Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. LATAR BELAKANG
Sejak dahulu kala sampai saat ini manusia adalah penghuni Bumi dengan berbagai
aktivitas yang dilakukannya, ada yang sifatnya memelihara dan ada pula yang merusak.
Bumi masih tetap sama ukurannya sejak diciptakan, tapi isinya termasuk manusia
bertambah dari tahun ke tahun, saat ini penduduk dunia mencapai 7 miliar orang,
diperkirakan pada 2050 akan mencapai 9 miliar. Bertambahnya jumlah penduduk tersebut,
berarti kebutuhan konsumsi meningkat dan pertumbuhan ekonomi juga ikut terdorong.
Karena itulah membuat lingkungan hidup menjadi tertekan dikarenakan sumber daya alam
akan menjadi prioritas untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Dalam upaya perbaikan pada upaya perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup
yang dapat berkelanjutan maka dibuatlah UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) sebagai pengganti dari UU Pengelolaan
Lingkungan UU 23 tahun 1999. Hal ini disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan
kondisi/ daya dukung lingkungan Indonesia, dimana dalam konsep ini ini memerlukan
daya prediksi secara ilmiah (scientific prediction) sehingga mampu memberikan prakiraan
dan peringatan dini akan adanya risiko / dampak negative lingkungan. Dengan demikian
dapat pula menyiapkan sarana dan prasarana untuk mencegah, mengurangi dan
mengendalikan dampak negative dan mengembangkan dampak postive bagi Lingkungan.
Hal ini sejalan dengan konsep pemerintah yang dituang melalui UU Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup No.32/2009 yang mendefinisikan Lingkungan hidup
sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya , keadaaan dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Direktur Utama pada tanggal 3 November 2015. Kebijakan K3L merupakan komitmen
Direksi dan Manajemen dalam bidang K3L. Adapun isi dari Kebijakan K3L adalah sebagai
berikut :
Eksploitasi Sumber daya alam adalah suatu keharusan demi memenuhi kebutuhan
hidup manusia, namun agar dapat berkelanjutan diperlukan pengelolaan dan
pengendalian sehingga menggunakan energi dengan bijak juga merupakan suatu
keharusan
dari UU, PP, Permen sampai Ketetapan Gubernur sebagai Landasan Hukum dalam
mengelola lingkungan hidup.
Pemerintah telah menetapkan peraturan-peraturan yang mengatur tentang Baku Mutu dari
setiap dampak Lingkungan yang dihasilkan kegiatan. Payung hukum peraturan
Lingkungan berupa UU 32 tahun 2009 yang menyempurnakan UU 23 tahun 1999.
Hal-hal yang perlu dicermati dari UU 32/2009 antara lain :
Masalah Lingkungan saat ini sudah masuk kedalam ranah hukum pidana, sehingga
tidak hanya terkait denda, tetapi juga hukuman kurungan badan.
Pasal-pasal yang terkait dng kegiatan ketenagalistrikan
a. Pemahaman semua pihak terkait UUPPLH tahun 2009 dengan kegiatan konstruksi
dan operasi Pembangkit
b. Sanksi-sanki Pidana yang tercantum dalam UUPPLH 32 tahun 2009 yang harus
dipahami oleh penanggung jawab Kegiatan
besar energy tersebut diperoleh dengan melakukan eksploitasi Sumber daya Alam berupa
energi fosil (Batubara, Gas Alam, Minyak Bumi). kegiatan ini berakibat pada:
3.1.1. Meningkatnya suhu bumi yang dikenal dengan Global warming. Kenaikan
temperatur bumi berpengaruh pada berubahnya iklim (climate change).
3.1.2. Berkurangnya ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan
manusia dan makhluk hidup lainnya akibat eksploitasi dan pencemaran.
3.1.3. Pencemaran yang terjadi akibat kegiatan yang dilakukan manusia
PT PLN (Persero) memiliki misi untuk menjalankan core bisnis nya yaitu melistriki
kegiatan di Indonesia untuk kepentingan Industri, Bisnis, Sosial, Publik, Rumah dari sejak
listrik dibangkitkan di Pembangkit, disalurkan melalui jaringan transmisi dan distribusi
sampai ke konsumen dengan tetap memperhatikan factor berwawasan Lingkungan.
Apa saja yang harus dikelola dan bagaimana contoh cara pengelolaannya ?
Pengelolaan Lingkungan dilakukan terhadap semua dampak Lingkungan yang
dihasilkan kegiatan. Sisa dari kegiatan usaha ketenagalistrikan yang berupa limbah
wajib dikelola sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam pelaksanaan pembangunan dan operasional kegiatan ketenagalistrikan, baik
Pembangkitan Listrik maupun Penyaluran dan distribusinya bila tidak diantisipasi
dengan program Perlindungan, pencegahan dan pengelolaan lingkungannya akan dapat
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
6
Corporate Enabler Academy
3.4.1. Limbah dari Proses Pembangkit Listrik seperti digambarkan dibawah ini
Kategori Limbah
Jenis limbah dikategorikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan wujudnya dibagi menjadi :
- Limbah cair
- Limbah padat
- Limbah gas
2. Berdasarkan tingkat bahayanya, dibagi menjadi :
- Limbah Non B3
- Limbah B3
Izin Lingkungan;
3.5.2. Dilarang melanggar baku mutu Lingkungan (BML) dan Kriteria Baku Kerusakan
Lingkungan Hidup (KBKL);
3.5.3. Dilarang melakukan pembuangan limbah ke media Lingkungan hidup (air, tanah
dan udara) tanpa suatu keputusan izin;
3.5.4. Wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/ atau kegiatan (mis. Air
limbah dan LB3);
3.5.5. Wajib melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun;
3.5.6. Wajib melakukan perubahan izin Lingkungan, jika pemrakarsa berencana
melakukan perubahan usaha dan/ atau izin Lingkungan.
andongan dengan titik tertinggi benda di lahan tersebut. Jarak minimal ROW diatur
dalam Permen ESDM Nomor 18 Tahun 2015 tentang Ruang Bebas dan Jarak
Bebas Minimum Pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi Arus Searah
(SUTTAS) untuk Penyaluran Tenaga Listrik.
3.7. Dasar Hukum
3.7.1. Undang-Undang PPLH No. 32 Tahun 2009
Payung hukum di bidang Lingkungan adalah UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Adapun Struktur dalam
Undang-undang No.32 tahun 2009 :
a. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlidungan dan Pengelolaan
Lingkungan yang sering disebut UU 32/2009 atau UU PPLH, merupakan
pengganti UU 23/1999.
b. Mengatur masalah Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan yang wajib
dilakukan oleh Pemrakarsa kegiatan dengan tujuan untuk mencegah,
mengurangi dan mengendalikan dampak negatif pada lingkungan di area
lokasi kegiatan tersebut dibuat.
c. Penjelasan mengenai masalah pelanggaran Lingkungan yang saat ini masuk
dalam kategori pelanggaran Pidana.
d. Jumlah pasal penyusunnya adalah 127, adapun struktur didalamnya adalah
sbb:
32/2009
Bila sebelumnya masalah pencemaran Lingkungan hanya masuk dalam kategori
hukum Perdata (yaitu hanya ada sanki denda/ganti rugi dll yang berupa material)
maka dalam UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang baru ini masalah Lingkungan masuk dalam ranah hukum Pidana
(selain hukuman denda juga ada sanksi hukuman kurungan/penjara).
