Anda di halaman 1dari 27

Tugas Makalah Batik Seni Budaya

Di susun oleh :
1. Ayu Nurrahima F 07/XI-10
2. Charmanita M N 11/XI-10
3. Nabila Marshanda P 24/XI-10
4. Rizka Wedar F 32/XI-10
SMAN 15 SURABAYA
TAHUN AJARAN 2017/2018
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas seni budaya
mengenai batik dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima
kasih pada ibu guru yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kami. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan tugas yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang.

Surabaya, April 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Batik, istilah tersebut tentu sudah tidak asing lagi bagi siapa saja yang mendengarnya.
Kita mengenal batik sebagai aset negara. Sayangnya, banyak masyarakat indonesia terutama
anak muda berperilaku seolah batik tidak akan hilang walaupun kita tidak melestarikannya.
Pandangan tersebut merupakan kesalahan yang fatal. Banyak anak muda yang menganggap batik
merupakan pakaian formal sehingga hanya menggunakan batik disaat-saat tertentu saja. Atau
menganggap desain batik membosankan untuk digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Padahal,
Indonesia memiliki beragam motif batik yang berbeda-beda. Jika anggapan tersebut masih
dilaksanakan hingga seterusnya, maka tidak akan salah jika batik tidak lagi menjadi aset bagi
bangsa Indonesia.
Maka dari itu, sudah menjadi tugas wajib bagi generasi muda, generasi penerus bangsa
untuk melestarikan batik dengan inovasi – inovasi baru yang segar.

I.2 Rumusan Masalah


Mengapa kalangan anak muda di SMAN 15 Surabaya lebih memilih baju dari brand luar
negeri daripada batik untuk digunakan sehari-hari?

I.3 Tujuan
 Mengenal lebih dalam tentang batik
 Menumbuhkan rasa bangga ketika menggunakan batik
 Memenuhi tugas seni budaya
BAB II
LANDASAN TEORI

1 Sejarah Batik Indonesia

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan


Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan,
pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian
pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik
cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Kesenian
batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu
kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya
terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para
pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka
kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-
masing. Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas
menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang.
Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi
pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedangkan bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli
Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan
bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.

Jaman Majapahit

Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majapahit di telusuri di daerah


Mojokerto dan Tulung Agung. Mojokerto adalah daerah yang erat hubungannya dengan
kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan
Majapahit.

Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap
dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar
Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar
yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo
banyak dijual.
Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-
batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan
biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan
dan Simo.
Perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi
corak batik Solo dan Yogyakarta. Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik
karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari
tom. Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang
menetap didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah
pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan
sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya batik tulis.

2 Perkembangan Batik Di Indonesia

A. Batik Solo dan Yogyakarta

Dari kerajaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitarnya abad 17,18 dan 19, batik
kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya
sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun
perkembangan selanjutnya, pleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi
perdagamgan.
Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap
maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih
tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal
sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan “Sidomukti” dan
“Sidoluruh”. Sedangkan Asal-usul pembatikan didaerah Yogyakarta dikenal semenjak
kerajaan Mataram ke-I dengan rajanya Panembahan Senopati.

Di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro


mengembangkan batik ke Timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak
batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke
Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkem-bang di Banyumas,
Pekalongan, Tegal, Cirebon.

B. Perkembangan Batik Di Kota-Kota Lain

Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh


pengikut-pengikut Pangeran Diponegero setelah selesa-inya peperangan tahun 1830.
Pengikutnya yang terkenal waktu itu ialah Najendra dan dialah mengembangkan batik
celup di Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat pewama
dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan
kuning.
Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan oleh Cina disamping
mereka dagang bahan batik sama halnya dengan pembatikan di Pekalongan. Para
pengikut Pangeran Diponegoro yang menetap di daerah ini kemudian mengembangkan
usaha batik di sekitara daerah pantai ini, yaitu selain di daerah Pekalongan sendiri, batik
tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo.
Meluasnya pembatikan keluar dari kraton setelah berakhirnya perang Diponegoro
dan banyaknya keluarga kraton yang pindah kedaerah-daerah luar Yogya dan Solo karena
tidak mau kejasama dengan pemerintah kolonial. Keluarga kraton itu membawa
pengikut-pengikutnya kedaerah baru itu dan ditempat itu kerajinan batik terus dilanjutkan
dan kemudian menjadi pekerjaan untuk pencaharian.

