Anda di halaman 1dari 16

RESUME

SYAHADAT DAN THAHARAH (BERSUCI)

Oleh,
Kelompok III
1. Muspirawati : 18 0402 0124
2. Hasnawati : 18 0402 0123
3. Ridhotul Aslam : 18 0402 0122

Dosen Pembimbing:
Hasri

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2019
A. Syahadat
1. Pengertian syahadat
Syahadat merupakan asas dan dasar dari lima rukun Islam dan
merupakan ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Secara etimologi,
Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida, yang artinya ia telah
menyaksikan. Kalimat itu dalam syariat Islam adalah sebuah pernyataan
kepercayaan dalam keesaan Tuhan (Allah) dan Nabi Muhammad sebagai
RasulNya. Kalimat Syahadat sering disebut dengan Syahadatain karena
terdiri dari 2 kalimat (Dalam bahasa arab Syahadatain berarti 2 kalimat
Syahadat). Berikut adalah kedua kalimat syahadat yaitu:
a. Kalimat pertama :

(ʾašhadu ʾal lā ilāha illa l-Lāh)


artinya : Saya bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah
b. Kalimat kedua :

(wa ʾašhadu ʾanna muḥammadar rasūlu l-Lāh)


artinya: dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul
(utusan) Allah.

 Makna syahadat
a. Pengakuan ketauhidan
Artinya, seorang muslim hanya mempercayai Allâh sebagai
satu-satunya Allah dan tiada tuhan yang lain selain Allah.
Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi
atau menjadi tujuan seseorang. Jadi dengan mengikrarkan
kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk
menjadikan hanya Allâh sebagai tujuan, motivasi, dan jalan
hidup.
b. Pengakuan kerasulan
Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim
memantapkan diri untuk meyakini ajaran Allâh seperti yang
disampaikan melalui Muhammad saw, seperti misalnya
meyakini hadist-hadis Muhammad saw.

2. Makna Laa Ilaaha Illallah


Kalimat Laa Ilaaha Illallah sebenarnya mengandung dua makna,
yaitu makna penolakan segala bentuk sesembahan selain Allah, dan makna
menetapkan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah Allah
semata.
Berkaitan dengan mengilmui kalimat ini Allah ta'ala berfirman:
"Maka ketahuilah(ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar
selain Allah" (QS Muhammad : 19).
Berdasarkan ayat ini, maka mengilmui makna syahadat tauhid adalah
wajib dan mesti didahulukan daripada rukun-rukun Islam yang lain. Di
samping itu Rasulullah pun menyatakan: "Barang siapa yang
mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan ikhlas maka akan masuk ke dalam
surga". Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah mereka yang
memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum
yang lainnya, karena di dalamnya terkandung tauhid yang Allah
menciptakan alam karenanya. Rasul mengajak paman beliau Abu Thalib,
Ketika maut datang kepada Abu Thalib dengan ajakan "wahai pamanku
ucapkanlah Laa Ilaaha Illallah sebuah kalimat yang aku akan jadikan ia
sebagai hujjah di hadapan Allah" namun Abu Thalib enggan untuk
mengucapkan dan meninggal dalam keadaan musyrik.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tinggal selama 13 tahun di
makkah mengajak orang-orang dengan perkataan beliau "Katakan Laa
Ilaaha Illallah" maka orang kafir pun menjawab "Beribadah kepada
sesembahan yang satu, kami tidak pernah mendengar hal yang demikian
dari orang tua kami". Orang qurays di zaman nabi sangat paham makna
kalimat tersebut, dan barangsiapa yang mengucapkannya tidak akan
menyeru/berdoa kepada selain Allah.
 Inti syahadat
Inilah sekilas tentang makna Laa Ilaaha Illallah yang pada intinya
adalah pengakuan bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah
ta'ala semata.

3. Kandungan syahadat
a. Ikrar
Ikrar yaitu suatu pernyataan seorang muslim mengenai apa yang
diyakininya.Ketika seseorang mengucapkan kalimat syahadah, maka
ia memiliki kewajiban untuk menegakkan dan memperjuangkan apa
yang ia ikrarkan itu.
b. Sumpah
Syahadat juga bermakna sumpah. Seseorang yang bersumpah,
berarti dia bersedia menerima akibat dan risiko apapun dalam
mengamalkan sumpahnya tersebut. Artinya, Seorang muslim itu
berarti siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam dan
penegakan ajaran Islam.
c. Janji
Syahadat juga bermakna janji. Artinya, setiap muslim adalah
orang-orang yang berjanji setia untuk mendengar dan taat dalam
segala keadaan terhadap semua perintah Allah SWT, yang terkandung
dalam Al Qur'an maupun Sunnah Rasul.1

4. Syarat syahadat
Syarat syahadat adalah sesuatu yang tanpa keberadaannya maka yang
disyaratkannya itu tidak sempurna. Jadi jika seseorang mengucapkan dua