Izin lingkungan diterbitkan a. Konsep AMDAL harus berubah, karena untuk menetapkan
berdasarkan keputusan izin lingkungan harus terdapat informasi teknis yang cukup
kelayakan lingkungan atau detil untuk dapat menentukan kewajiban/larangan bagi
rekomendasi UKL/UPL penerima izin.
b. Titik penaatan, desain sistem pengendalian pencemaran,
sistem pengelolaan limbah B3, karakteristik air limbah dan
limbah, serta teknologi pengelolaan sudah harus ditentukan
dalam AMDAL.
c. Usaha dan/atau kegiatan yg beroperasi tanpa izin
lingkungan dipidana paling singkat 1 tahun dan denda
paling sedikit Rp. 1 milyar.
Sanksi
Denda Penjara
Pelanggaran (milyar (tahun)
No Pasal
(Oleh pelaku kegiatan/usaha)
rupiah)
Mak Min Mak Min
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33, Pasal 41, dan Pasal 56 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
maka Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan sebagai dasar pelaksanaannya.
Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan
usaha dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk
memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
3.7.5.5. Limbah B3
a. Kepbapedal No. 1 Tahun 1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
b. Kepbapedal No. 2 Tahun 1995 tentang Dokumen Limbah B3.
c. Kepbapedal No. 3 Tahun 1995 tentang Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah B3.
d. Permen LH No. 18 Tahun 2009 tentang Tata cara Perizinan
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
e. Permen LH No. 14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
f. Permen LHK No. 55 Tahun 2015 tentang Tata Cara Uji Karakteristik
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
g. Permen LHK No. 63 Tahun 2016 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Fasilitas
Penimbusan Akhir.
a. Tahap Perencanaan
Rencana pembangunan pembangkit / transmisi baru maupun pengembangan disusun
oleh bagian Perencanaan Sistem Korporat ke dalam dokumen RUPTL. Selanjutnya
bagian Perencanaan Korporat menyusun Rencana Jangka Panjang (RJP) dan
Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) sebagai program strategis dan
penjabaran dari RUPTL tersebut. Selain di tingkat korporat, RJP dan RKAP juga
disusun oleh Unit sesuai dengan RUPTL terkait pengembangan kegiatan
ketenagalistrikan di daerahnya.
Dokumen & Izin Lingkungan berisi kewajiban perusahaan dalam hal ini Unit dalam
mengelola dampak Lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan yang akan
dilaksanakan, serta memantau hasil pengelolaan Lingkungan yang telah
diimplementasikan.
c. Tahap Operasi
Setelah kegiatan ketenagalistrikan diserahterimakan dari Unit Pembangunan ke Unit
Operasi, maka tanggung jawab pengelolaan Lingkungan saat ini beralih kepada Unit
Operasi. Bagian Lingkungan Unit Operasi sebaiknya mengecek kelengkapan
perizinan dan pelaporan saat serah terima unit untuk memastikan Unit aman secara
Lingkungan untuk dioperasikan. Selanjutnya Unit Operasi wajib melanjutkan
pengelolaan dan pemantauan pada tahap operasi. Laporan pelaksanaan pengelolaan
& pemantauan Lingkungan wajib diserahkan secara rutin kepada instansi terkait
sesuai isi dokumen Lingkungan yang telah dimiliki. Pada tahap operasi, beberapa
kegiatan pembangkit akan diaudit kinerja Lingkungan oleh KLHK / BLH melalui
program PROPER. Penilaian PROPER dilaksanakan setiap tahun dengan periode
penilaian Juli – Juni tahun berikutnya. Unit yang tidak diikutsertakan PROPER juga
akan dilakukan audit pengawasan oleh BLH/BLHD untuk menilai tingkat ketaatan Unit
terhadap peraturan Lingkungan khususnya perizinan dan ketaatan terhadap dokumen
Lingkungan yang dimiliki.
d. Tahap Pasca-Operasi
Tahap Pasca Operasi adalah tahap dimana kegiatan dihentikan dan tidak ada kegiatan
operasional yang dilakukan. Dokumen Lingkungan kegiatan yang baik sebaiknya juga
mengatur kegiatan pengelolaan Lingkungan pada tahap pasca operasi. Kadangkala
pada saat pasca operasi mesin pembangkit dipindahkan ke lokasi lain, dan bangunan
yang ada dibongkar atau dijadikan untuk peruntukan lainnya seperti gudang.
Flow chart keterkaitan AMDAL/UKL-UPL dengan Izin Lingkungan dan Izin-izin lainnya
dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini:
Izin Lingkungan merupakan awal dari proses izin lainnya dan digambarkan sbb:
5.4. Integrasi antara SKKL & Izin Lingkungan dengan Izin PPLH
Muatan Izin Lingkungan
Muatan SKKL
a. Dasar pertimbangan dikeluarkannya a. Persyaratan dan kewajiban yang dimuat
penetapan; dan dalam keputusan kelayakan lingkungan
b. Pernyataan kelayakan lingkungan
hidup atau rekomendasi UKL-UPL;
usaha dan/atau kegiatan; b. Persyaratan dan kewajiban yang
c. Persyaratan dan kewajiban
ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
pemrakarsa sesuai dengan yang
bupati/walikota; dan
tercantum dalam RKL-RPL. c. Berakhirnya izin lingkungan
d. Kewajiban yang harus dilakukan oleh d. Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang
pihak terkait direncanakan pemrakarsa wajib memiliki
e. Jumlah dan jenis izin PPLH yang
izin PPLH, izin lingkungan tersebut
diwajibkan (Jika wajib memiliki izin
mencantumkan jumlah dan jenis izin
PPLH)
PPLH.
5.3.5. Pemrakarsa: adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas
suaru rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan pada suatu lokasi
dan berpotensi menimbulkan dampak pada lingkungan.
Proses penapisan melalui Permen LH No. 05 tahun 2012 tentang Kriteria Wajib
AMDAL. Penanggung jawab rencana usaha/ kegiatan wajib menyusun AMDAL
apabila termasuk dalam list criteria wajib AMDAL sesuai Permen LH No. 05 tahun
2012. Apabila tidak termasuk ke dalam criteria tersebut maka penanggung jawab
usaha / kegiatan dapat menyusun UKL – UPL atau SPPL, hal ini disesuaikan
dengan Perda / Surat Edaran / Peraturan Menteri dari sektor terkait yang mengatur
tentang criteria kegiatan yang wajib UKL-UPL dan SPPL.
5.3.6. Kriteria Wajib AMDAL bangunan gedung berdasarkan Permen LH No. 05 Tahun
2012 adalah sebagai berikut :
5.3.6.1. Kegiatan Utama : Skala / Besaran Bangunan Gedung : luas bangunan >
10.000 m2 atau luas lahan > 5 hektar.
5.3.6.2. Kegiatan Pendukung misalnya Cut & Fill, pengambilan air tanah atau
permukaan memenuhi skala / besaran wajib AMDAL.