Pemakaian batik cap dari tembaga dikenal sekitar tahun 1930 yang dibawa oleh
Purnomo dari Yogyakarta. Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX Bahan-
bahan yang dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari
pohon seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya. Motif batik hasil Ciamis adalah
campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah sendiri terutama motif dan warna
Garutan. Ciri khas batik Cirebonan sebagaian besar bermotifkan gambar yang lambang
hutan dan margasatwa. Sedangkan adanya motif laut karena dipengaruhioleh alam
pemikiran Cina, dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah menyunting putri Cina.
Sementra batik Cirebonan yang bergambar garuda karena dipengaruhi oleh motif batik
Yogya dan Solo.

C. Pembatikan di Jakarta
Pembatikan di Jakarta dikenal dan berkembangnya bersamaan dengan daerah-
daerah pembatikan lainnya yaitu kira-kira akhir abad ke-XIX. Pembatikan ini dibawa
oleh pendatang-pendatang dari Jawa Tengah dan mereka bertempat tinggal kebanyakan
didaerah-daerah pembatikan. Daerah pembatikan yang dikenal di Jakarta tersebar didekat
Tanah Abang
Batik-batik produksi daerah Solo, Yogya, Banyumas, Ponorogo, Tulungagung,
Pekalongan, Tasikmalaya, Ciamis dan Cirebon serta lain-lain daerah, bertemu di Pasar
Tanah Abang dan dari sini baru dikirim kedaerah-daerah diluar Jawa. Pedagang-
pedagang batik yang banyak ialah bangsa Cina dan Arab, bangsa Indonesia sedikit dan
kecil. Oleh karena pusat pemasaran batik sebagian besar di Jakarta khususnya Tanah
Abang, dan juga bahan-bahan baku batik diperdagangkan ditempat yang sama, maka
timbul pemikiran dari pedagang-pedagang batik itu untuk membuka perusahaan batik di
Jakarta dan tempatnya ialah berdekatan dengan Tanah Abang.
Bahan-bahan baku batik yang dipergunakan ialah hasil tenunan sendiri dan obat-
obatnya hasil ramuan sendiri dari bahan-bahan kayu mengkudu, pace, kunyit dan
sebagainya. Batik Jakarta sebelum perang terkenal dengan batik kasarnya warnanya sama
dengan batik Banyumas. Sebelum perang dunia kesatu bahan-bahan baku cambric sudah
dikenal dan pemasaran hasil produksinya di Pasar Tanah Abang dan daerah sekitar
Jakarta.
D. Pembatikan di Luar Jawa

Batik kemudian berkembang di seluruh penjuru kota-kota besar di Indonesia yang


ada di luar Jawa, daerah Sumatera Barat misalnya, khususnya daerah Padang, adalah
daerah yang jauh dari pusat pembatikan dikota-kota Jawa, tetapi pembatikan bisa
berkembang didaerah ini.
Sumatera Barat termasuk daerah konsumen batik sejak zaman sebelum perang
dunia kesatu, terutama batik-batik produksi Pekalongan (saaingnya) dan Solo serta
Yogya. Di Sumatera Barat yang berkembang terlebih dahulu adalah industri tenun tangan
yang terkenal “tenun Silungkang” dan “tenun plekat”, dari batik-batik yang dibuat di
Jawa, maka ditirulah pembuatan pola-polanya dan ditrapkan pada kayu sebagai alat cap.
Banyak pedagang-pedagang batik membuka perusahaan-perusahaan batik dengan
bahannya didapat dari Singapore melalui pelabuhan Padang dan Pakanbaru.

Warna dari batik Padang kebanyakan hitam, kuning dan merah ungu serta polanya
Banyumasan, Indramajunan, Solo dan Yogya. Sekarang batik produksi Padang lebih
maju lagi tetapi tetap masih jauh dari produksi-produksi dipulau Jawa ini. Alat untuk cap
sekarang telah dibuat dari tembaga dan produksinya kebanyakan sarung.

