43 130 1 PB PDF
43 130 1 PB PDF
Yendi1, Adwiyana2
1
Staf Pengajar Program Studi S1 Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi
2
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi
ABSTRAK
Diabetes Melitus menduduki peringkat ke empat penyebab kematian di dunia. Prevalensi diabetes di dunia sebesar
6,4% yang mempengaruhi 285 juta orang pada tahun 2010. Dan mengalami peningkatan menjadi 347 juta orang
pada tahun 2012. Di Indonesia pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes menurut WHO adalah 8,4 juta jiwa. Dan
mengalami peningkatan sebesar 3,7 juta jiwa pada tahun 2008. Sumatera Barat termasuk ke dalam sepuluh besar
tebanyak jumlah penyandang diabetes. Pada tahun 2001 jumlah penyandang diabetes adalah sebanyak 1603,
mengalami peningkatan menjadi 1740 pada tahun 2002. Untuk daerah Bukittinggi, dari 7 puskesmas yang ada,
puskesmas yang paling banyak jumlah pasien diabetes mellitus adalah puskesmas Rasimah Ahmad. Terjadi
peningkatan dari 101 orang pada tahun 2012 menjadi 157 orang pada periode 2013-Maret 2014. Penelitian ini
menggunakan desain quasi eksperimen dengan pendekatan pre test and post test nonequivalent control group.
Jumlah responden adalah 32 pasien (16 pasien kelompok kontrol dan 16 pasien kelompok perlakuan). Intervensi
yang dilakukan pada kelompok perlakuan adalah senam diabetes mellitus sebanyak 3 kali dalam 1 minggu selama 2
minggu. Sedangkan untuk kelompok kontrol hanya dilakukan pengukuran kadar gula darah pada hari pertama dan
terakhir penelitian, tanpa diberikan latihan atau perlakuan. Hasil paired t test menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan rata-rata kadar gula darah sebelum dan sesudah latihan pada kelompok intervensi (p=0,001). Hasil
Independent t test membuktikan ada perbedaan yang signifikan rata-rata penurunan kadar gula darah antara
kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p=0,007). Dapat disimpulkan bahwa senam diabetes mellitus
berpengaruh dalam menurunkan kadar gula darah pasien diabetes. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah latihan
ini dapat dilanjutkan sebagai program intervensi di puskesmas dan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan
upaya peningkatan kemampuan tenaga medis, terutama perawat yang bekerja di bagian penyakit dalam.
Penyumbatan yang terjadi pada sistem serta semua Menurut Santoso dalam Suryanto (2009), program
organ tubuh akan mengakibatkan terjadinya beberapa latihan yang dianjurkan bagi penderita diabetes
komplikasi pada penderita diabetes melitus, sehingga melitus untuk meningkatkan kesegaran jasmani
dengan adanya komplikasi tersebut, dapat memicu adalah CRIPE, karena program ini dianggap
pula kenaikan biaya pengobatan (Susanti, 2009). memenuhi kebutuhan. CRIPE adalah kepanjangan
dari Continious, Rhytmical, Interval, Progressive,
Menurut penelitian yang dirilis oleh America Endurance. Continious artinya berkesinambungan.
Diabetes Association (2013), diperkirakan total biaya Rhytmical, artinya berirama, melakukan latihan otot
perawatan klien diabetes di Amerika meningkat kontraksi dan relaksasi. Jadi gerakan berirama
sebesar U$ 245.000.000.000 pada tahun 2012 dari U$ tersebut diatur dan terus menerus. Interval, artinya
174.000.000.000 pada tahun 2007. Angka ini latihan dilaksanakan terselang seling, kadang-kadang
menunjukkan peningkatan sebesar 41% dalam cepat, kadang-kadang lambat tetapi kontinyu selama
periode waktu 5 tahun. Biaya perorangan yang periode latihan. Progresif, artinya latihan harus
dikeluarkan oleh penderita diabetes melitus di dilakukan peningkatan secara bertahap dan beban
Amerika rata-rata sekitar U$ 13.700 per tahun. Orang latihan juga ditingkatkan secara perlahan-lahan.
