Anda di halaman 1dari 89

HARGA DIRI RENDAH

Dosen Pengampu Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 1:

Hj.Lilik Ma’rifatul Azizah,S.Kep,Ns.,M.Kes

Oleh

Kelompok 1/Kelas 2A:

1. Nadya Maulidinda Prasasti (201601014)


2. Muzaqi Aden Sagara (201601021)
3. Umi kulsum (201601024)
4. Indah Adianti (201601034)
5. Raina Resty Nur Ramadhani (201601035)
6. Karsono (201501176)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala


limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah Psikososial. Makalah ini berisikan tentang Perilaku,
diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua.

Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang kami


hadapi. Namun berkat bimbingan dari Dosen, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.kami menyadari, sebagai
seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih
banyak belajar dalam membuat makalah. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini
menjadi lebih baik dan berdaya guna. Harapan kami, mudah-mudahan
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Mojokerto,Maret 2018

Penulis
Kelompok 1 Kelas 2A

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi........................................................................................................................ 4
2.2 Proses Terjadinya Masalah....................................................................................... 5
2.2.1 Etiologi .............................................................................................................. 5
2.2.2 Rentang Respon ................................................................................................ 7
2.2.3 Patofisiologi....................................................................................................... 8
2.3 Tanda dan Gejala ........................................................................................................ 8
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................................... 9
2.4.1 Pengkajian ......................................................................................................... 9
2.4.2 Pohon Masalah ................................................................................................ 15
2.4.3 Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 15
2.4.4 Rencana Tindakan Keperawatan ..................................................................... 16
2.4.5 Implementasi Atau Strategi Pelaksanaan .......................................................... 23
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus .......................................................................................................................... 26
3.1.1 Trigger Case ..................................................................................................... 26
3.1.2 Model Keperawatan.......................................................................................... 27
3.1.3 Peran Dan Fungsi Perawat................................................................................ 27
3.2 Proses Keperawatan .................................................................................................. 28
3.2.1 Pengkajian ......................................................................................................... 28
3.2.2 Analisa Data .................................................................................................... 35

2
3.2.3 Pohon Masalah.................................................................................................. 37

BAB IV STATERGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


4.1 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Individu ...................................... 38
BAB V ANALISA PROSES INTERAKSI (API)............................................................ 59

BAB VI PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 88


5.2 Saran........................................................................................................................... 88

BAB V DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 89

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari
penyakit, cacat, kelemahan, tapi benar-benar merupakan kondisi positif
dan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang memungkinkan untuk
hidup produktif. Manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan
orang lain dalam memenuhi kebutuhannya,untuk memenuhi kebutuhan
tersebut individu dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya agar
segala kebutuhannya dapat terpenuhi dan tingkat social di masyarakat
lebih tinggi, kemudian ini merupakan dambaan setiap manusia.
Individu akan merasa gagal, putus asa dan akhirnya mempunyai
suatu pikiran negative terhadap dirinya dan akhirnya akan merendahkan
martabat sendiri, individu akan merasa tidak mempunyai kemampuan
apa-apa dan merasa rendah diri, yang dikenal dengan gangguan kosep
diri : Haga Diri Rendah. Klien dengan gangguan konsep diri: Harga
Diri Rendah yang tidak ditangani akan mengisolasi diri,perubahan
sensori persepsi halusinasi dengar atau lihat, perilaku kekerasan, dan
klien akan kurang memperhatikan kebersihan diri. Oleh karena itu
diperlukan perawatan intensif baik dari segi kualitas maupun kuantitas
dari pelayanan tenaga kesehatan termasuk didalamnya adalah perawat.
Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan gangguan
konsep diri: Harga Diri Rendah meliputi peran promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative. Pada peran promotif, perawat meningkatkan
dan memelihara kesehatan mental melalui penyuluhan dan pendidikan
untuk klien dan keluarga. Dari aspek preventif yaitu untuk
meningkatkan kesehatan mental dan pencegahan gangguan konsep diri:
Harga Diri Rendah. Sedangkan pada peran kuratif perawat
meencanakan dan melaksanakn rencana tindakan keperawatan untuk
klien dan keluarga. Kemudian peran rehabilitatif berperan pada follow
up perawat klien dengan gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah

2
melalui pelayanan di rumah atau home visite.
Berdasarkan data statistik yang kami dapatkan pada ruang puri Nurani
Rumah Sakit Soeherto Heerdjan sepuluh bulan yang lalu di dapatkan
data klien yang mengalami Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
terdapat 1,72%, Isolasi Sosial terdapat 9,38%, Resiko Perilaku
Kekerasan terdapat 22,70%, Perilaku Kekerasan 1,81, Gangguan
Sensori Persepsi: Halusinasi terdapat 53,25% dengan jumlah pasien
yang dirawat
Dari hasil proporsi yang didapat walaupun dalam jumlah kecil
namun diperlukan penangan khusus, pada klien dengan gangguan
konsep diri: Harga Diri Rendah dapat mengakibatkan cemas dan takut,
individu akan takut ditolak, takut gagal, dan dipermalukan akharnya
cenderung untuk menarik diri yang pada akhirnya individu akan
mengalami gangguan orientasi realita. Komplikasi yang berbahaya
adalah individu mempunyai keinginan untuk menciderai dirinya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah (HDR)?
2. Bagaimana proses terjadinya harga diri rendah (HDR)?
3. Bagaimana proses keperawatan dengan klien harga diri rendah
(HDR)?
4. Bagaimana gambaran kasus pada klien dengan harga diri rendah
(HDR)?
5. Bagaimana proses keperawatan pada kasus tersebut ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari harga diri rendah (HDR).
2. Untuk mengetahui proses terjadinya masalah dengan harga diri
rendah (HDR).

2
3. Untuk mengetahui proses keperawatan pada klien dengan harga diri
rendah (HDR).
4. Untuk mengetahui gambaran kasus pada klien dengan harga diri
rendah (HDR).
5. Untuk mengetahui proses keperawatan (trigger case) pada kasus
terse

2
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi
Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan
dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan (Stuard dan Sudeen
dalam Keliat, 1992).
Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat
yang dimiliki seseoranf terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu
ukuran yang berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk
kemampuan dan patut dipertimbangkan (Towsend, 2005).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa
gagal karena karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri
(Keliat, 1998).
Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Pendapat senada diungkapkan oleh Carpenito, L.J (1998:352) bahwa
harga diri rendah merupakan keadan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
Harga diri rendah (HDR) merupakan evaluasi diri dan perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung
atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998)
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri
rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat
situasional maupun kronis atau menahun.
4
2.2 Proses Terjadinya
Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain:
a Faktor predisposisi
Faktor predisposisi (Budi Ana keliat, 1992)
a. Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan factor
konstribusi pada gangguan konsep diri.
b. Anak yang tidak menerima kasih saying
c. Individu yang tidak mengerti akan dengan tujuan kehidupan
akan gagal menerima tangguang jawab untuk diri sendirid.
Penolakan orang tua, harapan yang tidak realistis, tergangtung
pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
Faktor predisposisi (Stuard and Sudeen, 1998)
a. Penolakan orang tua
b. Harapan orang tua yang tidak realistis
c. Kegagalan yang berulang kali
d. Kurang mempunyai tanggung jawab personal
e. Ketergantungan pada orang lain
f. Ideal diri tidak realistis
b Faktor presipitasi
1. Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah :
1. Hilangnya sebagian anggota tubuh
2. Berubahnya penampilan atau bentuk tubuh
3. Mengalami kegagalan
4. Menurunnya produktivitas
2. Gangguan konsep diri (harga diri rendah) dapat terjadi secara
situasional maupun kronik :
a. Situasional
Gangguan konsep diri (harga diri rendah) yang terjadi secara
situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul tiba–tiba,
misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban
perkosaan, atau menjadi nara pidana sehingga harus masuk

5
penjara. Selain itu dirawat dirumah sakit juga bisa menyebabkan
rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit fisik,
pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman,
harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi
tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai
klien dan keluarga.
b. Kronik
Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis biasanya
sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit
atau sebelum dirawat.klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum
dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.
Baik faktor predisposisi atau presipitasi diatas bila telah
mempengaruhi seseorang baik dalam berpikir, bersikap, maupun
bertindak, maka dianggap telah mempengaruhi koping individu
tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme koping
individu inefektif). Bila kondisi klien dibiarkan tanpa ada
intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan kondisi dimana klien
tidak memiliki kemauan untuk bergaul dengan orang lain (isolasi
sosial). Klien yang mengalami isolasi sosial dapat membuat klien
asyik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncull
resiko perilaku kekerasan.
3. Teori para Ahli mengenai Harga Diri Rendah
Peplau dan Sulivan dalam Keliat (1999) mengatakan bahwa
pengalaman interpersonal di masa atau tahap perkembangan dari bayi
sampai lanjut usia yang tidak menyenangkan seperti good me, bad me,
not me, merasa sering dipersalahkan, atau merasa tertekan, kelak akan
menimbulkan perasaan aman yang tidak terpenuhi. Hal ini dapat
menimbulkan perasaan ditolak oleh lingkungan dan apabila koping
yang digunakan tidak efektif dapat menyebabkan harga diri rendah.
Caplan (dalam Keliat 1999) mengatakan bahwa lingkungan
sosial, pengalaman individu, dan adanya perubahan sosial seperti

6
perasaan dikucilkan, ditolak, serta tidak dihargai akan mempengaruhi
individu. Keadaan seperti ini dapapt menyebabkan stres dan
menimbulkan penyimpangan perilaku seperti harga diri rendah.

Pathway

Ideal diri tidak Penolakan dari Kegagalan berulang


realistis orang lain kali

Evaluasi negatif terhadap


kemampuan diri

Gangguan konsep diri

Ketidakpercayaan diri

Merasa tidak berharga

Rendah diri

(Harga Diri Rendah)

7
Rentang Respon

Respon Respon
Adaptif Mal adaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi

Diri positif rendah identitas

1. Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif
2. Konsep diri positif
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya dan
sesuai dengan kenyataan
3. Harga diri rendah
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa
gagal mencapai keinginan
4. Kerancunan identitas
Ketidakmampuan indIvidu mengidentifikasi aspek psikologi pada masa
dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan perasaan hampa dan lain-lain
5. Dipersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas misalnya malu
dan sedih karena orang lain.