5.3.7. Kriteria wajib UKL-UPL bangunan gedung berdasarkan Peraturan Gubernur atau
Peraturan Bupati / Walikota yang mengatur criteria wajib UKL-UPL untuk
bangunan gedung sebagai berikut :
5.3.7.1. Kegiatan Utama : Skala / Besaran Bangunan Gedung : luas bangunan >
5.000 m2 dan < 10.000 m2 (jika ditetapkan berdasarkan Peraturan
Menteri PU No. 10/PRT/M/2008)
5.3.7.2. Kegiatan Pendukung : skala / besarannya lebih kecil dari wajib AMDAL.
5.3.8. Kriteria wajib SPPL bangunan gedung berdasarkan Peraturan Gubernur / Bupati /
Walikota : skala / besaran bangunan gedung :
Luas bangunan < 5000 m2 (jika ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri PU No.
10/PRT/M/2008)
5.5.1. AMDAL
Amdal / UKL-UPL disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu
usaha dan/atau kegiatan, tahapan prosesnya dapat dijelaskan pada gambar
dibawa ini:
5.5.2. Esensi dasar dari AMDAL / UKL-UPL yang dijelaskan pada PP 27/2012:
Amdal dan UKL-UPL merupakan Dokumen LH yang menyediakan informasi yang
diperlukan untuk proses pengambilan keputusan untuk:
a. Penerbitan Izin Lingkungan,
b. Kredit Perbankan,
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal
33
Corporate Enabler Academy
Apabila : Maka
SK Kelayakan LH dari Menteri Izin lingkungan dari Menteri
SK Kelayakan LH dari Gubernur Izin lingkungan dari Gubernur
SK Kelayakan LH dari bupati/walikota
Izin lingkungan dari bupati/walikota
Apabila : Maka
Rekomendasi dari Menteri Izin lingkungan dari Menteri
Rekomendasi Kelayakan LH dari Gubernur Izin lingkungan dari Gubernur
Rekomendasi Kelayakan LH dari
Izin lingkungan dari
bupati/walikota
bupati/walikota
UUPLH dan PP Izin Lingkungan telah mengatur bahwa dalam proses Amdal dan
izin lingkungan, masyarakat dilibatkan melalui:
5.5.9. Kebijakan terhadap Usaha dan/ atau Kegiatan yang tidak memiliki Dokumen
Lingkungan Hidup
Terhadap kegiatan usaha yang sudah beroperasi namun belum memiliki dokumen
Lingkungan, pemerintah telah berulang kali mengeluarkan kebijakan untuk
pemutihan sehingga kegiatan tersebut dapat mengurus dokumen Lingkungan.
Kebijakan terakhir yang dikeluarkan adalah kewajiban penyusunan DELH-DPLH
yang diberlakukan sebagai sanksi administrasi Pemerintah Daerah kepada
kegiatan tersebut.
Apabila terjadi masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy dan/ atau
komponen lain ke dalam LH oleh kegiatan manusia sehingga melampaui BML yang telah
ditetapkan maka disebut terjadi Pencemaran Lingkungan Hidup.
Adapun kebutuhan perizinan di setiap tahap kegiatan dapat dilihat pada table berikut :
konstruksi dan
harus sudah
terbit saat
commisioning
Perlu dipahami juga bahwa, dalam proses penyusunan, penilaian dan penerbitan
AMDAL/UKL-UPL akan melibatkan beberapa pihak yang terkait dengan rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan.
46
5.11.1. Untuk AMDAL / UKL-UPL yang akan dibuat/ akan di bahas dalam sidang
Komisi
5.11.1.1. Kenali lokasi rencana kegiatan, pelajari kondisi umum dari daerah-
daerah tersebut karena akan menjadi data Rona lingkungan awal.
Kenali desa-desa atau kelurahan-kelurahan yang akan dilalui Jaringan
SUTT/SUTET khususnya yang akan menjadi lokasi tapak tower.
Pelajari penjelasan dan kumpulkan data yang akurat mengenai hal
tersebut lalu bandingkan informasi yang ada dalam dokumen dengan
informasi kualitatif dari sumber lain, yaitu mengenai:
Kondisi Alam
Peruntukan lahan (sesuaikan dengan RTRW yang ada)
Kerusakan Lingkungan yang sudah terjadi, untuk mengetahui
bahwa kegiatan yang akan dilaksanakan tidak berpotensi
memperburuk kondisi lingkungan saat ini dengan pemilihan
tindakan mitigasi yang tepat untuk perlindungan, pencegahan dan
Pengelolaan selanjutnya.
Kondisi Sosisl-Ekonomi penduduk di sekitar rencana lokasi
kegiatan
5.11.1.2. Pastikan bahwa semua dampak yang tercantum dalam dokumen
lingkungan yang ada dampak berpotensi akan terjadi akibat dari
kegiatan ketenagalistrikan yang akan dilakukan (pembangunan
pembangkit ataupun Jalur Transmisi SUTT/SUTET) pada area/daerah
tersebut.
5.11.1.3. Sudah mengantisipasi/mempersiapkan langkah-langkah mitigasi
dengan teknologi dan kegiatan lain untuk dapat memberikan
perlindungan, pencegahan dan pengelolaan semua dampak yang akan
terjadi dan tercantum dalam matriks Pengelolaan Lingkungan yang
akan dipantau dan dilaporkan secara berkala pada instansi terkait
pengawasannya dengan periode yang telah ditentukan.
5.11.1.4. Khusus untuk kegiatan pembangunan jaringan SUTT/SUTET pastikan
telah ada langkah antisipasinya telah dilakukan dengan baik terutama
dampak terhadap komponen sosial (masyarakat dan lain daerah
lindung) yang akan menjadi lokasi jalur transmisi dan tapak tower.
Program LARAP(Land Aquisition and Resettlement Program),
EMP(Environmentan Management program), Safeguard, dll biasanya
47
dipersyaratkan bila dana pembangunannya berupa pinjaman.
5.12.2. Lokasi titik sampling harus jelas, parameter yang diukur ada acuan baku
mutunya, dll
5.12.3. Sistematika Pelaporan harus sesuai Kepmen LH no 45 tahun 2005
5.12.4. Ada/Tidak persyaratkan pemasangan peralatan perlindungan Lingkungan
seperti Sumur pantau, CEMS, TPS B3 dan Limbah B3, dll
5.12.5. Memahami isi Matriks RKL-RPL:
a. Isi Matriks adalah Janji Pemrakarsa yang harus/wajib dilaksanakan
b. Penanggung jawab Pelaksana / Pemrakarsa harus sesuai dengan yang
tercantum dalam AMDAL/UKL-UPL yang telah disetujui
c. Perhatikan kesesuaian Instansi Pengawas dan pengiriman Pelaporan.
d. Prinsip Perlindungan, pencegahan dan Pengelolaan Lingkungan yaitu
48
bahwa parameter yang dipantau adalah yang wajib dikelola karena terkait
dengan potensi dampak yang terjadi akibat kegiatan tersebut.
e. Kegiatan yang ada di RPL/UPL harus sama dengan kegiatan yang ada di
RKL/UKL
f. Kesesuaian kegiatan dengan yang akan dilaksanakan pada saat
Konstruksi & operasi
g. Tujuannya adalah memitigasi semua dampak yang terjadi untuk
mewujudkan terciptanya keselarasan dan keharmonisan dengan lingkungan
dan masyarakat sekitar serta pembangunan yang berkelanjutan.
49
Dari gambaran tersebut diatas dapat diketahui bahwa sebaiknya kita melakukan
predictive protection agar terhindar dari pengeluaran biaya yang cukup tinggi
untuk tindakan pemulihan yang harus dilakukan akibat terjadinya pencemaran
Lingkungan yang terjadi.