dengan diabetes, rata-rata memiliki pengeluaran Endurance, artinya latihan untuk meningkatkan
medis sekitar 2,3 kali lebih tinggi dari pada tanpa kesegaran dan ketahanan sistem kardiovaskuler dan
diabetes (ADA, 2013). Sedangkan di Indonesia kebutuhan tubuh penderita diabetes melitus.
menurut Dimyati dalam Supriadi, Kusyati &
Sulistyawati (2013), didapatkan bahwa biaya Menurut Persadia dalam Sinaga & Hondro (2012),
perawatan pasien diabetes dengan gangren antara Rp salah satu latihan jasmani yang dianjurkan bagi
1,3 juta sampai 1,6 juta untuk satu orang pasien dan penderita diabetes melitus adalah senam diabates
43,5 juta dalam satu tahun. melitus. Senam diabetes adalah senam fisik yang
dirancang khusus untuk pasien diabetes melitus dan
Mengingat banyaknya komplikasi serta besarnya merupakan bagian dari pengobatan diabetes melitus.
biaya perawatan pada pasien diabetes melitus, maka
upaya yang paling baik dilakukan adalah Senam ini dibuat oleh para spesialis yang berkaitan
pengendalian diabetes agar tidak terjadi komplikasi dengan diabetes, diantaranya adalah rehabilitasi
lebih lanjut (Sutandi, 2012). Menurut Samuel dalam medis, penyakit dalam, olahraga kesehatan, serta ahli
Wahyuningsih (2011), upaya pencegahan tersebut gizi dan sanggar senam (Sumarni dalam Sinaga &
salah satunya adalah dengan menjalankan pola hidup Hondro, 2012). Senam diabetes tergolong ke dalam
sehat dan bugar yaitu dengan melakukan aktivitas senam aerobic low impact dan ritmis yang bertujuan
sehat (latihan jasmani). untuk meningkatkan kesegaran jasmani atau nilai
aerobic yang optimal (Santoso, 2008) yang bisa
Berdasarkan teori keperawatan, juga mengungkapkan meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot aktif
bahwa latihan jasmani merupakan kebutuhan pasien sehingga secara langsung dapat menurunkan glukosa
yang harus dipenuhi dalam mengatasi masalah darah (Sudirman, 2009).
keperawatan yang timbul akibat dari diabetes (Potter
dan Perry, 2005). Sementara kenyataan yang sering Menurut Ilyas dalam Sinaga & Hondro (2012),
terjadi di lapangan, latihan jasmani sering diabaikan senam diabetes melitus terdiri dari gerakan
oleh setiap penderita diabetes melitus. Penderita lebih pemanasan, gerakan inti dan pendinginan. Gerakan
fokus dan hanya mengutamakan pada penanganan senam diabetes melitus mudah dilakukan serta
diet dan mengkonsumsi obat-obatan, padahal ekonomis. Dan menurut Suryanto (2009), penderita
penanganan diet yang teratur belum menjamin akan diabetes melitus tanpa kontraindikasi dapat
terkontrolnya kadar glukosa dalam darah, akan tetapi diikutsertakan dalam senam ini. Namun penderita
hal ini harus diseimbangi dengan latihan jasmani yang mempunyai komplikasi seperti riwayat penyakit
yang sesuai (Sinaga & Hondro, 2012). Mengatasi hal jantung, gangrene, ulkus diabetikum, gula darah lebih
tersebut, perawat dalam perannya di keperawatan dari 300 mg/dl atau kurang dari 100mg/dl, stroke,
dituntut agar latihan jasmani bisa dilakukan pasien tidak dapat diikutsertakan dalam latihan ini, sebab
dengan baik. Hal ini sesuai dengan peran perawat dapat membahayakan atau memperberat penyakit
spesialisasi medikal bedah yang dinyatakan penderita diabetes melitus.
