Anda di halaman 1dari 4

99 Cahaya Di Langit Eropa

Judul : 99 Cahaya Di Langit Eropa

(Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa)

Penulis : Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit : November 2013

Cetakan : Keenam, Januari 2014

Tebal : 340 halaman

ISBN : 978-602-03-0052-8

Novel “99 Cahaya Di Langit Eropa (Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa)” karya
dari Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra memiliki tema menapak jejak islam di Eropa.
Buku ini berisi kisah-kisah perjalanan kedua penulis selama berada di Eropa. Hanum dan Rangga
tinggal selama 3 tahun di eropa saat rangga mendapat beasiswa program doktoral di Universitas
di Austria. Keduanya berkesempatan menjelajahi eropa dan menemukan keindahan eropa yang
tidak sekadar hanya Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola San Siro,
Colloseum Roma atau gondola-gondola di Venezia. Namun, mereka menemukan keindahan lain
dari Eropa, mereka menjelajah sejarah dan menemukan bahwa Islam pernah berjaya di tanah itu.
Eropa dan islam pernah menjadi pasangan serasi. Namun, ketamakan manusia membuat dinasti
itu runtuh. Melalui buku ini, penulis ingin menceritakan tentang beberapa tempat dimana islam
mempunyai kisah yang cukup menarik didalamnya. Kisah-kisah dari beberapa tempat
didalamnya yang bisa membuat penulis dan pembaca enggan untuk melakukan kesalahan yang
sama. Tempat itu antara lain Wina (austria), Paris (Perancis), Granada dan Cordoba
(andalusia/Spanyol), dan Istanbul (turki).

Selama kursus itulah hanum berkenalan dengan Fatma, wanita asal Turki yang berhasil
menggugah jiwa kelana hanum untuk menyusuri jejak islam di eropa. Fatma yang notabene
hanya seorang ibu rumah tangga ternyata memiliki wawasan luas tentang sejarah Islam di eropa.
Bukan hanya itu, kebesaran hati seorang fatma yang menerima cerca dari kalangan non muslim
menyadarkan hanum, bahwa Islam seharusnya dimaknai luar dan dalam. Bukan sekedar casing
yang islam, namun jiwa dan pikiran kaum bar-bar. Sayangnya fatma tiba-tiba menghilang setelah
mereka mengikat janji akan berkelana bersama menapaki jejak islam yang ada di Spanyol,
Perancis, dan Turki yang pernah berjaya pada masanya. Demi memenuhi janji itu hanum
kemudian mulai menjelajah sendiri bersama suami.

Tempat kedua yang diceritakan penulis adalah Paris, Perancis. Kota ini dikenal City of
lights, yang berarti pusat peradaban Eropa. Di Paris, Hanum bertemu dengan seorang mualaf,
Marion Latimer yang bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris. Marion
menunjukkan kepada penulis bahwa Eropa adalah pantulan cahaya kebesaran Islam. Eropa
menyimpan harta karun sejarah Islam yang luar biasa berharganya. Seperti kufic-kufic pada
keramik yang berada di musse louvre. Yang lebih mencengangkan Hanum, pada lukisan Bunda
Maria dan Bayi Yesus, hijab yang dipakai Bunda Maria bertakhtakan kalimat tauhid, Laa ilaaha
illallah. Selain benda-benda ‘kecil’ didalam musee louvre, Marion juga memberi tahu tentang
Voie Triomphale atau Jalan kemenangan yang dibuat Napoleon Bonaparte, tempat dua gerbang
kemenangan (arc du triomphe) yang sangat megah. menurut Marion, bila ditarik garis lurus
imajiner maka akan menghadap arah kiblat. Mungkin akan menjadi konspirasi apabila Eropa
mengakui Napoleon beragama Islam, tapi kedekatan beliau dengan Islam tak terbantahkan.
Selain itu, Jenderal kepercayaan Napoleon, Francois Menou mengucapkan Syahadat setelah
menaklukan mesir dan syariat-syariat islam juga menginspirasi Napoleonic Code.

Setelah ke Paris, mereka selanjutnya menjelajahi Cordoba dan Granada. Dua kota di
andalusia yang menurut beberapa ahli adalah True City of Lights. Cordoba merupakan ibukota
Andalusia dimana peradaban Eropa dimulai. Pada kota ini berkembang ilmu pengetahuan dan
menginspirasi kota-kota lain di Eropa. Pada masa keemasan itu, Cordoba bukan negara islam
seluruhnya, namun toleransi antar agama menjadi suatu landasan kuat hingga menjadi kota yang
sangat dikagumi sekaligus membuat iri kota- kota lain. di Cordoba terdapat Mezquita, yaitu
masjid besar yang menjadi Kathedral setelah jatuh ke tangan Raja Ferdinand dan ratu Isabela.
Sementara itu Granada adalah kota terkahir dimana islam takluk di daratan Eropa. di Granada
terdapat benteng megah yang menjelaskan betapa megahnya Islam di masa keemasan.

Selanjutnya mereka berkesempatan menjelajahi Istanbul. Istanbul / kontatinopel adalah


saksi sejarah dimana Islam pernah memiliki masa keemasan. Pada masa itu, luas wilayah Islam
lebih luas dari kerajaan Romawi. Namun, di Turki tidak ditinggalkan istana yang megah, bukan
karena tidak mampu melainkan karena Sultan mereka mencontohkan kesederhanaan. Sesuatu hal
yang mulai dilupakan pemimpin-pemimpin saat ini. Di Turki juga terdapat Hagia Sophia, bekas
gereja besar dan sempat dijadikan masjid. Namun kini telah dijadikan museum oleh pemerintah
Turki.