50
kejelasan status dan tindakan selanjutnya
c. Komunikasi secara formal dan tertulis diharapkan akan lebih cepat,
sehingga apabila diperlukan Revisi/Adendum /AMDAL baru maka waktu
penyelesaiannya tidak menghambat jadwal kegiatan konstruksi maupun
operasi
d. Penyusun revisi dokumen harus memenuhi peraturan LH
51
27 tahun 2012 ttg Perijinan Lingkungan), adapun langkah-langkah
yang perlu diambil antara lain:
a. Laporkan ketidaksesuaian tersebut secara rinci pada rapat-rapat
rutin di unit masing2 untuk menjelaskan apa yang harus dilakukan
dan konsekuensinya
b. Konsultasi secara informal dengan Bapedalda/ BLH setempat
untuk kejelasan status dan tindakan selanjutnya dan ditindaklanjuti
dengan komunikasi formal dengan surat.
c. Komunikasi secara formal dan tertulis diharapkan akan lebih cepat
bila sudah didahului dengan komunikasi informal dengan
stakeholder, sehingga apabila diperlukan Revisi/Adendum /AMDAL
baru maka waktu penyelesaiannya tidak menghambat jadwal
kegiatan konstruksi maupun operasi
d. Penyusun revisi dokumen AMDAL harus memenuhi peraturan
Lingkungan
Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan hidup yang wajib dilaksanakan oleh semua
kegiatan yang dilakukan pada suatu lokasi, dimaksudkan untuk menjamin pelestarian
Lingkungan hidup. pada prinsipnya Lingkungan tidak menolak pembangunan karena
52
akan memerikan manfaat bagi umat manusia, tetapi diperlukan jaminan agar
pembangunan tersebut dapat berkelanjutan dan tetap berwawasan Lingkungan
sehinggan dapat menciptakan keseimbangan ekosistem yang baru.
53
permasalahan lingkungan
6.2.3. Dari Lingkungan sekitar kegiatan
a. Terjadi kesalahanpahaman pada saat awal kegiatan dengan masyarakat di
sekitar lokasi kegiatan.
b. Kurang membuka komunikasi dengan kegiatan sekitarnya
c. Pelaksanaan sosialisasi kurang menyeluruh
d. Pemilihan program Comdev, CSR masih sering sebatas “charity”
tidak/kurang mempertimbangkan pembedayaan masyarkat dan
berkelanjutan
54
pembuatan izin lingkungan.
55
5 Verifikasi laporan Kinerja LH DIVK3L Tiap 3 bulan
Unit Pembangunan
56
6 Supervisi lainnya 1 Capacity Building terkait DIVK3L Sesuai jadwal
pengelolaan limbah B3 rencana / saat
dibutuhkan
7 Pengelolaan 1 Menyusun dokumen EIA/ UIP Perencanaan
Lingkungan project LARAP yang sesuai dengan Proyek
dengan pendanaan standar Bank
bank luar negeri
Pada Tahap Operasi kewajiban penanggung jawab kegiatan (Unit Operasi) terhadap
pengelolaan air limbah, emisi dan limbah B3 adalah sebagai berikut :
57
c.Memastikan saluran air limbah kedap air, serta memisahkan saluran air limbah
dengan air hujan.
d. Memasang flow meter dan melakukan pencatatan debit air limbah harian serta
produksi bulanan senyatanya. Serta memastikan flow meter dilakukan kalibrasi.
e. Membuat sistem pencatatan logbook system enterprise air limbah.
f. Memastikan tidak melakukan pengenceran air limbah dan tidak melakukan by pass.
g. Menyusun sistem tanggap darurat.
h. Melakukan pengecekan kualitas air limbah setiap bulan dan setiap 3 bulan
dilakukan di laboratorium terakreditasi, untuk PLTD pengecekan di laboratorium
terakreditasi dilakukan setiap 6 bulan.
i. Menyampaikan laporan pengelolaan air limbah kpd Bupati/ Walikota, dg tembusan
kpd Gubernur, Menteri & Instansi Teknis setiap 3 bulan, dan setiap 6 bulan untuk
PLTD.
j. Menyampaikan laporan kondisi abnormal / darurat dalam jangka waktu (1x24 jam)
kpd Bupati/ Walikota, dg tembusan kpd Gubernur, Menteri & Instansi Teknis, serta
upaya penanggulangan kondisi darurat dalam jangka waktu 7 x 24 jam kepada kpd
Bupati/ Walikota, dg tembusan kpd Gubernur, Menteri & Instansi Teknis
58
6.3. Limbah B3
Kewajiban Penanggung Jawab Kegiatan Usaha dalam Pengelolaan Limbah B3 yaitu :
a. Identifikasi & pendataan limbah B3
b. Minimisasi / Mengurangi timbulan limbah B3
c.Penyimpanan Limbah B3 Izin Penyimpanan LB3
d. Pengelolaan LB3, dengan alternatif sebagai berikut :
– Pengelolaan Izin Pengelolaan
– Pemanfaatan / 3R Izin Pemanfaatan
– Program percepatan pemanfaatan oleh PUPR untuk Limbah FA-BA
– Diserahkan kepada Pihak ketiga yang memiliki izin untuk dimanfaatkan / dikelola
/ ditimbun Pihak Ketiga harus memiliki izin dari Bupati / Walikota / Menteri /
Instansi Teknis sesuai kewenangannya.
– Penimbusan (Landfilling / Backfilling) Izin Landfilling / Izin Dumping / Izin
Backfilling
*) Penimbusan merupakan alternatif terakhir pengelolaan limbah B3
59
fasilitas, teknologi, dan baku mutu.
Penyimpanan Sementara
Penimbunan Limbah B3
60
Pemanfaatan Fly Ash
61
pengendalian banjir, pengamanan pantai, dan bangunan pembangkit listrik tenaga
air;
c. Prasarana dan sarana permukiman, industri dan perdagangan: bangunan gedung,
kawasan industri dan perdagangan, kawasan perumahan skala besar, reklamasi
lahan, jaringan dan instalasi air bersih, jaringan dan pengolahan air limbah,
pengelolaan sampah, dan sistem drainase;
d. Bangunan dan jaringan utilitas umum: gas, listrik, dan telekomunikasi.
62
pemukiman) dari kegiatan ketenagalistrikan. Selain itu, memberikan masukan
yang komprehensif mengenai keluhan dan minat partisipasi masyarakat dalam
mendukung pembangunan ketenagalistrikan. Dengan adanya informasi ini,
dampak sosial berupa konflik antar masyarakat ataupun konflik dengan PLN,
dapat dikurangi.
8.3. Tujuan dan prinsip dasar pengadaan lahan untuk suatu kegiatan:
8.3.1. Tujuan:
a. Meminimalkan pemindahan penduduk;
b. Memperlakukan pemukiman kembali sebagai program pembangunan;
c. Menyediakan warga terkena dampak kesempatan untuk berpartisipasi;
d. Membantu warga terkena dampak meningkatkan standar kehidupannya atau
memulihkannya seperti sebelum terkena proyek;
e. Memberikan kompensasi dengan nilai penggantian penuh (replacement
cost).