Ignativicius dan Workman (2006) yaitu sebagai
Menurut American Diabetes Association dalam ingat dan memperkuat konsentrasi. Hal ini
Erlina (2008), untuk mencapai hasil optimal, senam merupakan terapi untuk stroke ringan serta mencegah
ini direkomendasikan dilakukan dengan durasi 30-60 terjadinya demensia (pikun). Pentingnya
menit, dan frekuensi 3-5 kali dalam 1 minggu dan pengontrolan kadar gula darah bagi penderita
tidak lebih dari dua hari berturut-turut tidak diabetes untuk menghindarkan terjadinya komplikasi
melakukan senam. yang dapat menyebabkan kematian.
Dibandingkan dengan olahraga lainnya senam Menurut penelitian yang dilakukan oleh peneliti
diabetes melitus lebih efektif, karena mayoritas terdahulu, didapatkan hasil yang menyimpulkan
menggunakan otot-otot besar tubuh, gerakan ritmis, bahwa rata-rata kadar glukosa darah pada penderita
(berirama), berkesinambungan (kontinyu), penekanan diabetes melitus sebelum senam diabetes melitus
gerakan dalam senam ini adalah pada gerak ritmik adalah 192,60 mg/dl dan rata-rata kadar glukosa
otot, sendi, vaskuler dan saraf dalam bentuk darah pada penderita diabetes melitus sesudah senam
peregangan dan relaksasi (Suryanto, 2009). Variasi diabetes adalah 159,73 mg/dl. Menunjukkan adanya
gerakan yang banyak, terutama gerakan dasar pada perbedaan yang signifikan rata-rata kadar gula darah
kaki dan jalan dapat memenuhi CRIPE (Continious, antara sebelum dan sesudah melakukan senam
Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance), diabetes melitus.
sehingga sesuai dengan tahapan kegiatan yang harus
dilakukan (Soegondo dalam Indriani, Supriyanto & Berdasarkan studi dari IDF (International Diabetes
Santoso, 2007). Federation), prevalensi diabetes di dunia pada orang
dewasa ( usia 20-79 tahun ) adalah sebesar 6,4 % ,
Senam diabetes ini juga berbeda dengan senam- yang mempengaruhi 285 juta orang dewasa pada
senam lainnya. Perbedaannya terletak pada tahun 2010 (Shaw, Sicree & Zimmet, 2010). Pada
tujuannya, yaitu mengurangi gula darah dan tahun 2012 World Health Organization (WHO)
kelebihan konsumsi karbohidrat di dalam tubuh. menjelaskan bahwa jumlah penderita DM di dunia
Selain itu perbedaan senam ini dengan senam lainnya mencapai 347 juta orang (Yuliani, Onzil & Iryani,
yaitu terletak pada gerakannya, yang lebih smooth, 2014) dan akan meningkat menjadi 7,7 % , 439 juta
ringan dan cepat untuk membakar sisa tenaga di orang dewasa pada tahun 2030 (Shaw, Sicree &
dalam tubuh serta fokus pada peregangan otot. Sebab Zimmet, 2010). Sedangkan gambaran untuk
otot merupakan bagian tubuh yang menyimpan pengendalian diabetes di dunia, dapat digambarkan
banyak glikogen. Gerakan senam diabetes melitus dari 175 kasus, sebanyak 72 kasus tidak patuh
yang difokuskan pada otot mampu meningkatkan terhadap proses pengendalian diabetes (Shaw, Sicree
fungsi dan mengaktifkan reseptor gula pada insulin & Zimmet, 2010).
yang kemudian akan ditangkap oleh otot.
