Penilaian kembali / revaluasi aktiva tetap pada umunya tidak diperkenankan karena Prinsip Akuntansi
Indonesia menganut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran.
Sebagaimana disebutkan dalam PAI bab IV butir 4.7 sebagai berikut:
“ Penilaian kembali ( revaluasi ) aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena PAI
menganut penialain berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan
ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah”
Laporan keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan dalam
penyajian aktiva tetap, alasan atau dasar penilaian, selisih penilaian diungkapkan berdasarkan
kelompok aktiva, pengaruh daripada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan
perusahaan.
A. PENILAIAN OLEH APPRAISAL COMPANY
1. Nilai atau Harga
Dalam bisnis penilaian aktiva tetap biasanya dilakukan oleh Appraisal Company sebagai
lembaga profesi Penilai yang diakui oleh pemerintah dan masyarakat.
Dalam penilaian profesi appraisal, digunakan beberapa istilah :
a. Nilai Pasar Wajar ( Fair Market Value )
Harga yang dilekatkan pada proses jual beli dipasar pada saat tertentu dimana penjual
dan pembeli masing – masing melakukan secara sadar tanpa paksaan serta
mengetahui atau memiliki pengetahuan mengenai keadaan pasar serta kegunaan
aktiva dimaksud.
b. Biaya Produksi Baru ( Cost of Replacement New )
Sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu aktiva atau barang sesuai
dengan jenisnya yang dihitung berdasarkan harga pasar setempat saat itu untuk bahan
– bahan, upah kerja, alat produksi, biaya tak terduga, yang dikeluarkan dari
keuntungan jasa kontraktor tetapi tidak termasuk ongkos lembur atau potongan yang
diberikan oleh leveransir atau pedagang
c. Nilai Sehat ( Sound Value )
Nilai berdasarkan atas biaya reproduksi baru dikurangi dengan penyusutan atau
dengan memperhatikan sifat/ciri fisik, kegunaan dan pemanfaatan dari aktiva atau
barang dimaksud.
2. Pendekatan Penilaian
a. Pendekatan Data Pasar ( Market Data Approach )
Suatu metode penilaian dimana perkiraan nilai pasar berdasarkan atas nilai yang
terjadi pada saat transaksi yang sejenis waktu itu.
b. Pendekatan Biaya ( Cost Approach )
Suatu metode penilaian dimana nilai aktiva diperoleh dari biaya reproduksi baru
dikurangi penyusutan
c. Pendekatan Pendapatan ( Income Approach )
Suatu metode penilaian dimana keuntungan bersih dianalisis guna mendapatkan
besarnya jumlah investasi dalam menghasilkan keuntungan tersebut
3. Hal Yang Diperhatikan Dalam Menentukan Nilai Bangunan
Untuk menentukan nilai bangunan perlu diketahui nilai penyusutan bangunan. Untuk
menentukan besarnya penyusutan pada bangunan, diperhatikan faktor berikut:
a. Keusangan Fisik (Physical Deterioration)
Suatu kemunduran karena lapuk, using, retak – retak, miring akibat adanya perubahan
pada konstruktur bangunan, berkarat serta berkurangnya komponen utama suatu
bangunan
b. Keusangan Fungsional ( Functional Obsolescence )
Penurunan nilai akibat ketidakmampuan daya tamping bangunan karena kurangnya
perencanaan
c. Keusangan Ekonomi ( Economic Obsolescene )
Penurunan nilai akibat adanya perubahan – perubahan dari luar terhadap property
atau pengaruh lingkungan dan masyarakat seperti tidak sesuainya penggunaan serta
penempatan lokasi berdasarkan adanya peraturan pemerintah daerah setempat
Semua data yang diperoleh dapat dianalisa guna untuk mendapatkan nilai yang obyektif dan
independen dari setiap jenis aktiva yang dinilai
B. REVISI TAKSIRAN UMUR AKTIVA TETAP
Prinsip Akuntansi yang diterima untuk pencatatan aktiva tetap adalah Cost, sedangkan
Perhitungan Penyusutan didasarkan kepada Cost, Nilai Residu, dan Taksiran umur. Namun
dalam hal tertentu nilai – nilai ini dapat diubah, sehingga mengubah penyusutan karena
beberapa hal :
1. Perubahan Taksiran Umur Aktiva Tetap
Jika saja terjadi bahwa taksiran umur aktiva tetap tersebut keliru akan mengakibatkan
kesalahan dalam pembebanan biaya penyusutan, bisa terlalu besar atau terlalu kecil.
Umur suatu aktiva tetap bisa lebih pendek ataupun lebih lama daripada taksiran semula,
hal ini dipengaruhi oleh faktor perawatannya, pengaruh alam dll.