Prinsip utama yang mendasari LARPF adalah bahwa warga terkena dampak hidupnya
akan menjadi lebih baik, atau setidaknya tidak lebih buruk dari sebelumnya; bahwa aset
atau elemen penghidupan yang terkena proyek akan dikompensasi dengan nilai
penggantian penuh, dan bahwa warga terkena dampak akan mendapatkan bantuan
63
pemulihan penghidupan, jika dibutuhkan.
64
UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum
Peraturan Kepala BPN No. 5/2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Pengadaan Tanah
Keputusan Direksi PT. PLN No. 0289.K/DIR/2013
b. Selain pembayaran ganti rugi, diberikan juga kompensasi berupa bantuan /
pelaksanaan program CSR/Comdev kepada warga terkena dampak.
Bantuan dapat berupa bantuan keterampilan (ekonomi, softskill, teknis),
bantuan bersama dengan pemerintah lokal (pemberdayaan UKM), dan
bantuan pemukiman kembali yang didiskusikan dengan warga terkena
dampak dan pemerintah setempat.
8.5.5. Diskusi dan konsultasi
Kegiatan ini dimaksudkan untuk membahas opsi pemukiman kembali dan
langkah-langkah yang diperlukan untuk melaksanakannya. Metode
pelaksanaannya dilakukan dengan sosialisasi dan Focus Group Discussion
(FGD) pada warga terkena dampak. Selain dengan warga kegiatan ini juga
melibatkan stakeholders lain seperti dinas pertanian, pekerjaan umum,
pendidikan dan kebudayaan, kehutanan, pemerintah lokal, dan LSM setempat.
65
8.7. Pelaksanaan, monitoring & pelaporan
8.7.1. Pelaksanaan
Dokumen LARAP disusun oleh konsultan yang ahli di bidangnya. Hubungan
kontrak terjadi antara PLN dengan konsultan. Pelaksanaan dan pelaporan
dokumen LARAP bergantung pada kesepakatan kedua belah pihak. Misalnya,
pengawasan dilakukan langsung oleh pegawai unit proyek konstruksi; pelaporan
dilakukan setiap triwulan; dan lainnya
66
melalui kompensasi tunai. Biasanya lokasi ini memang merupakan
lokasi yang tidak dapat digantikan dgn lokasi lain seperti kasus
penampungan air didekat mata air.
b. Penerima manfaat melakukan negosiasi dengan pemilik lahan
sampai tercapainya kesepakatan harga. Kemudian anggota KSM
membahas bagaimana kompensasi ini akan dibebankan
c. KSM membayar kompensasi lepada pemilik lahan
d. BKM menerima bukti transaksi dari KSM dan dilampirkan dalam
proposal.
9. PROPER
Definisi PROPER adalah merupakan instrument penaatan alternative yang
dikembangkan untuk bersinergi dengan instrument penaatan lainnya guna mendorong
67
penaatan perusahaan melalui penyebaran informasi kinerja kepada masyarakat (public
disclosure).
68
Tahapan Pelaksanaan PROPER
.
9.2. Kriteria Penilaian
9.2.1. Izin Lingkungan
Aspek / Kriteria Penilaian Izin Lingkungan
a. Memiliki dokumen Lingkungan / izin Lingkungan
b. Melaksanakan ketentuan dalam dokumen Lingkungan / izin Lingkungan.
c. Melaporkan pelaksanaan dokumen Lingkungan / izin Lingkungan
(terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran
udara, dan pengelolaan LB3)
69
a. Memantau seluruh titik penaatan dan/ atau air buangan yang harus
dikelola sesuai dengan peraturan.
3. Ketaatan Terhadap Parameter Baku Mutu Air Limbah
a. 100% parameter baku mutu air limbah dipantau.
b. Menghitung beban pencemaran
c. Melakukan pengukuran parameter baku mutu air limbah harian sesuai
jenis industrinya.
4. Ketaatan terhadap jumlah data tiap parameter yang dilaporkan
a. >= 90% data dilaporkan secara lengkap sesuai dengan persyaratan
b. > 90% data pemantauan rata-rata harian dalam 1 bulan tersedia dari
seluruh data pemantauan dalam 1 tahun
5. Ketaatan terhadap pemenuhan baku mutu
a. Data swapantau
b. 100% data pemantauan Tim PROPER memenuhi baku mutu.
6. Ketaatan terhadap ketentuan teknis
a. Menggunakan jasa laboratorium (eksternal atau internal) terakreditasi
atau ditunjuk oleh gubernur.
b. Memisahkan saluran air limbah dengan limpasan air hujan.
c. Membuat saluran air limbah kedap air.
d. Memasang alat pengukur debit (flowmeter)
e. Tidak melakukan pengenceran
f. Tidak melakukan by pass
g. Memenuhi seluruh ketentuan yang dipersyaratkan dalam sanksi
administrasi.
h. Pemasangan papan untuk titik pemantauan lengkap dengan identitas
beserta koordinat titik
70
a. Memantau 100% parameter sesuai peraturan (dalam AMDAL / UKL-
UPL / Kepmen LH Nomor 13 Tahun 1995)
3. Ketaatan Terhadap Jumlah Data Tiap Parameter yang dilaporkan
a. Melaporkan data pemantauan CEMS, setiap 3 bulan tersedia data >=
75% dari seluruh data pemantauan dengan pengukuran harian minimal
18 jam.
b. Melaporkan data pemantauan manual setiap 3 bulan
c. Melaporkan perhitungan beban pencemaran
4. Ketaatan terhadap pemenuhan baku mutu
a. Data hasil pemantauan CEMS memenuhi >= 95% ketaatan dari data
rata-rata harian yang dilaporkan dalam kurun waktu 3 bulan waktu
operasi.
b. Pemantauan manual memenuhi baku mutu 100% tiap sumber emisi.
c. Memenuhi beban pencemaran dalam peraturan.
5. Ketaatan terhadap ketentuan teknis
a. Menaati semua persyaratan teknis cerobong
b. Semua sumber emisi non fugitive emisi harus dibuang melalui cerobong.
c. Menggunakan jasa laboratorium yang terakreditasi atau yang ditunjuk
oleh Gubernur.
d. Memenuhi sanksi administrasi sampai batas waktu yang ditentukan.
e. Jika CEMS rusak wajib melaksanakan pemantauan manual kualitas
emisi setiap 3 bulan sekali selama 1 tahun periode penilaian.
f. Bagi industri yang wajib memasang CEMS, peralatan CEMS harus
beroperasi dengan normal.
71
2. Pelaporan
a. Melakukan pelaporan khusus pengelolaan limbah B3 secara teratur
dengan substansi pelaporan sekurang-kurangnya memuat data logbook
limbah B3, neraca limbah B3 dan manifest limbah B3.
b. Frekuensi pelaporan sesuai dengan ketentuan dalam izin atau
peraturan (paling sedikit 1 kali dalam 3 bulan).
c. Menyampaikan pelaporan kepada instansi sesuai yang tercantum dalam
izin (KLHK, Provinsi dan BLH Kabupaten / Kota).
3. Kriteria Perizinan
3a. Kriteria Perizinan (Penyimpanan)
a. Memiliki izin yang dipersyaratkan dan masih berlaku.
b. Telah mengajukan izin dan telah sesuai dengan ketentuan serta
melengkapi persyaratan teknis.
c. Telah mengajukan perpanjangan izin dan telah sesuai dengan
ketentuan izin sebelumnya.