2.3 Tanda dan Gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala klieng dengan gangguan harga diri
rendah:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Penolakan terhadap kemampuan diri
e. Tidak berani menatap lawan bicara

8
f. Lebih banyak menunduk
g. Bicara lambat dengan nada suara lemah
Menurut Carpenito, L.J (1998:352); Keliat, B.A (1994:20)
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data
biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 :
3)
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
I. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang
: nama mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama
panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang
akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM,
tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.

9
II. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau
dirawat di rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit
sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah ini. Pada klien dengan harga diri rendah
klien menyendiri, tidak mampu menatap lawan bicara, merasa
tidak mampu.
III. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa,
bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah
melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan
tindakan kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga
apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan
kepada klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.
Pada klien dengan perilaku kekerasan faktor predisposisi, faktor
presipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang
gangguan jiwa dan adanya riwayat penganiayaan.

Faktor Predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah


penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
IV. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan,
dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
Memeriksa apakah ada kekurangan pada kondisi fisiknya. Pada
klien harga diri rendah terjadi peningkatan tekanan darah,
peningkatan frekuensi nadi.
V. Psikososial

10
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari
pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
Penelusiran genetic yang menyebabkan / menurunkan
gangguan jiwa merupakan hal yang sulit dilakukan hingga saat
ini.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh
yang tidak disukai dan bagian yang disukai. Pada klien
harga diri rendah klien cenderung merendahkan dirinya
sendiri, perasaan tidak mampur dan rasa bersalah terhadap
diri sendiri..
b. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan
klien terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai
laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai
dengan jenis kelaminnya dan posisinya. Klien dengan harga
diri rendah klien lebih banyak menunduk, kurang percaya
diri, dan tidak berani menatap lawan bicara
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan /
kelompok masyarakat, kemampuan klien dalam
melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi
saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien
akibat perubahan tersebut. Pada klien HDR tidak mampu
melakukan perannya secara maksimal hal ini ditandai
dengan kurang percaya diri dan motivasi yang kurang dari
individu tersebut.

11
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal,
posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah,
harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien terhadap
penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya. Pada klien dengan harga diri rendah klien
cenderung percaya diri kurang, selalu merendahkan
martabat, dan penolakan terhadap kemampuan dirinya.
e. Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku
seseorang sesuai dengan ideal dirinya. Perawat menganalisa
bagaimana hardiri dengan klien yang harga diri rendah.
Pada klien dengan harga diri rendah klin merasa malu
terhadap dirinya sendiri, rasa bersalah terhadap dirinya
sendiri, merendahkan martabat, pandangan hidup yang
pesimis, penolakan terhadap kemampuan diri, dan percaya
diri kurang.

3. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien,
tanyakan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah,
tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat,
keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok /
masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain,
minat dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini
orang yang mengalami HDR cenderung menarik diri dari
lingkungn sekitarnya dan klien merasa malu.
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Pada klien HDR

12
cenderung berdiam diri dan tidak melaksanakan fungsi
spiritualnya
VI. Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai
ujung kaki apakah ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian
tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya,
kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik / berpakaian terhadap status psikologis
klien. Pada klien dengan harga diri rendah klien kurang
memperhatikan perawatan diri, klien dengan harga diri rendah
rambut tampak kotor dan lusuh, kuku panjang dan hitam, kulit
kotor dan gigi kuning.

2. Pembicaraan
Klien dengan harga diri rendah bicaranya cenderung
gagap, sering terhenti / bloking, lambat, membisu,
menghindar, dan tidak mampu memulai pembicaraan
3. Aktivitas motorik
Pada klien dengan harga diri rendah klien lebih sering
menunduk, tidak berani menatap lawan bicara, dan merasa
malu.
4. Afek dan Emosi
Klien cederung datar ( tidak ada perubahan roman muka
pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau
menyedihkan).

5. Interaksi selama wawancara


Pada klien dengan harga diri rendah klien kontak
kurang ( tidak mau menatap lawan bicara ).

6. Proses Pikir

13
a. Bentuk fikir
Klien dengan harga diri rendah cenderung blocking
( pembicaraan terhenti tiba – tiba tanpa gangguan dari luar
kemudian dilanjutkan kembali ).

b. Isi fikir
Klien cenderung pesimisme, percaya diri kurang,
dan penolakan terhadap kemampuan diri.

7. Daya Tilik
Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari
gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan
merasa tidak perlu minta pertolongan / klien menyangkal
keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang
penyakitnya.
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang
lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit
atau masalah sekarang.
VII. Kebutuhan Perencanaan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
VIII. Mekanisme Koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu
permasalahan, apakah menggunakan cara-cara yang adaptif seperti
bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik
relaksasi, aktivitas konstruktif, olah raga, dll ataukah menggunakan
cara-cara yang maladaptif seperti minum alkohol, merokok, reaksi
lambat/berlebihan, menghindar, mencederai diri atau lainnya.

14
II. Diagnosa Keperawatan
a. Pohon masalah
Isolasi sosial Effect

Harga diri rendah (HDR) Core Problem

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif Causa

b. Diagnosa Keperawatan Prioritas


a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah (HDR)
b. Isolasi social : menarik diri
c. Koping individu tidak efektif
d. Koping keluarga tidak efektif

15
III. Rencana Tindakan Keperawatan

Klien Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Diagnosa Perecanaan
Tgl Intervensi Rasional
kepeawatan Tujuan Kriteria evaluasi

harga diri rendah. Tujuan umum:

Klien dapat
melakukan
hubungan sosial
secara bertahap.

Tujuan khusus I Kriteria evaluasi: 1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
: percaya. akan menimbulkan
 Klien dapat
kepercayaan klien pada
Klien dapat mengungkapkan a. Sapa klien dengan
perawat sehingga akan
membina perasaannya. ramah, baik verbal
memudahkan dalam
hubungan saling  Ekspresi wajah maupun nonverbal.
pelaksanaan tindakan
percaya. bersahabat. b. Perkenalkan diri

16
 Ada kontak dengan sopan. selanjutnya.
mata. c. Tanya nama
 Menunjukkan lengkap klien dan
rasa senang. nama panggilan
 Mau berjabat yang disukai klien.
tangan. d. Jelaskan tujuan
 Mau menjawab pertemuan, jujur
salam. dan menepati janji.

 Klien mau duduk e. Tunjukan sikap

berdampingan. empati dan

 Klien mau menerima klien

mengutarakan apa adanya.

masalah yang f. Beri prhatian pada

dihadapi. klien.

1.2 Beri kesempatan untuk


mengungkapkan
perasaanya tentang
penyakit yang di

17
deritanya.

1.3 Sediakan waktu untuk


mendengarkan klien.

1.4 Katakan pada klien


bahwa ia adalah
seorang yang berharga
dan bertanggung
jawab serta mampu
menolong dirinya
sendiri.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 2.1 Diskusikan Pujian akan meningkatkan


2: kemampuan dan aspek harga diri klien.
 Klen mampu
positif yang dimiliki
Klien dapat mempertahankan
klien dan beri
mengidentifikasi aspek yang
pujian/reinforcement
kemampuan dan positif.
atas kemampuan
aspek positif
mengungkapkan

18
yang dimiliki. perasaannya.

2.2 Saat bertemu klien,


hindarkan memberi
penilaian negatif.
Utamakan memberi
pujian yang realistis.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 3.1 Diskusikan Peningkatan kemampuan


3: kemampuan klien yang mendorong klien untuk
 Kebutuhan klien
masih dapat di mandiri.
Klien dapat terpenuhi.
gunakan saat sakit.
menilai  Klien dapat
kemampuan yang melakukan 3.2 Diskusikan juga
dapat digunakan. aktifitas terarah. kemampuan yang
dapat dilanjutkan
penggunaan di rumah
sakit dan di rumah
nanti.

19
Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 4.1 Rencanakan bersama Pelaksanaan kegiatan
4: klien aktifitas yang secara mandiri modal awal
 Klien mampu
dapat dilakukan setiap untuk meningkatkan harga
Klien dapat beraktifitas
hari sesuai diri.
menetapkan dan sesuai
kemampuan: kegiatan
merencanakan kemampuan.
mandiri, kegiatan
kegiatan sesuai  Klien mengikuti
dengan bantuan
dengan terapi aktifitas
minimal, kegiatan
kemampuan yang kelompok.
dengan bantuan total.
dimiliki.
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi
kondisi klien.

4.3 Beri contoh cara


pelaksanaan kegiatan
yang boleh dilakukan
(sering klien takut
melaksanakannya).

20
Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 5.1 Beri kesempatan klien Dengan aktifitas klien
5: untuk mencoba akan mengetahui
 Klien mampu
kegiatan yang kemampuannya.
Klien dapat beraktifitas
direncanakan.
melakukan sesuai
kegiatan sesuai kemampuan. 5.2 Beri pujian atas
kondisi sakit dan keberhasilan klien.
kemampuannya.
5.3 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di rumah.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 6.1 Beri pendidikan Perhatian keluarga dan
6: kesehatan pada pengertian keluarga akan
 Klien mampu
keluarga tantang cara dapat membantu
Klien dapat melakukan apa
merawat klien harga meningkatkan harga diri
memanfaatkan yang di ajarkan.
diri rendah. klien.
sistem  Klien mau
pendukung yang memberikan 6.2 Bantu keluarga
ada dukungan. memberi dukungan

21
selama klien dirawat.

6.3 Bantu keluarga


menyiapkan
lingkungan di rumah

22
VI. Implementasi atau Strategi Pelaksanaan (SP)
Harga Diri Rendah
Pasien Keluarga
SP1 SP1
1) Mengidentifikasi kemampuan 1) Mengidentifikasi masalah
positif yang dimiliki. yang dirasakan dalam merawat
2) Menilai kemampuan yang pasien.
dapat digunakan. 2) Menjelaskan proses terjadinya
3) Memilih kemampuan yang hdr
akan dilatih. 3) Menjelaskan tentang cara
4) Melatih kemampuan pertama merawat pasien.
yang telah dipilih. 4) Bermain dalam merawat
5) Memasukan dalam jadwal pasien hdr.
kegiatan pasien. 5) Menyusun rtl keluarga/ jadwal
keluarga untuk merawat
pasien.
SP2 SP2
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1) Evaluasi Sp 1.
1) 2) Latih keluarga langsung
2) Memilih kemampuan kedua kedepan.
yang dapat dilakukan 3) Menyusun RTL keluarga/
3) Melatih kemampuan yang jadwal keluarga untuk
dipilih merawat klien.
4) Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien.
SP3 SP3
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1) Evaluasi kemampuan keluarga.
1dan 2). 2) Evaluasi kemampuan pasien.
2) Memilih kemampuan ketiga 3) RTL keluarga: follow up,
yang dapat dilakukan. rujukan.
3) Melatih kemampuan 3 yang
dipilih

32
4) Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien.