3 Tentang Batik

Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa“amba” yang berarti menulis dan
“nitik”. Kata batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak – menggunakan canting
atau cap – dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna corak
“malam” (wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan
pewarna. Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist dyeing. Jadi
kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting
dan cap dengan menggunakan malam sebagai bahan perintang warna.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari
budaya Indonesia(khususnya Jawa) sejak lama.Kesenian batik merupakan kesenian
gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja
Indonesia zaman dulu.
Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka
dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik
adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang
memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi
fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat
pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik
adalah lazim bagi kaum lelaki.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya,
batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh
dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar,
seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga
kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa
motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif
batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keratonYogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini
masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto,
yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. UNESCO menunjuk batik
Indonesia sebagai mahakarya warisan budaya manusia pada 2 Oktober 2009.

CARA MEMBUAT BATIK


A. Perlengkapan Membatik

1. Gawangan

Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori


sewaktu dibatik.

2. Bandul

Fungsi pokok bandul adalah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak
mudah tergesar tertiup angin, atau tarikan si pembantik secara tidak sengaja.
3. Wajan

Wajan ialah perkakas untuk mencairkan “malam”. Wajan dibuat dari logam baja,
atau tanah liat.

4. Kompor

Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah
kompor dengan bahan bakar minyak.

5. Taplak

Taplak ialah kain untuk menutup paha si pembantik supaya tidak kena tetesan
“malam” panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik.
6. Saringan “malam”

Saringan ialah alat untuk menyaring “malam” panas yang banyak kotorannya.
7. Canting

Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan.
Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik dengan cairan lilin.

8. Mori

Mori adalah bahan baku batik dari katun. Kwalitet mori bermacam-macam, dan
jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan.
9. Lilin (“Malam”)

Lilin atau “malam” ialah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Malam untuk
membatik bersifat cepat menyerap pada kain tetapi dapat dengan mudah lepas ketika
proses pelorotan.

10. Pola
Pola ialah suatu motif batik dalam mori ukuran tertentu sebagai contoh motif batik
yang akan dibuat.

B. Proses Pembuatan Batik


§ Siapkan kain, buat motif diatas kain dengan menggunakan pensil
§ Setelah motif selesai dibuat, sampirkan kain pada gawangan
§ Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap
berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian
berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan
pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
§ Mulailah dengan cara ambil sedikit malam cair dengan menggunakan canting, tiup-tiup
sebentar biar tidak terlalu panas.
§ Setelah semua motif yang tidak ingin diwarna dgn warna tertentu tertutup malam.
Proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dilakukan dengan
mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.
§ Setelah itu adalah proses nglorot, dimana kain yg telah berubah warna tadi direbus dgn
air panas. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan lapisan lilin sehingga motif yg telah
digambar menjadi terlihat jelas.
§ Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan
dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting) untuk menahan warna berikutnya .
§ Dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua ,pemberian malam lagi.
§ Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke
campuran air dans oda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan
menghindari kelunturan.
§ Proses terakhir adalah mencuci /direndam air dingin dan dijemur sebelum dapat
digunakan dan dipakai.

4. Jenis-Jenis Batik
A. Batik Pecinan / Cina
Keturunan dari para perantau Cina di Indonesia biasanya memproduksi Batik
untuk komunitas sendiri atau juga diperdagangkan. Batik produksi mereka yang disebut
Batik Pecinan. Motif yang digunakan banyak memasukkan unsur budaya Cina seperti
motif burung Hong atau merak, dan Naga. Pada jaman dahulu Batik Pecinan yang
berbentuk sarung. Di Pekalongan yang terkenal memproduksi Batik Pecinan salah
satunya ialah Tan Tjie Hou.

B. Batik Belanda
Warga keturunan Belanda banyak juga yang memproduksi batik. Batik yang
warga keturunan Belanda ini mempunyai ciri khas tersendiri. Motif yang digunakan
kebanyakan bunga-bunga yang banyak terdapat di Eropa seperti Tulip dan motif tokoh-
tokoh cerita dongeng terkenal di sana. Tokoh yang terkenal membuat Batik Belanda di
Pekalongan yaitu Van Zuylen dan J.Jans.
C. Batik Rifa’iyah
Batik jenis ini mendapat pengaruh Islam yang kuat. Dalam budaya Islam motif –
motif yang berhubungan dengan benda bernyawa tidak boleh digambarkan sama persis
sesuai aslinya. Batik rifa’iyah terutama yang mengenai motif hewan terlihat kepalanya
terpotong. Biasanya warga keturunan Arab memproduksi batik jenis ini.