3b. Kriteria Perizinan (Pemanfaatan dan Pengolahan)
a. Memiliki izin yang dipersyaratkan dan masih berlaku.
b. Telah mengajukan perpanjangan izin dan telah sesuai dengan
ketentuan izin sebelumnya.
3c. Kriteria Perizinan (Penimbunan)
a. Memiliki izin yang dipersyaratkan dan masih berlaku.
b. Telah mengajukan perpanjangan izin dan telah sesuai dengan
ketentuan izin sebelumnya.
c. Persyaratan teknis telah dipenuhii namun penetapan izin masih
dalam proses.
72
4a. Pemenuhan ketentuan izin (emisi dari kegiatan pengolahan dan atau
pemanfaatan limbah B3)
a. Mengukur seluruh parameter
b. Seluruh parameter memenuhi BME
c. Frekuensi pengukuran sesuai dengan ketentuan izin / peraturan
yang berlaku.
4b. Pemenuhan ketentuan izin (effluent dari kegiatan penimbunan dan atau
kegiatan pengelolaan limbah B3 lainnya termasuk sumur pantau)
a. Mengukur seluruh parameter yang dipersyaratkan dalam izin;
b. Seluruh parameter menaati BMAL dan/ atau Baku Mutu air sumur
pantau;
c. Frekuensi pengukuran sesuai dengan ketentuan izin / peraturan yang
berlaku.
4c. Pemenuhan Ketentuan Izin (standar mutu produk dan atau kualitas
limbah B3 untuk pemanfaatan : batako, kompos, dll)
a. Seluruh persyaratan standar mutu dan/ atau kualitas limbah B3
memenuhi ketentuan izin;
b. Frekuensi pengukuran sesuai dengan ketentuan izin / peraturan yang
berlaku;
c. Melakukan pemanfaatan limbah B3 produk samping dan sudah ada
penetapan dari Menteri sebagai produk sehingga tidak diperlukan
izin.
5. Struktur dan Tanggung Jawab
a. Memiliki Divisi Khusus di bidang Lingkungan
6. Open Dumping, Open Burning pemulihan lahan terkontaminasi
a. Memiliki rencana pengelolaan penanganan tanah terkontaminasi dan
tumpahan (spill) sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Pelaksanaan clean up dan pemulihan lahan terkontaminasi limbah
B3 sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
c. Jumlah atau volume tumpahan (spill) tercatat dengan baik
d. Tidak melakukan open burning
7. Jumlah limbah B3 yang dikelola
73
a. Jenis dan jumlah limbah B3 telah 100% dilakukan pengelolaan
sesuai ketentuan;
b. Neraca limbah B3 sesuai dengan periode penilaian (data yang
tersedia 12 bulan)
8. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3
8a. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 (Pengumpul)
a. Memiliki izin dan masih berlaku
b. Jenis limbah B3 yang dikumpulkan sesuai dengan izin
c. Ada kontrak kerjasama antara penghasil dengan pengumpul
d. Ada kontrak kerjasama pengumpul dengan pemanfaat / pengolah
/ penimbun.
e. Penghasil limbah B3 memiliki salinan kontrak kerjasama antara
pengumpul dengan pengelola akhir jenis limbah B3 yang
dihasilkan (pemanfaat / pengolah / penimbun)
f. Tidak dalam masalah pencemaran Lingkungan
8b. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 (Pengolah, Pemanfaat dan
Penimbun)
a. Memiliki izin dan masih berlaku
b. Jenis limbah B3 yang dikelola sesuai dengan izin
c. Memiliki kontrak kerjasama dengan pihak ketiga (pengolah/
pemanfaat/ penimbun)
d. Tidak dalam masalah pencemaran Lingkungan
8c. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 (Pengangkutan)
a. Memiliki izin usaha perusahaan berbadan hukum (PT, Koperasi,
Yayasan)
b. Memiliki izin Kementerian Perhubungan dan rekomendasi KLHK
c. Jenis limbah yang diangkut sesuai dengan rekomendasi dan izin
d. Alat angkut yang digunakan sesuai dengan rekomendasi dan izin
e. Wilayah pengangkutan sesuai dengan rekomendasi dan izin
8d. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 (Dokumen limbah B3
Manifes)
74
a. Manifes limbah B3 dan cara pengisian sesuai dengan ketentuan
Kep. Ka. Bapedal Nomor : Kep-02/Bapedal/09/1995
9. Dumping dan pengelolaan limbah B3 cara tertentu
a. Memiliki izin dumping atau injeksi
b. Seluruh persyaratan kewajiban dan larangan dalam izin dipenuhi
75
Kandidat hijau adalah perusahaan yang mempunyai nilai DRKPL lebih besar dari nilai
rata-rata DRKPL calon kandidat hijau (Nilai DRKPL > Nilai rata-rata DRKPL calon
kandidat hijau). Apabila nilai DRKPL calon kandidat hijau lebih kecil atau sama dengan
76
nilai DRKPL rata-rata, maka perusahaan ybs dinyatakan gugur sebagai kandidat hijau
sehingga tidak dinilai dalam mekanisme penilaian hijau dan emas.
77
c. Tugas ISO adalah untuk membuat International standar.
d. ISO dikoordinasikan oleh Sekretariat Pusat di Jenewa, Swiss
e. ISO tidak mencari keuntungan melainkan menjual standar yang
memungkinkan untuk membiayai perkembangannya di lingkungan netral,
untuk mempertahankannya dan untuk membuat yang baru.
Pengertian Sistem Manajemen Lingkungan (SML / ISO 14001) adalah bagian dari
sistem Manajemen yang digunakan untuk mengelola aspek Lingkungan, memenuhi
kewajiban kepatuhan, dan mengelola Risiko dan peluang.
Standar ISO 14001 menetapkan persyaratan sistem manajemen lingkungan, agar suatu
organisasi dapat merumuskan kebijakan dan tujuan dengan memperhitungkan
persyaratan perundang-undangan dan informasi mengenai dampak lingkungan yang
penting.
78
d. memperoleh sertifikasi atau registrasi oleh organisasi dari pihak ketiga atas sistem
manajemen lingkungannya.
e. menentukan dan menyatakan dirinya sendiri telah sesuai dengan standar ini.
Tidak ada acuan yang bersifat normatif dalam penerapan Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001.2.
10.4. Definisi-Definisi
2. Lingkungan
3. Aspek Lingkungan
Unsur dari suatu kegiatan, produk atau jasa dari organisasi yang dapat berinteraksi
dengan lingkungan.
4. Dampak Lingkungan
79
untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji dan memelihara
kebijakan lingkungan
Suatu proses verifikasi yang sistimatik dan terdokumentasi untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara obyektif untuk menentukan apakah sistem manajemen
lingkungan dari organisasi sesuai dengan kriteria audit sistem manajemen
lingkungan yang dibuat organisasi, dan untuk mengkomunikasikan hasil-hasil dari
proses ini kepada manajemen.
7. Tujuan Lingkungan
Cita-cita lingkungan secara menyeluruh, yang timbul dari kebijakan lingkungan yang
telah ditentukan organisasi itu sendiri untuk mencapai, dan yang dikuantifikasikan
bila memungkinkan.
8. Kinerja Lingkungan
Hasil sistem manajemen lingkungan yang dapat diukur, yang berkaitan dengan
pengendalian dari organisasi terhadap aspek lingkungannya, didasarkan pada
kebijakan lingkungan, tujuan dan sasaran lingkungan.