33
V. Evaluasi
Adapun hal-hal yang dievaluasikan pada klien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan
dirumah sakit
d. Klien dapat membuat jadwal kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi
sakit dan kemampuannya
f. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
g. Klien dapat mengidentifikasi perubahan citra tubuh
h. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk
atau fungsi tubuh
i. Klien dapat menyusun rencana cara-cara menyelesaikan
masalah yag dihadapi
j. Klien dapat melakukan tindakan pengamilan integritas
tubuh

34
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
3.1.1 Trigger case
Klien Nn.A 20 tahun, masuk RSJ dengan alasan sering
menangis, sering berbicara sendiri dengan menganggap bahwa dirinya
orang terbodoh, mengurung diri, gelisah tidak bisa tidur dan suka
berkata bahwa dirinya tidak berguna dan tidak berharga karena tidak
bisa membanggakan orang tuanya. Sudah dua kali ini klien dirawat
dengan alasan yang sama.

Penyebab klien menangis adalah setiap klien melihat anak


berseragam sekolah. Klien merasa putus asa karena mengingat dirinya
tidak lulus SMA dan hanya dia satu-satunya siswa yang tidak lulus di
sekolahnya. Sejak saat itu pula klien juga diputus oleh pasangannya
sehingga membuat klien merasa semakin tidak berharga dan tidak ada
yang membutuhkan dirinya. Saat klien bercerita mengenai
permasalahannya, klien tidak berani menatap mata perawat dan selalu
menunduk saat diajak berbicara. Klien berbicara sangat pelan dan
sesekali terisak. Klien merasa minder dan jarang berbaur dengan
keluarga karena kakak-kakak klien sukses dalam pendidikan. Kakak-
kakak klien adalah seorang dosen dan sarjana pendidikan sedang ayah
klien adalah seorang pengusaha sukses. Menurut keluarga (ibu dan
kakak-kakaknya) klien sangat sensitif dan sering bicara sendiri
meminta maaf karena dia merasa bersalah, tidak berguna dan berharga
sebagai anak. Klien sering menangis dan jika sedang menangis, ayah
klien sering menegurnya dengar keras dan memarahinya sehingga
klien mengurung dirinya di kamar.

3.1.2 model keperawatan


a. Model Existensial (Ellis, Rogers)

35
Klien sering berbicara sendiri dengan menganggap
bahwa dirinya orang terbodoh suka berkata bahwa dirinya
tidak berguna dan tidak berharga karena tidak bisa
membanggakan orang tuanya.
b. Model Supportive Theraphy (Wermon, Rockland)
Pada aspek psikologisnya, klien merasa bersalah
terhadap orang tuanya karena dia gagal dalam
pendidikannya.Dia juga habis diputus pacarnya sehingga
dia semakin merasa sedih, sering menangis.
Pada aspek sosialnya, klien susah bergaul selama di
RSJ, menarik diri dan hanya mengurung diri di kamar.

3.1.3 peran dan fungsi perawat


a) Pencegahan primer :
- health education
- memodifikasi lingkungan
- dukungan system social
b) pencegahan sekunder
- psikoterapi
- pengobatan
c) pencegahan tertier
- memantau perawataan rumah, half way house, foster
care home
3.1.4 Terapi Modalitas Dalam Keperawatan Jiwa
1. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
Terapi Aktifitas Kelompok adalah suatu upaya untuk
memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada
waktu yang sama, untuk memantau dan meningkatkan
hubungan interpersonal antar anggota.
Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau ruang
jiwa umumnya dengan keluhan tidak dapat diatur di
rumah, misalnya amuk, diam saja, tidak mandi, keluyuran,
mengganggu orang lain dan sebagainya. Setelah berada
dan dirawat di rumah sakit, hal yang sama sering terjadi
banyak klien diam, menyendiri tanpa ada kegiatan. Hari -

36
hari perawatan dilalui dengan makan, minum obat dan
tidur. Ada di antara klien yang dengan inisiatif sendiri
mencari perubahan situasi dengan jalan-jalan di rumah
sakit namun ada diantara mereka yang tidak tahu jalan
pulang sehingga jika tertangkap ia dicap sebagai klien
yang melarikan diri kemudian dimasukan lagi ke dalam
ruang isolasi. Apa sebenarnya yang dilakukan klien?
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu
tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Terapi
ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan
tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena
itu seorang perawat khususnya perawaat jiwa haruslah
mamu melakukan terapi aktivitas kelompok secara tepat
dan benar.
a. Tujuan
Umum :
1) Meningkatkan kesadaran diri klien
2) Melakukan sosialisasi
3) Meningkatkan hubungan interpersonal.
4) Membangkitkan motifasi untuk kemajuan fungsi
kognitif dan efektif.
Khusus:
1. Meningkatkan identitas diri
2. Menyalurkan emosi secara konstruktif
3. MMengubah perilaku maladaktrif klien menjadi
perilaku adaptif
b. Fokus Terapi Aktifitas Kelompok
1) Orientasi realitas
Maksudnya adalah memberikan terapi aktivitas
kelompok yang mengalami gangguan orientasi terhadap
orang, waktu dan tempat. Tujuan adalah klien mampu
mengidentifikasi stimulus internal (pikiran, perasaan,

37
sensasi somatic) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi,
situasi alam sekitar), klien dapat membedakan antara
lamunan dan kenyataan, pembicaraan klien sesuai
realitas, klien mampu mengenal diri sendiri dan klien
mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Karakteristik klien: gangguan orientasi realita (GOR),
halusinasi, waham, ilusi dan depersonalisasi yang sudah
dapat berinteraksi dengan orang lain, klien kooperatif.
dapat berkomunikasi verbal dengan baik, dan kondisi
fisik dalam keadaan sehat.
2) Sosialisasi
Maksudnya adalah memfasilitasi psikoterapist untuk
memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal,
memberi tanggapan terhadap orang lain,
mengekspresikan iden dan tukar persepsi dan menerima
stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan. Tujuan
meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota
kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan,
memberikan tanggapan terhadap orang lain,
mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Karakteritistik klien: kurang berminat atau tidak ada
inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan, sering berada
di tempat tidur, menarik diri, kontak social kurang, harga
diri rendah, gelisah ,curiga, takut dan cemas, tidak ada
inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,
jawaban sesuai pertanyaan, dan dapat membina
kepercayaan, mau berinteraksi dan sehat fisik.
1) Stimulasi persepsi
Maksudnya adalah membantu klien yang mengalami
kemunduran orientasi, stimulasi persepsi dalam upaya
memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi
perilaku mal adaptif. Tujuan meningkatkan kemampuan

38
orientasi realita, memusatkan perhatian, intelektual,
mengemukakan pendapat menerima pendapat orang lain
dan mengemukakan perasaannya.Karakteristik klien:
gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai -
nilai, menarik diri dari realita, inisiati atau ide - ide yang
negatif, kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal,
kooperatif dan mengikuti kegiatan.
2) Stimulasi sensori
Maksudnya adalah menstimulasi sensori pada klien yang
mengalami kemunduran sensoris. Tujuan meningkatkan
kemampuan sensori, memusatkan perhatian, kesegaran
jasmani, dan mengekspresikan perasaan
2. Terapi Individu
Terapi individu adalah penanganan klien gangguan jiwa
dengan pendekatan hubungan individu antara seseorang terapis
dengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang
terjalin antara perawat dengan klien untuk mengubah perilaku
klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengja
dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis
sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku
klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan
Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:
a. tahap Orientasi
1. Perawat membangun hubungan saling percaya
dengan klien
2. Latar belakang klien didiskusikan dan
diindentifikasi
3. Pearawat dank lien merumuskan tujuan dan
menentukan komponen praktik
b. Tahap Kerja
1. Klien dieksplorasi diri

39
2. perawat bekerja dengan isi (cerita)dan proses
(perasaan) yang berhubungan dengan klien
3. klien dibantu untuk mengembangkan
pengetahuan diri
c. Tahap terminasi
1. setelah dua pihak menyetujui bahwa masalah
yang mengawali terjalinnya hubungan telah
mereda dan lebih terkendali
2. Klien merasa lebih baik
3. Tujuan terapi telah selesai
3. Terapi Lingkungan
Peran perawat dalam terapi lingkungan

1) Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman


a. Perawat menciptakan dan memperhatikan iklim/suasana
yang akrab,menyenangkan,saling menghargai di antara
sesama perawat,petugas kesehatan,dan pasien.
b. Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-
benda atau keadaan- keadaan yang menimbulkan
terjadinya kecelakaan/luka terhadapt pasien atau perawat
c. Menciptakan suasana yang nyaman.
d. Pasien di minta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi
dirinya sendiri dan orang lain seperti yang biasa dilakukan
dirumahnya.Misalnya membereskan kamar.
2) penyelenggara peoses sosialisasi
a. Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang
lain,mempercayai orang lain,sehingga meningkatkan harga
diri dan berguna bagi orang lain.
b. Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-
ide,perasaan dan perilakunya secara terbuka sesuai dengan
aturan di dalam kegiatan-kegiatan tertentu.
c. Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-
kegiatan atau kemampuan yang baru,dan dapat dilakukan
40
sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada waktu yang
luang.
3) Sebagai teknisi perawat
Fungsiperawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan
dari pasien,memberikan obat-obatan yang telah
ditetapkan,mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang
menonjol/menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah
yang timbul dalam terapi tersebut
4. ECT
Terapi Electro Convultion Therapy (ECT)

Gangguan depresif ditandai dengan berbagai keluhan seperti


kelelahan atau merasa menjadi lamban, masalah tidur,
perasaan sedih, murung, nafsu makan terganggu dapat
berkurang atau berlebih, kehilangan berat badan dan
iritabilitas. Penderita mengalami distorsi kognitif seperti
mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak
berharga dan putus asa. Gangguan depresif dapat terjadi tanpa
disadari sehingga penderita terkadang terlambat ditangani
sehingga dapat menimbulkan penderitaan yang berat seperti
bunuh diri. Gangguan depresif dapat diobati dan dipulihkan
melalui konseling/psikoterapi dan beberapa diantaranya
memerlukan tambahan terapi fisik maupun kombinasi
keduanya Karena ada beberapa faktor yang saling berinteraksi
untuk timbulnya gangguan depresif, penatalaksanaan yang
komprehensif sangat diperlukan. Jenis terapi bergantung dari
diagnosis, berat penyakit, umur penderita dan respon terhadap
terapi sebelumnya. Kini semakin tingginya perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya kesehatan jiwa ditemukan sebuah
teknologi yang dapat membantu mengobati pasien jiwa dengan
menggunakan suatu alat terapi kejut listrik Electro convulsive
therapy (ECT).

