Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGOBATAN HERBAL

PADA PERAWATAN PALIATIF

Mata Kuliah Keperawatan Paliatif

Dosen Pembimbing: Ns. Henni Kusuma, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB

Kelompok 4:

Yeyen Veronika 22020118183001

Susdanarto 22020118183004

Sis Sukarno 22020118183016

Denny Safiudin 22020118183020

Rofinus Saverius Kila 22020118183031

DEPATEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

Cover
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang.................................................................................................... 1
Tujuan................................................................................................................. 1
Manfaat............................................................................................................... 2
Bab II Tinjauan Teori
Pengertian........................................................................................................... 3
Tujuan................................................................................................................. 3
Manfaat dan efek samping.................................................................................. 4
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan obat-obatan herbal................................................................ 5
Bab III Hasil Jurnal............................................................................................. 6
Bab IV Pembahasan............................................................................................ 9
Bab V Kesimpulan.............................................................................................. 11
Daftar Pustaka..................................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan terapi alternatif berupa preparat herbal, terapi komplementer, dan
terapi fisik nonmedis merupakan hal yang umum dijumpai. Beberapa pihak mengklaim
bahwa penggunaan obat herbal seringkali berhasil ketika dunia kedokteran telah angkat
tangan. Beberapa yang lain mengklaim bahwa penggunaan obat tradisional adalah
bebas dari efek samping yang merugikan pasien. Penggunaan obat-obat herbal
merupakan bagian dari tradisi pengobatan yang turun-temurun di berbagai kultur
(Kumalasari, 2006).
Obat herbal diterima secara luas di hampir seluruh negara didunia. Menurut word
Health organization (WHO), negara-negara di Afrika, Asia dan America Latin
menggunakan obat herbal sebagai pelengkap obat primer atau terapi konvensional yang
mereka terima. Bahkan di Afrika , sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat
herbal untuk pengobatan primer. WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional
termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker
( WHO, 2003).
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian terhadap
penggunaan obat herbal menjadi peluang bagi perawat untuk berpartisipasi sesuai
kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan dalam memilih
alternatif yang sesuai. Namun, hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut melaui
penelitian ( evidence-base practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai terapi
keperawatan yang lebih baik.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1 . Tujuan umum
Mengetahui kegunaan obat herbal yang belum bayak diketahui manfaatnya bagi
kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian obat herbal
b. Mengetahui jenis obat herbal
c. Mengetahui manfaat dan efek samping obat herbal
d. Mencari sumber berbagai referensi yang berhubungan dengan obat herbal
dalam keperawatan paliatif
e. Mengetahui manfaat jahe dalam mengurangi mual muntah pada pasien
kemoterapi
f. Mengetahui manfaat rendam kaki dengan menggunakan air hangat
dikombinasikan dengan jahe untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien artritis
gout.
C. Manfaat
a. Bagi pasien
Dapat menjadikan alternatif pengobatan dan terapi komplementer dalam
menurunkan tingkat keluhan yang dialaminya.
b. Bagi Tenaga Medis
Dapat menjadikan ilmu tambahan dalam rangka pengobatan pada pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Tanaman obat adalah tanaman khusus yang berkhasiat sebagai obat (Wulandari, 2012).
Biasanya di lingkungan pedesaan setiap rumah memiliki tanaman-tanaman yang dapat
digunakan sebagai bahan pengobatan herbal atau yang biasa dikenal sebagai “ Apotek
Hidup”. Tanaman –tanaman obat yang biasa yang ada di perumahan antara lain lidah
buaya,kunyit, kencur, daun mangkokan, dan lain-lain. Tidaksedikit mereka yang
menggunakan tanaman obat sebagai usaha keluarga. Herbalism adalah juga dikenal sebagai
pengobatan berkenaan dengan penggunaan tumbuhan untuk pengobatan, medis secara
herbal, obat herbal, herbology, dan phytotherapy. Kadang-kadang lingkup dari obat bahan
tumbuhan yang dipergunakan diperluas termasuk produk-produk jamur dan lebah, mineral-
mineral, kulit/kerang-kulit/kerang dan bagian binatang tertentu. Pengobatan Herbal dan
Kembali ke alam adalah dua phrase kata yang banyak kita dengar akhir akhir ini. Pengobatan
secara herbal merupakan pilihan alternative yang banyak diminati masyarakat terutama
dalam bidang pengobatan