Kelebihan buku 99 cahaya di langit eropa ini adalah kita sebagai pembaca akan
merasakan seolah-olah sedang mengelilingi eropa dengan berbagai model pendeskripsian dari
penulis yang menghadirkan gambaran Eropa kedalam imajinasi kita. Mengajak kita untuk
mengamalkan Islam secara total melalui perilaku yang mencerminkan Islam, lewat contoh tokoh
yang bernama Fatma. Cerita yang disampaikan begitu santai dengan bahasa yang lugas dan
sederhana sehingga seakan mengajak pembaca turut serta dalam perjalanan spiritual yang
dilakukan. Buku ini hingga lembar terakhir menguatkan kita sebagai seorang muslim bahwa : di
belahan bumi manapun, menegakkan aqidah keislaman kita, berarti kita bersiap untuk menjadi
“agen muslim sejati” yaitu sebagai muslim yang membawa rahmat bagi sekelilingnya, rahmatan
lil alamin & kebangkitan peradaban Islam adalah saat umat Islam kembali pada Al-Qur’an yang
tidak sekedar dibaca, tetapi juga di pelajari dan diteliti detil artinya sesuai dengan bidang
keilmuan kita. Menumbuhkan (kembali) kecintaan umat Islam pada Al-Qur’an, akan menjadi
dasar kembali bersinarnya peradaban Islam seperti beberapa ribu tahun silam. Memberikan
gambaran baru tentang Eropa selain keindahan dan kemegahan bangunan di seantero dunia.

Kelemahan novel ini terletak pada pemotongan sub bab dalam buku terkesan dipaksakan.
Ketika sudah sampai pada akhir sub bab, tiba-tiba kita masuk lagi pada rangkaian cerita
sebelumnya yang terputus. Pada bagian penutup, akan lebih menarik jika maksud dari penulis
langsung masuk ke sub bab Ka’bah tanpa harus memasuki cerita yang lainnya, meski bagian
tersebut menjelaskan mengapa penulis ingin pergi haji.

Kehancuran Islam di Eropa adalah karena setitik nilai perang saling menguasai yang
menyebabkan trauma berkepanjangan. Jika proses masuknya Islam terus konsisten melalui cara
damai seperti di Indonesia, tentulah Eropa hingga kini masih bercahaya sebagaimana Cordoba
berhasil menerangi abad gelap di Eropa. Kini minoritas Islam di Eropa harus berjuang untuk
mengembalikan citra Islam yang keras menjadi lembut, seperti Fatma yang tetap santun meski
mendengar hujatan dari orang-orang Eropa non muslim. Itulah sejatinya Islam, agama yang cinta
damai. Sayang, selalu dan masih saja ada yang memaknai Islam harus ditegakkan dengan jalan
yang keras, menebar teror melalui hembusan jihad, atau demo yang berujung anarkis seperti di
Indonesia. Sudah saatnya umat Islam belajar dari kegagalan Islam berjaya di Eropa. Nafsu untuk
menjadi lebih, nafsu untuk menguasai, dan nafsu merasa paling benar atas nama agama hanya
akan memperburuk citra Islam di mata dunia.

 Unsur Intrinstik Novel

1. Tema : Menapak Jejak Islam di Benua Eropa.


2. Tokoh :

 Hanum :Protagonis, karena merupakan mempunyai rasa keinginan tahu pada


islam yang sangat besar.

 Rangga : Protagonis, karena bersama-sama hanum menjelajahi eropa.

 Fatma : Protagonis, karena dialah yang pertama kali mengajak hanum


menyusuri rahasia-rahasia kebesaran islam di eropa.

 Eyse : Protagonis, karena anak dari Fatma yang selalu menuruti perkataan
ibunya.

 Selim : Protagonis, karena membantu Fatma dan menjelaskan segala yang


diketahuinya tentang islam di eropa.

 Paul : Antagonis, karena telah menghina kerajaan turki yang pernah


berkuasa.

 Imam Hashim : Protagonis, karena menjelaskan tentang islam di daerah Wina.

 Natalie Dewan : Protagonis, karena merupakan agen muslim sejati yang tidak hanya
mempromosikan islam bukan hanya dari mulut tapi dari

 Marion : Protagonis, karena membantu Hanum menjelajahi eropa.

 Gomez : Protagonis, karena mengantar rangga dan hanum ke tempat-tempat


sejarah islam di eropa.

 Hasan : Protagonis, karena sudah menjadi agen muslim yang baik di spanyol.

 Sergio : Protagonis, karena menjadi pemandu yang baik dalam menjelaskan.

3. Alur : Novel ini menggunakan alur campuran.

4. Amanat :

Jadikanlah sejarah menjadi pelajaran berharga bagi kita khususnya generasi muda islam.
Jangan pernah untuk berhenti mempelajari bagaimana perkembangan sejarah peradaban islam di
Negara Eropa yang sebenarnya sangat membanggakan bagi kita sebagai pemeluknya.

Anda mungkin juga menyukai