41
1. Definisi ECT
Electroconvulsive therapy (ECT), adalah suatu teknik
terapi dengan menggunakan gelombang listrik yang dapat
membantu kesembuhan klien dengan depresi, dengan kriteria:
1) Depresi berat dengan gangguan pola tidur misalnya:
insomnia, penurunan berat badan secara drastis, klien
dengan perasaan bersalah yang tinggi dengan
penyebab idiopatik,perasaan ingin menciderai diri
atau membunuh diri nya sendiri (pada beberapa kasus
keinginan menyakiti dan membunuh tidak hanya pada
diri sendiri saja, namun badan secara drastis, klie
dapat berupa perasaan ingin menyakiti atau
membunuh orang lain.)
2) Depresi berat yang telah tidak mampu lagi diobati
dengan anti-depresan, atau konseling
3) Depresi berat yang diderita oleh klien yang kontra
indikasi dengan anti-depresan
2. Cara Kerja ECT
ECT bekerja dengan menggunakan gelombang elektro
dengan voltase tertentu yang mampu membenahi periode
pendek aktifitas otak yang ireguler. Hal ini akan
menimbulkan efek kimiawi terutama beberapa zat yang
berhubungan dengan proses neuro transmitter. Neuro
transmitter ini adalah suatu zat perantara pesan atau impuls
dari otak sehingga suatu perintah-perintah dapat terlaksana.
Dengan adanya terapi listrik untuk mengejutkan tersebut
diatas diharapkan aktifitas sel-sel otak dapat bekerja sebagai
mana dengan mestinya.
3. Tahap-Tahap Persiapan ECT
Tahap pertama petugas kesehatan akan melakukan
pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan fungsi-fungsi organ
tubuh, untuk memastikan pasien siap untuk melakukan terapi

42
ECT ini. Selanjutnya tenaga kesehatan akan mempertemukan
klien dengan ahli anestesi untuk penggunakan obat-obat
anestesi selama proses terapi. Obat anestesi diperlukan untuk
membuat klien tertidur sehingga meminimalisir
ketidaknyamanan dan nyeri klien saat terapi ECT dilakukan.
Para perawat dan dokter akan memastikan bahwa klien tidak
memiliki gangguan pada organ jantung serta paru-paru yang
sekali lagi memastikan bahwa tubuh klien siap untuk
dilakukan ECT. Pada kebanyakan kasus, klien akan
mendapatkan pemeriksaa darah dan elektrokardiography
(EKG) saat terapi elektro konvulsi yang pertama.
4. Efek Samping ECT
Efek samping dapat ditimbulkan oleh obat anestesi, reaksi
impuls listrik atau keduanya. Efek samping nya antara lain:
a. emporary short-term memory loss (kehilangan
memori jangka pendek)
b. bingung
c. nausea
d. nyeri otot atau nyeri kepala ringan sampai sedang
e. pada beberapa kasus perubahan heart rate dan tekanan
darah dapat terjadi.
5. Kapan ECT dapat Diberikan?
ECT dapat dilakukan pada pasien yang mengalami rawat
inap dirumah sakit. Atas keinginan klien, ECT juga dapat
dilakukan saat klien rawat jalan. Pada klien dengan terapi ECT,
klien akan mendapat terapi ini kurang lebih 4-6 kali dalam
seminggu. Awal dari setiap terapi klien akan mendapat suntikan
melalui jalur intra vena untuk mendapatkan obat obatan anestesi
untuk reflek rileks klien. Saat terapi Heart rate, tekanan darah
dan frekuensi pernafasan klien akan diobservasi secara ketat
oleh perawat. saat klien rileks atau dengan kata lain sedang
tertidur, impuls kejutan listrik akan diberikan pada klien, tentu

43
dengan voltase yang sesuai diterima oleh tubuh. Terapi
dilaksanakan kurang lebih 5-10 menit. Setelah mendapat terapi
klien masih tetap diawasi tanda vitalnya hingga ditentukan stabil
oleh dokter.

44
3.2 proses keperawatan
3.2.1 pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Nn. A
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Alamat :-
Suku /bangsa : Jawa / Indonesia
Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa
Status perkawinan : belum menikah
Pekerjaan : tidak bekerja
Pendidikan : SMP
Ruang rawat : Ruang Melati
Rekam Medik :-
Tanggal masuk :-
Tanggal pengkajian :-
1. Faktor Presipitasi
a. Alasan Masuk
Ditegur dengann keras dan dimarahi ayah saat klien
menangis.
2. Factor Predisposisi
1. Riwayat gangguan jiwa
Ibu klien mengatakan bahwa Nn. S sudah pernah menderita
gangguan jiwa sebelumnya
2. Riwayat penganiayaan
Klien tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, seksual
dan tindakan kriminal .
3. Riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa
Keluarga klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada
yang mengalami gangguan jiwa.
4. Penilaian Primer

45
Klien menganggap stressor yang mempengaruhi keadaan
klien saat ini sangat berarti untuk klien.Karena semua
stressor tersebut membuat keadaan klien terganggu yang
ditandai dengan klien menjadi sangat sensitif, menyalahkann
diri sendiri dan menangis, saat klien melihat anak berseragam
SMA.
5. Penilaian Sekunder
a. Dari segi ekonomi klien adalah anak yang bisa dibilang
gagal dalam pendidikannya.
b. Motivasi dalam diri klien sangat rendah karena klien
sudah tidak memperdulikan diri dan penampilannya
sehari-hari. Hal ini dibuktikan dengan klien yang tidak
mau mandi jika tidak disuruh dan personal hygiene klien
sangat buruk.
c. Dari sisi dukungan sosial yang dimiliki klien masih kurang
, terbukti dengan klien yang merasa ditegur atas
kesalahannya.
6. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan klien yaitu
menangis.Mekanisme ini tidak menyelesaikan masalah
melainkan menghindar dan melampiaskannya.
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif
3. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital :
Tensi : 140/90 mmHg
Nadi : 100 x/mnt
Suhu : 36,5 c
RR : 20x/mnt
Ukuran BB : - TB : -

46
4. Psikososial
1. Genogram

Keterangan :

45

: Perempuan (45th) : Tinggal


serumah

50
:

:Laki-laki (50 th) : Klien / pasien

2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien merasa bahwa dirinya malu terhadap dirinya sendiri
karena dia tidak lulus SMA, sehingga dia mengurung
dirinya dikamar.
b. Ideal diri
Harapan klien terhadap dirinya mempunyai semangat
dalam menjalani hidup kedepannya. klien tidak merasa

47
minder lagi dan merasa bersalah kepada keluarganya dan
bisa berinteraksi kepada keluarga dan teman-temannya.

c. Harga diri
Klien merasa bahwa dirinya tidak berguna dan tidak
beharga karena dia tidak bisa membanggakan orang tuanya.
d. Penampilan peran
Klien merasa malu kepada orang tua dan kakak-kakaknya
karena dirinya merasa tidak berguna sehingga dia lebih
memilih mengurung diri dikamar, dan semenjak dia
diputuskan pacarnya dia merasa bahwa dirinya sudah tidak
dianggap dan dikucilkan.
e. Identitas Diri
Sebelum masuk RSJ klien merasa senang dan ikut aktif
dalam kegiatan sekolahnya. Dalam keluarga klien mearsa
peran sebagai anak selalu di sayang. Di dalam lingkungan
masyarakat klien juga ramah. Setelah klien dalam
pendidikan SMA tidak lulus klien terpuruk dan sedih
karena sudah gagal membahagiakan kedua orangtuanya.
Klien menangis jika melihat anak yang memakai seragam
sekolah. Klien merasa kehilangan percaya diri.
3. Hubungan Sosial
Klien mengatakan sebelum masuk RSJ biasanya kalau ada
masalah selalu cerita kepada orang tuanya terutama ibunya,
sedangkan semenjak dia masuk RSJ, keluarganya tidak peduli
dengannya dan ayahnya sering memarahi anaknya ketika sedang
menangis. Dan dalam lingkungan keluarga dia lebih memilih
untuk menyendiri dikamar. Dalam lingkungan masyarakat dan
sekitarnya karena klien tidak mau berinteraksi karena klien
merasa tidak ada yang membutuhkan dirinya.
4. Spiritual
Klien mengaku beragama islam, tetapi semenjak dia
masuk RSJ dia mengalami distress spiritual karena dia hanya
48
diam, dan mengurung diri dikamar dan tidak pernah melakukan
ibadah. Beda sebelumnya saat dia masih dirumah, dia setiap hari
melakukan ibadah bersama kedua orang tuanya.
i. Status Mental
1. Penampilan
-
2. Pembicaraan
Klien saat diajak bicara cenderung diam dan tidak
maumenjawab pertanyaan dari perawat, klien tampak melamun.
3. Aktivitas motorik
Klien tampak lesu dan tidak bersemangat saat diwawancarai
dan pasien menunduk saat diajak bicara.
4. Affect dan emosi
Klien tampak sedih dan sesekali terisak. Raut wajah datar
dan menunduk atau tidak mau menatap wajah perawat saat di
wawancarai.
5. Interaksi selama wawancara
Klien kurang kooperatif saat diwawancarai, klien diam dan
menunduk, tidak mau menatap mata perawat.
6. Persepsi
Perawat melihat tanda-tanda klien negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai
keinginan.
7. Proses fikir
Klien sering menunduk dan diam saat diajak
berkomunikasi. Klien lebih suka menyendiri.
8. Isi pikir
Klien saat ini berfikir bahwa dirinya malu dan tidak
berguna, karena tidak lulus SMA dan tidak bisa seperti kakak-
kakaknya yang sukses dalam pendidikan.
9. Tingkat kesadaran

49
Waktu : klien kurang dapat mengetahui kapan dirinya masuk
RSJ dan dia kurang mengetahui kapan harus beraktivitas seperti
mandi, dan lain-lain, karena klien cenderung melamun, tidak
mau kelaur kamar, selalu sendiri dan diam.
Tempat : klien mengetahui saat ini klien berada di RSJ
Orang : klien masih dapat mengenali seseorang.
10. Memori
Klien mampu mengingat kejadian yang telah lalu dan baru-
baru terjadi. Klien masih ingat jam berapa dia bangun tadi,
klien juga ingat kapan dirinya tidak lulus SMA dan saat
diputuskan pacarnya.
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berhitung saat diberi soal penambahan, klien
mampu menjawab dengan baik meskipun klien lambat dalam
menjawab.

