dengan memperhatikan :
 Perilaku pemadatan laboratorium.
 Persyaratan material untuk timbunan termasuk yang berkaitan
dengan kekuatan dan konsistensi material.
 Sifat kimia yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan dan air
terhadap durabilitas kinerja timbunan.
f. Sondir (Pneutrometer Static)
Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras,
menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung
konus dan daya lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki, alat ini
hanya dapat digunakan pada tanah berbutir halus, tidak boleh
digunakan pada daerah aluvium yang mengandung komponen
berangkal dan kerakal serta batu gamping yang berongga, karena
hasilnya akan memberikan indikasi lapisan tanah keras yang salah.
Ada dua macam alat sondir yang digunakan
1. Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton
2. Sondir berat dengan kapasitas 10 ton
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm,
pekerjaan sondir dihentikan apabila pembacaan pada manometer
berturut-turut menunjukan harga >150 kg/cm2, alat sondir
terangkat keatas, apabila pembacaan manometer belum
menunjukan angka yang maksimum, maka alat sondir perlu diberi
pemberat yang diletakkan pada baja kanal jangkar.
Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan
penetrasi konus dan jumlah hambatan pelekat (JHP). Grafik yang

USULAN TEKNIS
dibuat adalah perlawanan penetrasi konus (qc) pada tiap kedalaman
dan jumlah hambatan pelekat (JHP) secarakumulatif.
Untuk jembatan bentang tunggal minimal setiap titik abutment
sedang untuk bentang jamak minimal 2 pien satu titik bor

3. Lokasi Quarry
 Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur
jembatan, maupun untuk bahan timbunan (borrow pit) diutamakan
yang ada disekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus
menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan.
 Penjelasan mengenal quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan,
perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-
kesulitan yang mungkin timbul dalam proses penambangannya,
dilengkapi dengan foto-foto.

C. Persyaratan
a. Pengujian Lapangan
Metoda pekerjaan lapangan lainnya harus sesuai dengan persyaratan
seperti yang dijelaskan pada Tabel 1 pengujian lapangan pada
berikut :

No. Pengujian Acuan Keterangan


1. Resistivyti ASTM G57 – 78
2. Standard Penetration ASTM D1586 – 94 Pada daerah
Test termasuk Split rencana jembatan,
Spoon Sampling harus mencapai
kedalaman lapisan
keras
3. Stand Pipe AASHTO T252 – 84

b. Pekerjaan Laboratorium
Pekerjaan Laboratorium dilaksanakan sesuai ketentuan yang
tercantum pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2 Spesifikasi Pengujian Tanah di Laboratorium


No. Pengujian Acuan Keterangan
SIFAT INDEKS
1. Kadar air ASTM D 2216 – 92
2. Batas susut ASTM D 427 – 93
3. Batas plastik ASTM D 4318 – 93 - Fresh Condition
4. Batas cair SK-SNI M–07–1989–F - oven dried 1000C
5. Analisa saringan SNI–03–3423– 1994
6. Berat jenis ASTM D 854 – 92 Gunakan Wet method
7. Berat isi SNI–1742–1989
8. SIFAT KUAT GESER

USULAN TEKNIS
No. Pengujian Acuan Keterangan
TANAH
9. Direct Shear SNI–03–2813– 1992 - Fresh sample dengan
penjenuhan
ASTM D 3080 – 90 - Fresh sample tanpa penjenuhan
- Fresh sample dioven 700C
selama
satu hari
SIFAT
PEMAMPATAN
TANAH
10. Swelling ASTM D 4546 – 90 - Fresh Condition
- Dioven 400C dan 700C selama
satu
hari
KEPADATAN
11. Pemadatan
SIFAT KELULUSAN
12. Permeabilitas K.H. Head, Vol. 2, 1984 Manual of Soil Laboratory Testing.
Gunakan metode Falling Head

d. Survey Lalu Lintas

A. Tujuan
Survey lalu lintas bertujuan untuk mengetahui kondisi lalu lintas, kecepatan
kendaraan rata-rata, serta menginventarisasi jumlah setiap jenis kendaraan
yang melewati ruas jalan tertentu dalam satuan waktu, sehingga dapat dihitung
lalu lintas harian rata-rata sebagai dasar perencanaan selanjutnya.
Untuk proyek ini survey lalu lintas hanya berdasarkan data data sekunder saja.

e. Survey Perkerasan Jalan

A. Tujuan
Survey Perkerasan Jalan ini bertujuan untuk mengetahui data struktural
perkerasan yang ada, dengan meliputi lendutan suatu konstruksi jalan,
kekasaran jalan, daya dukung tanah dasar dan susunan/lapisan perkerasan.
Untuk proyek ini survey perkerasan jalan hanya berdasarkan data data
sekunder saja.

f. Inventarisasi Jalan dan Jembatan

A. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data secara umum
mengenai kondisi perkerasan maupun kondisi jembatan yang terdapat pada
ruas jalan yang ditinjau.