D. Batik Pengaruh Kraton


Motif gaya kraton yang biasanya di pakai yaitu semen, cuwiri, parang dll.
Walaupun bermotif pengaruh kraton tetapi teknik pembuatan dan pewarnaanya dengan
gaya Pekalongan. Sehingga lebih unik dan menarik.
E. Batik Jawa Baru
Dalam Batik Jawa Baru motif dan warna yang ada pada era batik Jawa Hokokay
lebih disederhanakan, tetapi masih berciri khas pagi sore tanpa tumpal. Kebanyakan
menggunakan motif rangkaian bunga dan lung – lungan.

F. Batik Jlamprang
Motif – motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama Nitik. Batik ini
merupakan pengembangan dari motif kain Potola dari India yang berbentuk geometris
kadang berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya
berbentuk segi empat.

G. Batik Terang Bulan


Suatu desain batik dimana ornamennya hanya di bagian bawah saja baik itu berupa
ornamen pasung atasnya kosong atau berupa titik – titik . Batik Terang Bulan ini disebut
juga Gedong atau Ram – raman.
5. Motif Batik Indonesia
A. Batik Bojonegoro

Batik ini terbilang unik. Ada nama tersendiri yang digunakan untuk menyebut batik asal
Bojonegoro yakni, Jonegoroan. Batik ini memiliki 9 corak yang populer di kalangan
masyarakat. Masing-masing corak memiliki nama tersendiri yaitu, Mliwis Mukti, Parang
Jembul Sekar Rinandar, Sekar Jati, Jagung Miji Emas, Rancak Thengul, Parang Dahano
Munggal, Gastro Rinonce, dan Pari Sumilak.

Setiap motif Jonegoroan selalu terinspirasi oleh kekayaan alam Bojonegoro. Hal ini
didukung oleh kondisi alam dan ragam budaya di wilayah Jawa Timur ini. Tak heran bila
motif batik khas Bojonegoro tampak kaya dengan warna.
B. Batik Bengkulu

Sepintas bila melihat corak batik ini, Anda akan teringat dengan kaligrafi. Hal ini
memang menjadi ciri khas dari batik asal Bengkulu.

Tidak hanya mengangkat motif yang memadukan keindahan bunga dan burung, kaligrafi
adalah salah satu motif yang biasa ditemukan pada batik Bengkulu. Bila bunga pada batik
merujuk pada bunga Bangkai, maka gambar burung umumnya bersumber dari burung
walet atau kuau.

C. Batik Aceh

Warna yang berani menjadi ciri khas dari batik asal Aceh ini. terkait corak, batik Aceh
lebih sering menggunakan motif yang berkaitan dengan budaya masyarakat yang
dikombinasikan dengan unsur-unsur alam.

Pengaruh agama Islam yang kuat berimbas pada bentuk motif batik yang dihasilkan.
Dalam hal ini, batik Aceh tidak menggunakan gambar binatang. Alasannya, karena dalam
ajaran Islam makhluk hidup tidak boleh digambar.
D. Batik Banyuwangi

Kerap menggambarkan keindahan alam di Banyuwangi, batik ini dikenal sangat artistik.
Perpaduan gambar tumbuhan dan hewan menjadi keunggulan batik Banyuwangi. Bisa
dikatakan bahwa motif yang digunakan oleh batik ini berpusat pada kearifan lokal
masyarakat Banyuwangi di tengah lingkungannya.

E. Batik Cilacap

Mengangkat keindahan alam, batik Cilacap menggambarkan pesona tanaman dan


binatang pada setiap motifnya. Warna yang digunakan lebih netral, dengan kombinasi
putih, hitam, dan cokelat.

Batik Cilacap dikenal pula dengan motif kontemporernya. Beberapa motif yang dikenal
luas adalah yang menggambarkan keindahan sungai Serayu, buah gowok, dan buah jeruk.
6. Teknik membatik
Teknik canting tulis

Kalau kamu sudah mengenal batik, nggak afdol kalau kamu belum mengenal yang
namanya canting. Canting ini alat khas Jawa yang digunakan untuk membatik. Dari alat
inilah, teknik canting mulai dikenal di masyarakat Jawa. Loopers, canting ini fungsinya
buat menuliskan motif batik diatas kain mori. Canting diisi dengan cairan malam terlebih
dahulu lalu kain bisa dicelupkan ke pewarna. Nah pada bagian yang sudah ditulis ini
nggak bakal luntur terkena warna. Teknik ini membutuhkan jiwa seniman dan ketelitian
yang tinggi lho Loopers. Maka dari itu, harga batik tulis ini sangat mahal.