B. Jenis obat Herbal


Berdasarkan tingkatan uji klinisnya, obat Herbal dapat digolongkan menjadi :
1. Jamu (empirical based herbal medicine). Jamu adalah jenis herbal yang belum melalui
proses uji kelayakan, hanya berdasarkan pengalaman masyarakat. di pasaran jamu
mempunyai label dengan bentuk daun, artinya obat herbal yang Anda beli masuk dalam
kategori jamu. Pada jamu, belum ada penelitian yang membuktikan apakah obat
tersebut aman dan baik digunakan. Namun biasanya, bagi kalangan medis, jamu
direkomendasikan untuk mencegah penyakit
2. Obat ekstrak alam (obat herbal terstandar/scientific based herbal medicine). Obat
herbal yang telah diuji khasiat dan toksisitasnya (kandungan racun), namun belum
diujicobakan penggunaannya pada pasien. OHT dapat ditemukan dipasaran dengan
label tiga bintang. Obat herbal ini formulasinya berasal dari jamu atau penemuan obat
herbal terbaru. Namun sudah dilakukan uji pra klinis. Biasanya, kalangan medis
menggunakan obat ini untuk terapi alternative
3. Fitofarmaka (clinical based herbal medicine). Adalah obat herbal yang telah melalui
tiga uji penting, yaitu :
a. Uji praklinik. Uji khasiat dan toksisitas.
b. Uji teknologi farmasi. Untuk menentukan identitas atau bahan berkhasiat secara
seksama hingga dapat dibuat produk yang terstandardisasi.
c. Uji klinis kepada pasien.

Obat yang memiliki label Kristal merupakan obat herbal yang masuk dalam kategori
Fitofarmaka. Sayangnya, obat herbal ini tidak banyak disediakan di Indonesia karena
biaya penelitian yang mahal. Fitofarmaka merupakan obat herbal yang sudah di
melalui uji pra klinik dan uji klinik (Jonosewojo, 2013). Sejauh ini telah beredar 5-
7 obat fitofarmaka yang sesuai standar farmasi modern, kesemuanya memiliki logo
fitofarmaka pada kemasannya, yaitu tanda "akar hijau" menyerupai tanda salju
dengan latar belakang berwarna kuning muda, dikelilingi lingkaran berwarna hijau
muda. Logo ini merupakan tanda sertifikat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(Badan POM) (Anon., 2013).

Agar setara dengan obat modern, obat herbal harus melewati berbagai proses
tersebut. Apabila telah lulus uji klinis, obat herbal tersebut kemudian disebut
fitofarmaka yang layak diresepkan oleh dokter dan dapat beredar di pusat pelayanan
kesehatan (Anon., 2013).