50
3.2.2 analisa data
No. Data Problem
1. DS: Klien merasa minder karena Harga diri rendah
dia tidak lulus SMA sedang
kakak-kakak klien adalah
seorang dosen dan sarjana
pendidikan. Ayah klien juga
seorang pengusaha sukses.
DO: Saat ditanya klien tidak
berani menatap mata perawat
dan selalu menunduk. gaya
bicaranya sangat pelan.
2. DS: Klien sering mengurung diri Isolasi social
di kamar & tidak suka berbaur
dengan keluarga
3. DS: Klien tambah menangis saat Koping individu tidak
ditegur dan pergi mengurung efektif
diri di kamar
4. DS: Ayah klien menegur klien Koping keluarga tidak
dengan keras dan memarahi efektif
klien saat klien menangis.

3.2.3 pohon masalah


Isolasi sosial Effect

Harga diri rendah (HDR) Core Problem

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif Causa

51
3.2.4 Diadnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah (HDR)
3.2.5 Rencana Tindakan Keperawatan
Klien Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Diagnosa Perecanaan
Intervensi Rasional
kepeawatan Tujuan Kriteria evaluasi

Kerusakan interaksi Tujuan umum:


sosial: menarik diri
Klien dapat
berhubugan dengan
melakukan
harga diri rendah.
hubungan sosial
secara bertahap.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
percaya. akan menimbulkan
I; Klien dapat
kepercayaan klien pada
mengungkapkan a.Sapa klien
Klien dapat perawat sehingga akan
perasaannya. dengan ramah,
membina memudahkan dalam
Ekspresi wajah baik verbal
hubungan saling pelaksanaan tindakan
bersahabat. maupun nonverbal.
percaya. selanjutnya.
Ada kontak
b.Perkenalkan diri
mata.
dengan sopan.
Menunjukkan
c.Tanya nama
rasa senang.
lengkap klien dan
Mau berjabat
nama panggilan
tangan.
yang disukai klien.
Mau menjawab
d.Jelaskan tujuan
salam.
pertemuan, jujur
Klien mau duduk
dan menepati janji.
berdampingan.
e.Tunjukan sikap
Klien mau
empati dan
mengutarakan
menerima klien

52
masalah yang apa adanya.
dihadapi. f.Beri prhatian
pada klien.

1.2 Beri kesempatan untuk


mengungkapkan
perasaanya tentang
penyakit yang di
deritanya.

1.3 Sediakan waktu untuk


mendengarkan klien.

1.4 Katakan pada klien


bahwa ia adalah
seorang yang berharga
dan bertanggung
jawab serta mampu
menolong dirinya
sendiri.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 2.1 Diskusikan Pujian akan


2: kemampuan dan aspek
Klen mampu meningkatkan harga
positif yang dimiliki
Klien dapat mempertahankan
klien dan beri diri klien.
mengidentifikasi aspek yang
pujian/reinforcement
kemampuan dan positif.
atas kemampuan
aspek positif
mengungkapkan
yang dimiliki.
perasaannya.

2.2 Saat bertemu klien,


hindarkan memberi
penilaian negatif.
Utamakan memberi

53
pujian yang realistis.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 3.1 Diskusikan Peningkatan kemampuan


3: kemampuan klien yang mendorong klien untuk
Kebutuhan klien
masih dapat di mandiri.
Klien dapat terpenuhi.
gunakan saat sakit.
menilai Klien dapat
kemampuan yang melakukan 3.2 Diskusikan juga
dapat digunakan. aktifitas terarah. kemampuan yang
dapat dilanjutkan
penggunaan di rumah
sakit dan di rumah
nanti.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 4.1 Rencanakan bersama Pelaksanaan kegiatan


4: klien aktifitas yang secara mandiri modal
Klien mampu
dapat dilakukan setiap
Klien dapat beraktifitas awal untuk
hari sesuai
menetapkan dan sesuai
kemampuan: kegiatan meningkatkan harga diri.
merencanakan kemampuan.
mandiri, kegiatan
kegiatan sesuai Klien mengikuti
dengan bantuan
dengan terapi aktifitas
minimal, kegiatan
kemampuan yang kelompok.
dengan bantuan total.
dimiliki.
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi
kondisi klien.

4.3 Beri contoh cara


pelaksanaan kegiatan
yang boleh dilakukan
(sering klien takut
melaksanakannya).

54
Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 5.1 Beri kesempatan klien Dengan aktifitas klien
5: untuk mencoba akan mengetahui
Klien mampu
kegiatan yang kemampuannya.
Klien dapat beraktifitas
direncanakan.
melakukan sesuai
kegiatan sesuai kemampuan. 5.2 Beri pujian atas
kondisi sakit dan keberhasilan klien.
kemampuannya.
5.3 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di rumah.

Tujuan khusus Kriteria evaluasi: 6.1 Beri pendidikan Perhatian keluarga dan
6: kesehatan pada pengertian keluarga akan
Klien mampu
keluarga tantang cara dapat membantu
Klien dapat melakukan apa
merawat klien harga meningkatkan harga diri
memanfaatkan yang di ajarkan.
diri rendah. klien.
sistem Klien mau
pendukung yang memberikan 6.2 Bantu keluarga
ada dukungan. memberi dukungan
selama klien dirawat.

6.3 Bantu keluarga


menyiapkan
lingkungan di rumah

55
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Pada Nn.A Dengan
Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah).

Nama : Nn. A

Pertemuan : Ke - 1

Tanggal : 1 Maret 2017

Jam : 10.00 WIB

A. Proses keperawatan

Kondisi klien : Klien menganggap bahwa dirinya orang terbodoh, mengurung diri,
gelisah tidak bisa tidur dan suka berkata bahwa dirinya tidak berguna dan
tidak berharga karena tidak bisa membanggakan orang tuanya.

Diagnosa : Gangguan konsep diri: Harga diri rendah


Tujuan :
1. TUK 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. TUK 2 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.
3. TUK 3 Klien dapat menilai kemampuan yang dapat di gunakan
4. TUK 4 Klien dapat memilih / menetapkan dan merencanakan
kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
5. TUK 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
6. TUK 6 Klien dapat melakukan rencana kegiatan yang sudah di latih
7. TUK 7 Keluarga dapat membantu memotivasi klien dalam
melakukan kegiatan yang sudah di latih.

1. Tindakan Keperawatan: SP 1 (Pasien)

a. Membina hubungan saling percaya

70
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
c. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini.
d. Memilih kemampuan yang akan dilatih.
e. Melatih kemampuan pertama yang dipilih
f. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya biasanya di panggil Saya
mahasiswa dari STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO. Kalau boleh
tahu nama mbak siapa? Dan senangnya di panggil apa?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan mbak pagi ini? Apakah mbak masih ingat kenapa di
bawa kesini?
c. Kontrak
a) Topik :
Mbak, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan
atau hobi yang biasanya anda lakukan?
b) Tempat :
Mbak, ingin bercakap-cakap dimana? Bagaimana jika di taman
rumah sakit saja.
c) Waktu :
Mbak ingin bercakap-cakap berapa lama? Bagaimana kalau 15
menit saja?
2. Tahap Kerja
a) Mbak, kalau saya boleh tau kegiatan apa saja yang biasanya anda lakukan
di rumah? Atau hobi mbak itu apa saja?
b) Oh, mbak suka membuat vas bunga. Bagus sekali mbak dan
menguntungkan.
c) Jadi mbak suka membuat vas bunga? Kira-kira dari hobi yang telah
disebutkan oleh mbak tadi, mungkin dapat kita lakukan sekarang.
71
d) “Oh, mbak sudah capek ya? Kalau begitu kita lakukan nanti saja. Apakah
mbak setuju?”
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Subjektif

Bagaimana perasaan mbak setelah berbincang-bincang sebentar dengan saya?

b. Evaluasi Objektif

Apa saja tadi kemampuan atau hobi yang mbak lakukan sehari-hari di rumah?
Bagus sekali mbak, ada kemampuan positif yang biasanya anda lakukan di
rumah.

4. Rencana Tindak Lanjut

Baiklah mbak nanti kita akan melakukan kegiatan yang sudah kita sepakati. Tapi,
saya harapkan mbak mencoba mengingat-ingat lagi kegiatan lain yang ingin di
lakukan selama ini.

72
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) pada Nn. A dengan

Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

Nama : Nn. A

Pertemuan : Ke-2

Tanggal : 2 Maret 2017

Jam : 13.00 WIB

A. Proses Keperawatan
Kondisi :
a. Klien telah mengetahui beberapa kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
b. DO : Klien tampak sedikit gelisah dan menjelaskan kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki sesuai kemampuan sakit, walaupun
klien dengan ekpresi wajah tegang dan terkadang melamun.

Diagnosa : Gangguan Konsep Diri : HDR

Tujuan :

1. TUK 3 klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


2. TUK 4 klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.

1. Tindakan Keperawatan : SP1 (Pasien)

a. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini


b. Memilih kemampuan yang akan dilatih
c. Melatih kemampuan pertama yang dipilih
d. Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi

73
a) Salam terapeutik
“Selamat siang mbak, apakah mbak masih ingat dengan saya?”
b) Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mbak siang ini? Apakah mbak masih ingat dengan
kegiatan yang kita bicarakan kemarin pagi dan yang ingin anda lakukan ?
c) Kontrak
a. Topik :
n“Baiklah apakah mbak masih ingat apa yang akan kita lakukan sekarang
sesuai dengan kesepakatan kita kemarin pagi ?”
Benar sekali mbak. Siang ini kita akan membicarakan kembali tentang
kemampuan yang mbak miliki dan menilai kemampuan mana yang masih
dapat anda lakukan di rumah sakit. Bagaimana, apakah mbak sudah siap?
b. Tempat :
“Mbak ingin kita melakukan kegiatan dimana? Bagaimana jika di taman
seperti yang kita sepakati kemarin pagi.”
c. Waktu :
“Mbak butuh waktu berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit? Apakah
cukup?
2. Tahap Kerja
1) Bagaimana, apakah mbak sudah siap melakukan kegiatan sekarang? Jika iya
mari kita pergi ke taman.
2) Mbak sudah siap untuk membuat vas bunga sekarang
3) Ini mbak alat-alatnya, botol bekas air, cat, dan kuas. Mbak bisa mulai
membuat vas bunga sekarang.
4) Wah…bagus sekali dan sangat indah vas bunganya mbak. Saya senang
melihatnya.
5) Kegiatan seperti ini bisa mbak lakukan dirumah untuk menghilangkan
kebosanan.
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Subjektif

74
Bagaimana perasaan mbak setelah melakukan kegiatan membuat vas bunga
tadi?
b. Evaluasi Objektif
Klien bisa menyebutkan kembali peralatan yang digunakan untuk membuat
vas bunga.
4. Rencana Tidak Lanjut
“Baiklah mbak setelah kita lakukan kegiatan hari ini saya harap mbak tetap
melakukan hal tersebut baik dirumah sakit maupun dirumah, untuk
menghilangkan kejenuhan dan jika ada waktu luang atau sedang bosan.”