1
http://walpaperhd99.blogspot.com/2013/10/syahadat-pengantar-pengertian-
keutamaan.html
kalimat syahadat tanpa memenuhi syarat-syaratnya, bisa dikatakan
syahadatnya itu tidak sah.
a. Syarat-syarat “Laa ilaha illallah”
Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa
syarat-syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang
mengucapkannya. Secara global tujuh syarat itu adalah:
1) ‘Ilmu (Mengetahui)
Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang
ditiadakan dan apa yang ditetapkan, yang menafikan ketidaktahuannya
dengan hal tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Artinya :… Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah)
orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka
meyakini (nya). [Az-Zukhruf : 86]
Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan
memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya.
Seandainya ia mengucapkannya, tetapi tidak mengerti apa maknanya,
maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.

2) Yaqin (yakin)
Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan sya-
hadat itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian
itu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya
kemudian mereka tidak ragu-ragu …” [Al-Hujurat : 15]
Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
“Artinya : Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang
menyaksikan bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati
yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan
(balasan) Surga.” [HR. Al-Bukhari]
Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak
masuk Surga.

3) Qabul (menerima)
Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyem-
bah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya. Siapa
yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta’ati, maka ia
termasuk orang-orang yang difirmankan Allah:
“Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada
mereka: ‘Laa ilaaha illallah’ (Tiada Tuhan yang berhak
disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri.
dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus
meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang
penyair gila?” [Ash-Shafat: 35-36]
Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka
mengikrarkan laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau meninggalkan
penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka
belum me-nerima makna laa ilaaha illallah.

4) Inqiyaad (Tunduk dan Patuh dengan kandungan Makna Syahadat)


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Artinya : Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah,
sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
kokoh.” (Luqman : 22)
Al-‘Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim
wajhahu adalah yanqadu (patuh, pasrah).

5) Shidq (jujur)
Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkan-
nya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan,
maka ia adalah munafik dan pendusta.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Artinya : Di antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman
kepa-da Allah dan Hari kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya
bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan
orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya
sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit,
lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta.” [Al-Baqarah: 8-10]

6) Ikhlas
Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan
jalan tidak mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya’ atau
sum’ah. Dalam hadits ‘Itban, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Artinya : Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang
yang mengucapkan laa ilaaha illalah karena menginginkan ridha
Allah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

7) Mahabbah (Kecintaan)
Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai
orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
“Artinya : Dan di antara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah.” [Al-Baqarah: 165]
Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih.
Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya.
Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan laa ilaaha illallah.
b. Syarat Syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah
1) Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati
2) Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
3) Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah
dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya
4) Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang gha-
ib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang
5) Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta,
anak, orangtua serta seluruh umat manusia
6) Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang
lain serta mengamalkan sunnahnya.2

5. Makna syahadat bagi Muslim


Bagi penganut agama Islam, Syahadat memiliki makna sebagai
berikut:
a. Pintu masuk menuju islam; syarat sahnya iman adalah dengan
bersyahadatain (bersaksi dengan dua kalimat syahadah)
b. Intisari ajaran islam; pokok dari ajaran Islam adalah syahadatain,
sebagaimana ajaran yang dibawa nabi-nabi dan rosul-rosul
sebelumnya
c. Pondasi iman; bangunan iman dan Islam itu sesungguhnya berdiri
di atas dua kalimat syahadah
d. Pembeda antara muslim dengan kafir; hal ini berkenaan dengan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban syariat yang akan diterima atau
ditanggung oleh seseorang setelah dia mengucapkan dua kalimat
syahadah
e. Jaminan masuk surga; Allah SWT memberi jaminan surga kepada
orang yang bersyahadatain.3

2
https://almanhaj.or.id/2101-makna-syahadatain-rukun-syarat-konsekuensi-dan-yang-
membatalkannya.html
3
http://walpaperhd99.blogspot.com/2013/10/syahadat-pengantar-pengertian-
keutamaan.html
6. Konsekuensi Syahadatain
a. Konsekuensi “Laa ilaha illallah”
Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma-
cam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha
illallah . Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun,
sebagai keharusan dari penetapan illallah.
Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar
konsekuensinya. Sehingga mereka menetapkan ketuhanan yang sudah
dinafikan, baik berupa para makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan
serta para thaghut lainnya. Mereka berkeyakinan bahwa tauhid adalah
bid’ah. Mereka menolak para da’i yang mengajak kepada tauhid dan
mencela orang yang beribadah hanya kepada Allah semata.

b. Konsekuensi Syahadat “Muhammad Rasulullah”


Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang
dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan
meninggalkan yang lain dari hal-hal bid’ah dan muhdatsat (baru),
serta mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang.4

B. THAHARAH (BERSUCI)
1. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau istilah
adalah membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis
dan hadas menurut cara-cara yang ditentukan oleh syariat islam. Thaharah
atau bersuci adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam beberapa
macam ibadah.
Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah
lahir adalah taharah / suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci
dengan air mutlak (suci menyucikan) dengan wudu, mandi, dan tayamun.