C. Manfaat dan Efek Samping Pengobatan Herbal


1. Manfaat
Obat-obatan herbal berfungsi melemahkan racun untuk proses penyembuhan
penyakit pada manusia, yaitu mengendalikan dan membunuh kandungan racun dalam
tubuh manusia. Selain itu obat-obatan herbal juga dapat membentuk zat kekebalan
tubuh (antibodi) yang tidak dimiliki tubuh manusia, dengan tujuan melindungi dari
unsur yang merusak organ tubuh.
Obat-obatan herbal juga dapat memperbaiki jaringan tubuh yang rusak,sebagai
contoh obat herbal yang berasal dari ramuan mahkota dewa dapat menyembuhkan
penyakit kanker, tumor dan jantung. Terapi pengobatan dengan herbal (tumbuhan
berkhasiat) bermanfaat untuk memperbaiki sel-sel organ tubuh yang rusak akibat
radang dengan penyembuhannya bersifat permanen.
2. Efek Samping
Pada prinsipnya, obat-obatan herbal memiliki potensi efek samping yang sama dengan
obat-obatan sintetis atau konvensional. Tubuh kita tidak bisa membedakan antara
pengobatan menggunakan herbal dengan pengobatan sintetis. Produk obat herbal
merupakan bagian-bagian dari tumbuhan (misalnya akar, daun, kulit, dll) dan
mengandung banyak senyawa kimia aktif. Senyawa ini, selain mempunyai khasiat
penyembuhan juga dapat memiliki efek samping yang dapat merugikan. Para ahli
pengobatan herbal meyakini bahwa penggunaan kombinasi ekstrak tumbuhan memiliki
efek penyembuhan yang lebih ampuh dibanding dengan hanya menggunakan satu
komponen tumbuhan saja. Kombinasi dari tumbuh-tumbuhan ini memiliki efek sinergi,
yang saling melengkapi dan bahkan menambah daya khasiatnya. Kombinasi ini juga
diklaim dapat mengurangi efek samping yang tidak diinginkan, misalnya dapat
mengurangi kejadian keracunan dibanding hanya dengan menggunakan satu jenis
herbal. Namun, secara teoritis, kombinasi zat kimia aktif dalam beberapa jenis herbal
juga bisa berinteraksi untuk membuat ramuan herbal menjadi lebih beracun daripada
menggunakan satu jenis herbal. Efek samping ini dapat terjadi dalam beberapa cara,
misalnya keracunan, kontraindikasi dengan obat lain, dan lain-lain.
D. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat-obatan herbal
antara lain:
 Keamanan obat herbal pada umumnya;
 Kandungan racun yang mungkin dikandung tanaman herbal yang digunakan;
 Efek yang merugikan pada organ tertentu, seperti sistem kardiovaskuler,
sistem saraf, hati, ginjal dan kulit;
 Keamanan obat-obatan herbal untuk pengguna yang rentan, misalnya: anak –anak,
dan remaja, lansia, wanita selama kehamilan dan menyusui, pasien dengan kanker dan
pasien bedah;
 Interaksi yang mungkin terjadi di antara komponen obat herbal;
 Waktu penggunaan yang tepat.
BAB III

HASIL JURNAL

Jurnal 1

Judul : Potensi Timoquinolon dari Jinten hitam ( Nigella Sativa L ) dalam


kemoteraphy kanker serviks.

Pengarang : Susanti

Hasil : Biji jinten hitam mengandung 0,4- 2,5% esensial oil. Biji jinten hitam ini
memiliki efek antipiretik, analgesik, antimikroba, antiinflamasi, dan antioksidan. Kandungan
timoquinolon yang yang terdapat pada esensial oil biji jinten mempunyai peranan dalam
menginduksi apoptosis yang mempunyai potensi cukup baik sebagai bahan untuk kemoterapi.
Timoquinolon merupakan komponen mayor pada jinten hitam yang mana memiliki efek
kemoterapi dan kemoprevensi. Timoquinolon dapat menghambat proliferasi sel dan
angiogenesis sel kanker.

Jurnal 2

Judul : Efektivitas Terapi Rendam Kaki Dengan Air Jahe Hangat Terhadap Nyeri
Artritis Gout Pada Lansia

Pengarang : Yunita Liana

Hasil : Terdapat perbedaan skor nyeri setelah dilakukan tindakan rendam kaki dengan
air jahe hangat dibandingkan dengan rendam kaki dengan air hangat biasa. Ditunjukkan dengan
skor nyeri 3,60± 0,91(rendam kaki dengan air jahe) dan skor nyeri 4,06±0,79 (rendam kaki air
hangat biasa). Terapi rendam kaki dengan air hangat akan memberikan respon lokal terhadap
panas. Stimulasi panas ini akan mengirimkan impuls dari perifer ke hipotalamus. Ketika
reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem effektor mengeluarkan
signal yang mulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah
diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tungkai otak, di bawah pengaruh
hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini
menyebabkan aliran darah ke setiap jaringan bertambah, khususnya yang mengalami radang
dan nyeri, sehingga terjadi penurunan nyeri sendi pada jaringan yang meradang.( Tamsuri,
2007). Adapun kandungan jahe (oleoresin) bermanfaat untuk mengurangi nyeri karena jahe
yang sifatnya hangat. Sifat hangat ini meningkatkan aliran darah untuk mendapatkan efek
analgesik dan relaksasi otot sehingga proses inflamasi berkurang.