USULAN TEKNIS
B. Lingkup Pekerjaan
a. Inventarisasi Jalan
Pemeriksaan dilakukan dengan mencatat kondisi rata-rata setiap 200 m
yang tercatat selama berkendaraan. Untuk kondisi tertentu yang
memerlukan data yang lebih rapat, interval jarak dapat diperpendek .
Data yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:
1. Lebar perkerasan yang ada dalam meter.
2. Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS, Lasbutag, Penetrasi
Macadam dan lain - lain.
3. Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas yang ada seperti
saluran samping, gorong-gorong, bahu, berm, kondisi drainase samping,
jarak pagar/bangunan pendukung/tebing kepinggir perkerasan.
4. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan lokasi
yang ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya.
b. Inventarisasi Jembatan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai
existing jembatan yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.
Informasi yang harus diperoleh dari pemeriksaan ini adalah sebagai berikut
1. Nama, lokasi, tipe dan kondisi jembatan.
2. Dimensi jembatan yang meliputi bentang, lebar ruang bebas dan jenis
lantai.
3. Perkiraan volume pekerjaan bila diperlukan pekerjaan perbaikan atau
pemeliharaan.
4. Data yang diperoleh dicatat dalam satu format yang standar.
5. Foto dokumentasi minimum 2 (dua) lembar untuk setiap jembatan yang
diambil dari arah memanjang dan melintang. Foto ditempel pada format
yang standar.
2. Perencanaan Geometri dan Alinyemen Jembatan
a. Kendala alinyemen horisontal dan vertical;
b. Kendala geoteknik;
c. Profil topografi;
d. Kendala di bawah lintasan atau sungai/laut;
e. Kebutuhan tinggi bebas vertikal.
3. Penentuan Bentang dan Lebar Jembatan
a. Profil topografi;
b. Teknolgi konstruksi (kemudahan dalam pelaksanaan);
c. Faktor ekonomis;
d. Kebutuhan lalu lintas berdasarkan hasil survai lalu lintas;
e. Prediksi lalu lintas masa depan;
f. Kemungkinan dan kemudahan pelebaran jembatan pada masa akan datang.
4. Pemilihan Bentuk Struktur Jembatan
a. Kendala geometri;

USULAN TEKNIS
b. Kendala material dan ketersediaannya;
c. Kecepatan pelaksanaan;
d. Kesulitan perencanaan dan pelaksanaan;
e. Pemeliharaan jembatan;
f. Biaya konstruksi.
5. Perencanaan Struktur Bawah Jembatan
Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek
kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan tekanan
tanah vertikal ataupun horisontal dan harus mengikuti aturan-aturan yang
ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS
’92, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:
a. Struktur bawah jembatan harus direncanakan untuk menanggung beban
struktur atas melalui komponen tumpuan, yang sudah merupakan
kombinasi terbesar dari semua beban struktur atas, beserta beban-beban
yang bekerja pada struktur bawah yaitu: tekanan tanah lateral, gaya-gaya
akibat aliran air, tekanan air, gerusan, tumbukan serta beban-beban
sementara lainnya yang dapat bekerja pada komponen struktur bawah.
b. Kekuatan struktur bawah harus ditentukan berdasarkan analisis struktur dan
cara perencanaan kekuatan yang ditetapkan di dalam peraturan yang
berhubungan dengan material yang digunakan.
c. Perletakan jembatan harus direncanakan berdasarkan asumsi yang diambil
didalam modelisasi struktur dengan memperhatikan kekuatan dan
kemampuan deformasi komponen perletakan seperti karet elastomer yang
mengacu kepada SNI 03-4816-1998 “Spesifikasi bantalan karet untuk
perletakan jembatan”.
d. Deformasi yang potensial terjadi khususnya penurunan harus diperhatikan
didalam perencanaan struktur bawah. Penurunan harus diantisipasi dan
dihitung dengan cara analisis yang benar berdasarkan data geoteknik yang
akurat, dimana pengaruh dari potensial penurunan diferensial dari struktur
bawah, bila ada harus diperhitungkan dalam perencanaan struktur atas.
e. Jika gerusan dapat mengakibatkan terkikisnya sebagian tanah timbunan di
atas atau di samping suatu bagian struktur bawah jembatan maka pengaruh
stabilitas dari massa tanah harus diperhitungkan secara teliti.
f. Umur layan rencana struktur bawah harus direncanakan berdasarkan
perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan khususnya bila
berada dibawah air yang diaplikasikan pada rancangan komponen struktur
bawah khususnya selimut beton, permeabiitas beton atau tebal elemen baja
terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi material.
Bangunan bawah jembatan terdiri dari :
 Kepala jembatan (Abutment)
 Pilar (Pier)
 Pondasi

1. Abutments
Abutment jembatan terletak pada ujung dari jembatan.

USULAN TEKNIS
Fungsi abutment adalah :
1. Mentransfer beban dari struktur atas ke pondasi.
2. Sebagai dinding penahan tanah.
3. Menahan gerusan (scouring) jika jembatan terletak pada sungai.

Bagian – bagian dari abutment adalah sebagai berikut :


BACK/PARAPET WALL
BEARING PAD

WING TIMBUNAN
WALL

DINDING
ABUTMENT

FOOTINGS

2. Pier
Dimasa lampau, pemilihan bentuk pier yang dilakukan ahli struktur jembatan
lebih cenderung dengan pertimbangan fungsional, estetika bentuk pier
dilakukan hanya berdasarkan intuisi. Namun dewasa ini, estetika dari sebuah
jembatan seharusnya melibatkan tenaga ahli yang berkompeten, misalnya
arsitektur. Pemilihan bentuk, warna, pencahayaan dan proporsional.
Secara keseluruhan akan membentuk struktur jembatan yang indah dan selaras
dengan lingkungan.
Untuk acuan awal dimensi dari bentuk-bentuk pier dapat dilihat
pada lembar berikut ini :

USULAN TEKNIS
8-10 M
1M

SLOPE
1:6
0.75 M

8-10 M
1M

SLOPE 0.75 M
1:6
0.75 M

PIER BENTUK HAMMER


H
0.3H 0.4H 0.3H

0.7 M
0.15H

SLOPE V
1:12

H
Untuk ratio  2,25 Single Hammer
V
H
0.2H 0.1H 0.4H 0.1H 0.2H

0.7 M 0.1H

H
Untuk 2,25   3 max H = 12 m
V
6. Perencanaan Pondasi Jembatan
Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek

USULAN TEKNIS
kekuatan dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan beban
struktur atas dan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam
Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92, faktor-faktor
yang perlu diperhatikan adalah:
a. Analisis dapat dilakukan terpisah atau terintegrasi dengan analisis struktur
jembatan. Penggunaan paket software komersil, harus dilakukan validasi
terlebih dahulu dengan menggunakan contoh dari text book dan dicek
secara manual untuk mendapatkan keyakinan.
b. Pondasi jembatan pada umumnya dapat dipilih dari jenis:
1) Pondasi dangkal/pondasi telapak
2) Pondasi caisson
3) Pondasi tiang pancang (jenis end bearing atau friction)
4) Pondasi Tiang Bor
5) Pondasi jenis lain yang dianggap sesuai
c. Penentuan jenis dan kedalaman pondasi dilakukan berdasarkan kondisi
lapisan tanah dan kebutuhan daya dukung untuk struktur bawah serta
batasan penurunan pondasi. Secara umum kondisi dan kendala lapangan
yang harus dipertimbangkan adalah:
1. Pembebanan dari struktur jembatan
2. Daya dukung pondasi yang dibutuhkan
3. Daya dukung dan sifat kompresibilitas tanah atau batuan
4. Penurunan yang diijinkan dari struktur atas/bawah jembatan
5. Tersedianya alat berat dan material pondasi
6. Stabilitas tanah yang mendukung pondasi
7. Kedalaman permukaan air tanah
8. Perilaku aliran air tanah
9. Perilaku aliran air sungai serta potensi gerusan dan sedimentasi
10.Potensi penggalian atau pengerukan di kemudian hari yang berdekatan
dengan pondasi
d. Khususnya untuk penggunaan pondasi tiang, penentuan jenis dan panjang
tiang harus dilakukan berdasarkan kondisi lapangan di lokasi rencana
jembatan, khususnya kondisi planimetri serta berdasarkan atas evaluasi
yang cermat dari berbagai informasi karakteristik tanah yang tersedia,
perhitungan kapasitas statik vertikal dan lateral, dan/atau berdasarkan
riiwayat/pengalaman sebelumnya.

Hasil dari analisis mendalam dengan pertimbangan di atas akan menghasilkan


tipe pondasi yang stabil, tidak membahayakan bangunan sekitar dan ekonomis.
Dewasa ini material pondasi terbatas pada beton atau baja, sementara tipe
pondasi sangat bervariasi terutama pada pondasi dalam.

Diagram V-3
Tipe-tipe pondasi yang lazim dilaksanakan.

USULAN TEKNIS
Pondasi Telapak
Pondasi Dangkal
Pondasi Lajur Tiang Pra-cetak/
Tiang Pancang
Pondasi Tiang

Tiang Bor
Pondasi Dalam

Open Caisson
Pondasi Caisson
Pneumatic Caisson

Jenis pondasi sangat tergantung dari kedalaman layer tanah yang akan di pilih
sebagai bearing layer. Di bawah ini adalah diagram kedalaman tanah
pendukung dengan jenis pondasi yang dapat dilaksanakan.

Kedalaman Bearing
Layer (m) 10 30 40 50 > 60
20
Pondasi Dangkal
Pipa baja
Pondasi Profil H Baja
Tiang Precast
Bore
Caisson Open
Pneumatic
Pondasi

Fungsi utama dari pondasi adalah mentransfer beban-beban dari struktur atas
ke layer tanah pendukung. Sehingga struktur pondasi harus mempunyai
kekakuan dan kekuatan yang memadai.
Hal-hal yang harus di kontrol untuk berbagai pondasi adalah sebagai
berikut :
Jenis Item Daya Dukung Defleksi
Guling Geser
Pondasi Vertikal Horisontal Horisontal
Pondasi Dangkal     
Pondasi Caisson     
Pondasi Tiang     

USULAN TEKNIS
Defleksi horizontal dibatasi 1% dari lebar pondasi, tetapi tidak boleh lebih dari 5
cm. Khusus untuk pondasi tiang, defleksi horizontal dibatasi tidak lebih dari 1,5
cm. Pembatasan defleksi horizontal dimaksudkan agar defleksi yang terjadi
pada pondasi masih berada di dalam batas elastik, sehingga stabilitas pondasi
tetap terjaga.

Diagram IV-4
Alir Pemilihan Jenis Pondasi

Survey Detail - Reaksi struktur atas


(*) - Konisi struktur atas

Penentuan layer tanah pendukung


(Bearing Layer)

Jenis pondasi Tidak


tidak perlu B
aplicable
dipelajari
Aplicable

Jenis pondasi yang


perlu dipelajari

Tidak Aplicable
C G
aplicable

Tidak
Aplicable
Tidak aplicable Aplicable
D G
aplicable
Tidak
aplicable
Aplicable
Tidak Aplicable
E G
aplicable
Tidak
aplicable
Aplicable Aplicable
Tidak
F G
aplicable

USULAN TEKNIS
Tidak
aplicable

Jenis pondasi yang perlu didesain untuk


Pondasi tersebut tidak
bahan-bahan perbandingan
perlu di desain alternatif

Preliminary Desain

Altenatif tidak Tidak dilakukan


H terbaik detail desain
Altenatif terbaik

Detail Desain

) Keterangan Notasi Pada Diagram Alir Pemilihan Jenis Pondasi


* : Terdiri dari survey penyelidikan tanah, topografi, hidrologi, dan
sebagainya yang dapat mempengaruhi pemilihan pondasi.
A : Analisa data tanah
B : Pemilihan jenis pondasi yang sesuai dengan kondisi layer tanah
yang dipilih sebagai bearing layer.
C,D,E,F : Analisis berbagai pertimbangan seperti : metode pelaksanaan
kondisi lingkungan, akses ke site dan sebagainya.
G : Kemungkinan adanya perbaikan-perbaikan dan perubahan-
perubahan dan sebagainya.
H : Membuat matriks untuk mendapatkan alternative terbaik.