Di Indonesia diabetes melitus merupakan penyebab
Manfaat dari senam diabetes mellitus menurut kematian nomor enam (Sutandi, 2012). Menurut
Santoso dalam Sinaga & Hondro (2012), adalah World Health Organization (WHO) jumlah penderita
mengontrol gula darah, menghambat dan diabetes pada tahun 2000 di Indonesia adalah sebesar
memperbaiki faktor resiko penyakit kardiovaskuler 8,4 juta jiwa (Putri & Larasati, 2013). Pada tahun
yang banyak terjadi pada penderita diabetes melitus, 2008, menurut data dari Departemen Kesehatan
senam diabetes melitus dapat memperbaiki profil prevalensi penderita diabetes di Indonesia mencapai
lemak darah, dan kolesterol total, mencegah 5,7 % dari jumlah penduduk, yaitu sebesar 12,1 juta
terjadinya diabetes melitus yang dini terutama bagi jiwa (Syailendrawati & Endang, 2012). Hal ini
orang-orang dengan riwayat keluarga diabetes menunjukkan adanya peningkatan sebesar 3,7 juta
melitus serta mengurangi kebutuhan pemakaian obat jiwa. Diperkirakan pada tahun 2030, prevalensi
oral dan insulin. diabetes melitus akan mencapai 21,3 juta jiwa
(Diabetes Care dalam Syailendrawati, 2012). Seiring
Sharkey dalam Utomo, Azam & Anggraini (2012), dengan peningkatan prevalensi diabetes di Indonesia,
mengatakan bahwa senam diabetes juga bisa dapat digambarkan kepatuhan penderita diabetes
mengolah semua organ tubuh manusia, mulai otak terhadap pilar penatalaksanaan diabetes di Indonesia
hingga ujung kaki. Sebab dampak penyakit diabetes adalah dari 156 kasus, sebanyak 64 kasus tidak patuh
menyerang seluruh tubuh. Dampak paling ringan terhadap pilar penatalaksanaan diabetes (Sutandi,
adalah kaki kesemutan. Sedangkan yang terparah 2012).
adalah menderita stroke. Gerakan yang bervariasi
membuat otak bekerja untuk bisa menghafalnya. Berdasarkan hasil Riskesdas (2013), Sumatera Barat
Membiasakan otak bekerja bisa meningkatkan daya termasuk ke dalam sepuluh besar terbanyak jumlah
penyandang diabetes melitus. Dari hasil pencatatan control group. Dalam penelitian ini peneliti
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi melakukan perlakuan terhadap variabel
Sumatera Barat tahun 2002 dan 2003, menunjukkan independentnya, yaitu latihan senam diabetes
data peningkatan jumlah penderita diabetes yang melitus pada kelompok eksperimen. Penelitian ini
cukup berarti, yaitu 1603 tahun 2001, meningkat terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi
menjadi 1740 tahun 2002 (Sunarmi, 2010). dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi
diberikan perlakuan berupa senam diabetes melitus,
Melalui pencatatan Data Dinas Kesehatan Kota sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan
Bukitttinggi periode 2013- Juni 2014 yang peneliti perlakuan senam diabetes. Dalam rancangan ini,
peroleh pada Juni 2014 dari 7 puskesmas yang kita bisa menggunakan dua kelompok yang
terdapat di Kota Bukittinggi, angka kejadian tertinggi serupa, tetapi tidak perlu benar-benar sama
diabetes melitus adalah di Puskesmas Rasimah (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam
Ahmad, yaitu sebanyak 157 orang. Setelah peneliti penelitian ini adalah penderita diabetes melitus yang
mengunjungi dan melakukan wawancara dengan melakukan rawat jalan ke Puskesmas Rasimah
petugas Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Ahmad. Dimana jumlah populasinya adalah
Bukittinggi, untuk pengendalian diabetes melitus di sebanyak 157 orang.
wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad, pihak
puskesmas mengatakan bahwa tidak mempunyai Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel
program khusus seperti latihan jasmani, untuk yang digunakan adalah Quota Sampling dan
penderita diabetes petugas hanya memberikan terapi menggunakan kriteria inklusi. Menurut
farmakologi serta pengaturan diet pasien. Pihak Notoatmodjo (2010), kriteria inklusi adalah kriteria
puskesmas belum pernah memberikan pelatihan atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh setiap
jasmani secara terprogram. Dan untuk edukasi anggota populasi yang dapat diambil sebagai
petugas menyatakan bahwa setiap pasien diabetes sampel. Dalam perhitungan didapatkan sampel
yang datang berobat ke puskesmas, pengetahuan minimal 16 responden untuk masing-masing
secara umum tentang penyakitnya diberikan oleh kelompok (16 responden untuk kelompok perlakuan
petugas saat pemeriksaan pasien. Hal tersebut dan 16 responden untuk kelompok kontrol).
mencakup pengetahuan umum tentang diabetes,
makanan yang harus dihindari serta anjuran untuk Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi,
melakukan aktivitas fisik di rumah. glukocheck, dan tempat yang nyaman untuk
melakukan latihan jasmani senam diabetes mellitus
Penelitian ini bertujuan untuk : Mengidentifikasi dan pengukuran kadar gula darah. Agar hasil
karakteristik responden penderita diabetes mellitus di instrument valid dan reliable, maka sebelum
wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota digunakan perlu diuji coba terlebih dahulu.