75
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( Sptk ) Pada Nn. A Dengan Gangguan
Konsep Diri ( Harga Diri Rendah )

Nama : Nn. A
Pertemuan : Ke-3
Tanggal : 03 Maret 2017
Jam : 09.00 WIB

A. Proses Keperawatan
Kondisi :
Klien telah mampu melakukan beberapa kegiatan dari aspek positif
yang dimilikinya.
DO : klien tampak sedikit tenang dan mulai berkomunikasi dengan
perawat walaupun dengan nada lemah dan kontak mata yang kurang.
Klien juga melakukan kegiatan dengan sedikit malas.
Diagnosa : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
Tujuan :
1. TUK 4 Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
2. TUK 5 klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
1. Tindakan Keperawatan SP 2 (Pasien)
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) yang telah dilakukan pasien
b. Memilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan berdasarkan
kemampuan
c. Melatih kemampuan yang dipilih
d. Masukkan jadwal kegiatan pasien
B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
76
“ Selamat pagi mbak bagaimana keadaan hari ini? saya lihat mbak pagi ini
sudah mulai segar dan tambah semangat?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mbak pagi ini ?
Apakah masih ingat dengan kegiatan yang mbak lakukan kemarin sore?
c. Kontrak
Topik :
Kegiatan mbak kemarin kan sudah membuat vas bunga , sekarang
kita latih lagi kemampuan mbak yang lain. Apakah mbak bersedia
mengikuti kegiatan pagi ini ?
Tempat :
Mbak ingin kita bercakap- cakapnya dimana ? Bagaimana jika di
Taman belakang rumah sakit aja?
Waktu :
Kira-kira mbak butuh waktu berapa lama? Bagaimana kalau 15
menit apa sudah cukup?
2. Tahap Kerja
1. Ini daftar kegiatan mbak yang kita bicarakan kemarin. Sekarang mbak
pilih kegiatan mana yang akan kita lakukan?
2. Oh, mbak ingin membuat hiasan bola lampu. Apa sajakah yang mbak
butuhkan untuk membuat hiasan bola lampu ?
3. Ini mbak botol bekas, cat, kuas, tali dan guntig .Mari kita lakukan
bersama sama mbak
4. Wah, punya mbak bagus sekali , rapi dan indah
Sekarang kita rapikan alat-alatnya ya mbak.
5. Oh ya,bagaimana jika kegiatan ini saya masukan dalam jadwal kegiatan
harian mbak ?
6. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan mbak setelah melakukan kegiatan kedua yaitu
membuat hiasan bola lampu tadi?”
77
a. Evaluasi Objektif
Klien bisa menyebutkan kembali peralatan yang digunakan untuk
membuat hiasan bola lampu.
1. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah mbak setelah kita lakukan kegiatan hari ini saya harap mbak tetap
bisa meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan yang tadi”.

78
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( Sptk ) Pada Nn. A Dengan Gangguan

Konsep Diri ( Harga Diri Rendah )

Nama : Nn. A
Pertemuan : Ke-4
Tanggal : 04 Maret 2017
Jam : 08.00 WIB

A. Proses Keperawatan
Kondisi :
Klien telah mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan
telah melatih kemampuan yang telah masuk jadwal kegiatan harian.
DO : klien tampak senang tampak tidak ada beban dengan kegiatan
positive selama di RS , walaupun klien masih nampak kurang percaya
diri dengan apa yang ia lakukan.
Diagnosa : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
Tujuan :
1. TUK 4 Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
2. TUK 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
1. Tindakan Keperawatan SP 3 (Pasien)
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2)
b. Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
c. Melatih kemampuan yang dipilih
d. Masukkan jadwal kegiatan pasien

B. Strategi Komunikasi
1. Tahap Orientasi
a. Salam Terapeutik
79
“ Selamat pagi mbak”. Keadaan mbak hari ini lebih kelihatan ceria
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan mbak pagi ini ?
“Apakah mbak masih ingat apa saja yang sudah mbak lakukan pada pertemuan
kedua dan ketiga serta jadwal harian kegiatan mbak ?”.
c. Kontrak
a. Topik :
Nah, sekarang kita akan latih lagi kemampuan mbak yang lain.
Yaitu merapikan temat tidur, apakah mbak setuju?
b. Tempat:
Baiklah mbak sesuai perjanjian kemarin hari ini kita akan
melakukan kegiatan merapikan tempat tidur di kamar mbak.
c. Waktu :
Merapikan tempat tidur mbak butuh waktu berapa lama?
Bagaimana kalau 15 menit?
2. Tahap Kerja
1. Baiklah… kegiatan ketiga yang akan kita lakukan adalah merapikan
tempat tidur.
2. Ini adalah peralatan yang dibutuhkan mbak. Ada sprei, sarung bantal,
bantal dan guling.
3. Baiklah, sekarang mbak perhatikan dulu apa yang saya lakukan.
4. Bagaimana apakah mbak sudah mengerti?silahkan di coba mbak.
5. Wah,sudah bagus mbak dan terlihat sangat rapi, mbak cepat sekali ya
untuk mengerti
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan mbak setelah melakukan kegiatan merapikan tempat tidur
tadi?”

b. Evaluasi Objektif

80
Klien bisa menyebutkan kembali kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan dan
menyebutkan peralatan yang digunakan.
4. Rencana Tindak Lanjut
1. Bagaimana jika mbak melakukan kegiatan tersebut selama di rumah sakit?
Jadi mbak punya tiga kegiatan yang bisa dilakukan di rumah sakit ini.
2. Walaupun mbak sedang sakit mbak masih bisa melakukan kegiatan- kegiatan
tersebut dengan baik.

81
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( Sptk ) Pada Nn. A Dengan Gangguan
Konsep Diri ( Harga Diri Rendah )

Nama : Orang tua Nn. A


Pertemuan :Ke-5
Tanggal :05 Maret 2016
Jam :09.00
A. Proses keperawatan
Kondisi :
a. Kondisi klien :
klien telah mengetahui kemampuan yang dapat dilakukan di RS, dan telah melatih
kemampuan yang telah masuk jadwal kegiatan harian. Klien bersemangat untuk
melakukan aktifitas yang telah di jadwal kegiatan harian.
b. Kondisi keluarga :
Keluarga belum faham dan binggung dengan kondisi yang dialami pasien.

Diagnosa : -
Tujuan: TUK 6 klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
1. Tindakan keperawatan : SP 1 (Keluarga )
a. Mengidentifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
b. Menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah
c. Menjelaskan tentang cara merawat pasien dengan harga diri rendah
d. Bermain peran dalam merawat pasien harga diri rendah
e. Menyusun RTL atau jadwal keluarga untuk merawat pasien

c. Strategi komunikasi
1. Tahap orientasi
a. Salam terapiutik
Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan nama saya biasanya dipanggil saya
mahasiswi dari stikes bina sehat ppni mojokerto. Saya adalah perawat yang
bertugas merawat anak ibu. Kalau boleh tau nama bapak/ibu siapa ?

82
b. Evaluasi/ validasi
Bagaimana perasaan bapak/ibu ketika diminta merawat anak ibu yang mengalami
harga diri rendah ? apakah bapak/ibu siap menjalankan tanggungjawab ini ?
c. Kontrak
1. Topik :
Baiklah bu, untuk sekarang bagaimana kalau kita bercakap-cakap sebentar
tentang kondisi Nn.A ?
2. Tempat
Ibu ingin kita mengobrol dimana ? bagaimana kalau di ruangan saya , apakah
ibu setuju ?
3. Waktu
Mau berapa lama kita mengobrolnya bu ? bagaimana kalau 15 menit apa
sudah cukup untuk membahas mengenai kondisi mbak A ?
2. Tahap kerja
a. Kalau boleh saya tau, bagaiman kondisi awal mbak A saat pertama kali dibawa
ke RS ?
b. Iya betul bu, saat pertama kali mbak A bertemu saya kondisinya memang
tampak gelisah, sering melamun, dan terkadang menangis. Sering mengatakan
dirinya tidak berguna.
c. Sebelum dibawa kerumah sakit. Apa yang bapak/ibu lakukan untuk mengatasi
prilaku mbak A saat dirumah.
d. Ow.. bapak sempat memarahi mbak A dengan prilakunya yang aneh
e. Memang pak, kita sulit untuk memahami kondisi/ prilaku mbak A, hal tersebut
merupakan ciri-ciri orang yang mengalami harga diri rendah saat mengalami
kegagalan atau kekecewaan.
f. Tapi, mbak A sangat membutuhkan dukungan dari bapak/ibu
g. Sebelum sakit, boleh saya tau hobi atau kegiatan mbak A selama di rumah.
h. Benar sekali buk, mbak A suka sekali membuat kerajianan tangan
i. Itulah kegiatan mbak A lakukan selama di RS ini untuk menghilangkan
kejenuhan.
j. Sekarang kita belajar memberi respon positif ya bu , kepada mbak A
83
k. Oh , bapak ada acara hari ini , baikalah pak
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita mengobrol ? dapatkah ibu jelaskan kembali
masalah yang dialami mbak A ?
b. Evaluasi objektif
Orang tua mbak A mampu menjelaskan kembali bagaimana bisa prilaku mbak A
berubah dan menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah.
4. Rencana tindak lanjut
Baiklah, untuk pertemuan selanjutnya kita akan kembali mengobrol tentang
kondisi dan bagaiman acara memberi respon positif untuk mbak A.