9. Kebijakan Lingkungan
12. Organisasi
80
Perusahaan, perserikatan, firma, perusahaan besar, pengusaha atau lembaga atau
bagian atau kombinasi daripadanya, apakah tergabung atau tidak, umum atau
pribadi yang memiliki fungsi dan administrasi sendiri.
Penggunaan proses, praktek, bahan atau produk yang mencegah, mengurangi atau
mengendalikan pencemaran, yang dapat mencakup daur ulang, pengolahan,
perubahan proses, mekanisme pengendalian, penggunaan sumberdaya secara
effisien dan penggantian bahan.
81
karena keduanya memliki tujuan yang sama yaitu mempertahankan keberlangsungan
bisnis dan keefektifannya.
Standar SML mendefinisikan suatu kerangka kerja bagi sistem manajemen yang
komprehensif. Audit dan Evaluasi Kinerja Lingkungan menggambarkan metoda untuk
menilai SML dan kinerja lingkungan. Pelabelan dan Analisa Daur Hidup lebih dekat
kepada produk dan atau jasa-jasa yang dihubungkan dengan bisnis daripada sistem
manajemen.
Terdiri dari dua standar yaitu ISO 14001 (Spesifikasi) dan ISO 14004 (Pedoman)
penyusunan.
ISO 14004 adalah standar pedoman yang dirancang untuk digunakan secara
internal organisasi yang ingin menerapkan dan meningkatkan Sistem Manajemen
Lingkungan (SML). Standar ini tidak dapat digunakan untuk registrasi pihak ketiga.
ISO 14001 adalah standar spesifikasi sebab mengandung persyaratan yang harus
dilakukan oleh organisasi. Karakter dari standar adalah berisi persyaratan umum,
tanpa metoda tertentu, alat atau pendekatan implementasi. Standar ini
menggambarkan elemen-elemen kritis yang harus dimiliki oleh bisnis untuk
mencapai sistem manajemen lingkungan yang komprehensif dan efektif.
Standar Audit
82
Sistem Manajemen Lingkungan dapat dipadukan dengan Sistem Manajemen lainnya
seperti SMK3 dan ISO 9001.
Saat ini standar yang digunakan untuk Sistem Manajemen Lingkungan adalah seri
14001:2015 memperbaharui standar sebelumnya yaitu 14001:2004. Adapun
korespondensi antara SNI 14001:2015 dengan ISO 14001:20014 adalah sebagai berikut :
SNI ISO 14001:2015 ISO 14001:2004
NOMOR NOMOR
JUDUL KLAUSUL JUDUL KLAUSUL
KLAUSUL KLAUSUL
Pendahuluan Pendahuluan
Ruang Lingkup 1 1 Ruang Lingkup
Acuan Normaif 2 2 Acuan Normaif
Istilah dan Definisi 3 3 Istilah dan Definisi
Konteks Organisasi (Hanya
4
Judul)
Persyaratan Sistem
4 Manajemen Lingkungan
(Hanya Judul)
Memahami Organisasi dan
4.1
Konteksnya
Memahami Kebutuhan Dan
Harapan Pihak Yang 4.2
Berkepentingan
Menentukan Ruang Lingkup
4.3 4.1 Persyaratan Umum
Sistem Manajemen Lingkungan
Sistem Manajemen Lingkungan 4.4 4.1 Persyaratan Umum
Kepemimpinan (Hanya Judul) 5
Kepemimpinan Dan Komitmen 5.1
Kebijakan Lingkungan 5.2 4.2 Kebijakan Lingkungan
Sumber Daya, Peran,
Peran Organisasi, Tanggung
5.3 4.4.1 Tanggung Jawab dan
Jawab Dan Wewenang
Kewenangan
Perencanaan (Hanya Judul) 6 4.3 Perencanaan (Hanya Judul)
Tindakan Untuk Mengatasi
Risiko Dan Peluang (Hanya 6.1
Judul)
Umum 6.1.1
Aspek Lingkungan 6.1.2 4.3.1 Aspek Lingkungan
Persyaratan Peraturan
Kewajiban Kepatuhan 6.1.3 4.3.2
Perundanga-undangan lainnya
Perencanaan Tindakan 6.1.4
83
Tujuan Lingkungan Dan
Perencanaan Untuk 6.2
Mencapainya (Hanya Judul)
4.3.3 Tujuan, Sasaran dan Program
Tujuan Lingkungan 6.2.1
Perencanaan Untuk Mencapai
6.2.2
Tujuan Lingkungan
Penerapan dan Operasi (Hanya
Dukungan (Hanya Judul) 7 4.4
Judul)
Sumber Daya, Pean, Tanggung
Sumber Daya 7.1 4.4.1
Jawab dan Kewenangan
Kompetensi 7.2 Kompetensi, Pelatihan dan
4.4.2
Pemahaman 7.3 Kesadaran
Komunikasi (Hanya Judul) 7.4
Umum 7.4.1
4.4.3 Komunikasi
Komunikasi internal 7.4.2
Komunikasi eksternal 7.4.3
Informasi terdokumentasi
7.5
(Hanya Judul) 4.4.4 Dokumentasi
Umum 7.5.1
4.4.5 Pengendalian Dokumen
Membuat dan memperbarui 7.5.2
4.5.4 Pengendalian Rekaman
Pengendalian informasi 4.4.5 Pengendalian Dokumen
7.5.3
terdokumentasi 4.5.4 Pengendalian Rekaman
Penerapan dan Operasi (Hanya
Operasi (Hanya Judul) 8 4.4
Judul)
perencanaan dan pengendalian
8.1 4.4.6 Pengendalian Operasional
operasional
Kesiagaan dan Tanggap Kesiagaan dan Tanggap
8.2 4.4.7
Darurat Darurat
Evaluasi Kinerja (Hanya Judul) 9 4.5 Pemeriksaan (Hanya Judul)
Pemantauan, pengukuran,
analisis dan evaluasi (Hanya 9.1
4.5.1 Pemantauan dan Pengukuran
Judul)
Umum 9.1.1
Evaluasi kesesuaian 9.1.2 4.5.2 Evaluasi dan Penaatan
Audit internal (Hanya Judul) 9.2
Umum 9.2.1 4.5.5 Audit Internal
program audit internal 9.2.2
Tinjauan Manajemen 9.3 4.6 Tinjauan Manajemen
Peningkatan (Hanya Judul) 10
Umum 10.1
Ketidaksesuaian, Tindakan
Ketidaksesuaian dan tindakan
10.2 4.5.3 Perbaikan dan Tindakan
korektif
Pencegahan
perbaikan terus menerus 10.3
84
Keberhasilan sistem manajemen lingkungan tergantung pada komitmen dari semua
tingkatan dan fungsi organisasi, dipimpin oleh manajemen puncak. Organisasi dapat
memanfaatkan kesempatan untuk mencegah atau mengurangi dampak lingkungan
yang merugikan dan meningkatkan dampak lingkungan yang bermanfaat, terutama
mereka dengan implikasi strategis dan kompetitif. Puncak manajemen dapat secara
efektif mengatasi risiko dan peluang dengan mengintegrasikan manajemen lingkungan
ke dalam proses bisnis organisasi, arah strategis dan dalam membuat keputusan,
menyelaraskan mereka dengan prioritas bisnis lainnya, dan menggabungkan tata kelola
lingkungan dalam sistem manajemen secara keseluruhan. Demonstrasi keberhasilan
pelaksanaan standar ini dapat digunakan sebagai jaminan bagi pihak yang
berkepentingan bahwa sistem manajemen lingkungan telah dilaksanakan secara efektif.