Jurnal 3

Judul : Uji Beda Kadar Asam Urat Setelah Dilakukan Terapi Komplementer Senam
Yoga dan Rendam Air Jahe Hangat Pada Pasien Gout di Lubuk Bakung Wilayah Kerja
Puskesmas Pakjo Palembang.

Pengarang : Herliawati, Eka Yulia Fitri, Martha Mozartha

Hasil : Rendam kaki dengan menggunakan air jahe hangat efektif dalam menurunkan
skala nyeri dengan rata- rata penurunan sebesar 1,233. Ditunjukkan dari 30 sampel rata- rata
skala nyeri sebelum dilakukan rendam kaki dengan air jahe hangat adalah 8,20 dan rata-rata
skala nyeri sesudah dilakukan rendam kaki dngan air jahe hangat adalah 6,97. Hasil hitung
menunjukkan nilai p= 0,000 dan nilai p< α, Ho ditolak. Hal ini menunjukkan rendam kaki
dengan menggunakan air jahe hangat efektif untuk menurunkan tingkat nyeri.

Jurnal 4

Judul : Explorasi Metode Pengobatan Tradisional Oleh Para Pengobat Tradisional di


Wilayah Karesidenan Surakarta.

Pengarang : Indarto, Agus Kirwanto

Hasil : Ramuan obat herbal untuk mengobati sakit asam urat / Gout dari pengobat
tradisional terdapat beberapa perbedaan jenis ramuannya. Akan tetapi,ada kesamaan bahan
ramuan yang diberikan, diantaranya sidaguri, temulawak, sambiloto.

Jurnal 5
Judul : Terapi Mual Muntah Pasca Kemoterapi

Pengarang : Nindya Shinta R., Bakti Surarso

Hasil : Pemberian jahe sebelum kemoterapi dapat mencegah mual dan muntah. Hal
ini berdasarkan penelitian, bahwa dengan pemberian kombinasi jahe sebanyak 0,5- 1 gram dan
deksametason dapat menurunkan kejadian mual muntah pada pasien kemoterapi dibandingkan
dengan pemberian kombinasi plasebo dan deksametason. Di Amerika Serikat jahe bukan
sebagai obat, tetapi sebagai substansi yang aman untuk dikonsumsi yaitu kurang dari 4 gram
per hari. Adapun kandungan jahe ini dapat mengikat reseptor 5-HT3 sehingga dapat
menimbulkan efek antiemetik dan detoksifikasi enzim yang menyebabkan kerusakan jaringan.

Jurnal 6

Judul : Complementary And Alternative Medicine (CAM) Fakta Atau Janji ?

Pengarang : Darma Satria

Hasil : Perlunya uji klinis terhadap obat-obatan herbal untuk menggeneralisir khasiat
dan meresepkan obat herbal ke pasien. Racikan obat-obatan herbal biasanya menggunakan
rebusan atau resep turun temurun yang tidak memiliki dosis dan indikasi yang pasti, sehingga
dapat menimbulkan keracunan maupun komplikasi penyakit lainnya seperti sirosis hati. Bahan-
bahan obat herbal yang diragukan kesegarannya dan kualitasnya bisa mengandung jamur
Amanita phaloides yang memproduksi aflatoksin yang bisa merusak hati.