4
https://almanhaj.or.id/2101-makna-syahadatain-rukun-syarat-konsekuensi-dan-yang-
membatalkannya.html
Taharah batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan
maksiat, seperti dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan ria.
Dalam hal ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw,
menganjurkan agar kita senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.
Firman Allah Swt :
ْ ‫يض َوال ت َ ْق َربُوه َُّن َحتَّى َي‬
‫ط ُه ْرنَ فَإِذَا‬ ِ ‫سا َء ِفي ْال َم ِح‬ َ ‫يض قُ ْل ه َُو أَذًى فَا ْعت َِزلُوا ال ِِّن‬ ِ ‫َو َي ْسأَلُونَكَ َع ِن ْال َم ِح‬
)٢٢٢( َ‫ط ِِّه ِرين‬ َ َ‫ّللاَ ي ُِحب التَّ َّوابِينَ َوي ُِحب ْال ُمت‬
َّ ‫ّللاُ إِ َّن‬ ُ ‫ط َّه ْرنَ فَأْتُوه َُّن ِم ْن َحي‬
َّ ‫ْث أ َ َم َر ُك ُم‬ َ َ‫ت‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan


mencintai orang-orang yang suci lagi bersih”. (QS Al Baqarh:222)
Selain ayat al qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda:

)‫النظافة من االيمان (رواه مسلم‬

Artinya : “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.”(HR.Muslim)

Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan


menjadi dua bagian, yaitu :
a. Bersuci lahiriah
Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri,
tempat tinggal dan lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas dan
najis. Membersihkan diri dari najis adalah membersihkan badan,
pakaian atau tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa, bau
dan warnanya. QS Al-Muddassir ayat : 4 “[74:4] dan pakaianmu
bersihkanlah”.
b. Bersuci batiniah
Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin
berupa dosa dan perbuatan maksiat seperti iri, dengki, takabur dll.
Cara membersihkannya dengan taubatan nashoha yaitu memohon
ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.5

2. Dasar Hukum Thaharah

5
http://pengacaramuslim.com/pengertian-macam-dan-cara-thaharah/
Dalam Al-Qur'an maupun Hadits banyak sekali penjelasan-penjelasan
maupun perintah-perintah, agar umat islam senantiasa bersih dan suci.
adapun dalil yang menjelaskan tentang disyariatkannya Thaharah dalam
Islam adalah sebagai berikut:
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan
jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan,
lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang
baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." (Al-
Maidah :6 )
Ayat diatas dipandang sebagai dalil yang paling mewakili untuk
membahas seputar thaharah. Hal ini disebabkan, karena kandungan ayat ini
memuat tiga persoalan yang termasuk masalah tharah yaitu, Wudlu, Mandi
Janabah dan Tayamum.

3. Tujuan Taharah
Tujuan taharah dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
a. Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan
najis ketika hendak melaksanakan suatu ibadah
b. Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah
dan enak dilihat oleh orang lain karena Allah Swt, juga mencintai
kesucian dan kebersihan
c. Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam
kehidupan sehari-hari-harinya karena kebersihan adalah sebagian
dari iman
d. Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian,
ataupun tempat tidak mudah terjangkit penyakit
e. Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya,
rumahnya, maupun lingkungannya, maka ia menunjukan cara
hidup sehat dan disiplin.6

4. Macam-Macam Alat Thaharah


Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk
bersuci misalnya, kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi
kita juga bisa menggunakan tanah, batu, kayu dan benda-benda padat lain
yang suci untuk menggantikan air jika sedang kesulitan mendapatkan air
atau tidak menemukan air setelah berusaha mencarinya.
Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air
yang boleh dan tidak boleh digunakan untuk bersuci.
a. Macam-macam air
Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah
1) Air mutlak yaitu air yang suci dan mensucikan, yaitu air : Air
hujan, Air sumur, Air laut, Air sungai, Air danau/ telaga, Air
salju, dan Air embun.