Teknik celup ikat

Teknik ini mungkin sudah pernah kamu pelajari di sekolah ya karenateknik ini sangatlah
mudah. Pembuatan motif pada kain dibuat dengan cara mengikat sebagian kain lalu
dicelupkan kedalam cairan pewarna. Habis itu, ikatan dibuka, nah pada kain yang terikat
ini pasti nggak terkena warna kan. Inilah yang bakalan jadi motif pada batik. Teknik

celup ikat juga dikenal dengan nama jumputan, tritik, sasirangan dan pelangi.
Teknik printing

Teknik printing ini diprint dengan alat printing. Proses pewarnaan pada batik printing ini
hanya diwarnai pada satu sisi kainnya aja Loopers. Jadi pada proses produksinya lebih
efisien dan lebih cepat. Bayangin aja dalam sekali cetak, satu warna itu hanya butuh
waktu 5 menit saja lho Loopers. Nggak hanya itu, alat printing ini sangat canggih jadi
motif batiknya bakalan lebih detail lho.

Teknik Cap

Teknik cap ini menggunakan alat canting cap yang timbul, dimana canting cap ini
bakalan dicelupkan di cairan malam lalu dicapkan ke kain mori. Kelebihan dari teknik ini

bisa lebih cepat dalam pemalaman.

Teknik Colet

Kita pasti pernah melihat batik dengan warna yang beda. Nah proses pembuatan dengan
warna yang berbeda ini menggunakan teknik colet. Teknik ini akrab disapa dengan teknik
lukis. Pembatik harus mengoleskan pewarna kain atau pewarna kain lainnya dengan
menggunakan kuas lalu melukiskan motif diatas kain mori. Looper, teknik ini
membutuhkan jiwa seni yang tinggi karena untuk membuat motif harus jeli, warnanya
bisa menyatu. Semakin bagus motifnya, bakalan semakin tinggi pula harganya.
7. DESAINER

DESAINER adalah seseorang yang merancang atau menciptakan sesuatu.


Desainer memiliki dua peran sekaligus, yakni sebagai senirupawan dan
komunikator. Desainer memiliki dua peran sekaligus, yakni sebagai senirupawan dan
komunikator. Sebagai pekerja seni, ia berhubungan erat dengan masalah keindahan
(estetika), seperti pemilihan warna, ilustrasi, tipografi, dan layout. Sementara itu sebagai
komunikator, ia mempunyai tugas memvisualkan pesan-pesan verbal sejelas mungkin
agar dapat ditangkap oleh audiens secara mudah dan menyenangkan.Tujuan utama
membuat karya visual tentu bukan semata-mata mengekspresikan seni sebagaimana
seorang pelukis, melainkan menyampaikan pesan dan menciptakan sajian visual yang
komunikatif dan mampu mengunggah hasrat (exciting).
BAB III
PEMBAHASAN

Saat ini, banyak anak muda yang menganggap batik sebagai pakaian formal sehingga
hanya menggunakan batik disaat ada event tertentu yang bernuansa formal. Hal ini sangan
disayangkan. Mereka menganggap batik merupakan pakaian formal karena banyak hal, salah
satunya karena desain baju batik terkesan membosankan. Untuk hal ini memang tidak dapat di
bantah. Tetapi banyak desainer yang berbakat di indonesia. Jika desainer-desainer ini peduli,
mereka bisa mengembangkan batik dengan desain modern agar bisa digunakan untuk kegiatan
sehari-hari. Berikut merupakan desainer indonesia yang mengembangkan batik hingga ke manca
negara :

Iwan Tirta

Kiprah Iwan Tirta begitu berkilau ketika batik rancangannya digunakan sebagai pakaian
tradisional yang dikenakan kepala negara pada pertemuan APEC tahun 1994.

Iwan yang lulusan Yale University, Amerika Serikat ini tertarik mengenal batik sejak dia
menerima dana hibah dari John D. Rockefeller the Third untuk mempelajari tarian keraton
Kasunanan Surakarta.

Semenjak itu, hingga akhir hayatnya Iwan mengembangkan batik khas Indonesia. Dia juga
memberikan pendidikan batik, melakukan penelitian tentang batik, hingga mempromosikannya
ke kancah internasional.