Jurnal 7

Judul : Penggunaan Obat Herbal Pada Pasien Kanker Serviks

Pengarang : Maksum Radji, Hendri Aldrat, Yahdiana Harahap, Cosphiadi Irawan

Hasil : Sebanyak 61,8% pasien penderita kanker serviks menggunakan obat herbal
sebagai obat alternatif dan sebagai obat komplementer dalam menjalani pengobatan disamping
obat konvensional. Obat yang sering dipakai diantaranya mahkota dewa, kunyit putih dan buah
merah.Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan obat herbal dengan stadium
kanker serviks pasien
BAB IV

PEMBAHASAN

Pengobatan herbal merupakan salah satu terapi komplementer dengan menggunakan


metode pengobatan secara alami dari tanaman obat. Berbagai macam obat herbal yang dapat
dimanfaatkan klien untuk meningkatkan kualitas kesehatannya diantaranya untuk pengobatan
kanker serviks dan gout pada lansia. Pada Kemoterapi kanker serviks manfaat timoquinolon
pada jinten hitam mempunyai peranan dalam menginduksi apoptosis yang mempunyai potensi
cukup baik sebagai bahan untuk kemoterapi. Timoquinolon merupakan komponen mayor pada
jinten hitam yang mana memiliki efek kemoterapi dan kemoprevensi. Timoquinolon dapat
menghambat proliferasi sel dan angiogenesis sel kanker. Dalam jurnal 7 sebanyak 61,8 %
pasien penderita kanker serviks menggunakan obat herbal sebagai terapi alternatif dan sebagai
obat komplementer dalam kemoterapi. Dalam menjalani kemoterapi, seringkali pasien setelah
dilakukan tindakan seringkali mengeluh mual dan muntah (Jurnal 5), hal ini disebabkan oleh
pemberian obat sitostatika. Efek mual muntah ini seringkali terjadi satu sampai dua puluh
empat jam atau bahkan lebih setelah pemberian obat sitostatika. Adapun suplementasi herbal
yang bisa digunakan untuk mengurangi mual dan muntah pada pasien post kemoterapi adalah
penggunaan jahe. Pemberian obat sitistatika akan mempengaruhi fungsi neuroanatomi,
neurotransmiter dan reseptor pada vomiting center (VC). Struktur ini meliputi neuron pada
medula oblongata, chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area postrema di dasar ventrikel
empat otak, aferen nervus vagus dan sel enterokromafin pada traktus gastrointestinal.
Neurotransmiter yang berperan dalam Chemotreraphy Induced Nausea and Vomitting (CINV)
yaitu serotonin atau 5-hidroxytriptamin (5-HT), substansi P (SP) dan dopamin. Reseptor yang
terkait dengan serotonin dan substansi P dalam merangsang mual muntah adalah 5-
hidroxytriptamine (5-HT3) dan neurokinin-1(NK-1). Jahe dapat mengikat reseptor 5-HT3
sehingga dapat meningkatkan efek antiemetik dan detoksifikasi enzim yang menyebabkan
kerusakan jaringan.
Penggunaan jahe sebagai obat herbal tidak hanya mengurangi mual muntah saja pada
pasien kemoterapi, akan tetapi jahe dapat bermanfaat pula untuk mengurangi rasa nyeri pada
pasien artritis gout. Dalam jurnal 2 dijelaskan bahwa pasien dengan artitis gout pada lansia
dengan melakukan terapi rendam kaki air hangat dikombinasikan dengan jahe dapat
menurunkan nyeri lebih baik daripada rendam kaki dengan air hangat saja. Kandungan
oleoresin pada jahe dapat mengurangi rasa nyeri karena jahe sifatnya panas yang mana dapat
meningkatkan aliran darah untuk mendapatkan efek analgesik dan relaksasi otot sehingga
proses inflamasi berkurang. Pada rendam kaki dengan menggunakan air hangat
dikombinasikan dengan jahe mempunyai efek yang lebih dalam mengurangi rasa nyeri. Terapi
ini memberikan respon lokal terhadap panas. Stimulasi ini akan mengirimkan impuls dari
perifer ke hipotalamus. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang,
sistem effektor mengeluarkan signal yang mulai berkeringat dan vasodilatasi perifer.
Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor di medula oblongata dari
tungkai otak dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior, sehingga terjadi vasodilatasi.
Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan aliran darah ke setiap jaringan bertambah khususnya
yang mempunyai radang dan nyeri, sehingga terjadi penurunan nyeri sendi pada jaringan yang
meradang. Adapun hasil yang didapatkan bahwasannya skala nyeri post terapi rendam kaki
dengan menggunakan air hangat yang dikombinasikan dengan jahe (3,60 ± 0,91) ada perbedaan
dengan hanya rendam kaki dengan air hangat saja (4,06±0,79).
BAB V