7. Perencanaan Struktur Atas Jembatan


Perencanaan struktur atas jembatan harus direncanakan sesuai dengan
aturanaturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge
Design Code) BMS ’92 atau peraturan lain yang relevan yang disetujui oleh
pemberi tugas.
Bangunan atas terdiri dari :
 Lantai kendaraan
 Sistem yang menopang lantai tersebut, misal : Girder, Rangka, Kabel, dan
sebagainya.
Elemen-elemen bangunan atas antara lain terdiri :
1. Elemen yang mentransfer beben lalu lintas ke bangunan bawah, umumnya
paralel / sejajar dengan sumbu longitudinal jembatan. Elemen ini disebut
struktur utama jembatan.
2. Elemen yang mentransfer tekanan / gaya dari beban lalu lintas ke elemen
struktur utama jembatan. Elemen ini terletak tegak lurus terhadap sumbu
jembatan dan menghubungkan struktur utama jembatan dalam arah
transversal.

USULAN TEKNIS
3. Elemen yang mentransfer beban-beban horizontal akibat gaya angin dan
gaya centrifugal. Elemen ini terletak pada bidang horizontal, biasanya pada
bidang sayap dari struktur utama jembatan. Elemen ini disebut ikatan angin
Prinsip-prinsip dasar untuk perencanaan struktur jembatan adalah Limit States
atau Rencana Keadaan Batas, dengan memperhatikan beberapa faktor berikut
ini:
a. Pembebanan pada struktur atas jembatan harus dihitung berdasarkan
kombinasi dari semua jenis beban yang secara fisik akan bekerja pada
komponen struktur jembatan.
b. Kekuatan struktur atas jembatan harus direncanakan berdasarkan analisis
struktur dan cara perhitungan gaya-gaya dalam yang ditetapkan di dalam
standar/ peraturan yang disebut diatas dan khususnya berhubungan dengan
material yang dipilih.
c. Deformability, lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan harus
dihitung dengan cermat, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang
agar tidak melampaui nilai batas yang diijinkan oleh standar/peraturan yang
digunakan.
d. Umur layan jembatan harus direncanakan berdasakan perilaku jangka
panjang material dan kondisi lingkungan di lokasi jembatan yang
diaplikasikan pada rencana komponen struktur jembatan khususnya selimut
beton, permeabilitas beton, atau tebal elemen baja, terhadap resiko korosi
ataupun potensi degradasi meterial.

Pada dasarnya jenis bangunan atas dapat diklasifikasikan menjadi jenis-jenis


sebagai berikut :
1. Slab
2. Girder : balok atau box
3. Arch
4. Cable Stayed
5. Suspension
Masing-masing jenis jembatan diatas mempunyai varian-varian tersendiri,
sesuai dengan material (baja, beton, composit), metode erection dan lain
sebagainya.

Tabel dibawah ini menunjukan range bentang dengan berbagai


jenis jembatan.
Type Material Range Bentang (m)
Slab Beton 0 – 12
Beton 12 – 210
Girder
Baja 30 – 300
Truss Baja 90 – 550
Beton 90 – 130
Arch Rib
Baja 120 – 370
Arch Truss Baja 240 – 520
Cable Stayed Beton 90 – 450

USULAN TEKNIS
Baja 90 – 600
Suspension Baja 300 – 1400

Pemilihan Jenis Bangunan Atas harus mempertimbangkan faktor-faktor:


1. Bentuk serta sifat dari sungai
2. Karakteristik tanah / geologi
3. Volume lalu lintas
4. Keperluan navigasi
5. Kondisi iklim
6. Data-data hidrologi
7. Bahan konstruksi yang tersedia
8. Kemampuan sumber daya manusia
9. Akses ke site dan ruang kerja yang tersedia untuk pelaksanaan
10.Maintenance
11.Aspek Finansial
12.Jangka waktu pelaksanaan
13.Aspek Estetika

Untung rugi masing-masing tipe jembatan terkait dengan berbagai faktor diatas
harus dianalisis secara teliti sehingga akan menghasilkan bangunan atas yang
paling tepat untuk dilaksanakan.
Secara lebih terinci, pada lembar berikut disajikan sketsa berbagai varian dari
jenis jembatan serta tabel yang menunjukan panjang bentang untuk masing-
masing jenis jembatan. Sketsa dan tabel yang dimaksud diatas berbagi atas
baja dan beton.

USULAN TEKNIS
Uraian Pendekatan dan Metodologi

JENIS JEMBATAN BETON


Erection Type of Concrete Bridge 10 20 50
Span Length ( m )
150
100 200 300
Method
I Beam
Simple Beam T Beam
Precast Beam

Hollow Beam
Continuous Beam T Beam
T Beam
Simple Beam Composite I
Beam
Continuous Beam T Beam
Slab
Falsework Fixed

Simple Beam T Beam


Box Beam
Slab
Continuous Beam T Beam
Box Beam
Slab
Movable
Continuous Beam T Beam
Falsework
Box Beam
Incremental
Continuous Girder Box Beam
Launching
One Hinge Rigid Box Beam
Cantilevering Frame
Continuous Girder Box Beam
Others Arch Slab
Truss
Rigid Frame T Beam
Suspended Slab Br.
Cable Stayed Br.
Box Girder
Suspension Br.