QS Al- Anfal ayat : 11[8:11] (Ingatlah), ketika Allah menjadikan


kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan
Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan
kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-
gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh
denganya telapak kaki(mu).

b. Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang halal
untuk diminum tapi tidak dapat digunakan untuk bersuci seperti
air teh, kopi, sirup, air kelapa dll.
c. Air musyammas yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam
bejana selain emas dan perak. Air ini makruh digunakan untuk
bersuci

6
http://punyalembak.blogspot.com/2016/03/pengertiandasar-hukumtujuan-dan-alat.html
d. Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air
ini tidak boleh digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah
rasa, bau maupun warnanya
e. Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah
berubah rasa, warna dan baunya maupun yang tidak berubah
dalam jumlah yang sedikit yaitu kurang dari dua kullah (270 liter
menurut ulama kontemporer)7

5. Hadas dan Najis


a. Pengertian
1) Hadas, yaitu keadaan diri pada seorang muslim yang
menyebabkan ia tidak suci, dan tidak sah untuk mengerjakan
sholat. Hadas digolongkan menjadi dua yaitu hadas kecil dan
hadas besar
2) Najis, menurut bahasa berarti kotor, tidak bersih atau tidak suci.
Sedangkan menurut istilah adalah kotoran yang seorang muslim
wajib membersihkan diri dan mencuci apa-apa yang terkena najis.

b. Macam-macam hadas kecil dan besar


1) Hadas kecil, diantaranya:
a) Mengeluarkan sesuatu dari qubul atau dubur, meskipun
kentut.
b) Tidur nyenyak, dengan miring ataupun telentang (hilang akal)
c) Menyentuh kemaluan
 Cara bersuci dari hadas kecil seperti diatas dengan cara
berwudhu atau tayamum
2) Hadas besar diantaranya:
a) Bersetubuh
b) Keluar mani
c) Haid/Nifas

7
http://pengacaramuslim.com/pengertian-macam-dan-cara-thaharah/
 Cara bersuci dari hadas besar seperti diatas dengan cara
mandi besar/janabat.

c. Benda-benda yang termasuk najis


1) Darah haid/nifas
2) Air kencing dan madzi
3) Kotoran (berak/tinja)
4) Air liur anjing
Dari benda-benda najis diatas adalah najis yang harus dibersihkan
dari badan, pakaian, dan tempat ketika akan sholat. Maka pengertian
dari khomr dan daging babi tentu bukan najis seperti yang dimaksud
secara syar’i. Allah SWT berfirman dalam surat Al Maidah ayat 90
Artinya: “Sesungguhnya khomr dan jufi . . . itu kotor termasuk
amalan syaitan”. (Q.S. Al Maidah:90).
Maksud nya kotor tidak boleh diminum bukan tidak boleh
dipegang, demikian pula judi itu kotor, artinya tidak boleh dikerjakan.

d. Macam-macam najis
Dari uraian diatas dapat di simpulkan, bahwa cara membersihkan
najis yang kena badan, pakaian, dan tempat hendaknya disesuaikan
dengan tingkat najisnya. Apapun jenis najis itu dapat dibedakan
menjadi:
1) Najis ringan (najis mukhafafah)
Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi
laki-laki yang belum makan apapun kecuali air susu ibunya saja dan
umurnya kurang dari 2 tahun. Cara membersihkan najis ini cukup
dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.
2) Najis sedang (najis mutawassitah)
Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air
kencing dsb. Cara membersihkannya cukup dengan membasuh atau
menyiramnya dengan air sampai najis tersebut hilang (baik rasa, bau
dan warnanya).
3) Najis berat (najis mughalazah)
Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan
berdasarkan dalil yang pasti (qat’i) . yaitu anjing dan babi. Cara
membersihkannya yaitu dengan menghilangkan barang najisnya
terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak tujuh kali
dan salah satunya dengan tanah atau batu

e. Cara mensucikan najis


1) Dibersihkan hingga hilang bau, rasa, dan warnanya. Bila
telah diupayakan tetapi masih ada sedikit, tidaklah mengapa.
2) Untuk liur anjing, dibasuh 7 kali dan salah satunya dengan
menggunakan tanah.
3) Istinja’, Bersuci dari najis setelah membuang hajat besar atau
hajat kecil, Pelaksanaannya:
a) Dilakukan dengan tangan kiri.
b) Tidak dengan menghadap kiblat.
c) Menggunakan air.
d) Boleh dan mencukupi dengan menggunakan 3 buah batu
atau sesuatu yang lain. Pengertian 3 buah batu adalah tiga
usapan, ini sudah mencukupi tidak menggunakan tiga
batu, sebab maksud istinja’ ini adalah membersihkan
kotoran atau najis.8

6. Syarat-Syarat Wajib Thaharah


a. Islam
b. Berakal
c. Baligh
d. Berhentinya Darah Haid dan Nifas
e. Masuknya Waktu
f. Tidak Tidur
g. Tidak Lupa
8
http://punyalembak.blogspot.com/2016/03/pengertiandasar-hukumtujuan-dan-alat.html
h. Tidak Dipaksa
i. Ada Air atau Debu yang Suci
j. Mampu Melakukan Thaharah Sesuai Kemampuan9

9
http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/fiqih/ilmu-fiqih/1029/syarat---syarat-wajib-
thaharah.html

Anda mungkin juga menyukai