KESIMPULAN

Terapi dengan menggunakan obat herbal makin berkembang sekarang ini. Penggunaan
obat konvensional yang banyak mengandung efek samping menjadi salah satu faktor pemicu
penggunaan obat herbal. Perlunya uji klinis terhadap obat-obatan herbal untuk menggeneralisir
khasiat dan meresepkan obat herbal ke pasien. Racikan obat-obatan herbal biasanya
menggunakan rebusan atau resep turun temurun yang tidak memiliki dosis dan indikasi yang
pasti, sehingga dapat menimbulkan keracunan maupun komplikasi penyakit lainnya seperti
sirosis hati. Bahan- bahan obat herbal yang diragukan kesegarannya dan kualitasnya bisa
mengandung jamur Amanita phaloides yang memproduksi aflatoksin yang bisa merusak hati.

Obat herbal salah satunya jahe sangat bermanfaat untuk mengatasi mual muntah pasca
kemoterapi, asalkan konsumsinya sesuai aturan. Adapun manfaat jahe yang lainnya yaitu untuk
mengurangi rasa nyeri pada pasien artritis gout pada lansia yaitu rendam kaki dengan air hangat
yang dikombinasikan dengan mnggunakan jahe. Cara ini sangatlah ampuh untuk mengurangi
rasa sakit pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Anon. (2013). Edy’ blog. Diakses tanggal 26 Maret 2019, dari


http://www.praktekku.blogspot.com/2009/05/pengobatan- tradisional-vs- pengobatan html.

Hasanah, N.S., Widowati, L. (2016). Jamu pada pasien tumor/ kanker sebagai terapi
komplementer. Jurnal Kefarmasian Indonesia. 6 (1), 49-59

Herliawati, H., Fitri, E.Y., Mozarta M.(2018). Uji beda kadar asam urat setelah dilakukan
terapi komplementer senam yoga dan rendam air jahe hangat pada penderita gout di Lubuk
Bakung wilayah kerja Puskesmas Pakjo Palembang. Diakses pada 2 April 2019, dari http
://www.conference.unisri.ac.id.

Jonosewojo, A. (2013). Ketahui Tiga hal ini saat membeli obat herbal. Diakses tanggal 26
Maret 2019, dari http://www.m.batamtoday.com.

Kumalasari,O. R . L. (2006). Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat


dan keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 3 (1), 1-7.

Liana, Y.( 2019 ). Efektivitas terapi rendam kaki dengan air jahe hangat terhadap nyeri Artritis
Gout pada lansia. Diakses pada 29 Maret 2019, dari http://www. unsri.ac.id.

Radji, M., Aldrat , H., Harahap, Y., Irawan C. (2010). Penggunaan obat herbal pada pasien
kanker serviks. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, Volume 8 no. 1, hal. 33- 39

Satria, D. (2013). Complementary and alternative medicine (CAM): fakta atau janji?. Idea
Nursing Jurnal. 4 (3).
Shinta ,N., Surarso ,B.(2016). Terapi mual muntah pasca kemoterapi. Jurnal THT-KL, volume
9 no.2, hal. 74-83.
Susianti.(2014). Potensi timoquinolon dari jinten hitam (Nigella Sativa L) dalam kemoterapi
kanker serviks. Jurnal Keperawatan, Volume10 no. 1

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC.

WHO. (2003). TraditionalMedicine. Available at


http://apps.who.int/gb/archive/pdf_files/wha56/ea56r31.pdf.

Wulandari, A.(2012). Herbal Nusantara : 1001 ramuan tradisional asli Indonesia.


Yogyakarta: ANDI.

Anda mungkin juga menyukai