Bukittinggi. Mengidentifikasi kadar gula darah
sebelum dan sesudah latihan pada penderita diabetes 3. Hasil Dan Pembahasan
mellitus kelompok intervensi. Mengidentifikasi kadar
gula darah sebelum dan sesudah latihan pada Bab ini secara khusus akan menyajikan dan
penderita diabetes mellitus kelompok control. menjelaskan hasil penelitian. Penjelasan tersebut
Mengidentifikasi perubahan kadar gula darah meliputi gambaran karakteristik responden yaitu: usia
sebelum dan sesudah latihan pada kelompok dan pola diet baik kelompok perlakuan maupun
intervensi. Mengidentifikasi pengaruh senam diabetes kelompok kontrol melalui analisis univariat. Selain
terhadap kadar gula darah penderita diabetes mellitus itu disajikan pula tentang analisis bivariat dengan
pada kelompok intervensi. Mengidentifikasi selisih statistik Paired t test dan Independent t test.
perbedaan kadar gula darah pada kelompok
intervensi dan kelompok control Analisis Univariat
Gambaran karakteristik responden
2. Metodelogi Penelitian Analisis univariat berikut ini menggambarkan
distribusi frekuensi dari seluruh variabel meliputi
Desain penelitian merupakan suatu cara yang karakteristik responden (usia dan pola diet) serta
digunakan dalam penelitian untuk memperoleh kadar gula darah.
kebenaran penelitian atau pemecahan masalah
(Notoatmodjo, 2010). Jenis desain penelitian ini Karakteristik Responden
menggunakan Quasi Eksperimental dengan Karakteristik responden menurut usia dan pola diet
pendekatan pre test and post test nonequivalent responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 146-199 mg/dl 8 50,00
Distribusi frekuensi responden menurut karakteristik >200 mg/dl 4 25,00
usia responden pasien diabetes melitus di wilayah kerja N 16 100% 168,56
puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Mei-Juni
2014
Kontrol Intervensi Jumlah Hasil uji menunjukkan bahwa kadar gula darah pada
Variabel F % F % F % kelompok intervensi sebelum latihan adalah lebih
dari setengah responden (68,75%) mempunyai kadar
Usia
1. Dewasa muda (8-44 6 37,5 3 18,75 9 28,1
gula darah dalam rentang 146-199 mg/dl. Dan setelah
tahun) latihan, pada tabel menunjukkan bahwa terjadi
2. Dewasa menengah 10 62,5 13 81,25 23 71,9 penurunan persentase responden dengan gula darah
(45-64 tahun) lebih dari 200 mg/dl. Sebelum latihan persentase
3. Dewasa akhir (>64
responden dengan kadar gula darah lebih dari 200
tahun) 0 0 0 0 0 0
Jumlah 16 100% 16 100% 32 100% mg/dl adalah 31,25%, setelah melakukan latihan
terjadi penurunan menjadi 25%. Selain itu, terdapat
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa sebagian besar juga 2 orang responden (12,5%) yang mampu
responden (71,9%) berada pada kategori umur 45–64 mencapai kadar gula darah dalam rentang normal.
tahun (10 responden kelompok kontrol dan 13 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar gula
responden kelompok intervensi). darah setelah dilakukan latihan pada kelompok
intervensi mengalami penurunan. Rata-rata kadar
Tabel 2 Distribusi frekuensi responden menurut gula darah sebelum latihan adalah 191,06 mg/dl dan
karakteristik pola diet responden pasien diabetes rata-rata kadar gula darah setelah latihan adalah
mellitus di wilayah kerja puskesmas Rasimah Ahmad
168,56 mg/dl.