Jika hal ini terjadi dapat ditempuh dengan dua cara yaitu :
a. Nilai buku yang akan disusutkan selama sisa umur menurut taksiran umur yang baru
b. Perkiraan Akumulasi Penyusutan disesuaikan berdasarkan perhitungan umur yang
baru
Contoh :
Sebuah aktiva tetap dengan cost Rp 1.200.000,- umurnya ditaksir 10 tahun. Pada akhir
tahun ke-5 ternyata menurut taksiran umur aktiva tetap yang baru menunjukkan bahwa
aktiva tetap ini masih dapat dipakai 10 tahun lagi
Diminta : Buatlah jurnal penyusunan baru
Jawab :
Metode 1
Posisi aktiva pada akhir tahun ke-5 adalah sebagai berikut
Cost Rp 1.200.000
Ak. Penyustan ( 5/10 x 1.200.000 ) Rp 600.000
Nilai Buku Rp 600.000
Nilai buku inilah yang dialokasikan selama sisa umur aktiva tetap tersebut. Dengan
demikian beban penyusutan aktiva tetap akhir tahun ke-6 (asumsi tidak ada
perubahan cost) adalah Rp 600.000,- : 10 tahun = Rp 60.000
Jurnal :
Biaya penyusutan Rp 60.000
Ak. Penyusutan Rp 60.000
Metode 2
Menurut taksiran umur yang lama (10 tahun), penyusutan pada akhir tahun ke-5
adalah = 5/10 x Rp 1.200.000 = Rp 600.000 atau Rp 120.000 per tahun.
Menurut taksiran umur yang baru (5 + 10) penyusutan pada akhir tahun ke-5 adalah
5/15 x Rp 1.200.000 = Rp 400.000 atau Rp 80.000 per tahun.
Perbedaannya adalah Rp 600.000 – Rp 400.000 = Rp 200.000 (jumlah penyusutan
yang lama terlalu besar Rp 200.000 dibandingkan dengan jumlah penyusutan
menurut taksiran yang baru)
Jurnal :
Akk. Penyusutan Rp 200.000
R/E (Penyusutan
Sebelumnya terlalu tinggi) Rp 200.000
Beban penyusutan aktiva akhir tahun ke-6 adalah :
Biaya Penyusutan Rp 80.000
Ak. Penyusutan Rp 80.000
2. Aktiva Tetap Yang Telah Disusutkan Penuh Tetapi Masih Digunakan Dalam Kegiatan
Produksi
Sering terjadi kasus dimana aktiva tetap sudah disusutkan sepenuhnya tetapi masih
digunakan dalam kegiatan produksi.
Kadang perusahaan terpaksa mengeluarkan biaya perawatan aktiva ini yang mungkin jauh
lebih besar dibandingkan dengan perawatan aktiva tetap yang baru. Nilai cost dan
akumulasi penyusutan tidak boleh dihapuskan dari laporan keuangan tetapi harus dibuat
penjelasan bahwa aktiva itu masih digunakan dalam kegiatan perusahaan
Problem – Problem Penyusutan Akibat Pertambahan Cost
Dalam masa penggunaan aktiva tetap telah diketahui bahwa kita sering melakukan
pengeluaran – pengeluaran yang harus dikapitalisir terhadap aktiva tetap itu sehingga
mengubah costnya. Misalnya karna ada penambahan, perbaikan, pergantian. Biaya cost ini
akan mempengaruhi beban penyusutan ditahun berikutnya.
Contoh :
Sebuah mesin dengan cost Rp 2.000.000 umurnya ditaksir 10 tahun. Setelah aktiva dipakai 8
tahun dikeluarkan biaya perbaikan Rp 250.000. pengeluaran ini tidak memperpanjang umur
Jurnal perbaikan
Mesin Rp 250.000
Kas Rp 250.000
Penyusutan yang baru
Cost lama Rp 2.000.000 : 10 Rp 200.000
Perbaikan Rp 250.000 : 2 Rp 125.000
Jumlah Rp 325.000
Menurut prinsip Akuntansi bahwa nilai aktiva yang tercatat itu adalah berdasarkan Historical
Cost. Hal ini berarti bahwa seluruh pos – pos yang ada dicatat sebesar cost yang dikeluarkan
untuk itu.Namun demikian karena tujuan akuntansi adalah menyajikan informasi yang lebih
akurat dan dipercaya, kadang – kadang perusahaan terpaksa menyajikan pos – pos itu bukan
menurut cost tetapi menurut harga penilaian pada saat itu
Metode penilaian yang dipergunakan adalah :
1. General Price Level Adjustment (GPLA)
2. Current Value Adjustment (CVA)
Metode GPLA menilai kembali seluruh pos yang disajikan dalam laporan keuangan
dengan cara mengalikannya dengan angka indeks yang dihitung dari tenaga beli uang
(Current Purchasing Power), misalnya dapat diperoleh dari indeks harga konsumen (IHK)
Sedangkan metode CVA menilai aktiva tetap itu sesuai dengan harga sekarang, apakah
dengan menggunakan pendekatan harga pasar, atau perbandingan harga secara umum.