84
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( Sptk ) Pada Nn.A Dengan Gangguan
Konsep Diri ( Harga Diri Rendah )

Nama : Ortu Nn. A


Pertemuan : ke -6
Tanggal : 07 april 2016
Jam : 09.00

A. Proses keperawatan
Kondisi keluarga : keluarga sudah mulai mengerti tentang kondisi mbak A dan sudah
mengerti cara-cara memberikan dukungan positif kepada mbak A
Kondisi pasien : klien lebih semangat untuk melakukan aktifitas yang dijadwalkan.
Diagnosa :-
Tujuan : TUK 6 klien bisa memanfaatkan sisitem pendukung yang ada
1. Tindakan keperawatan : SP 3 ( keluarga )
a. Mengevaluasi kemampuan dari SP 1,2
b. Melatih keluarga untuk ke pasien
c. Menyusun RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien.
B. Strategi komunikasi
1. Tahap orientasi
a. Salam terapiutik
“ selamat pagi bu, masih ingat dengan saya bu, saya kemarin yang menemani
ibu untuk menjelaskan bagaimana memberi dukungan positif kepada mbak A
b. Evaluasi / validasi
“bagaiaman keadaan ibu sekarang, apakah ibu siap untuk memulai bertemu
mbak A dan memberikan dukungan positif”
“ibu sendiri masih ingat dengan penjelasan saya kemarin tentang kondisi mbak
A dan bagaimana cara memberikan dukungan positif”
“ya alhamdulillah jika ibu masih ingat”
C. Kontrak

85
a. Topik
Baiklah bu, setelah kemarin kita latihan untuk mencoba memberikan
dukungan positif kepada mbak D . maka seperti yang sudah kita sepakati
bersama, bahwa hari ini kita akan menerapkan respon positif berupa pujian
secara langsung kepada mbak D. Apakah ibu siap
b. Waktu
Jika ibu bersedia, berapa lama waktu yang dibutuhkan ? apakah sekitar 30
menit cukup ?
c. Tempat
Ibu ingin melakukan penerapan perawatan dimana ? bagaimana kalau kita
menemui mbak D di taman belakang.Jadi itu kesempatan ibu untuk
memberikan respon positif pada kegiatan yang dilakukannya.
2. Tahap kerja
a. Baiklah bu mari kita menemui mbak A ditaman
b. Saya harap nanti ibu langsung mempraktekkan sendiri seperti yang saya
ajarkan dan kita latih kemarin dengan kesabaran dan ketelatenan ibu. Nanti
saya akan pantau ibu dari belakang. Bagaimana bu ?
c. Ya bagus. Ibu sudah dapat memberikan pujian dan dukungan kepada mbak A
dengan baik. Semakin sering ibu memberikan pujian kepada kegiatan yang
dilakukan mbak A. Maka proses perbaikan prilaku akan dapat cepat tercapai.
d. Selain memberi pujian, ibu juga dapat memberikan perhatian kepada kegiatan
yang dilakukan oleh mbak A dan mendampingi kegiatan yang dilakukan mbak
A agar mbak A merasa hidupnya masih berguna dan masih dibutuhkan
keluarga.
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah mempraktekkan langsung kepada mbak A ?
Tidak sulit bukan melakukannaya ?
b. Evaluasi objektif
Ibu pasien dapat memberikan dukungan positif secara langsung kepada mbak A
dan pendampingan terhadap kegiatan pasien
86
4. Rencana tindak lanjut
Saya harap yang saya ajarkan dan ibu lakukan pada hari ini, tetap ibu ingat dan
lakukan dengan baik ada saya maupun tidak ada saya. Serta itu di rumah ataupun
dirumah sakit.
5. Healt Education
“Bagaimana jika ibu melakukan kegiatan memberikan dukungan dan apresiasi
pujian, pendampingan, serta pemberian fasilitas yang dibutuhkan mbak A saat
melakukan kegiatannya ? supaya keadaan mbak A cepat lekas sembuh dari keadaan
yang membuat mbak A sampai dibawa kerumah sakit ini. Sehingga mbak A dapat
berkumpul lagi dengan keluarga dan jika mbak A sudah benar-benar sembuh mbak A
juga bisa kembali dan diterima di masyarakat.
Namun saya harap ibu harus sabar serta telaten delam mengurus mbak A dalam
mencapai tujuan yang diinginkan ibu dan keluarga. Semoga perawatan yang ibu
lakukan berhasil dan ibu bnayak di beri kesabran untuk menghadapi semua ini .
sekian terima kasih bu. Semoga mbak A bisa cepat di berikan kesembuhan.”
Jika mbak A masih belum ada perubahan dalam jangka waktu yang lama, ibu bisa
membawa mbak A ke tempat psikiatri terdekat.

87
Strategi Pelaksanaan (SP)
a. SP 1 Pasien:
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
3. Memilih kemampuan yang akan dilatih
4. Melatih kemampuan yang dipilih
5. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.
a. SP 2 Pasien:
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Melatih kemampuan kedua yang dipilih klien
3. Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.
b. SP3 Pasien:
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan SP2)
2. Latihan ADL (kegiatan sehari hari) cara bicara
3. Masukan dalam jadwal.
c. SP1 Keluarga:
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
2. Menjelaskan pengertian , tanda dan gejala harga diri rendah serta proses
terjadinya
3. Menjelaskan tentang cara merawat pasien harga diri rendah
4. Bermain peran dalam merawat PASIEN hdr..
5. RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasien.
d. SP2 Keluarga:
1. Evaluasi kemampuan keluarga(sp1)
2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri rendah.
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
e. SP3 Keluarga:
1. Evaluasi kemampuan keluarga(sp1)
2. Evaluasi kemampuan klien
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.

88
Terapi modalitas apa yang cocok pada keadaan klien adalah:

a. Terapi Lingkungan (Milleu Therapy)


Karena pada terapi ini dapat membantu pasien untuk mengembangkan
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai
orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.Dengan terapi ini
perawat mengajarkan pasien untuk membuat dan menggunakan aktifitas yang
menyenangkan.Hal ini memberi kesempatan pada pasien untuk mengikuti
bermacam-macam kreasi dan membantu pasien untuk menerapkan keterampilan
yang telah dipelajari, misalnya membaca novel, menggambar kartun ataupun
animasi. Maka dengan mengajarkan hal tersebut pasien akan merasa akrab dengan
lingkungan yang diharapkan, pasien merasa senang/ nyaman dan tidak merasa takut
dengan lingkungannya, kebutuhan fisik klien akan mudah terpenuhi. Dan pasien
tidak tampak gelisah, tidak sering melamun, tidak sering menangis lagi karena pasien
dapat berinteraksi dengan lingkungan. Misalnya: klien diajak jalan-jalan ke taman,
diajak menari, bermusik membaca, melukis/ menggambar, dan sebagainya.
b. Terapi Kelompok
Karena terapi kelompok ini merupakan bentuk terapi dengan upaya perawat yang
berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, serta
mengubah perilaku maladitf klien menjadi perilaku yang adaptif.
c. Terapi Modalitas
a. Terapi spiritual
Untuk menemukan kebermaknan dalam hidup klien
b. Terapi kelompok
Meningkatkan kesadaran diri klien dan meningkatkan hubungan interpersonal
serta mengubah perilaku yang maladptif klien menjadi perilaku yang adaptif
c. Terapi kognitif
Mengubah pola berfikir rasional yang sering mengakibatkan gangguan perilaku
menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yang actual
89
d. Terapi individu
Agar klien mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya
e. Terapi bermain
Kesenangan yang di timbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada
paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak tergantuk kepada usia
tetapi tergantung kepada kesehatan dan kesenangan yang di peroleh.

90
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang cocok dengan keadaan
klien adalah:
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang cocok untuk kasus di atas
“Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Presepsi” peningkatan harga diri.
Karena TAK penigkatan harga diri merupakan upaya untuk meningkatkan
harga dirinya bagi pasien menarik diri yang harga dirinya rendah.TAK
peningkatan harga diri memiliki tujuan untuk menerima dirinya sendiri
dengan penuh kepercayaan, menghargai dirinya, dan menilai positif diri
sendiri. Adapun sesi-sesi dalam TAK peningkatan harga diri yaitu sebagai
berikut :
1. Sesi I: Identifikasi hal positif pada diri
Tujuan :
1. Klien dapat mengetahui pentingnya menghargai diri sendiri.
2. Klien dapat mengidentifikasi hal positif diri.
2. Sesi II: Menghargai hal positif orang lain
Tujuan :
1. Klien dapat memahami pentingnya menghargai orang lain.
2. Klien dapat mengidentifikasi hal-hal positif orang lain.
3. Klien dapat memberikan umpan balik positif kepada orang lain.
3. Sesi III: menetapkan tujuan hidup yang realistis
1. Klien mengetahui pentingnya menetapkan tujuan hidup.
2. Klien menetapkan tujuan yang realistis.

91
PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI


PENINGKATAN HARGA DIRI

A. TOPIK :

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

B. TUJUAN :
1. Tujuan umum :
Peserta TAK mampu meningkatkan hubungan interpersonal anggota
kelompok, berkomunikasi, mampu berinteraksi maupun berespon terhadap
stimulasi yang diberikan.
2. Tujuan khusus :
1) Sesi I :
a) Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak
menyenangkan
b) Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.
2) Sesi II :
a) Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan.
b) Klien dapat memilih hal positif diri yang dapat dilatih.
c) Klien dapat melatih hal positif diri yang telah dilatih.
d) Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemapuan yang telah
dilatih.
3) Sesi III
a) Klien mengetahui pentingnya menetapkan tujuan hidup.
b) Klien menetapkan tujuan hidup yang realistis.
C. LANDASAN TEORI :

1. Definisi

92
Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya,
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai – nilai yang berkaitan
dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan (Stuart dan Sundeen
dalam keliat, 1992).

Harga Diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat
yang dimiliki seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu
ukuran yang berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk
kemampuan dan patut dipertimbangkan (Townsend, 2005).

Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri


termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa ( Depkes RI, 2000 ).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri , merasa
gagal karena karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri
(keliat. 2001).

Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang


terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung Schult & videbeck (1998).

Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri


rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung, penurunan diri ini dapat bersifat
situasional maupun kronis atau menahun.