USULAN TEKNIS IV - 30
Uraian Pendekatan dan Metodologi

JENIS JEMBATAN BAJA


Span Length (m)
Type of Steel Bridge 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 250 500 1000

Simple Composite
Plate Girder

Rolled H Beam
Simple Composite Plate
Girder
Simple Composite Box
Girder
Continuous Non
Composite Plate Girder
Continuous Non
Composite Box Girder
Continuous Composite
Plate Girder
Steel Plate Deck Box
Girder
Rigid Frame
Simple Truss
Truss

Continuous (Cantilever)
Truss
Langer Girder
Arch Type

Inversed Langer Girder


Lohse Girder
Inversed Lohse Girder
Longer Truss
Trussed Langer Girder
Nielsen Type
Arch
Cable Stayed Bridge
Suspension Bdge

USULAN TEKNIS IV - 31
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

8. Perencanaan Jalan Pendekat


a. Perencanaan jalan pendekat jembatan termasuk komponen pelat injak
harus memperhatikan kesinambungan ukuran dan ketinggian jembatan.
Apabila jalan pendekat dibuat dari tanah urugan maka harus diperhatikan
potensi penurunan jangka panjang dari lapisan tanah pendukung/atau
urugan tanah yang menjadi tumpuan perkerasan jalan pendekat.
b. Potensi penurunan tanah harus dihitung secara cermat berdasarkan hasil
penyelidikan tanah.
c. Perencanaan jalan pendekat harus mengacu kepada ketentuan yang
berlaku.
9. Perencanaan Bangunan Pelengkap dan Pengaman
a. Perencanaan komponen bangunan pelengkap dan pengaman dalam
pekerjaan perencanaan jembatan harus mengikuti aturan-aturan yang
ditentukan di dalam acuan:
- Undang-undang RI No.14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
- Pedoman marka jalan, Pd T-12-2004-B
b. Perencanaan komponen pelengkap dan pengaman jembatan meliputi:
- Rambu dan marka pada jembatan
- Pagar pengaman jembatan
- Lampu penerangan pada jembatan
- Struktur pengaman pada pilar jembatan terutama untuk
menghindaritumbukan langsung dengan pilar jembatan (seperti fender
pengaman atau sejenisnya
10. Preliminary Design
Sebagai acuan di dalam menghitung kebutuhan biaya konstruksi untuk
alternatif jenis bangunan atas, maka pada tabel di bawah ini dapat di lihat
prakiraan dimensi untuk masing-masing jenis jembatan.

No. System Struktur Prakiraan Dimensi


A. Concrete
1. Simple Span Reinforced Concrete Beam  1 1 
H =    L
 11 15 
2. Simple Span Prestressed Concrete Beam  1 1 
H =    L
 15 20 
3. Cantilever and continuous, prestressed  1 1 
h =    L
concrete beam, erected by the cantilever  40 70 
method  1 1 
H =    L
 12 17 
4. Statically determined and statically in  1 1 
h =    L
determined prestressed bridges, erected  40 60 
by cantilever method  1 1 
H =    L
 15 20 

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

No. System Struktur Prakiraan Dimensi


5. Three hinged arches 1 1
f =    L
6 8
1
d = L
50
6. Bridge with the traffic in the middle of 1 1
f =    L
arches  4 5
1
d = L
60
7. Arches with rigid tie 1
f = L
5
1
d = L
35
8. Arch – Cantilever bridge deck type 1
f = L
10
1
d = L
50
B. Composite Deck
1. Simple beams  1 1 
h =    L
 15 20 
2. Continuous beams two spans  1 1 
h =    L
 20 25 
3. Three and multiple spans  1 1 
h =    L
 35 50 
C. Steel Trusses
1. Simple span deck at the top chord 1 1 
h =    L
system  8 12 
2. Continuous deck system  1 1 
h =    L
 10 14 
3. Simple span, deck at the bottom chord 1 1
h =    L
6 7
D. Combined Bridge System
1. Beams reinforced by arches 1 1
f =    L
3 5
 1 1 
h =    L
 50 60 
H= 5h
2. Arch with tie beam 1
f = L
5
1
h = L
20
Note : H : Tinggi
h : Tinggi pada tengah bentang
f : Tinggi parabolic

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

d : Tebal arch

V.3.HASIL KERJA

V.3.1.Analisis Data
1. Perhitungan Kekuatan Struktur Jembatan
Untuk perencanaan detail struktur jembatan, harus mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
 Perencanaan struktur jembatan harus diperhitungkan terhadap
keamanan, daya tahan serta ketersediaan material di lokasi.
 Semua perhitungan struktur harus dibuat analisanya berdasarkan analisa
struktur yang lazim digunakan dan untuk struktur konstruksi khusus
harus dilakukan perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak
STAAD 3/ EfAB/SAP/STRUDLE, atau software yang lazim dipakai.
 Konstruksi permanen dengan umur konstruksi minimal 25 tahun.
 Efesien biaya dengan memperhitungkan sistem konstruksi yang paling
mudah dalam pelaksanaan, menggunakan material bangunan setempat,
peralatan dan kemampuan teknis kontraktor.
 Keamanan dalam pelaksanaan.
 Kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.