Kota Bukittinggi Mei-Juni 2014
Tingkat Kadar Gula Darah Posttest Pada Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
Kelompok Kontrol dari tahun 1996-1997 pada usia lebih dari 55 tahun
Kadar gula darah posttest pada kelompok intervensi didapatkan hanya 12% saja yang kadar gulanya
tidak jauh berbeda dengan kadar gula darah dapat terkendali. Pada usia tua terjadi pengecilan
posttest. Sebagian besar responden (81,5%) masih pembuluh darah, sehingga dapat menyebabkan
berada dalam rentang kadar gula tinggi. Rata-rata sirkulasi darah menurun dan proses perbaikan atau
kadar gula posttest pada kelompok ini adalah pengendalian kadar gula darah optimal lebih sulit
174,75 mg/dl. (Jelantik & Haryati, 2014).
Usia responden yang mengalami kenaikan kadar Hasil analisis lebih lanjut menggunakan
gula darah tersebut sudah melebihi batas optimal independent t test didapatkan ada perbedaan yang
diberikannya latihan untuk perbaikan kadar gula bermakna dalam penurunan kadar gula darah
darah, yaitu lebih dari 55 tahun. Fenomena tersebut sebelum dan sesudah latihan antara kelompok
sesuai dengan teori bahwa kestabilan kadar gula kontrol dan kelompok intervensi (p=0,007).
darah akan semakin sulit untuk dipertahankan Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat
dalam kadar normal seiring dengan peningkatan disimpulkan bahwa ada penurunan kadar gula darah
usia (Tandra, 2007). yang signifikan pada kelompok intervensi.
Penurunan kadar gula darah setelah latihan juga sebahagian besar adalah berpola diet teratur. Dan
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang selanjutnya peneliti melakukan pengkajian lebih
dilakukan Erlina (2008) menyatakan bahwa, dalam lagi kepada masing-masing kelompok
“adanya latihan jasmani senam dibetes mellitus kontrol, ternyata diketahui bahwa beberapa orang
secara terstruktur selama 3-5 kali dalam seminggu diantara kelompok responden tersebut melakukan
dengan durasi 30-60 menit dapat menurunkan kadar usaha penurunan kadar gula darah secara individual
gula darah pada pasien diabetes”. setelah responden tersebut mengetahui bahwa kadar
gula darahnya tinggi saat dilakukan pengukuran
Setelah latihan dilakukan akan menimbulkan kadar gula darah awal oleh peneliti. Usaha
perubahan metabolik. Pada saat latihan tubuh individual tersebut adalah dengan mengkonsumsi
memerlukan energi, sehingga pada otot yang air rebusan pare dan daun binahong yang secara
tadinya tidak aktif menjadi aktif, karena terjadi teori dapat menurunkan kadar gula darah.
peningkatan kebutuhan glukosa. Kepekaan ini akan
berlangsung lama, bahkan hingga latihan telah 4. Kesimpulan Dan Saran
berakhir. Pada latihan jasmani akan terjadi Kesimpulan
peningkatan aliran darah, menyebabkan lebih Ada perbedaan yang bermakna antara rata-rata kadar
banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor gula darah sebelum dan sesudah latihan pada
menjadi lebih aktif, sehingga terjadi peningkatan kelompok intervensi (p=0,000 ; α=<0,05). Ada selisih
pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, maka perbedaan yang bermakna antara kadar gula darah
terjadi penurunan kadar gula darah sehingga terjadi sebelum dan sesudah latihan antara kelompok
perubahan kadar gula darah (Ilyas, 2008). intervensi dan kelompok kontrol (p=0,007; α=<0,05)
Ilyas, Ermita. 2004. Latihan Jasmani Bagi Rahmiati. 2013. Pengaruh Pemberian Teh Rosella
Penyandang Diabetes Melitus Dalam: Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. Riaz, Samreen. 2009. Diabetes Melitus. Scientific
Research and Essay.
Indriyani, Puji., Heru Supriyanto., & Agus Santoso.
2007. Pengaruh Senam Aerobik. Jurnal Media Ners. Riskesdas. 2013. Prevalensi Diabetes, Hipertiroid &
Hipertensi.