Kesadaran terhadap batiknya memuncak pada 1966. Saat itu Iwan menyelesaikan sebuah buku
berjudul Batik Pattern and Motifs. Buku itu merinci aspek historis dan sosiologis batik.

Iwan yang begitu mengenal desain batik istana, mengubah beberapa pola kerajaan menjadi karya
batik yang membuat orang tercengang-cengang. Karya batiknya meskipun modern tapi tetap
berpegang pada pakem desain batik khas Indonesia.
Ghea Panggabean

Kecintaannya pada dunia fesyen sudah tak diragukan lagi. Perancang ini mengenyam pendidikan
fesyennya di Lucie Clayton College of Dress Making Fashion Design pada 1976 - 1978, dan
melanjutkan ke Chelsea Academy of Fashion, London pada 1979.

Setelah menyerap begitu banyak ilmu tentang merancang busana dari luar, Ghea justru merintis
kariernya di Tanah Air dengan mengangkat motif kain tradisional. Kecintaannya kepada
Indonesia tak diragukan lagi.

Salah satu kreasinya Ghea mengembangkan Batik Garut dan Batik Kudus. Dia memadukan kain
batik dengan atasan kebaya khas rancangannya. Ghea bermain dengan batik Kudus dengan
memberikan corak yang dipengaruhi oleh budaya Tionghoa.

Sambutan hangat tidak hanya dia terima di Tanah Air, di luar negeri pun pujian terus mengalir
ketika Ghea mengemas kain tradisional di dalam sebuah peragaan busana di Kota Milan.

Di negeri yang menjadi kiblat mode tersebut rancangan Ghea dipuji, salah satunya oleh General
Manager Alta Roma yang merupakan Asosiasi Mode dan Perancang Busana di Roma, Italia.

Carmanita

Darimana minat besar Carmanita pada Batik berasal? Perancang asal Bandung ini berasal dari
keluarga pengrajin batik di Jawa Tengah. Dia kembali ke Tanah Air pada 1980 setelah
menyelesaikan pendidikan di University of San Fransisco setelah mengambil studi keuangan.

Pulang ke Indonesia, dia semakin tertarik menekuni bidang yang telah sekian lama digeluti
leluhurnya, yaitu membuat batik. Label Carmanita menjelajah jauh sampai ke benua Eropa.

Seperti di Departemen Store Harrods, dia juga memamerkan karyanya di Eropa, Amerika
Serikat, Afrika, dan Jepang.
Kreasi batiknya bahkan melewati batas imajinasi para perancang. Carmanita menoreh Batik
mulai dari di atas kain lycra, mobil Mercedes hingga ban mobil. Tak ada batas bagi kreasi desain
batik untuknya.

Dalam rangka perayaan Mercedes Benz di Indonesia, Carmanita menghadirkan mobil dengan
motif Sekar Jagad dengan teknik cat semprot. Selain itu GT Radial juga juga meminta Carmita
mendesain ban mereka dengan motif Parang Lereng. Ban tersebut langsung dicetak dan
diproduksi di pasar internasional.

Ramli

Lelaki ini lahir membawa nama Ramli Sarwi Gozali Kartowidjojo. Di dunia fesyen Tanah Air,
dia cukup dipanggil dengan Ramli. Dunia fesyen telah dia tekuni sejak 1975.

Ramli memang dikenal dengan rancangannya yang memakai kain-kain tradisional Indonesia
seperti batik, bordir, kain songket, dan tenun ikat.

Pada awal 80-an, Ramli keluar dengan rancangan batik yang agak nyeleneh. Dia merancang
batik menjadi jaket batik beristleting, bolero batik, dan gaun pesta. Ini adalah kreativitas di luar
pakem, karena batik sebelumnya hanya sebatas kain untuk kebaya.

Desainer ini dikenal karena menghadirkan batik dalam sentuhan modern dan global. Setiap lini
kehidupan kini dapat memakai batik, salah satunya atas jasa Ramli.

Dia merancang sehelai batik menjadi aneka busana kasual, busana kantor, pakaian perempuan
terusan, gaun malam, kebaya, tunik, abaya, sampai gamis. Busana batik untuk lelaki juga dia
pikirkan.