2. Penyusunan Kuantitas Dan Harga


Daftar Kuantitas dan Harga dipergunakan sebagai acuan dalam tender dan
nantinya setelah ditentukan pemenangnya, maka kontrak kemudian dibuat.
Adapun kontrak yang biasanya dipakai dalam pekerjaan jembatan, ada dua
jenis.
1. Kontrak Harga Satuan
Pemberi kerja mempersiapkan jadwal, perkiraan jumlah untuk
komponen pekerjaan yang berbeda, berdasarkan gambar kontrak.
Kontraktor memberikan penawaran, dalam penawarannya untuk jenis
kontrak ini, harga satuan yang menentukan, bukan jumlah dan harga
akhir yang didapat dari perhitungan jumlah sebenarnya dari tiap “item”
pekerjaan yang dilakukan dan ditetapkan dalam Harga Penawaran.
2. Kontrak Borongan (LumpSum)
Dengan jenis kontrak borongan, kontraktor menawarkan satuan harga
borongan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai Gambar Rencana.

Kontrak Harga Satuan memberi kemungkinan lebih banyak untuk perubahan


yang mungkin dirasa perlu pada waktu pelaksanaan. Perubahan-perubahan
demikian diperlukan, karena seringkali sulit untuk mencakup semua item
secara memadai pada tahap penawaran. Dalam kontrak borongan daftar
kuantitas (Bill of Quantities) dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan
nilai perubahan.

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

Jika perubahan diperlukan dalam Kontrak Harga Satuan atau Kontrak


Borongan dan Kontraktor serta Engineer tidak dapat menyepakati nilai
perubahan sebelum pekerjaan dilaksanakan, maka pekerjaan harus
dilakukan atas dasar pekerjaan harian, dalam hal ini, harus ada catatan yang
teliti mengenai semua pekerjaan alat dan bahan yang dipergunakan untuk
melakukan pekerjaan tambahan.

Adalah penting untuk membuat catatan menyeluruh dari semua perubahan


dan pekerjaan yang mungkin menimbulkan perselisihan. Ini akan
memungkinkan pemberian harga pekerjaan yang akan dilaksanakan pada
tahap lain, bila diperlukan. Catatan tersebut harus meliputi jumlah orang
yang diperkerjakan, penggolongan jenis pekerjaan, peralatan yang dipakai
dan waktu yang dipakai dalam pekerjaan serta waktu “standby (tidak
dipergunakan) dan bahan yang dipergunakan.

3. Daftar Harga Satuan


Daftar harga satuan meliputi :
 Daftar harga satuan upah
 Daftar harga satuan bahan
 Daftar harga satuan alat
Biaya untuk masing-masing item tergantung pada lokasi proyek.

4. Analisa Harga Satuan


Setelah daftar harga satuan upah, harga satuan bahan dan harga satuan
alat diperoleh, maka sebagai tindak lanjut dibuatlah Analisa Harga Satuan.
Analisa Harga Satuan yang dibahas meliputi :
a. Alat
b. Mobilisasi dan Demobilisasi
c. Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu lintas
d. Urugan :
 Urugan Biasa
 Urugan Pilihan
e. Pemadatan Tanah Dasar Pada Galian
f. Agregat
 Agregat Lapis Pondasi Atas Kelas B
 Agregat Lapis Pondasi Bawah Kelas B
g. Beton
 Beton Struktural Kelas I K 300 – K 400
 Beton Struktural Kelas K 225
 Beton Struktural Kelas K 175
 Beton Tak Bertulang Kelas K 125
h. Baja Tulangan

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

i. Pipa Sandaran Jembatan2,5 inci


j. Perletakan Elastomer
k. Tiang Pancang
 Penyediaan Tiang Pancang Beton, Pre Cast
 Pemancangan Tiang Pancang Beton 35 x 35 cm2
l. Galian
 Galian Struktur Kedalaman 0 s/d 2 m
 Galian Struktur Kedalaman 2 s/d 4 m
m. Lapis Permukaan
 Lapis Penetrasi Macadam (5 cm) Untuk Pekerjaan Minor
 Lapis Tipis Aspal Pasir / “Sand Sheet”
n. Rambu Jalan
o. Patok Penuntun Tipe Beton Bertulang

5.3.2.Album Gambar
Album Peta dan gambar ukuran A1 sebanyak 5 (lima) eksemplar dan Ukuran
A3 sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar, yang berisi gambar-gambar :
a. Peta Lokasi
b. Gambar Denah dan Situasi Seluruh Kawasan
c. Gambar Desain Jembatan
d. Gambar Potongan Jembatan
e. Gambar Detail Potongan Jembatan

IV.3.1. Spesifikasi Teknis


Konsultan harus membuat perencanaan Detail Desain dengan berpedoman
ketentuan dan peraturan Pemerintah yang berlaku dan standar yang biasa
digunakan dilingkungan Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS).
Ketentuan dan peraturan yang digunakan, antara lain:

1. Perencanaan struktur jembatan:


a. Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92
b. Manual Perencanaan Jembatan (Bridge Design Manual) BMS ’92
c. peraturan lain yang relevan dan disetujui oleh pemberi tugas,
antara lain:
 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan,
SNI (Design Standard of Earthquake Resistance of Bridges)
 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan
Jalan Raya (SK.SNI T -14-1990 -0.3)
 Pembebanan untuk Jembatan RSNI 4
 Peraturan Struktur Beton untuk Jembatan, RSNI
 Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan, ASNJ4

2. Perencanaan jalan pendekat dan oprit harus mengacu kepada


a. Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd T-11-2003)

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

b. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota ,


No.038/T/BM/1997
c. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan
Metoda Analisa Komponen SNI 1732-1989-F