Adopsi Standar ini, bagaimanapun, tidak akan dengan sendirinya menjamin hasil yang
optimal terhadap lingkungan. Penerapan Standar ini dapat berbeda dari satu organisasi
ke yang lain karena konteks organisasi. Dua organisasi dapat melaksanakan kegiatan
serupa tetapi dapat memiliki kewajiban kepatuhan yang berbeda, komitmen dalam
kebijakan lingkungan mereka, teknologi lingkungan dan tujuan kinerja lingkungan,
namun keduanya dapat menyesuaikan diri dengan persyaratan standar ini.
85
Check/Periksa: memantau dan mengukur proses terhadap kebijakan lingkungan
termasuk komitmen, tujuan sasaran lingkungan dan kriteria operasi, dan
melaporkan hasilnya.
Action/Tindakan: mengambil tindakan untuk perbaikan terus-menerus.
86
mencari konfirmasi kesesuaian perusahaan terhadap pihak yang berkepentingan
dalam organisasi, seperti pelanggan, atau
mencari konfirmasi deklarasi diri sendiri terhadap pihak eksternal untuk disesuaikan
dengan organisasi, atau
mendapatkan sertifikasi sistem manajemen lingkungannya dari organisasi eksternal.
87
Comdev dan CSR merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi
masyarakat, khususnya masyarakat sekitar terhadap perusahaan. Hal tersebut juga
berkorelasi terhadap pola relasi sosial antara perusahaan dengan masyarakat.
Dimana dalam pelaksanaannya, Comdev memiliki 3 Prinsip yaitu:
a. Develop for Community
Tidak melibatkan masyarakat secara aktif, Masyarakat hanya menerima hasil
akhirnya
b. Develop With Community
Bersama2 masyarakat dalam melaksanakan developing
c. Develop of Community
Bertindak sebagai Supervisor, dari rencana sampai pelaksanaannya dilakukan
oleh masyarakat sendiri
88
89
12. 5-S
5S berasal dari bahasa jepang yang diawali dengan huruf ‘S’, dan merupakan sebuah
filosofi dan cara dalam menyusun dan mengatur tempat kerja. 5S adalah suatu sistem
yang berperan dalam mengurangi pemborosan dan mengoptimalkan produktivitas
melalui perawatan tempat kerja dan menggunakan penandaan visual untuk mencapai
hasil yang konsisten. 5S merupakan komponen penting dari Visual Factory (Workplace)
Management (VFM), dan 5S juga berkaitan dengan Lean Manufacturing, continuous
improvement, maupun Kaizen dimana 5S merupakan salah satu pilar dari tiga pilar
utama gemba kaizen diantaranya standarisasi, 5S, dan penghapusan pemborosan
(muda).
5S 5C 5R 5P
Seiri Clear-out Ringkas Pemilahan
Seiton Classify Rapi Penataan
Seiso Cleaning Resik Pembersihan
Seiketsu Comformity Rawat Pemantapan
Shitsuke Custom Rajin Pembiasaan
Untuk mencapai 5S sebagai budaya perusahaan maka Good House keeping adalah
penataan tempat, dimana tempat yang dimaksud dalam hal ini adalah tempat lingkungan
dimana kita belanja, baik itu diperkantoran maupun pabrik.
Manajemen Good Housekeeping mengandung arti suatu alat yang dipergunakan untuk
mengkondisikan tempat kerja agar menjadi bersih, rapi, aman dan nyaman sehingga
kegiatan pekerjaan kita tidak terganggu yang akhirnya tujuan atau sasaran yang ingin dicapai
dapat dipenuhi
90
12.3. Tujuan dan Manfaat Menerapkan 5-S
12.3.1. Tujuan dan Manfaat 5S
Tujuan dari penerapan 5S:
Mengeliminasi waste/pemborosan (barang, waktu, tempat).
Aktivitas 5S lebih menekankan pada pentingnya keteraturan pada tempat
kerja. Hal ini merupakan pentingnya dalam hal pencegahan terhadap
accident, pencegahan kebakaran atau tergelincir karena kebocoran oli.
Untuk meningkatkan efisiensi ditempat kerja, misalnya waktu yang
dibutuhkan dalam pencarian alat-alat dapat dikurangi jika alat-alat tersebut
diatur rapi dan mudah dikenali penempatanya.
5S berpengaruh juga terhadap quality, khususnya pencegahan kontaminasi
dalam produk.
Menjaga lingkungan kerja dalam keadaan baik, mewujudkan tempat kerja
yang nyaman dan pekerjaan yang menyenangkan.
Melatih manusia pekerja yang mampu mandiri mengelola pekerjaannya.
Mewujudkan perusahaan bercitra positif di mata pelanggan tercermin dari
kondisi tempat kerja.
Meningkatkan kualitas.
Mencapai standarisasi kerja.
Mengurangi waktu lembur dan waktu siklus.
Mengurangi biaya simpan dan mengurangi downtime mesin
Meningkatkan moral pekerja.
Lingkungan kerja menjadi bersih dan rapi.
Peningkatan produktivitas para pekerja dan menambah motivasi kerja.
Mengurangi pemborosan serta mengurangi tingkat kecelakaan.
Memberikan keamanan dan keselamatan dalam bekerja.
Menumbuhkan kedisiplinan dalam bekerja.
Meningkatkan keuntungan.
91
Seiri
Ringkas
Barang yang perlu dan
yang tidak perlu
dipisahkan, yang tidak
perlu dibuang
Shitsuke
Rajin
Seiton Seiso
Rapi menjaga dan mematuhi Resik
seiri, seiton, seiso dan
Barang yang perlu agar seiketsu secara konsisten Membersihkan tempat
mudah dipakai, disusun & berkelanjutan kerja sampai benar-benar
dengan rapi bersih
Seiketsu
Rawat
Memelihara keadaan
yang telah dicapai pada
proses seiri, seiton dan
seiso
92
12.6. Keuntungan menerapkan 5-S
Keuntungan menerapkan 5-S adalah sebagai berikut :
• Zero Breakdown, berarti pemeliharaan lebih baik .
• Zero Defect, yang berarti kualitas lebih baik
• Zero Waste, yang berarti mengurangi biaya dan efisiensi meningkat
• Zero Set Up Time, berarti tidak ada waktu yang terbuang
• Zero Late Delivery, berarti dapat memenuhi permintaan pelanggan tepat waktu
• Zero Injury, yang berarti keselamatan kerja lebih baik
• Zero Customer Claim, berarti pelanggan menaruh tingkat Kepercayaan Yang
Tinggi
• Zero Deficit, berarti perusahaan anda tambah maju
93
Gambar lampiran : 01 Ruang Control Room
CONTOH STANDAR CONTROL ROOM
94
Gambar lampiran : 04 Ruang Gudang
95
Gambar lampiran : 07 Standar Hlem dan Pe3nanggung Jawab ruangan
96
Gambar lampiran : 10 Standar tempat sampah
97
Gambar lampiran : 13 Standar Gezebo
98
Gambar lampiran : 15 Standar meja kerja dan laci
99