Penilaian ini biasanya dilakukan oleh perusahaan atau lembaga penilaian independen
(Appraisal Company)
Penggunaan Data Penilaian
Penilaian yang dilakukan oleh lembaga – lembaga resmi atau Appraisal Company biasanya
memberikan data sebagai berikut :
1. Reproduction Cost jumlah yang harus dikeluarkan untuk memproduksikan aktiva yang
baru seperti aktiva tetap yang lama
2. Sound Value nilai yang wajar dari aktiva tetap itu sesuai dengan kondisinya sekarang.
Istilah lain yang dipakai adalah Condition Percent yaitu Sound Value dibagi
Reproduction Cost
3. Replacement Cost Jumlah / nilai yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva tetap yang
bersangkutan
Contoh :
Sebuah aktiva, costnya Rp 1.200.000, Taksiran umur 8 tahun . Setelah digunakan 4 tahun
aktiva ini dinilai sebagai berikut :
Reproduction cost Rp 2.000.000 ; Sound Value Rp 1.200.000
Dari contoh ini dapat diketahui beberapa informasi:
Sebelum revaluasi :
1. Persentase penyusutan = 100 : 8 = 12,5%
2. Akumulasi penyusutan 50% dari cost
Setelah revaluasi :
Akumulasi penyusutan adalah 40% yang dihitung dari :
Rp 2.000.000 – Rp 1.200.000
Rp 2.000.000
Persentase Condition adalah 60% (100%-40%). Jika penilaian ini diterima maka persentase
penyusutan per tahun adalah 10% yang sebelumnya 12,5%. Beberapa kemungkinan hasil
penilaian adalah:
1. Penilaian Lebih Rendah (Devaluation)
Penilaian lebih rendah terjadi jika hasil penilaian ternyata lebih rendah dari nilai buku.
Apabila hal ini terjadi maka akan mempengaruhi perkiraan aktiva dan Akumulasi Penyusutan.
Penurunan ini dicatat dalam laporan keuangan sebagai pos khusus yang timbul dari perubahan
kebijaksanaan Akuntansi
Contoh :
Sebuah bangunan costnya Rp 1.000.000 telah dipakai selama 10 tahun sedangkan penyusutan
baru 20% atau Rp 200.000. Setelah dilakukan penilaian kembali maka diketahui bahwa
Reproduction Cost adalah Rp 600.000 dan Sound value Rp 480.000 atau 80%
Data ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan Cost Lama Aktiva Penyusutan Aktiva
Dipakai yang dipakai penyusutan
Sebelum penilaian 1.000.000 10 20% 200.000
Penurunan (400.000) (80.000)
Sesudah Penilaian 600.000 10 20% 120.000
*dihitung dengan membandingkan posisi harga sebelum dan sesudah penilaian
Contoh 2:
Jika kita ambil contoh diatas, Sound value ternyata Rp 450.000 atau 75%. Hal ini berarti
penyusutan baru 25% untuk 10 tahun. Untuk mengetahui jurnal revaluasi maka perkiraan –
perkiraan harus kita sesuaikan dulu persentase penyusutan sesuai dengan nilai revaluasi.
Keterangan Cost Lama aktiva Penyusutan Aktiva Penyusutan
dipakai yang dipakai
Sebelum Revaluasi 1.000.000 10 20 200.000
Koreksi Penyusutan - - 5 50.000
Setelah Koreksi 1.000.000 10 25 250.000
Jumlah Revaluasi (400.000) - - (100.000)
Nilai setelah di 600.000 10 25 150.000
revaluasi
Dengan demikian maka Jurnal penilaian kembali ini adalah sebagai berikut:
Perkiraan Lahan dilaporkan di Neraca menurut nilai appraisal sedang Appraisal capital
dilaporkan tersendiri dalam section modal.
Tetapi dalam perkiraan aktiva tetap sebaiknya dibuat tersendiri.
Jika lahan diatas jurnal maka perkiraan yang menyangkut Lahan yang harus ditutup. Misalkan
lahan itu dijual Rp 2.750.000 maka jurnalnya adalah :
Cash Rp 2.750.000
Appr. Capital – Lahan Rp 500.000
Lahan Rp 2.500.000
Lahan Appraisal Increase Rp 500.000
Laba Penjualan Lahan Rp 250.000
Jika perkiraan Appraisal telah disusutkan maka semua perkiraan yang menyangkut lahan
harus ditutup sebesar nilai bukunya atau nilai terakhir
Jurnal koreksi :
Akk. Penyusutan Rp 75.000
R/E (Akibat Revaluasi) Rp 75.000
Jurnal Revaluasi :
Peralatan Rp 500.000
Akk. Penyusutan Rp 150.000
Appraisal Capital Rp 350.000
Pencatatan penyusutan:
Biaya penyusutan adalah
Peralatan Rp 150.000
Akk. Penyusutan Rp 100.000
Akk. Penyusutan Appr
Increase Rp 50.000
10% adalah tingkat penyusutan sesuai dengan hasil penilaian yang baru untuk satu tahun atau
30% dibagi 3