3. Untuk perhitungan atau analisa harga satuan pekerjaan mengikuti


ketentuan
a. Panduan Analisa Harga Satuan, No. 028/T/Bm/1995, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum

V.3.2.Laporan-Laporan
Berupa Dokumen yang dilengkapi dengan keterangan yang diperlukan,
meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan (inception report), merupakan laporan hasil
temuan awal, metodologi dan pendekatan, rencana kerja yang akan
dilaksanakan konsultan dalam menangani pekerjaan. Laporan
pendahuluan, akan diserahkan 15 (lima belas) hari kalender setelah
diterbitkan SPMK dan diterima setelah dilakukan konsultasi dan
pembahasan dengan Tim Teknis. Jumlah laporan yang diserahkan
sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar. Garis besar laporan pendahuluan
berisi:
a. Temuan awal dan gambaran umum lokasi
b. Jadwal dan matrik penugasan serta tanggung jawab tenaga ahli
c. Metodologi dan pendekatan
d. Rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan konsultan

b. Laporan Akhir
Laporan ini merupakan laporan akhir detail perencanaan DED Jembatan
Kawasan Industri Balohan dengan mengakomodir semua masukan -
masukan hasil diskusi dari konsep laporan akhir dan dilampirkan foto-
foto lokasi per kegiatan. Masing masing jenis laporan dibuat rangkap 10
(sepuluh) dan diserahkan 55 (lima puluh lima) hari kalender setelah
diterbitkan SPMK. Laporan ini secara garis besar meliputi:
a. Buku Utama Laporan Akhir
a-1. Kompilasi Data
a-2. Gambaran Umum Kawasan Perencanaan
a-3. Kriteria perencanaan untuk setiap itrm pekerjaan yang
direncanakan
a-4. Analisa Perhitungan untuk setiap item pekerjaan yang
direncanakan.
b. Dokumen Lelang Paket Pekerjaan:
b-1. Buku 1 Syarat Pelelangan

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

b-2. Buku 2 Spesifikasi Teknis


b-3. Buku 3 Volume Pekerjaan
b-4. Buku 4 Gambar Rencana Teknis, yang terdiri dari
- Album Peta dan gambar ukuran A1 sebanyak 5 (lima)
eksemplar
- Ukuran A3 sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar, yang berisi
gambar-gambar
c. Dokumen hasil kajian kelayakan studi berdasarkan program
perencanaan (seperti : Master Plan Kawasan Sabang, RTRW Kota
Sabang) dan berdasarkan kajian teknis. Laporan ini diserahkan oleh
Konsultan sebanyak 5 (lima) eksemplar.

d. Dokumen pengesahan UKL/PL


Laporan ini berisikan hasil kajian dan diskusi dengan pihak terkait
mengenai upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) - upaya
pemantauan lingkungan hidup(UPL) sebanyak 2 (dua) eksemplar.
Dokumen ini disahkan oleh BAPPEDALDA Sabang.

V.4.Strategi

V.4.1.Prinsip-Prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum perencanaan dasar yang biasa digunakan dalam
penyusunan Jembatan Kawasan Industri, yaitu:
a. Keadaaan Batas Ultimit
Adalah aksi yang diberikan pada jembatan yang menyebab-kan sebuah
jembatan menjadi tidak aman. Keadaan Batas ultimit terdiri dari :
a. Kehilangan keseimbangan statis.
b. Kerusakan sebagian jembatan.
c. Keadaan purna-elastis atau purna-tekuk dimana satu bagian jembatan
atau lebih mencapai kondisi runtuh.
d. Kehancuran dari bahan pondasi yang menyebabkan pergerakan
yang berlebihan atau kehancuran bagian utama jembatan.
b. Keadaan Batas Layan

Keadaan Batas Daya Layan akan tercapai jika reaksi jembatan sampai
pada suatu nilai, sehingga:
a. Tidak layak pakai
b. Kekhawatiran umum terhadap keamanan
c. Pengurangan kekuatan
d. Pengurangan umur pelayanan
c. Umur Rencana
Umur rencana jembatan diperkirakan 50 tahun, kecuali:
a. Jembatan sementara 20 tahun
b. Jembatan khusus 100 tahun
d. Persyaratan Pilar dan Kepala Jembatan

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

a. Gangguan terhadap jalannya air terbatas/seminimal mungkin


b. Menghindarkan tersangkutnya benda hanyutan
c. Memperkecil rintangan bagi pelayaran
d. Letak diusahakan sedapat mungkin sejajar dengan aliran arus
banjir
e. Ruang Bebas Vertikal
Paling sedikit 1,0 m antara titik paling rendah bangunan atas jembatan dan
tinggi muka air banjir rencana pada keadaan batas ultimit.
f. Perkiraan Banjir Rencana
a. Tinggi muka air banjir sesuai dengan debit banjir rencana
b. Untuk perhitungan gerusan, muka air harus merupakan banjir
rencana terendah sesuai banjir rencana
c. Untuk perhitungan arus balik, muka air harus merupakan banjir
tertinggi sesuai banjir rencana
g. Persyaratan Tahan Gempa
Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam perencanaan tahan
gempa :
a. Resiko gerakan-gerakan
b. Reaksi tanah terhadap gempa di lapangan
c. Sifat reaksi dinamis dari seluruh struktur
h. Pokok-Pokok Perencanaan
Kriteria umum
a. Kekuatan unsur struktural dan stabilitas keseluruhan
b. Kelayanan struktural
c. Keawetan
d. Kemudahan konstruksi
e. Ekonomis dapat diterima
f. Bentuk estetika