D. KLIEN
1. Karakterisitik/kriteria :
a. Klien yang sehat fisik
b. Klien yang harga diri rendah

93
c. Klien yang memiliki perasaan negatif pada dirinya
2. Proses seleksi :
a. Berdasarkan observasi klien sehari-hari
b. Berdasarkan informasi dan diskusi dengan perawat ruangan
mengenai prilaku klien sehari-hari
c. Hasil diskusi kelompok
d. Berdasarkan asuhan keperawatan
e. Adanya kesepakatan dengan klien
E. PENGORGANISASIAN
a. Waktu
1. Hari/ Tanggal : 5 September 2016
2. Jam : 08.00-08.45 WIB
3. Acara : 45 menit
a. Pembukaan : 5 menit
b. Perkenalan pada klien : 2 menit
c. Perkenalan TAK : 5 menit
d. Persiapan : 10 menit
e. Permasalahan : 20 menit
f. Penutup : 3 menit
b. Tim terapis
1. Leader
Bertugas :
a. Memimpin jalannya acara terapi aktivitas kelompok
b. Memperkenalkan anggota terapi aktivitas kelompok
c. Menetapkan jalannya tata tertib
d. Menjelaskan tujuan diskusi
e. Dapat mengambil keputusan dengan menyimpulkan hasil diskusi
pada kelompok terapi diskusi tersebut.
f. Kontrak waktu
g. Menyimpulkan hasil kegiatan
h. Menutup acara

94
2. Co leader
Bertugas :
a. Mendampingi leader jika terjadi bloking
b. Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
c. Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
3. Observer
Bertugas :
a. Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai
akhir
b. Mencatat semua aktifitas dalam terapi aktifitas kelompok
c. Mengobservasi perilaku pasien
4. Fasilitator
Bertugas :
a. Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus
dilakukan
b. Mendampingi peserta TAK
c. Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
d. Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
5. Anggota
Bertugas : Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi

CO LEADER

Observer

95
c. Pembagian Tugas
Leader : Nadya M.

Co Leader : Raina.
Observer : Umi
Fasilitator : 1. Indah
2. Muzaki Aden

Anggota :3. Karsono

96
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PENINGKATAN HARGA DIRI

SESI I : IDENTIFIKASI HAL POSITIF PADA DIRI

a. tujuan
a) Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak
menyenangkan
b) Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya.
b. Setting :
a) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
b) Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih
c) Ruangan nyaman dan tenang.
c. Metode
a.) Diskusi dan tanya jawab
b.) Bermain peran
d. Alat :
a) Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK.
b) Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK.
e. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapiutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan
nama).
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan
nama).

97
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bercakap –
cakap tentang hal positif diri sendiri.
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama
panggilan serta memakai papan nama.
b. Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien.
c. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan.
d. Terapis member pujian atas peran serta klien.
e. Terapis membagikan kertas yang kedua.
f. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri
sendiri : kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasa
dilakukan di rumah dan di rumah sakit.
g. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah
ditulis secara bergiliran sampai semua klien mendapatkan
giliran.
h. Terapis member pujian pada setiap peran serta klien.

4. Tahap terminasi.
a. Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

98
b. Tindak lanjut.
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum
tertulis.
c. Kontrak yang akan datang.
a. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hl
positif diri yang dapat diterapkan di rumah sakit dan di
rumah.
b. Menyepakati waktu dan tempat

4) Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien
sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi harga diri
rendah sesi 1 , kemampuan klien yang diharapkan adalah menuliskan
pengalaman yang tidak menyenangkan dan aspek positif
(kemampuan) yang dimiliki. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif
diri sendiri
No Nama klien Menulis pengalaman yang Menulis hal positif diri
tidak menyenangkan sendiri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

99
Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan membaca ulang
daftar positif dirinya, memilih satu hal positif untuk dilatih dan
memperagakan kegiatan positif tersebut. Beri tanda (√) jika klien
mampu dan tanda (X) jika klien tidak mampu.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK
pada catatn proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti
sesi 2, TAK stimulasi persepsi : harga diri rendah. Klien telah melatih
merapikan tempat tidur. Anjurkan dan jadwalkan agar klien
melakukannya serta berikan pujian.

100
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
PENINGKATAN HARGA DIRI
SESI II: Menghargai Hal Positif Orang Lain

a. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya menghargai orang lain
2. Klien dapat mengidentifikasi hal – hal positif orang lain
3. Klien dapat memberikan umpan balik positif kepada orang lain
b. Setting
1. Klien duduk melingkar
2. Tempat tenang dan nyaman
c. Alat
1. Spidol sejumlah klien yang menjadi peserta TAK
2. Kertas sejumlah klien yang menjadi peserta TAK
d. Metode
1. Diskusi
2. permainan
e. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat
b. Terapis mengingatkan kontrak kepada klien
2. Orientasi
a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi/validasi:
1. Terapis menanyakan perasaan klien hari ini
2. Terapis menanyakan apakh klien pernah menghargai
orang lain.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan TAK
2. Terapis menjelaskan aturan main

101
- Masing-masing klien mengikuti kegiatan TAK dari
awal sampai akhir
- Jika ada klien yang akan keluar dari kelompok,
harus meminta izin kepada terapis
- Kegiatan akan berlangsung selama 60 menit

3. Kerja
a. Terapis membagikan kertas dan spidol, masing- masing sebuah
untuk setiap klien
b. Terapis meminta klien untuk membagi kertas menjadi sejumlah
klien yang ikut TAK
c. Terapis meminta klien menuliskan nama klien yang lain di sudut
kanan atas kertas. Satu kertas untuk satu klien.
d. Terapis meminta klien menuliskan hal-hal positif temannya,
sebanyak-banyaknya yang bisa ditulis.
e. Terapis meminta klien menyerahkan hasil tulisannya ke klien
sesuai nama di masing- masing kertas.
f. Terapis meminta masing- masing klien secara berurutan searah
jarum jam, dimulai dari klien yang ada di kiri terapis
membacakan kertas yang telah diberikan dan mengungkapkan
perasaan klien setelah membaca kertas tersebut.
g. Terapis memberikan pujian, dan meminta klien bertepuk tangan,
setiap satu klien selesai membacakan kertas yang ada di
tangannya.
4. Terminasi
a. Evaluasi:
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai
mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas pencapaian kelompok
b. Tindak lanjut

102
1. Meminta klien untuk menyimpan kertas tersebut dan
membaca ulang jika sedang muncul rendah dirinya
c. Kontrak yang akan datang
1. Terapis menyepakati kegiatan TAK berikutnya
2. Terapis menyepakati tempat, dan waktu TAK
5. Evaluasi dan Dokumentasi
Nama Peserta TAK
No Aspek yang Dinilai

1 Mengikuti kegiatan dari awal


sampai akhir
2 Membagi kertas menjadi
sejumlah klien yang ikut
TAK.
3 Menuliskan nama klien lain di
masing- masing kertas
4 Menuliskan hal-hal positif
klien lain di masing-masing
kertas
5 Menyerahkan kertas yang diisi
ke teman sesuai namanya.
6 Membaca kertas yang telah
dibagikan.
7 Mengungkapkan perasaan
setelah membaca hal-hal
positif diri.

Petunjuk : Dilakukan =1

Tidak dilakukan = 0

103
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
PENINGKATAN HARGA DIRI
SESI III: MENETAPKAN TUJUAN HIDUP YANG REALISTIS

a. Tujuan
1. Klien mengetahui pentingnya menetapkan tujuan hidup.
2. Klien menetapkan tujuan hidup yang realistis.
b. Setting
1. Klien duduk melingkar
2. Klien berada di ruang yang tenang dan nyaman.
c. Alat
1. Spidol sebanyak klien yang ikut TAK
2. Kertas HVS sebanyak klien yang ikut TAK
d. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
e. Langkah – langkah kegiatan
1. Persiapan :
a. Terapis menyiapkan alat dan tempat
b. Terapis mengingstkan kontrak dengan klien
2. Orientasi :
a. Salam terapeutik: Terapis mengucapkan salam.
b. Evaluasi/validasi: Terapis menanyakan perasaan klien hari
ini
c. Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK
2) Terapis menjelaskan aturan main TAK:
a. Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
b. Apabila klien akan meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada terapis

104
c. Lama kegiatan 60 menit
3. Kerja
a. Terapis membagikan kertas HVS dan spidol, masing-
masing satu buah untuk setiap klien
b. Terapis menjelaskan pentingnya memiliki tujuan hidup;
agar bersemangat berusaha mewujudkan dan optimistis
c. Terapis meminta klien menuliskan masing-masing tujuan
hidup klien di kertas yang telah dibagikan.
d. Terapis meminta klien untuk membacakan tujuan hidup
yang telah ditulisnya, berurutan dari klien yang berada di
sebelah kiri terapis, searah jarum jam sampai semua
mendapatkan giliran.
e. Terapis memberikan pujian dan mengajak tepuk tangan
klien lain jika satu orang klien telah selesai membacakan.
f. Terapis meminta klien melihat lagi tujuan hidupnya,
mencoret tujuan yang sulit (tidak mungkin) dicapai.
g. Terapis meminta klien membaca ulang tujuan hidup yang
benar-benar realistis ( seperti langkah d).
h. Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai
membacakan tujuan hidupnya

4. Terminasi
a. Evaluasi:
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai
TAK
2. Terapis memberikan pujian pada kelompok
b. Tindak lanjut:
Terapis menganjurkan klien menuliskan lagi tujuan hidup
yang mungkin masih ada.
c. Kontrak yang akan Datang:

105
1. Terapis membuat kesepakatan kegiatan TAK
berikutnya
2. Terapis menyepakati tempat dan waktu TAK
5. Evaluasi dan Dokumentasi
Nama Peserta TAK
No. Aspek yang Dinilai

1 Menyebutkan pentingnya
tujuan hidup
2 Menuliskan tujuan hidup

3 Membacakan tujuan hidup

4 Memilih tujuan hidup yang


realistis.

Petunjuk : Dilakukan =1

Tidak Dilakukan = 0

106
BAB VI
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri. Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri
rendah :

a. Mengkritik diri sendiri


b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati
penampilan seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang
memerhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun,
tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara
lambat dengan nada suara lemah.

4.2 Saran
Bermutu atau tidaknya pelayanan Keperawatan di suatu Rumah Sakit
sangat bergantung pada kerjasama antar Perawat itu sendiri. Apabila tidak
adanya suatu hubungan yang baik antara sesama anggota dan klien maka
akan sulit membangun kepercayaan masyarakat dalam Asuhan Keperawatan
yang diberikan. Agar kinerja dalam keperawatan berjalan dengan efektif
maka seorang perawat juga perlu memahami setiap karakter yang berbeda
dari setiap klien. Selain dapat memberikan hasil kerja yang terbaik, dalam
memberikan Asuhan Keperawatan juga dapat dilakukan dengan lancar.

107
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). buku ajar keperawatan kesehatan jiwa .
yogyakarta : indomedia pustaka .

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Jiwa(Aplikasi Praktik Klinik). Edisi 1


Jogjakarta: Graha Ilmu.

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik
edisi 9. Jakarta: EGC.

Stuart, G.W & Sundeen, S. J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Edisi 3, Jakarta: EGC.

108

Anda mungkin juga menyukai