Irawan, M. Anwari. 2007. Glukosa dan Metabolisme
Energi. Jurnal Sports Science Brief Sabri, Luknis & Hastono, S.P. 2006. Statistik
kesehatan, Edisi 1., Jakarta: Raja Grafindo Persada
Jelantik, I Gusti Made & Haryati, Erna. 2014.
Hubungan Faktor umur dan Jenis Kelamin dengan Santoso, Mardi. 2008. Senam Diabetes Indonesia
Kejadian Diabetes Melitus. Jurnal Diabetes Seri 4 Persatuan Diabetes Indonesa. Jakarta:
Yayasan Diabetes Indonesia
Kowalak, Jennifer P., William Welsh., & Brenna
Mayer. 2011. Buku Ajara Patofisiologi. Jakarta : Sari, Retno Novita. 2012. Diabetes Melitus.
EGC Yogyakarta : Nuha Medika
Lopez, Fransisco et al. 2012. Recommendations for Shaw, J. E., R.A. Sicree., & P.Z. Zimmet. 2010.
Managing Patients With Diabetes Melitus in Global Estimates of The Prevalence of Diabetes
Cardiopulmonary Rehabilitation. Journal of for 2010 and 2030. Diabetes Research And Clinical
Cardiopulmonary Rehabilitation and Prevention. Practice. Australia: Diabetes Institute
Mahendra, B dkk. 2008. Care Yourself Diabetes Sihaloho. 2013. Diabetes Melitus Tipe 2 Gula Darah
Melitus. Jakarta : Penebar Plus Tak Terkontrol Dengan Ulkus Pedis Dextra Digiti III
Dan Hipertensi. Jurnal Medula Volume 1 Nomor 2.
Misnadiarly. 2006. Diabetes Melitus : Ulcer,
Gangren, Infeksi, Mengenal Gejala, Menanggulangi Sinaga, Janno., & Ernawati Hondro. 2012. Pengaruh
dan Mencegah Komplikasi. Jakarta : Populer Obor Senam Diabetes Melitus Terhadap Kadar Glukosa
Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.
Nastiti, Amadea K. 2012. Klasifikasi Kadar Gula Jurnal Mutiara Ners.
Darah Pada Manusia. Jurnal Diabetes
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodelogi Penelitian Spellman, Cralg D., 2010. Pathophysiology of Type 2
Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Diabetes Targeting Islet Cell Dysfunction.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Sudirman. 2009. Pengaruh Senam Diabetes Melitus
Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada
Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Ilmu
Nursalam, 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Keperawatan Politeknik Kesehatan Depkes
Semarang
Tandra, Hans. 2007. Diabetes : Tanya Jawab
Sudoyo, Aru W dkk. 2006. Buku Ajar Penyakit Lengkap dengan Ahlinya. Jakarta: PT Gramedia
Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Departemen Ilmu Pustaka Utama
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI
Tjokroprawiro, Askandar. 2006. Hidup Sehat dan
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Bahagia Bersama Diabetes Melitus. Jakarta:
Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta Gramedia Pustaka Utama
Sunarmi. 2010. Gambaran Tingkat Pengetahuan Utomo, O.M., Mahalul Azam., & Dian N.A. 2012.
Keluarga Lansia Yang Menderita Gangren Diabetes Pengaruh Senam Terhadap Kadar Gula Darah. Unnes
Tentang Upaya Pencegahan Gangren Diabetes. Journal of Public Health.
Supriadi, Dedi., Eni Kusyati., & Erna Sulistyawati. Wahyuningsih, Merry. 2011. Biaya yang Harus
2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Dikeluarkan Jika Terkena Diabetes. Jakarta.
Metode Demonstrasi Terhadap Kemampuan Merawat
Kaki Pada Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Waspadji, S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Manajemen Keperawatan. Jakarta: FKUI
Suryanto. 2009. Peran Olahraga Senam Diabetes Yuliani, Fadma., Fadil Oenzil., & Detty Iryani. 2014.
Indonesia Bagi Penderita Diabetes Melitus, Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap
Yogyakarta. Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan Andalas.
Susanti, Inda. 2009. Pantau Terapi dan Komplikasi
Diabetes. Jakarta.