V.4.2.Tahapan Perencanaan

1. Tahap I
Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjelaskan
fungsi jembatan, geometri dan beban:
a. Lebar jembatan dan jumlah jalur
b. Lebar trotoir
c. Alinyemen jembatan
d. Geometri sungai
e. Karakteristik aliran sungai
f. Besaran-besaran tanah
g. Perlengkapan umum
h. Beban jembatan
i. Jarak bebas vertikal dan horizontal
j. Bangunan atas yang tersedia

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

2. Tahap 2
Menggunakan informasi yang terkumpul dalam tahap 1
untuk menentukan semua hambatan geometrik pada
struktur yang diusulkan
a. Alinyemen jalan yang diusulkan
b. Persyaratan aliran keadaan batas
c. Potensi gerusan
d. Lokasi bahan pondasi dan potensi kelongsoran tebing
e. Lokasi dan lebar alur utama sungai
f. Persyaratan konstruksi dan pelaksanaan
g. Persyaratan pemeliharaan

3. Tahap 3
Dengan kreatifitas tentukan daftar rencana alternatif terbaik.
Dalam batas hambatan geometrik yang ditentukan dalam
tahap 2, dipilih 2 atau 3 kombinasi bangunan
bawah/pondasi/bangunan atas yang memenuhi pokok
perencanaan secara baik
a. Rancangan percobaan
b. Jenis dan dimensi bangunan atas dan bangunan bawah
tipikal:
- Bangunan atas kayu
- Bangunan atas baja, komposit
- Bangunan atas beton bertulang
- Bangunan atas beton prategang
- Bangunan bawah tanah dengan pondasi langsung, sumuran
dan tiang pancang c. Pilihan alternative

4. Tahap 4
Laksanakan analisis perencanaan sementara untuk alternatif
terbaik dari tahap 3. Rencana- rencana sementara tersebut
memberikan dimensi yang diperlukan untuk mencapai kekuatan
dan tujuan stabilitas

5. Tahap 5
Perkirakan biaya untuk alternatif-alternatif tersebut. Perkiraan
biaya tersebut digunakan untuk menentukan alternatif (bila
ada) yang ekonomis dapat diterima

6. Tahap 6
Selesaikan rencana sementara yang menghemat biaya dan
buatlah: gambar rencana, laporan perencanaan dan perkiraan
biaya yang baru

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

7. Tahap 4, 5 dan 6 – Penentuan Perancangan


a. Perancangan sesuai dengan hasil data yang
dikumpulkan
b. Membuat rancangan alternatif-alternatif
c. Membuat perhitungan perkiraan biaya berdasarkan
volume
d. Pemilihan rancangan akhir
e. Dokumen lelang

V.5.FASILITAS PENDUKUNG

V.5.1.Umum

Dalam kegiatan pekerjaan konsultansi ketentuan penggunaan fasilitas pendukung


yang dijamin oleh Pemberi Tugas harus mengacu kepada peraturan yang
dikeluarkan BAPPENAS dan fasilitas pendukung harus sesuai dengan kebutuhan
dan dipengaruhi oleh durasi pekerjaan.
Biasanya proyek-proyek dengan durasi pendek sampai dengan 6 bulan ada
beberapa fasilitas yang digunakan konsultan namun tidak ada penggantian dari
Pihak proyek seperti ruang kantor dan dengan segala jenis kelengkapan meubeler
kecuali alat kerja dan kelengkapannya.

V.5.2.Kantor dan Fasilitas

Semua pekerjaan dikerjakan dikantor pusat konsultan yang terletak di


Manado yang dilengkapi dengan No fax dan telepon yang akan dimuat
dalam kontrak dan dapat dihubungi selama proses pekerjaan berlangsung,
sebagai tindakan monitoring bagi pemberi tugas.
Peralatan yang akan disediakan konsultan dan dapat kompensasi
penggantian biaya sewa dari Pihak Proyek untuk operasional kantor adalah
:
1. Komputer 2 unit
2. Printer 2 unit
3. Kendaraan bermotor roda-2
4. Kelengkapan peralatan operasional sesuai dengan ketentuan dalam
KAK dan Kontrak.

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

BAB VI
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Personil Konsultan yang dibutuhkan dalam layanan pekerjaan ini dan


lamanya penempatan dari masing – masing staf disesuaikan dengan jangka waktu
pelaksanaan Pekerjaan yang diperkirakan 30 (tiga puluh) hari kalender atau 1(satu)
bulan.

Untuk itu Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan Paket


Pembangunan Jembatan Kab. Minahasa Tenggara, dibuat sesuai dengan
kebutuhan tahapan pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan dan metodologi yang
diterapkan. Untuk jadwal pelaksanaan pekerjaan tersebut dapat dilihat pada
Lampiran

USULAN TEKNIS
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan
PT. WOWONGTEHU INDAH

BAB VII
Penutup

Dengan demikian Dokumen Usulan Teknis ini disusun yang di Usulkan oleh
PT. WOWONGTEHU INDAH, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas kepada
pihak Pokja Jasa Konsultansi Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Minahasa Tenggara
tentang rencana kerja serta pendekatan dan Metodologi dalam Pelaksanaan Pekerjaan
Perencanaan Paket Pembangunan Jembatan.

Tanggapan dan inovasi yang kami tawarkan untuk membangun semangat dan peningkatan
kinerja secara profesional khususnya untuk Tim Konsultan akan menjadi lebih baik sesuai
dengan apa yang diharapkan dalam Kerangka Acuan Tugas (KAK).

Selanjutnya bersama Dokumen Usulan Teknis ini Konsultan lampirkan beberapa Dokumen
Pendukung sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Usulan Teknis ini.

USULAN TEKNIS

Anda mungkin juga menyukai