Baju koko, kemeja, jaket batik beritsleting, juga jas ala Nehru adalah beberapa ide Ramli yang
aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Danar Hadi

Sosok di balik nama besar merek fesyen Danar Hadi adalah Santosa Doellah. Lelaki yang loyal
membesarkan batik ini merintis rumah modenya sejak 1976. Lelaki ini belajar batik sejak
usianya 15 tahun dari keluarga kakeknya R.H. Wongsodinomo.

Awalnya usaha Santoso Doellah hanya berisi 20 karyawan. Terdiri dari pembatik, pencelup, dan
penggambar motif. Awal usaha rumah mode Danar Hadi adalah memproduksi batik tulis motif
Wonogiren.

Batik tersebut diminati pasar. Dia terus mengembangkan industri batiknya. Pada 1970 Santosa
mendirikan sentra usaha batik di Sragen Jawa Tengah. Bisnis Santosa terus mengembangkan
gurita usahanya.

Pada 1990 dia mendirikan perusahaan pemintalan benang katun PT Kusuma Putra Santosa, yang
dilengkapi mesin mutakhir buatan Eropa dan Jepang.

Batik Danar Hadi pun merambah mancanegara. Sejumlah outlet di luar negeri seperti Singapura
dan di Jeddah. Secara rutin batik Danar Hadi telah diekspor ke Amerika Serikat, Italia, dan
Jepang.

Berkat Danar Hadi, batik telah berkembang menjadi busana sehari-hari, busana siap pakai,
busana pesta. Atas jasa dan loyalitasnya menciptakan motif batik, sang pemilik Santosa
dianugerahi gelar Empu Batik oleh Institut Seni Indonesia Surakarta pada 2012.

Kurangnya pemasaran juga menjadi alasan bahwa batik kurang dilirik. Banyak brand
batik yang terlalu mengusung tema formal sehingga banyak anak muda malas untuk
menggunakannya. Hal ini menjadi tantangan para designer untuk dapat memasarkan dengan
baik. Salah satunya dengan mengajak berkolaborasi brand terkenal untuk menciptakan pakaian
batik. Sebagai contoh adalah Eko Nugroho, desainer asal Yogyakarta, Indonesia yang
mengukir sejarah dengan merancang desain untuk brandkenamaan Louis Vuitton. Eko
mengusung beberapa desain scarf yang disiapkan untuk Louis Vuitton. Proses kerja sama antara
Eko dan Louis Vuitton terjadi pada 2013 silam, pihak Louis Vuitton mengaku senang bisa
berkolaborasi dengan desainer Indonesia.
BAB IV
PENUTUP

Hal terpenting untuk meningkatkan daya tarik anak muda khusunya di SMAN 15
Surabaya adalah dari diri sendiri. Kita harus dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air, khususnya
batik. Karena batik merupakan warisan nenk moyang kita ynag tak ternilai harganya.

Cara untuk meningkatkan daya pakai anak muda terhadap batik bisa melalu para designer
agar dapat menciptakan pakaian yang menarik sesuai dengan mode busana zaman sekarang atau
yang trend yang sedang naik daun. Dengan cara itu anak-anak muda dapat menggunakan batik
dan menghilangkan presepsi bahwa batik hanya dapat digunakan diacara formal saja.

Selain itu cara lainnya adalah dengan meningkatkan strategi pemasaran. Designer dapat
bekerja sama dan berkolaborasi dengan brand yang telah terkenal untuk menciptakan pakaian
batik. Karena banyak anak muda zaman sekarang khususnya klangan menengah yang lebih
membeli pakaian dengan melihat brandnya.

Hal yang dapat menjadi penarik daya pakai batik lainnya bagi anak muda adalah dengan
mengajak artis-artis terkenal ibu kota untuk menjadi brand ambassador dari brand batik itu
sendiri. Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa banyak anak muda zaman sekarang menjadikan artis
idolanya sebagai panutan dalam berbusana. Jika artis-artis tersebut mau ikut dalam memasarkan
dan menawarkan batik, kemungkinan besar banyak anak-anak muda yang akan mengikutinya
karena menganggap itu adalah mode berbusana.
DAFTAR PUSTAKA
http://wikatifani.blogspot.co.id/2015/02/apa-itu-desainer.html
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20141002134522-277-5056/mereka-perancang-yang-
menggaungkan-batik
https://www.dream.co.id/lifestyle/karya-eko-nugroho-di-desain-louis-vuitton-
160225v.html

Anda mungkin juga menyukai